Sosialisasi politik merupakan proses pembentukan sikap dan orientasi politik para
anggota masyarakat dalam menjalani kehidupan politik. Proses sosialisasi berlangsung
seumur hidup yang diperoleh secara sengaja melalui pendidikan formal, nonformal, dan
informal maupun secara tidak sengaja melalui kontak
dan pengalaman sehari-hari, baik dalam kehidupan keluarga dan tetangga maupun dalam
kehidupan masyarakat.
Berikut ini adalah pengertian sosialisasi politik menurut para ahli terkemuka :
1. Sosialisasi politik hendaknya dilihat sebagai suatu proses yang berjalan terus-menerus
selama peserta itu hidup.
2. Sosialisasi politik dapat berwujud transmisi yang berupa pengajaran secara langsung
dengan melibatkan komunikasi informasi, nilai-nilai atau perasaan-perasaan mengenai
politik secara tegas. Proses dapat berlangsung dalam keluarga, sekolah, kelompok
pergaulan, kelompok kerja, media massa, atau kontak politik langsung.
1. Pengenalan otoritas melalui individu tertentu, seperti orang tua, anak, presiden, dan
polisi.
2. Perkembangan pembedaan antara otoritas internal dan yang eksternal, yaitu antara
pejabat swasta dan pejabat pemerintah.
3. Pengenalan mengenai institusi-institusi politik yang impersonal, seperti kongres
(parlemen), Mahkamah Agung, dan pemungutan suara (pemilu).
4. Perkembangan pembedaan antara situasi-situasi politik dan mereka yang terlibat
dalam aktivitas yang disosialisasikan dengan institusi-institusi ini.
Selain pendapat David Easton dan Robert Hess, Robert Le Vine (E. Sihotang, tt: 34)
juga memberikan pendapatnya tentang cara kerja atau mekanisme sosialisasi pengembangan
budaya politik yang meliputi tiga cara berikut :
a. Keluarga
Wadah penanaman (sosialisasi) nilai-nilai politik yang paling efisien dan efektif
adalah di dalam keluarga. Dimulai dari keluarga inilah antara orang tua dengan anak, sering
terjadi ”obrolan” politik ringan tentang segala hal sehingga tanpa disadari terjadi transfer
pengetahuan dan nilai-nilai politik tertentu yang diserap oleh si anak. Misalnya, seorang ibu
menceritakan kepada anaknya tentang pentingnya memberikan suara dalam pengambilan
kebijakan bersama. Melalui cerita dari sang ibu, seorang anak akan selalu mengingat
pentingnya memberikan suara dalam pengambilan kebijakan bersama seperti pemilihan ketua
OSIS.
Keluarga memiliki peran penting dalam sosialisasi politik karena ada dua alasan, yakni
sebagai berikut.
1. Hubungan yang terjadi di keluarga merupakan hubungan antar individu yang paling
dekat dan memiliki ikatan yang erat sehingga efektif untuk menanamkan sikap dan
nilai-nilai.
2. Keluarga merupakan lembaga yang pertama dan utama untuk menanamkan
kepribadian anak sejak awal.
b. Sekolah
Di sekolah melalui pelajaran civics education (pendidikan kewarganegaraan), siswa
dan gurunya saling bertukar informasi dan berinteraksi dalam membahas topik-topik tertentu
yang mengandung nilai-nilai politik teoretis maupun praktis. Dengan demikian, siswa telah
memperoleh pengetahuan awal tentang kehidupan berpolitik secara dini dan nilai-nilai politik
yang benar dari sudut pandang akademis. Misalnya, guru memberikan informasi tentang
budaya politik bangsa Indonesia pada era Orde Baru. Dari informasi guru, siswa menjadi tahu
bentuk dan ciri budaya politik Indonesia pada era Orde Baru.
Selain itu, Sekolah juga memberikan pandangan yang lebih konkrit tentang lembaga-
lembaga politik dan hubungan-hubungan politik. Anak belajar mengenal nilai, norma, dan
atribut politik negaranya. Kegiatan sosialisasi politik melalui sekolah dapat berupa kegiatan
intrakurikuler, upacara bendera, kegiatan ekstra, dan baris-berbaris.
d. Partai Politik
Salah satu fungsi dari partai politik adalah dapat memainkan peran sebagai sosialisasi
politik. Ini berarti partai politik tersebut setelah merekrut anggota kader maupun
simpatisannya secara periodik maupun pada saat kampanye, mampu menanamkan nilai-nilai
dan norma-norma dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Partai politik harus mampu menciptakan ”image” memperjuangkan kepentingan
umum agar mendapat dukungan luas dari masyarakat dan senantiasa dapat memenangkan
pemilu.
