Anda di halaman 1dari 13

Manajemen Sekolah Bertaraf Internasional

Manajemen Sekolah Bertaraf Internasional


Nanang Fattah, Tatat Hartati, dan Effy Mulyasari
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
ABSTRACT
The policy of developing International School primary and secondary schools started in
2006/2007 influences school management. This policy is demanded by quality assurance in
education and globalization era indicated by competition in all sectors. The Strategic Planning
of the Department of National Education for 2010 states that each regency/city should have
one International School at Elementary, Junior High, Senior High, and Vocational Schools.
Until today, however, this ideal school has not developed its standard characteristics and
reference to be a competitive international school. This target of having an excellent school is an
opportunity that has to be collaborativelly developed to make International School in each unit
of education possible. This study suggests the importance of having the same perception on
the management of International School that covers planning, implementing and supervising.
All stakeholders need to have comprehensive understanding about the International School
characteristics, its management and strategy of implementation.

Keywords: international school, school-based management, top school

L ahirnya sekolah-sekolah dengan label sekolah


bertaraf internasional (SBI) atau sekolah
internasional merupakan realisasi Undang-
Penerapan model tersebut membawa
dampak pada pola manajemen yang dihubungkan
dengan pemenuhan atas adanya kebutuhan akan
Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem mutu pendidikan (demand driven) dari masyarakat
Pendidikan Nasional (UUSPN 20/2003) Pasal konsumen pendidikan sebagai arus bawah
50, Ayat 3 yang menyatakan bahwa “Pemerintah (downstream) dan projek pemerintah sebagai arus
dan atau pemerintah daerah menyelenggarakan atas (upstream), sehingga perlu koordinasi dan
sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada kerjasama nyata dari berbagai tingkat pemerintah.
semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan Sekolah hingga saat ini dipandang sebagai
menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional” organisasi publik yang perlu diberdayakan sesuai
(bandingakan juga PP No. 19 Pasal 61 ayat 1 dengan peran dan fungsinya. Di sisi lain sekolah
dan Rencana Strategis Departemen Pendidikan harus memiliki akuntabilitas kepada publik, namun
Nasional 2005-2009). sumber daya di sekolah memiliki keterbatasan.
Sejalan dengan itu, rencana pembangunan Bagaimana pemimpin sekolah dapat memanfaatkan
jangka panjang Departemen Pendidikan Nasional sumber daya yang ada agar lebih efisien dan lebih
2005 – 2025 mentargetkan paling tidak satu SD efektif dalam arti lebih memaksimalkan belajar
dan satu SMP serta satu SMA/SMK pada masing- peserta didik? Bagaimana sekolah memenuhi
masing kabupaten/kota akan menjadi sekolah tuntutan stakeholdernya seperti dengan munculnya
berkeunggulan lokal pada tahun 2009. Selanjutnya sekolah bertaraf internasional tersebut?
salah satu kebijakan untuk peningkatan mutu, Untuk merespon tuntutan dari para stakeholder
relevansi, dan daya saing bangsa dalam bidang seperti di atas, sekarang bermunculan sekolah-
pendidikan dilakukan melalui penguatan program sekolah lain di luar model pemerintah untuk
pembangunan Sekolah Bertaraf Internasional mengejar label sekolah bertaraf internasional di
(SBI) disetiap kabupaten/kota melalui kerja sama berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Kita maklumi
yang konsisten antara pemerintah dan pemerintah bersama bahwa dalam persekolahan kita mengenal
kabupten/kota yang bersangkutan dengan jumlah Sekolah Standar Nasional (SSN), Sekolah Bertaraf
112 unit di seluruh Indonesia pada jenis dan Internanasional (SBI) dan sekolah Internasional
jenjang pendidikan; SD, SMP SMA dan SMK.

ISSN : 1907 - 8838 19


EDUCATIONIST Vol. III No. 1 Januari 2009
Nanang Fattah, Tatat Hartati, dan Effy Mulyasari

(SI). Kita maklum bahwa PP No 19 tahun 2007 berfungsi sebagai lembaga yang mendidik
menjelaskan 8 standar yang harus dicapai di tiap generasi penerus dengan berbagai kemampuan
sekolah dan untuk mencapai 8 standar secara akademik, dan mensosialisasikan kepada anak
simultan kita mengalami kesulitan. Namun demi tentang masyarakat industri dan modern mengenai
proyek pemerintah dan demi martabat bangsa kemandirian, prestasi, universalisme dan keahlian.
Indonesia di hadapan bangsa-bangsa lain, maka Seiring dengan perkembangan jaman maka fungsi
model sekolah Bertaraf Internasional dan sekolah sekolah mengalami perubahan.
Internasional terus digulirkan untuk dicobakan Perubahan dalam organisasi sekolah dapat
secara meluas di tiap daerah. dikelompokkan menjadi (1) perubahan perbaikan
Dalam persepsi banyak orang sekolah (developmental change), perubahan transisi
bertaraf internasional adalah biayanya yang (transition change) dan perubahan transformasi
mahal, rombongan belajarnya lebih sedikit, bahasa (transformational change). Gambaran berubahan
pengantar menggunakan bahasa Inggeris, dan tersebut seperti dikemukakan oleh Dean Anderson
memiliki mitra sekolah di luar negeri. Pertanyaan- dan Linda A.. Anderson (2001:32) terlihat pada
pertanyaan yang muncul adalah: (1) apa sekolah Gambar 1, Gambar 2, dan Gambar 3.
bertaraf internasional (SBI) dan (2) bagaimana Perubahan sekolah reguler atau potensial
mengelola sekolah tersebut? (3) Bagaimana menjadi SSN, SBI dan bahkan SI dapat dikaji dari
strategi pengelolannya? ketiga jenis perubahan tersebut. Sejumlah ahli
yang berpendapat bahwa pengembangan SBI
Sekolah Bertaraf internasional dan merupakan pengembangan sekolah efektif dengan
Karakteristiknya karakeristik seperti dikemukakan Harris dan
Bennett (2001) sebagai berikut (1) kepemimpinan
Pada awal lahirnya sekolah, sekolah memiliki
yang profesional, (2) visi dan tujuan bersama,
fungsi khusus yang berbeda dengan organisasi
(3) lingkungan belajar, (4) konsentrasi pada
sosial lainnya seperti bisnis, keagamaan, keluarga
belajar-mengajar, (5) ekspektasi yang tinggi,
dan bahkan partai politik. Menurut Keith dan
(6) penguatan/pengayaan/pemantapan yang
Girling (1992: 4) sekolah secara tradisional

