KEPERAWATAN JIWA
ASUHAN KEPERAWATAN
MENARIK DIRI / ISOLASI SOSIAL
DISUSUN OEH :
0
Puji dan Syukur hanya milik Allah SWT, karena berkat rahmat, karunia serta
hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN MENARIK DIRI / ISOLASI SOSIAL”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa.Makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dari beberapa
pihak yang ikhlas bersedia meluangkan waktunya untuk membantu kami. Maka pada
kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Eka Rudi Purwana, SST.,M.Kes
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi banyak orang, pihak-pihak yang telah
membantu dan kepada siapa saja yang ingin memanfaatkannya sebagai referensi
keilmuanya.Amiin.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
A. LATAR BELAKANG 3
1
B. RUMUSAN MASALAH 4
C. TUJUAN 4
BAB II PEMBAHASAN 5
A. LAPORAN PENDAHULUAN 5
1. PENGERTIAN 5
2. ETIOLOGI 5
3. PSIKOPATOLOGI 7
4. MANIFESTASI PRILAKU 8
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 10
C. STRATEGI PELAKSANAAN 16
BAB III PENUTUP 19
A. KESIMPULAN 19
B. SARAN 19
DAFTAR PUSTAKA 20
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makluk sosial yang mempunyai potensi untuk terlibat dalam
hubugan sosial pada berbagai tingkat hubungan, baik hubungan intim sampai
dengan hubungan saling ketergantungan dalam menghadapi dan mengatasi
berbagai kebutuhan setiap hari.Individu tidak akan mampu memenuhi kebutuhan
2
hidupnya tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial. Oleh karena itu
individu perlu membina hubungan interpersonal yang memuaskan.
Kepuasan hubungan dapat dicapai jika individu sebagai makluk sosial terlibat
aktif dalam proses berhubugan. Peran serta yang tinggi dalam berhubungan serta
respon lingkungan yang positif akan meningkatkan rasa memiliki, kerja sama,
hubungan timbale balik yang sinkron. Peran serta dalam proses hubungan dapat
berfluktuasi sepanjang rentang tergantung dan mandiri, artinya suaru saat individu
tergantung pada orang lain dan suatu saat orang lain tergantung pada individu.
Perilaku yang teramati pada respon sosial maladaptif mewakili upaya individu
untuk mengatasi kecemasan berhubungan dengan rasa kesepian, rasa takut,
kemarahan, malu dan rasa bersalah. Salah satu respon sosial yang terjadi adalah
menarik diri. Masalah utama menarik diri dalam kasus keperawatan jiwa
mempunyai tingkatan rentang yang berbeda, dengan perilaku yang ditunjukkan
klien yang berbeda pula. Berdasarkan rentang perilaku ini maka memerlukan
tindakan keperawatan yang memiliki rentang bantuan berbeda sesuai dengan
kemampuan dan kondisi klien.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu menarik diri?
2. Apa faktor penyebab seseorang menarik diri?
3. Apa psikopatologi menarik diri?
4. Apa saja manifestasi prilakunya?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang menarik diri?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu menarik diri
2. Untuk mengetahui faktor penyebab seseorang menarik diri
3
3. Untuk mengetahui psikopatologi menarik diri
4. Untuk mengetahui manifestasi prilakunya
5. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang menarik
diri
BAB II
PEMBAHASAN
A. LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. Selain itu menarik diri
merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian maupun minatnya
terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri) (Stuart dan Sundeen,
1995).
4
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlin, 1996).
Perilaku menarik diri adalah suatu usaha menghindari interaksi dengan
orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak
menyadari kesempatan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain yang
dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak
sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (Budi Anna Keliat, 1999).
Isolasi sosial ( menarik diri) merupakan keadaan dimana seseorang individu
berpartisipasi dalam kuantitas yang tidak cukup atau berlebihan atau kualitas
sosial yang tidak efektif. ( Towsend, 1998).
2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi:
1) Faktor Perkembangan/Tumbuh Kembang
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungansosial
berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang mulai dari usia bayi
sampai dewasa lanjut untuk dapat mengembangkan hubungan sosial yang
positif, diharapkan setiap tahapan perkembangan dapat dilalui dengan
sukses. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan
respon sosial maladaptif.