Media massa juga merupakan sarana ampuh untuk membentuk sikap-sikap dan keyakinan-
keyakinan politik. Melalui media massa, ideologi negara dapat ditanamkan kepada
masyarakat, dan melalui media massa pula politik negara dapat diketahui oleh masyarakat
luas. Banyak masyarakat yang menaruh perhatian terhadap politik melalui media massa
karena menarik atau cenderung berlebihan beritanya.
f. Pemerintah
Pemerintah merupakan agen yang mempunyai kepentingan langsung atas sosialisasi
politik. Hal ini karena pemerintah adalah pelaksana sistem politik dan stabilitasnya.
Pemerintah biasanya melibatkan diri dalam politik pendidikan, yaitu melalui beberapa mata
pelajaran yang ditujukan untuk memperkenalkan siswa kepada sistem politik negara,
pemimpin, lagu kebangsaan, dan sejenisnya.
Pemerintah secara tidak langsung juga melakukan sosialisasi politik melalui tindakan-
tindakannya. Melalui tindakan pemerintah, orientasi afektif individu bisa terpengaruh. Hal ini
secara otomatis juga mempengaruhi budaya politik individu yang bersangkutan.
Menurut Efriza (2012:54) bahwa isi materi sosialisasi politik yang disampaikan oleh
seorang individu atau agen sosialisasi kepada individu atau kelompok masyarakat sebagai
berikut:
Michael Rush dan Phillip Althoff (2002:37) berpendapat bahwa setiap keberhasilan
suatu proses sosialisasi politik ditentukan oleh faktor lingkungan dan keterkaitan unsur-unsur
yang mempengaruhinya. Proses keberhasilan sosialisasi politik ditentukan oleh:
1. Agen sosialisasi politik, yang terdiri dari keluarga, pendidikan, media massa,
kelompok sebaya, kelompok kerja, kelompok agama. Selain itu keberadaan kelompok
kepentingan dan organisasi kemasyarakatan memberi pengaruh sebagai agen
sosialisasi politik terhadap partisipasi masyarakat. Materi sosialisasi politik, yaitu
pengetahuan, nilai-nilai dan sikap-sikap politik yang hidup di masyarakat.
2. Mekanisme sosialisasi politik, di bagi menjadi tiga yaitu, imitasi, instruksi, motivasi.
Pola sosialisasi politik proses yang terus berkesinambungan, untuk mengetahui proses
sosialisasi, yang terdiri dari Badan atau instansi yang melakukan proses sosialisasi,
hubungan antara badan atau instansi tersebut dalam melakukan proses sosialisasi.
Selain faktor di atas terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi sosialisasi politik,
di antaranya adalah (Susanto, 1992:45): 1):
1. Apa yang disosialisasikan, merupakan bentuk informasi yang akan diberikan kepada
masyarakat berupa nilai, norma dan peran.
2. Bagaimana cara mensosialisasikan, melibatkan proses pembelajaran.
3. Siapa yang mensosialisasikan, institusi, mass-media, individu dan kelompok.
b. Instruksi
Cara melakukan sosialisasi yang kedua adalah instruksi. Gaya ini banyak
berkembang di lingkungan militer ataupun organisasi lain yang terstruktur
secara rapi melalui rantai komando. Melalui intruksi, seorang individu
diberitahu oleh orang lain mengenai posisinya di dalam sistem politik, apa
yang harus mereka lakukan, bagaimana, dan untuk apa.
c. Motivasi
Cara melakukan sosialisasi politik yang terakhir adalah motivasi. Melalui
carra ini, individu langsung belajar dari pengalaman, membandingkan
pendapat dan tingkah sendiri dengan tin2gkah orang lain.
I. Peran dan Fungsi Sosialisasi Politik
Sosialisasi politik berperan mengembangkan serta memperkuat sikap politik
kalangan warga masyarakat yang sadar politik, yaitu saar akan hak dan kewajiban
dalam kehidupan bersama. Peranan tersebut melibatkan keluarga, sekolah, dan
lembaga-lembaga tertentuyang ada dalam masyarakat.
http://www.kajianpustaka.com/2016/09/pengertian-jenis-dan-faktor-keberhasilan-sosialisasi-
politik.html
http://otakmurid.blogspot.co.id/2014/02/rangkuman-sosialisasi-politik.html