OLD TRANSITION NEW


STATE STATE STATE

Gambar 2: Perubahan Transisi (Transition Change)


Gambar 1: Perubahan pengembangan
(developmental change)

Succes Plateau
Re-Emergence
Wake-Up Calls Through Visioning
and learning
Growth Chaos

Birth

Death-Mindset
Forced to shift
Gambar 3: Perubahan Tranformasi (Transformational change)

20 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. III No. 1 Januari 2009


Manajemen Sekolah Bertaraf Internasional

positif, (7) pemantauan kemajuan, (8) hak dan telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara
tanggungjawab peserta didik, (9) pengajaran yang internasional.
penuh makna, (10) organisasi pembelajaran, dan Penelitian Dirjen PMPTK tentang Pemetaan
(11) kemitraan keluarga-sekolah. Best Practicess Sekolah Standar Nasional (SSN),
Sementara Scheerens (1992) dan Suparman Sekolah Nasional Bertaraf Internasional (SBI) dan
(2001) menyebutkan karakter sekolah efektif Sekolah Internasional (SI) (2006) menggunakan
sebagai berikut: (1) kepemimpinan yang kuat, (2) sembilan karakteristik. Sembilan karakteristik yang
penekanan pada pencapaian kemampuan dasar, menjadi ciri ketiga sekolah tersebut yaitu:
(3) adanya lingkungan yang nyaman, (4) harapan 1). clear and shared focus, 2). high standards
yang tinggi pada prestasi siswa, dan (5) penilaian and expectations, 3). effective school
leadership, 4). high levels of collaboration and
secara rutin mengenai program yang dibuat siswa. communication, 5). curriculum, instruction
Surya Dharma (2005) menyebutkan ciri-ciri sekolah and assessment aligned with standards, 6).
efektif yaitu: frequent monitoring of teaching and learning,
7). focused professional development, 8).
(1) a school climate conducive to learning,
supportive learning environment, 9). high
(2) the expectation among teachers that all
levels of community and parent involvement.
students can achieve, (3) a system of clear
instructional objectives for monitoring and Penjelasan dari masing-masing karakteristik
assessing student performance, (4) a school adalah sebagai berikut:
principal who is a strong programatic leader
and (5) who sets goal, maintain student 1. Visi dan Misi. Visi dan misi yang dimiliki
discipline, frequently observes classrooms, sekolah jelas, dan mudah dipahami. Visi
and creates incentives for learning.
dan misi tersebut disusun berdasarkan pada
kebutuhan siswa. Agar mudah dipahami Visi
Sementara ada yang berpendapat bahwa dan misi sekolah dipasang mulai dari pintu
SBI merupakan model sekolah yang berasal masuk kompleks sekolah sampai di hampir
dari rumusan sebagai berikut: SBI = SNP + X, setiap ruang sekolah. Kepala Sekolah, guru,
dimana SNP adalah standar nasional pendidikan tenaga kependidikan komite sekolah dan
(SNP) yang meliputi: kompetensi lulusan, isi, siswa memahami visi dan misi sekolah
proses, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana 2. Standard dan Harapan yang tinggi untuk
dan prasarana, dana, pengelolaan, dan penilaian; seluruh siswa. Siswa banyak yang menjadi
dan X merupakan penguatan, pengayaan, juara olimpiade matematika, fisika, dan
pengembangan, perluasan, pendalaman melalui biologi tingkat nasional serta internasional;
adaptasi atau adopsi terhadap standar pendidikan, Mendapatkan akreditasi internasional
baik dari dalam maupun luar negeri, yang diyakini misalnya dari University of Cambridge

Table 1: Karakteristik sekolah SSN, SBI dan SI

SSN SBI SI
1. Clear and Share focus 1. Clear and Share focus 1. Clear and Share focus
2. High standar and expectation 2. High standar and expectation 2. High standar and expectation
3. Effective School leadership 3. Effective School leadership 3. Effective School leadership
4. High level of collaboration 4. High level of collaboration and 4. High level of collaboration and
and communication communication communication
5. Curriculum, instruction 5. Curriculum, instruction and assesment 5. Curriculum, instruction and
and assesment aligned with aligned with standards assesment aligned with standards
standards
6. Frequent monitoring of 6. Frequent monitoring of teaching and 6. Frequent monitoring of teaching and
teachinng adn learning learning learning
7. Focused professional 7. Focused professional development 7. Focused professional development
development
8. Supportive learning environment 8. Supportive learning environment
9. High levels of community and parent 9. High levels of community and parent
Involvement Involvement