Pada masa tumbuh kembang, individu mempinyai tugas
poerkembangan yang mesti dipenuhi, dan setiap tahap perkembangan
mempunyai spesifikasi sendiri. Bila tugas dalam perkembangan selanjutnya
dan terjadi gangguan hubungan sosial (Stuart & Sundeen, 1990)
2) Faktor Biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif.
Faktor Keturunan juga merupakan faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam berhubungan sosial dengan tubuh yang jelas mengalami
adalah otak, contoh pada pasien skizophrenia terdapat struktur abnormal
otak.
3) Faktor Sosiokultural
5
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan.
Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, tidak mempunyai anggota masyarakat yang kurang
produktif seperti lanjut usia, orang sasat dan penderita penyakit kronis.
Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi normal, prilaku, dan sistem nilai
yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas.
Mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan berhubungan sosial, hal ini dikarenakan norma-norma
yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau adanya
anggota masyarakat yang tidak produktif diasingkan dari lingkungan
sosialnya
4) Faktor dalam keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantar seseorang dalam
gangguan berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal
yang negatif akan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.
Adanya dua pesan yang betentangan disampaikan pada saat yang
bersamaan, mengakibatkan anak menjadi enggan berkomunikasi dengan
orang lain.
b. Faktor Presipitasi:
1) Stress Sosiokultural
Stress yang ditimbulkan karena menurunnya stabilitas unit
keluarga dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat
dirumah sakit.
Stress yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya antara lain
menurunnya stabilitas unit keluarga berpisah dengan orang yang
berarti dalam kehidupannya
2) Stressor Psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untu berpisah
6
dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi.
Adanya kecemasan berat yang berkepanjangan yang terjadi
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya.
Tuntutan ber[isah untuk orang terdekat atau kegagalan untuk
memenuhi kebutuhan dapat menimbulkan kecemasan yang tinggi.
( Stuart & Sunden, 1990: 349)
3. Psikopatologi
Menurut Stuart and Sundeen (1998). Salah satu gangguan berhubungan
sosial diantaranya prilaku menarik diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh
perasaan tidak berharga, yang bisa dialami klien dengan latar belakang yang
penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan, dan kecemasan.
Perasaan tidak berharga menyebabkan klien semakin sulit dalam
mengembangkan hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi
atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas, dan kurangnya oerhatian
terhadap penampilan dan kebersihan diri.
Klien smakin tenggelam dalam perjalanan dan tingakh laku masa lalu
serta tingkah laku primitif antara lain pembicaraan yang autistik dan tingkah
laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi
halusinasi.
4. Manifestasi Prilaku
a. Tanda dan Gejala
Observasi yang dilakukan pada klien dengan isolasi sosial akan
ditemukan data objektif meliputi apatis, ekspresi wajah sedih, efek tumpul,
menghindar dari orang lain, klien tampak memisahkan diri dari orang lain,
komunikasi kurang, klien tampak tidak bercakap-cakap dengan klien lain
dan perawat, tidak ada kontak mata atau kontak mata kurang, klien lebih
sering menunduk, berdiam diri dalam kamar. Menolak berhubungan
dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan seharoi-hari, menirru posisi
7
janin pada saat lahir. Sedangkan untuk data subjektif sukar didapat, jika
klien menolak komunikasi, beberapa data subjektif adalah menjawab
dengan singkat dengan kata-kata ‘”tidak”, “ya”, dan “tidak tahu”.
b. Mekanisme Koping
Individu yang mengalami respon sosial maladaptif menggunakan
berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme
tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik
(Gail, W stuart 2006).
Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial
antar lain proyeksi, splitting, dan merendahkan orang lain, koping yang
berhubungan dengan kepribadian ambang splitting, formasi reaksi,
proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain, merendahkan orang lain dan
identifikasi proyektif.
c. Sumber koping
Menurut Gail W stuart 2006, sumber koping yang berhubungan dengan
respon sosial maladaptif meliputi keterlibatan dalam hubungan keluarga
yang luasan teman, hubungan dengan hewan peliharaan dan penggunaan
kreativitas untuk mengekspresikan stress interpersonal misalnya kesenian,
musik atau tulisan.