ISSN : 1907 - 8838 21


EDUCATIONIST Vol. III No. 1 Januari 2009
Nanang Fattah, Tatat Hartati, dan Effy Mulyasari

International Examinations; Guru 9. Lingkungan belajar yang kondusif. Komite


bertanggungjawab untuk membelajarkan sekolah mempunyai dukungan yang jelas
siswa guna mencapai prestasi tinggi. terhadap visi dan misi sekolah; Pemerintah
3. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif. Provinsi mempunyai dukungan yang jelas
Sekolah mempunyai disiplin sangat tinggi; terhadap visi dan misi sekolah, yaitu dalam
Kepala sekolah mampu berkomunikasi bentuk bea siswa; Kelas bersih sehat dan
dengan guru, siswa, tenaga kependidikan, terawat; Lingkungan sekolah dilengkapi
komite sekolah dan orang tua secara taman;
maksimal; Kepala sekolah mampu mengelola 10. Keterlibatan dari orang tua dan masyarakat
sumber daya secara optimal. yang tinggi. Ada keterlibatan orang tua dalam
4. Tingkat Kolaborasi dan komunikasi yang pemilihan program ekstra kurikuler siswa
Tingi. Adanya komunikasi timbal balik antara dan pemilihan jurusan; Ada keterlibatan
guru, siswa dan Tenaga Kependidikan serta orang tua dalam pengembangan citra
kepala Sekolah; Sekolah mempunyai web site sekolah; Para siswa dapat memperoleh
yang sudah up load ke internet; Memberikan dua ijazah sekaligus, yaitu: (1) Ijazah SMA
bantuan bea siswa, serta kunjungan rumah (UN), (2) Ijazah dari Lembaga Pendidikan
di lingkungan sekolah. Internasional.
5. Kurikulum, pengajaran dan Penilaian yang
mengacu pada Standar. Sebagian mata Manajemen Sekolah Bertaraf Internasional
pelajaran menerapkan Strategi mengajar Berdasarkan karakteristik sekolah di atas,
berbasis penelitian; Kepala sekolah, guru maka kita dapat membedakan sekolah SBI, SI
bahkan tenaga kependidikan memahami dengan sekolah potensial. Namun pada umumnya
peran evaluasi atau ujian lokal dan nasional; apabila dikaji dari sisi sistem manajemen sekolah,
Kelas yang tersedia memadai , tersedia maka perbedaan karakteristik itu mencakup
locker bagi para siswa di dalam kelas; komponen-komponen berikut.
Seluruh kelas dilengkapi dengan fasilitas
Pertama, output/lulusan SBI memiliki
pendingin Lab biologi, fisika & kimia bahasa,
kemampuan bertaraf nasional plus internasional
computer cukup luas lengkap & rapi.
sekaligus, yang ditunjukkan oleh penguasaan
6. Tersedia Pusat sumber Media. Perpustakaan SNP Indonesia dan penguasaan kemampuan-
cukup luas, memiliki tempat belajar bagi kemampuan kunci yang diperlukan dalam era
para siswa, koleksi sangat lengkap; Tersedia global. SNP ini merupakan standar minimal yang
program remedial; Tersedia program harus diikuti oleh semua satuan pendidikan yang
pengayaan. berakar Indonesia. SNP boleh dilampaui asal
7. Pemantauan belajar mengajar yang rutin. memberikan nilai yang positif bagi pengaktualan
Guru selalu memberikan balikan hasil potensi peserta didik, baik intelektual, emosional,
evaluasi kepada siswa; Kepala Sekolah maupun spiritualnya. Selain itu, nilai tambah
juga melakukan pemantauan untuk guru. yang dimaksud harus mendukung penyiapan
Pemantauan ini dilakukan rutin setiap manusia-manusia Indonesia abad ke-21 yang
semester; Guru yang disupervisi ditunggui kemampuannya berbasis ilmu pengetahuan dan
dikelas langsung sampai mata pelajaran teknologi, beretika global, dan sekaligus berjiwa
yang bersangkutan selesai; Pemantau dan bermental kuat, integritas etika dan moralnya
kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan tinggi, dan peka terhadap tuntutan-tuntutan
menggunakan jurnal kelas di tiap-tiap kelas; keadilan sosial. Penguasaan kemampuan kunci
Supervisi dari Cambridge University atau yang diperlukan dalam era global merupakan
Lembaga Pendidikan Internasional. kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk
8. Mengutamakan Pengembangan Profesional. bersaing dan berkolaborasi secara global dengan
Secara periodik mengirim guru, tenaga bangsa-bangsa lain, yang setidaknya meliputi
kependidikan untuk mengikuti pelatihan; penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pelatihan yang diikuti didasarkan atas mutakhir serta kemampuan berkomunikasi secara
kebutuhan sekolah; global.

22 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. III No. 1 Januari 2009


Manajemen Sekolah Bertaraf Internasional

Memiliki jaringan
Memiliki jaringan
Memiliki
Memiliki tata tata
kelola kerjasama
kerjasama Memiliki budaya
Memiliki budaya
kelola yang
yang solidsolid sekolah
sekolah ygyg kon-
kondusif
PROSES dusif
(PBM,Manajemen ) Penggunaan ICT
Penggunaan ICT
BERSTANDAR INTERNA- dlm PBM / Mana-
Menggunakan SIONAL dlm PBM /
Menggunakan SIM jemen
SIMygygmodern
modern Manajemen
MASUKAN
KELUARAN
(siswa, fasilitas, SDM,
dana, kurikulum, dll) (Akademik dan Non Akademik)
BERSTANDAR INTERNA- BERSTANDAR INTERNASIONAL
SIONAL

Didukung
Didukung Potensi sustaini-
Potensi
leadhersip tang-
leadhersif tangguh bilitas tinggi
sustainibilitas tinggi
guh

Memiliki
Memilikiketegasan tugas
ketegasan tugas Terdapat atmosmer
Terdapat atmosmer aka-
akademik
tanggungjwb dan koordinasi demik yg kondusif
tanggungjwb dan koordinasi jelas yg kondusif
jelas

Gambar 4: Sekolah sebagai Suatu Sistem dari Yuni Sri Rahayu (2008)

Kedua, proses penyelenggaraan SBI mampu SBI harus mengembangkan proses belajar
mengakrabkan, menghayatkan dan menerapkan mengajar yang: (1) mendorong keingintahuan (a
nilai-nilai (religi, ekonomi, seni, solidaritas dan sense of curiosity and wonder), (2) keterbukaan
teknologi mutakhir dan canggih), norma-norma pada kemungkinan-kemungkinan baru, (3) prioritas
untuk mengkonkretisasikan nilai-nilai tersebut, pada fasilitasi kemerdekaan dan kreativitas dalam
standar-standar, dan etika global yang menuntut mencari jawaban atau pengetahuan baru (meskipun
kemampuan bekerjasama lintas budaya dan bangsa. jawaban itu salah atau pengetahuan baru dimaksud
Selain itu, proses belajar mengajar dalam SBI harus belum dapat digunakan), dan (4) pendekatan yang
pro-perubahan yaitu mampu menumbuhkan dan diwarnai oleh eksperimentasi untuk menemukan
mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar dan kemungkinan-kemungkinan baru.
eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan Ketiga, input adalah segala hal yang
baru, ”a joy of discovery”, yang tidak tertambat pada diperlukan untuk berlangsungnya proses dan
tradisi dan kebiasaan proses belajar di sekolah harus memiliki tingkat kesiapan yang memadai.
yang lebih mementingkan memorisasi dan recall. Input penyelenggaraan SBI yang ideal untuk
Proses belajar mengajar SBI harus menyelenggarakan proses pendidikan yang bertaraf
dikembangkan melalui berbagai gaya dan selera internasional meliputi siswa baru (intake) yang
agar mampu mengaktualkan potensi peserta didik, diseleksi secara ketat dan masukan instrumental
baik intelektual, emosional maupun spiritualnya. yaitu kurikulum, pendidik, kepala sekolah, tenaga
Proses belajar mengajar yang bermatra individu- pendukung, sarana dan prasarana, dana dan
sosial-kultural juga perlu dikembangkan sekaligus lingkungan sekolah. Siswa baru SBI harus memiliki
agar sikap dan perilaku peserta didik sebagai potensi kecerdasan unggul, yang ditunjukkan oleh
makhluk individu tidak terlepas dari kaitannya kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual,
dengan kehidupan masyarakat lokal, nasional, dan berbakat luar biasa. SBI memiliki instrumental
regional dan global. Bahasa pengantar yang inputs ideal diantaranya sebagai berikut
digunakan dalam proses belajar mengajar adalah Kurikulum diperkaya (diperkuat, diperluas dan
Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing (khususnya diperdalam) agar memenuhi standar isi SNP plus
Bahasa Inggris) dan menggunakan media kurikulum bertaraf internasional yang digali dari
pendidikan yang bervariasi berbasis ICT.

ISSN : 1907 - 8838 23


EDUCATIONIST Vol. III No. 1 Januari 2009
Nanang Fattah, Tatat Hartati, dan Effy Mulyasari