8
10) Gangguan pola tidur (Tidur berlebihan/ kurang tidur)
11) Mengambil posisi tidur seperti janin
12) Kemunduran kesehatan fisik
13) Kurang memperhatikan keperawatan diri
RESIKO HALUSINASI
ISOLASI SOSIAL
9
HARGA DIRI RENDAH
10
5) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengung- dengan orang
tersebut. orang lain. tidak mau bergaul dengan orang lain, kapkan
perasaannya.
c. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian
isolasi sosial dengan kriteria evaluasi setelah satu kali berinteraksi dengan
klien, kliern dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial misalnya
banyak teman, tidak kesepian, bisa diskusi, saling menolong dan dapat
menyebutkan kerugian isolasi sosial misalnya sendiri, kesepian, tidak bisa
diskusi.
11
- Intervensi yang dilakukan:
1) Diskusikan dengan klien tentang perasaannya setelah berhubungan
sosial dengan orang lain, kelompok
2) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya.
e. Kllen mampu menyebutkan penyebab menarik dir Intervensi yang
dilakukan
- Intervensi yang dilakukan:
1) Beri salam setiap berinteraksl
2) Perkenalkan nama dan panggilan nama perawat
3) Sampalkan tujuan pertemuan, tanyakan nama lengkap
4) Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali
5) Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi
6) Buat kontrak interaksi yang jelas dan dengarkan nama lengkap klien
dan panggilan nama kesukaan klien. berinteraksi. klien. penuh
perhatian.
7) Tanya pada klien tentang orang yang tinggal serumah atau teman
dekat atau teman sekamar klien, Orang yang paling dekat dengan
klien dirumah atau di ruang perawatan, apa yang membuat kllen
dekat dengan orang tersebut, yang tidak dekat dengan klien di
rumah, apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut orang
lain. tidak mau bergaul dengan orang lain. kapkan perasaannya.
Upaya apa yang sudah dilakukan agar dekat dengan
8) Diskusikan dengan klien penyebab menarik diri atau Berikan pujian
terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
f. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian
isolasi sosial dengan kriteria evaluasi setelah satu kali berinteraksi dengan
klien, klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial misalnya
banyak teman, tidak keseplan, bisa diskusi saling menolong dan dapat
menyebutkan kerugian isolasl sosial misalnya sendiri, kesepian, tidak bisa
diskusi.
12
- Intervensi yang dilakukan:
1) Tanyakan pada manfaat hubungan sosial dan kerugian isolasi sosial.
2) Beri pujlan terhadap kemampuan klen mengung
g. Kllen dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertinteraksi, klien dapat
melaksanakan hubungan sosial dengan kriteria evaluasi setelah satu kali
berinteraksi bertahap dengan perawat, perawat lain, klien lain atau
kelompok
13
menjelaskan tentang pengertian isolasi sosial, tanda dan gejala isolast
sosial. Setelah satu kali pertemuan keluarga dapat mempraktekkan cara
merawat klien isolasi sosial
- Intervensi yang dilakukan:
1) Diskusikan tentang pentingnya peran serta keluarga sebagal
pendukung untuk megatasi perilaku menarik disri.
2) Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi
perilaku isolasi sosial.
3) Jelasakan pada keluarga tentang pengertian isolasi sosial, tanda dan
gejala isolasi sosial penyebab dan akibat isolasi sosial, cara merawat
klien isolasi sosial, latih keluarga cara merawat klien isolasi sosial.
4) Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan,
beri motivasi keluarga untuk membantu klien bersosialisasi.
5) Berl pujian pada keluarga atas keterlibatannya merawat klien,
6) Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik dengan kriteria
evaluasi setelah satu temuan, klien menyebutkan manfaat minum
obat, kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, efek terapi
dan efek samping obat. Setelah satu kali interaksi klien
mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar, dan akibat
karena tidak minum obat, Intervensi yang dilakukan
7) Diskusikan dengan klien tentang manfaat obat dar kerugian tidak
minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping
penggunaan obat,
8) Bantu klien saat minum obat.
9) Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar.
10) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan
dokter.
11) Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter atau perawat
5. Evaluasi (Hasil yang diharapkan )
Pada klien
a. Kilen dapat membina hubungan saling percaya
14
b. Kllen dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial
c. Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian dari isolasi sosial klien
dapat berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
Pada keluarga
a. Keluarga mampu berkomunikasi dengan klien secara terapeutik
b. Keluaga mampu mengurang penyebab klien menarik diri
C. Strategi Pelaksanaan
SP I pasien
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
3. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraski dengan orang lain
4. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang
lain
5. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
6. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang lain dalam kegiatan harian
SP II pasien
1. Mengevaluasi kegiatan jadwal harian pasien
2. Memberikan kesempatam pada pasien mempraktekan cara berkenalan dengan
satu orang
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian
SP III Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada pasien berkenalan denga dua orang atau lebih
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP I Keluarga
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
15
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial
SP II Keluarga
1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
2. Melatih keluarga melakukan cara mrawat langsung kepada pasien isolasi sosial
SP III keluarga
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
16
Keluarga:
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien
beseta proises terjadinya
3) Menjelaskan dan melatih keluarga cara-cara merawat pasien isolasi sosial
4) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas pasien di rumah termasuk
minum obat ( discharge planning)
5) Menjelaskan follow up setelah pasien setelah pulang
b. Tindakan Psikofarmaka
1) Memberikan obat-obatan penenang sesuai program pengobatan pasien
2) Memantau keefektifan dan efek samping obat yang diminum
3) Mengukur vital sign secara periodik ( tekanan darah, nadi, dan pernafasan)
c. Tindakan Manipulasi lingkungan
1) Melibatkan dalam makan bersama
2) Memperlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan sesuatu tindakan
3) Memberikan reinforcement positif setiap pasien berhasil melakukan sesuatu
tindakan
4) Menemani pasien untuk memperlihatkan dukungan selama aktivitas
kelompok
5) Mengorientasikan pasien pada waktu, tempat dan orang sesuai
kebutuhannya
(Workshop Standar Asuhan & Bimbingan Keperawatan Jiwa)
BAB III
17
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain. Selain itu menarik diri merupakan
suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian maupun minatnya terhadap
lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). Etiologi dari menarik diri adalah
faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya prilaku menarik diri atau
isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga, yang bisa dialami klien
dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan,
dan kecemasan.
Observasi yang dilakukan pada klien dengan isolasi sosial akan ditemukan data
objektif meliputi apatis, ekspresi wajah sedih, efek tumpul, menghindar dari orang
lain, klien tampak memisahkan diri dari orang lain, komunikasi kurang, klien
tampak tidak bercakap-cakap dengan klien lain dan perawat, tidak ada kontak
mata atau kontak mata kurang, klien lebih sering menunduk, berdiam diri dalam
kamar.
B. SARAN
Sebagai seorang perawat harus melakukan pengkajian yang baik dan benar
sesuai permasalahan klien. Guna mengangkat diagnosa keperawatan sehingga
mampu merencanakan tindakan keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
18
Dalami, Ermawati dkk, (2014), Asuhan Keperawatan Klien Dengan Ganngguan Jiwa,
Penerbit buku CV. Trans Info Media ; Jakarta
Keliat dkk, (1998), Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Stuart, GW, Sundeen, SJ, (1995), Pocket Guide To Psychiatric Nursing, Edisi 3, Alih
Bahasa Achir Yani S. Hamid, Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Townsend, Mary C, (1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan
Psikiatrik, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Workshop Standar Asuhan & Bimbingan Keperawatan Jiwa.(2007). Departemen
Kesehatan Republik Indonesia RS Jiwa. Prof. Dr. Soeroyo Magelang tahun 2007
ROLE PLAY
ISOLASI SOSIAL (MENARIK DIRI)
Di suatu RSJ ada seorang perawat yang akan melakukan perawatan khusus kepada px
baru dengan masalah isolasi social(menarik diri). Dan mula-mula perawat tersebut
19
melakukan perkenalan dan pendekatan dengan px, tp px masih terlihat malu dan tidak
banyak bicara, dan menghindar.
SP 1
20
Pada hari berikutnya perawat mengajak satu orang temanya untuk menemui px,
perawat tersebut ingin membantu pasien untuk berinteraksi/berkenalan dengan 1
orang. Dan pasien sudah nampak sedikit mau bicara, dan rasa malunya sedikit
menghilang.
Perawat : Selamat pagi pak? Sesuai janji saya kemaren disini saya akan membantu
menyelesaikan masalah bapak.
Px : (hanya mengangguk dan melihat kearah teman perawat yang diajak dengan rasa
penasaran).
Perawat : oh iya pak, perkenalkan juga, ini teman saya . . . , dia juga seorang perawat
disini.