berbagai sekolah dari dalam dan luar negeri yang pengadaptasian atau bahkan pengadopsian
jelas memiliki reputasi internasional. terhadap sebagian atau seluruh komponen
Guru harus memiliki kemampuan profesional sekolah dari luar negeri yang secara
(penguasaan mata pelajaran), pedagogik, internasional telah terbukti mutunya.
kepribadian dan sosial bertaraf internasional, 2. SBI dikembangkan berdasarkan atas
serta memiliki kemampuan berkomunikasi secara kebutuhan dan prakarsa sekolah (demand-
internasional yang ditunjukkan oleh penguasaan driven and bottom-up). Kondisi awal SBI
salah satu bahasa asing, misalnya Bahasa Inggris. tidak sama antar sekolah dalam kebutuhan,
Selain itu guru memiliki kemampuan menggunakan kemampuan dan kesanggupannya. Oleh
ICT mutakhir. Kepala sekolah harus memiliki karena itu, upaya-upaya yang ditempuh
kemampuan profesional dalam manajemen, oleh masing-masing SBI dapat beragam
kepemimpinan, organisasi, administrasi, dan mendasarkan atas kebutuhan masing-
dan kewirausahaan yang diperlukan untuk masing.
menyelenggarakan SBI, termasuk kemampuannya 3. Kurikulum SBI harus bertaraf internasional,
berkomunikasi menggunakan bahasa asing yang ditunjukkan oleh isi (content) yang
khususnya Bahasa Inggris. Tenaga pendukung, mutakhir sesuai dengan perkembangan ilmu
baik jumlah, kualifikasi maupun kompetensinya pengetahuan dan teknologi global.
memadai untuk mendukung penyelenggaraan
4. SBI menerapkan Manajemen Berbasis
SBI.
Sekolah (MBS) dalam mengelola sekolah
Sarana dan prasarana harus mendukung yang disertai tata kelola yang baik, yaitu
untuk penyelenggaraan SBI, terutama yang partisipasi, transparansi, akuntabilitas,
terkait langsung dengan penyelenggaraan proses demokrasi, penegakan hukum,
belajar mengajar, baik buku teks, referensi, profesionalisme, efektivitas dan efisiensi, ada
modul, media belajar, peralatan, dsb. Organisasi, kepastian, dan adanya jaminan mutu. Selain
manajemen dan administrasi SBI memadai untuk itu, penerapan MBS juga diperkaya dengan
penyelenggaraan SBI, yang ditunjukkan oleh: (1) penerapan prinsip-prinsip manajemen mutu
organisasi: kejelasan pembagian tugas dan fungsi terpadu (total quality management) yaitu
dan koordinasi yang bagus antar tugas dan fungsi; fokus pada pelanggan, keterlibatan secara
(2) manajemen tangguh, mulai dari perencanaan, total (total involvement) warga sekolah dalam
pengorganisasian, pelaksanaan, koordinasi mengembangkan SBI, dan perbaikan yang
dan evaluasi; dan (3) administrasi rapi, yang dilakukan secara terus menerus (continuous
ditunjukkan oleh pengaturan dan pendayagunaan improvement).
sumberdaya pendidikan secara efektif dan efisien.
5. SBI menerapkan proses belajar mengajar
Lingkungan sekolah, baik fisik maupun non-fisik
yang pro-perubahan seperti yang sudah
(kultur) sekolah mampu menggalang konformisme
dijelaskan pada standar proses SBI
perilaku warganya untuk menjadikan sekolahnya
sebelumnya.
sebagai pusat gravitasi keunggulan pendidikan
yang bertaraf internasional. 6. SBI menerapkan prinsip-prinsip
kepemimpinan transformasional/visioner,
Standar akreditasi SBI menggunakan
yaitu kepemimpinan yang memiliki visi ke
Standar Akreditasi Sekolah yang disusun oleh
depan yang jelas kemana SBI akan dibawa
Badan Akreditasi Sekolah Nasional plus standar
dan bagaimana cara melembagakan
internasional yang dimiliki oleh mitra kerja SBI dari
atau menggerakkan warga sekolah untuk
luar negeri (negara maju). Standar internasional
mencapai visi yang diinginkan..
yang dimaksud misalnya IB, Cambridge, ISO, IMO,
TOEFL dan IELTS. 7. SBI harus memiliki sumberdaya manusia yang
profesional dan tangguh. Profesionalisme
ditunjukkan oleh penguasaan bidang
Prinsip-Prinsip Pengembangan SBI kerjanya, etos kerjanya, penguasaan
1. Pengembangan SBI berpedoman pada bahasa asing (Bahasa Inggris khususnya),
SNP plus X. SNP adalah Standar Nasional penguasaan ICT, dan berwawasan global
Pendidikan dan X adalah penguatan, yang ditunjukkan oleh penguasaan ilmu
pengayaan, perluasan, pendalaman, pengetahuan mutakhir dan berstandar
internasional dan beretika global.

24 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. III No. 1 Januari 2009


Manajemen Sekolah Bertaraf Internasional

8. Penyelenggaraan SBI harus didukung oleh lessons learned. Hasil telaah digunakan sebagai
sarana dan prasarana yang lengkap, relevan, pertimbangan dalam pengembangan SBI
mutakhir, dan bertaraf internasional. Untuk selanjutnya. Pengembangan SBI secara kompak,
itu, perlu dilakukan telaah terhadap sarana cerdas, dinamis dan lincah merupakan upaya
dan prasarana yang ada dan dilakukan utama dalam fase konsolidasi. Dalam fase ini
modernisasi sesuai kebutuhan. harus diupayakan tegaknya kesepakatan dan
komitmen terhadap tata nilai, terbentuknya sistem
dan prosedur kerja, tersusun dan tertatanya tugas
Strategi Pengelolaan SBI
dan fungsi serta struktur organisasi, dan tata kelola
Pemahaman sekolah dan pihak-pihak terkait yang baik dalam penyelenggaraan SBI.
secara baik terhadap pengertian SBI, visi-misi-tujuan
Fase kemandirian, SBI diharapkan telah
SBI, standar SBI dan prinsip-prinsip pengembangan
mencakup kemandirian yang kuat, yang ditunjukkan
SBI yang dikehendaki oleh pemerintah menjadi
oleh tumbuhnya tindakan atas prakarsa sendiri dan
suatu kewajiban utama dan titik pijakan awal dalam
bukan dari kehendak pihak lain. Pada fase ini, SBI
menentukan strategi pengelolaan SBI dari tahap
diharapkan telah mampu bersaing secara regional
perencanaan, implementasi dan tahap penilaian
dan internasional yang ditunjukkan oleh kepemilikan
dan evaluasi dengan bijaksana.
daya saing yang tangguh dalam lulusan, kurikulum,
1. Strategi Tahap Rencana Pengembangan SBI proses belajar mengajar, penilaian, pendidik dan
Pada tahap awal adalah strategi perencanaan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
yang didasari oleh konsep bahwa pengembangan pendanaan, dan pengelolaan serta kepemimpinan
SBI harus dilakukan secara intens, terarah dan yang tangguh.
terencana, bertahap berdasarkan skala prioritas 2. Strategi Tahap Implementasi
karena alasan-alasan keterbatasan sumberdaya dan
a. Sosialisasi SBI
mempertimbangkan keberagaman status sekolah-
sekolah yang ada. Untuk itu, pengembangan SBI Sekolah yang telah ditetapkan sebagai
periode 2006-2010 difokuskan pada tiga fase rintisan SBI diharapkan mampu melaksanakan
berikut, yaitu: (1) fase rintisan, (2) fase konsolidasi, sosialisasi kepada stakeholder (orang tua siswa,
dan (3) fase kemandirian. komite sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/
Kota, Komisi Pendidikan di DPRD, dan lembaga
Fase rintisan, pengembangan SBI
atau masyarakat lain yang terkait). Tujuan
difokuskan pada pengembangan kemampuan/
sosialisasi ini adalah untuk memberikan informasi,
kapasitas dan modernisasi pada semua jajaran
penjelasan, dan harapan-harapan tentang hal-
birokrasi Depdiknas mulai dari sekolah, dinas
hal yang terkait dengan keberadaan sekolah
pendidikan kabupaten/kota, provinsi sampai
yang ditetapkan sebagai rintisan SBI sehingga
pusat. Pengembangan kapasitas yang dimaksud
dukungan dari berbagai pihak secara nyata dapat
meliputi pengembangan SDM (kepala sekolah,
terbentuk dan terjalin dengan baik. Pelaksanaan
guru, tenaga pendukung, dsb.) dan sumberdaya
sosialisasi ini dilakukan sedini mungkin, untuk
selebihnya (dana, peralatan, perlengkapan,
membangun pemahaman yang sama sejak awal,
bahan, dsb.) dan pengembangan sistem (legislasi,
sehingga dapat memberikan dampak yang positif
regulasi, kewirausahaan, dsb.). Dalam fase
bagi sekolah. Sosialisasi dapat dilakukan dalam
rintisan dilakukan modernisasi, terutama teknologi
berbagai strategi dan media, misalnya: melalui
komunikasi informasi (information communication
rapat-rapat, pertemuan, brosur, media cetak, media
technology/ICT). SBI harus sudah menerapkan
elektronik, dan sebagainya.
komunikasi berbasis ICT untuk kelancaran
pengambilan keputusan, kebijakan, perencanaan, b. Pembentukan Tim Pengembang SBI di sekolah
pengawasan, dan memudahkan akses informasi Dalam upaya memperlancar, mempermudah
SBI oleh masyarakat luas sehingga pencitraan manajemen, dan membangun sistem di sekolah
publik terhadap SBI dapat diwujudkan. Oleh karena yang lebih baik dalam penyelenggaraan SBI,
itu, sistem informasi manajemen SBI yang mutakhir maka diharapkan setiap sekolah membentuk Tim
sudah diupayakan dalam fase rintisan. Pengembang yang bertugas membantu kepala
Fase konsolidasi, semua upaya yang sekolah dalam penyelenggaraan SBI. Tujuan
telah dilakukan dalam fase rintisan ditelaah utamanya adalah untuk mempercepat penyiapan
bersama untuk mengambil best practices dan penyelenggaraan SBI, mengembangkan berbagai

ISSN : 1907 - 8838 25


EDUCATIONIST Vol. III No. 1 Januari 2009
Nanang Fattah, Tatat Hartati, dan Effy Mulyasari

aspek pendidikan yang akan dikembangkan terkait, mendukung, berkesinambungan, mantap