Teman & Px : (sama-sama mengangguk dan senyum)
Perawat : baiklah, kira-kira bapak mau ngobrol dengan kita berapa lama?
Px : 15 menit saja.
Perawat : oke, pertama tama saya ingin tau kenapa bapak menjadi suka menyendiri
seperti
sekarang ini? Apa penyebabnya?
Px : dulu waktu kecil saya sering di ejek dan dikucilkan teman-teman saya karena
menganggap saya ini jelek. Sehingga saya lebih suka menyendiri daripada di ejek
terus.
Perawat : pak, ketahuilah, sesungguhnya Alloh itu tidak menciptakan segala sesuatu
tanpa
ada manfaatnya, begitu pula dengan menciptakan seseorang, meskipun kata orang
anda itu jelek, tapi apa mereka tau kalau ada kemampuan khusus yang anda miliki?
Mereka mungkin hanya menilai anda pada penampilanya saja, tapi bukan
berarti anda harus menghindar pada setiap orang, karena tidak semua orang
memiliki penilaian seperti itu, dan anda hanya harus mencari teman yang mau
menerima anda apa adanya.
Px : (hanya terdiam dan matanya berkaca-kaca menahan tangisan)
Perawat : baik pak, sekarang apa yang ingin bapak lakukkan?
Px : (hanya menggelengkan kepalanya).
21
Perawat : baiklah, mumpung masih pagi, gimana kalau kita bertiga jalan-jalan
mengitari
taman sambil olahraga.
Teman : wah, ide bagus itu, biar sehat !!!
Px : baiklah . . .
Semua : (semuanya berjalan-jalan dan akhirnya duduk lagi di tempat semula)
Perawat : gimana perasaan bapak sekarang setelah kita melakukan aktifitas bersama-
sama?
Apakah sudah baik?
Px : terima kasih mas perawat, saya sangat senang karena sebelumnya saya jarang
sekali melakukan aktifitas bersama-sama seperti ini.
Perawat : baiklah pak, kita rasa cukup untuk hari ini, kita berharap dengan ini bapak
sudah
tidak suka menyendiri lagi dan mau berbaur dengan orang lain.
Px : iya mas.
Perawat : besok kita akan datang lagi menemui bapak, apakah di waktu dan tempat
yang sama?
Px : iya pak, disini saja.
SP2
Keesokan harinya perawat mengajak lagi teman yang kemarin serta mengajak 1 px lain
yang memiliki masalah yang sama dan keadaanya sekarang sudah jauh lebih baik untuk
dijadikan sebagai contoh. Serta membawa beberapa peralatan permainan yang
melibatkan beberapa orang pemain.
22
Px 2 : pagi . . . (sambil berjabat tangan)
Px : pagi . . .(sambil tersenyum)
Perawat : Baiklah, untuk hari ini saya ingin mengajak bapak untuk bermain bersama-
sama.
Apakah bapak bersedia?
Px : permainan apa mas? (dengan rasa penasaran)
Perawat : permainan ular tangga.
Px : ohh, iya mas.. ayo silahkan . . .
Perawat : Bapak mau dimana? Dan berapa lama?
Px : di situ saja mas ! (sambil menunjuk suatu tempat) , jangan lama-lama mas.
Perawat : ya, baiklah ayo kita kesana !
(mereka semua pun akhirnya bermain permainan ular tangga dengan asyiknya sampai
satu jam satu jam telah mereka lalui sehingga melupakan waktu yang telah disepakati,
dan karena melihat px merasa senang, perawat pun membiarkan sampai permainan
selesai jika ada salah satu yang menang, dan kebetulan pemenangnya adalah px).
Perawat : wahh, ternyata bapak jago juga ya bermainya. (sambil memuji px).
Px : iya mas, karena waktu kecil saya suka permainan ini. (dengan perasaan senang).
Perawat : sekarang gimana perasaan bapak? Px : saya senang sekali mas, apalagi
bermain bersama-sama seperti ini.
Perawat : nah, maka dari itu, gimana kalau bapak saya beri tugas?
Px : apa mas? (dengan rasa penasaran)
Perawat : disini kan banyak pasien lain, saya minta bapak berkenalan dengan salah
satu px
yang belum bapak kenal sebelumnya, dan saat kita bertemu lagi besok tolong
bapak kenalkan kepada saya. Apakah bapak bersedia?