menjadi aspek-aspek yang berciri internasional, dan memiliki jalinan yang kuat sebagai suatu
dan membantu melakukan evaluasi terhadap sekolah bertaraf internasional. Gambar 1 dapat
pelaksanaan program SBI di sekolah. Di samping itu, memperjelas sistem yang perlu dikembangkan.
Tim Pengembang berperan aktif untuk membantu Secara kongkret beberapa langkah yang
penataan manajemen sekolah, khususnya dalam dapat dilakukan sekolah untuk membangun sistem
hal mencari jalinan kerjasama dengan pihak lain yang mapan dalam kerangka pelaksanaan rintisan
dan mempersiapkan sistem manajemen yang SBI antara lain:
berstandar internasional.
1) Penguatan eksistensi kelembagaan,
c. Pembuatan RPS-SBI diantaranya dengan melakukan sosialisasi
Sekolah yang ditetapkan menjadi rintisan SBI kepada semua pihak, dengan tujuan untuk
diwajibkan membuat Rencana Pengembangan memberikan informasi dan pemahaman
Sekolah (RPS) SBI dengan berpijak pada hasil yang sama, yang pada akhirnya akan
analisis kondisi sekolah yang ada dan beberapa memberikan dukungan kepada sekolah;
kebijakan terkait dengan pengembangan SBI. 2) Penguatan manajemen sekolah, di
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh sekolah antaranya dengan melakukan restrukturisasi
dalam membuat RPS-SBI ini antara lain: (a) tim SBI dan reorganisasi intern sekolah (apabila
sekolah bertanggung jawab terhadap keberhasilan dipandang perlu) sebagai bentuk
RPS, (b) harus melibatkan semua warga sekolah, pengembangan dan pemberdayaan potensi
komite sekolah, dan pihak lain yang dipandang sekolah. Hal ini kemudian ditindaklanjuti
perlu, (c) dibuat RPS jangka panjang/menengah dengan pemberian tugas dan tanggung
(sepuluh/lima tahun) dan RPS jangka pendek (satu jawab yang lebih luas, dengan tujuan untuk
tahun). Untuk memenuhi aspek legalitas, RPS- lebih mempermudah dalam mengelola
SBI yang dibuat harus mendapatkan persetujuan rintisan SBI;
dari Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan
3) Penguatan input sekolah, di antaranya
Kabupaten/Kota dan Komite Sekolah.
adalah melengkapi berbagai fasilitas
d. Pengembangan Kelembagaan Sekolah sebagai (perangkat keras dan lunak) manajemen
Sistem sekolah, baik pemasangan baru, menambah
Sekolah yang ditetapkan sebagai rintisan kekurangan atau meningkatkan yang sudah
SBI dituntut untuk memiliki sistem yang terpadu, ada sesuai kebutuhan sekolah sehingga
komprehensif, solid, dan didukung oleh perangkat dapat diimplementasikan Sistem Informasi
manajemen yang kuat, sehingga dapat dijadikan Manajemen (SIM) yang berbasis ICT;
landasan yang kuat untuk menyelenggarakan 4) Penguatan kerjasama, yaitu dengan
rintisan SBI di sekolah. Ciri-ciri sistem sekolah membangun jaringan yang lebih luas kepada
yang baik antara lain adalah: (a) adanya iklim berbagai pihak baik di dalam maupun luar
akademik sekolah yang kondusif, (b) kultur negeri, yang dibuktikan dengan adanya nota
sekolah mampu menciptakan kedisiplinan dan kesepahaman (MoU);
tanggungjawab tinggi, (c) terdapat penataan tugas
5) Melakukan rekulturisasi dalam ”kehidupan”
dan tanggungjawab yang jelas bagi warga sekolah,
sekolah dan menciptakan iklim akademik
(d) tidak mudah tergoyahkan oleh permasalahan
yang kondusif untuk menciptakan
yang timbul di internal sekolah maupun pengaruh
suasana yang kompetitif bagi siswa, rasa
dari luar sekolah, (e) terdapat jalinan kerjasama
tanggungjawab bagi guru dan karyawan,
kuat dengan pihak lain, (f) didukung oleh penerapan
menimbulkan rasa nyaman dalam bekerja
ICT dalam manajemen sekolah, (g) didukung
dan belajar, menumbuhkan kesadaran arti
oleh kepemimpinan/manajerial yang kuat, dan (h)
penting kemajuan, dan menumbuhkan
memiliki tingkat sustainabilitas tinggi.
kedisiplinan tinggi;
Berpijak dari sekolah sebagai suatu sistem
6) Meminimalkan permasalahan yang
yang terdiri dari komponen masukan-proses-
timbul di sekolah, melalui penguatan rasa
keluaran (input-process-output), maka berbagai
kekeluargaan dan kebersamaan untuk
upaya harus ditempuh sekolah agar bangunan
memajukan sekolah menuju pencapaian
sistem (input-process-output) tersebut dapat saling
penyelenggaraan pendidikan bertaraf