Px : oh iya mas, akan saya coba, ( dengan penuh semangat)
Perawat : baiklah, kita rasa cukup untuk hari ini, besok rencananya kita mau
ketemuan
dimana? Jam berapa? Apakah seperti tadi?
23
Px : iya mas, seperti tadi saja.
Perawat : baik pak, kita tinggal dulu, sampai jumpan lagi besok . . . Px : iya mas . . .
(dan akhirnya px berusaha berkenalan dengan pasien lain yang belum ia kenal untuk
dikenalkan kepada perawat keesokan harinya).
SP3
Dan hari esok yang dinanti pun tiba, perawat menemui px sendiri, tidak dengan orang
lain seperti sebelumnya. Perawat juga merencanakan mengajak px keliling RS untuk
dikenalkan dengan komunitas-komunitas yang ada disitu. Selain itu px jg berhasil
mendapat kenalan baru yang nantinya akan dikenalkan kepada perawat.
24
Px : iya mas,,
Perawat : baik pak, ini adalah pertemuan terakhir kita, untuk selanjutnya bapak akan
di bantu dengan teman yangh pernah saya kenalkan kemarin.
Px : iya mas,, terima kasih banyak yam as..
Perawat : iya pak, terima kasih juga atas kerja samanya,, selamat siang…
Px : siang mas . . .
(dan dengan berjalanya waktu, pasien pun ahkirnya di perbolehkan pulang)
SP1 KELUARGA
Perawat berencana mendatangi keluarga dengan tujuan mendiskusikan masalah yang
dihadapi keluarga dalam merawat px di rumah, dan cara menyelesaikanya.
SP2 KELUARGA
Hari selanjutnya perawat mengevaluasi masalah yang didiskusikan kemarin, serta
memberi
solusi penyelesaian masalahnya.
25
Perawat : pagi bu…
Keluarga : pagi juga mas…
Perawat : sesuai janji kemarin, saya datang lagi kesini guna membantu menyelesaikan
masalah yang dihadapi oleh keluarga ini.
Keluarga : iya mas, silahkan…
Perawat : bagaimana yang kemarin bu? Apakah sudah anda coba? Dan bagaimana
hasilnya?
Keluarga : tidak ada perkembangan mas, masih pendiam dan lebih suka menyendiri di
kamar.
Perawat : nah, kalau begitu coba nanti bapak ibu ajak jalan-jalan ke tempat-tempat
yang
ramai ato ke tempat kerabat, dan anda juga harus banyak mengajaknya ngobrol, jangan
dibiarkan diam, pokoknya usahakan beri dia waktu lebih banyak untuk
berinteraksi dengan orang lain, jangan di biarkan sendiri.
Keluarga : iya mas, nanti akan saya ajak jalan jalan…
Perawat : iya bu, selamat mencoba ya,, kalau begitu saya tinggal dahulu, dan besok
saya
akan kesini lagi seperti tadi.
Keluarga : iya mas . ..
SP3 KELUARGA
Keesokan harinya perawat mendatangi lagi keluarga, dan perawat pun terkejut setelah
tau px sudah menunjukan perkembangan yang lebih baik.
26
Apakah masih sama seperti kemarin? (dengan rasa penasaran) Keluarga : terimah kasih
mas,,
Px : (mendadak lewat dan menemui perawat dengan jabat tangan) lho, mas perawat,,
apa kabar mas?
Perawat : baik pak, baik,, ( dengan rasa heran) , bapak mau kemana?
Px : itu mas, saya mau ikut membantu warga kerja bakti, saya tinggal dulu ya mas?
Perawat : oh, iya pak, silahkan,,
Keluarga : terima kasih yam as, sekarang keadaan bapak sudah jauh lebih baik,
Perawat : iya bu,, tapi juga harus anda ingat,, jangan anda biarkan bapak banyak
sendiri,
berikan dia aktifitas yang cukup, terutama sering-sering berinteraksi dengan warga
seperti sekarang ini, karena dengan demikian akan membantu proses
penyembuhan bapak.
Keluarga : iya mas.
Perawat : baiklah, saya rasa cukup untuk pertemuan kita, apabila ada masalah lagi
saya
harap keluarga untuk segera melapor ke kita. Sampai jumpa . . .
Keluarga : iya mas . . .
(dan akhirnya keluarga pun merasa senang, perawat juga ikut senang karena berhasil
membantu)
27