26 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. III No. 1 Januari 2009


Manajemen Sekolah Bertaraf Internasional

internasional. Di samping itu, perlu didukung dalam Bahasa Inggris dan menggunakan
oleh pola kepemimpinan yang kuat, tangguh, fasilitas ICT secara optimal. Tentunya dengan
demokratis dan relevan sesuai tuntutan memperhatikan, memfasilitasi dan menerapkan
perkembangan zaman. standar proses yang sudah diuraikan pada butir no
Penataan awal sistem yang kuat dalam 3 tentang standar SBI.
penyelenggaraan SBI di sekolah, akan Terkait dengan pembelajaran dalam Bahasa
mempermudah melaksanakan koordinasi, regulasi, Inggris, perlu diperhatikan beberapa hal. Agar
pengorganisasian, dan pencapaian ketahanan pencapaian kompetensi dalam bidang studi dan
penyelenggaraan SBI. bahasa Inggris tinggi dan seimbang, perlu upaya
e. Pengembangan Standar Kompetensi Lulusan pengembangan program-program pendukung
(SKL) dan Kurikulum antara lain: penyelenggaraan Bridging Course
bahasa Inggris, penyediaan Self-Access Learning
Sebagai sekolah yang ditetapkan sebagai
Centre, dan pelaksanaan kegiatan ”English
rintisan SBI-SMP, maka mutlak harus memiliki
Experience Day” di sekolah secara efektif. Selain
dan melaksanakan kurikulum yang berstandar
itu perlu dikembangkan model pembelajaran dalam
internasional. Sesuai dengan Permendiknas
bahasa Inggris yang sesuai dengan ciri dan karakter
Nomor 24 Tahun 2006, maka sekolah memiliki
yang ada pada sekolah. Model pembelajaran yang
tugas dan fungsi yang secara mandiri dan otonom
baik adalah model yang memfasilitasi pencapaian
untuk mengembangkan Kurikulum Tingkat
kompetensi yang tinggi dalam bidang studi
Satuan Pendidikan (KTSP) sendiri dan bertaraf
dan dalam bahasa Inggris (subject matter and
internasional.
language) dan keduanya diberi perhatian secara
Pengembangan KTSP bertaraf internasional proporsional. Focus on language sangat penting
diawali dengan mengembangkan SKL yang bertaraf untuk menghindarkan siswa dari fosilisasi, yaitu
internasional. Pengembangan SKL maupun pemerolehan bahasa yang tidak sesuai dengan
KTSP yang bertaraf internasional tersebut dapat kaidah bahasa Inggris sebagaimana digunakan
ditempuh melalui berbagai upaya, diantaranya oleh penutur asli bahasa Inggris.
adalah: (a) memperluas dan memperdalam SKL
g. Pengembangan Manajemen dan Organisasi
dan KTSP yang sudah ada di sekolah, dan (b)
Sekolah
mengadopsi atau mengadaptasi dari SKL dan
kurikulum internasional yang ada dari sekolah/ SBI diharuskan mengembangkan manajemen
lembaga lain. Selain itu juga dikembangkan sekolahnya ke arah manajemen mutu sebagaimana
perangkat kurikulum misalnya silabus, Rencana yang telah distandarkan dalam ISO 9001: 2000.
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar, Implementasi MBS di sekolah selama ini secara
media pembelajaran, dan instrumen penilaian konsep telah memberikan pemahaman dan
siswa. pengalaman yang dapat dijadikan tonggak atau
dasar bagi sekolah untuk mencapai manajemen
Secara teknis langkah-langkah yang dapat
mutu tersebut. MBS yang bercirikan otonomi/
ditempuh oleh sekolah dalam pengembangan
kemandirian, transparansi, akuntabilitas,
SKL dan KTSP yang bertaraf internasional ini
fleksibilitas, kerjasama/penggalangan partisipasi
antara lain: (a) memberdayakan warga sekolah
masyarakat, dan sustainibilitas diharapkan menjadi
dan komite sekolah/stakeholder sekolah yang
modal bagi SBI untuk mengembangkan lebih jauh
ada, (b) melaksanakan kerjasama dengan sekolah
dan sesuai tuntutan manajemen internasional.
lain yang bertaraf internasional, (c) melaksanakan
kerjasama/menggalang partisipasi dan dukungan Berbagai langkah yang dapat ditempuh oleh
dari lembaga: LPTK, LPMP, PPPG, Puskur, BSNP, sekolah menuju manajemen mutu yang berstandar
Puspendik, dan lembaga lain yang relevan. internasional antara lain: (a) melaksanakan MBS
secara totalitas, (b) melaksanakan pengkajian dan
f. Pengembangan PBM
pemahaman terhadap kriteria standar manajemen
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih mutu ISO 9001; (c) melengkapi berbagai perangkat
sangat jarang sekolah yang telah menerapkan PBM lunak dan keras untuk menyelenggarakan
dengan standar internasional. Sebagai rintisan SBI, manajemen mutu; (d) mengembangkan SDM yang
maka sekolah diwajibkan mengembangkan PBM mampu menjalankan manajemen mutu berstandar
yang mengarah kepada standar internasional, internasional yang berupa pelatihan, magang, dan
diantaranya adalah menerapkan pembelajaran sejenisnya; (e) dan sebagainya.

ISSN : 1907 - 8838 27


EDUCATIONIST Vol. III No. 1 Januari 2009
Nanang Fattah, Tatat Hartati, dan Effy Mulyasari

Pengembangan organisasi sekolah untuk yaitu secara intern sekolah meliputi warga sekolah
mendukung tercapainya SBI didasarkan atas dan kondisi sekolah itu sendiri. Sedangkan secara
kontribusinya terhadap pencapaian tujuan ekstern terdiri dari masyarakat sekitar sekolah,
sekolah. Dalam pengembangan struktur organisasi tingkat ekonomi masyarakat sekitar, budaya
sekolah, tugas dan fungsi dapat dijadikan sebagai masyarakat yang ada, lingkungan alam sekitar
acuan bagi pengembangan struktur organisasi sekolah, faktor keamanan sekolah, letak atau posisi
sekolah tersebut. Beberapa hal yang harus sekolah secara kewilayahan, dan sebagainya.
diperhatikan dalam pengembangan organisasi Sekolah yang merintis SBI diharapkan mampu
sekolah diantaranya adalah: (a) organisasi secara optimal mengembangkan lingkungannya,
sekolah membagi pekerjaan keseluruhan menjadi yaitu bagaimana upaya sekolah untuk secara
bagian-bagian yang saling terkait sehingga dapat optimal mampu memberdayakan, memanfaatkan,
memanfaatkan sumberdaya manusia secara dan menciptakan kondisi lingkungan yang benar-
efektif; (b) sekolah diorganisasikan sedemikian rupa benar memberikan kontribusi positif menuju SBI.
sehingga kesatuan dan kerja tim lebih ditekankan Beberapa langkah yang dapat ditempuh antara lain:
melalui koordinasi upaya yang efektif untuk (a) pengembangan KTSP melibatkan lingkungan
mencapai tujuan sekolah; (c) struktur organisasi sekolah secara keseluruhan sehingga bercirikan/
dibuat sesederhana mungkin, konsisten dengan berstandar internasional dan sekaligus sesuai
kebutuhan untuk mengkoordinasikan pekerjaan dengan tuntutan sekitarnya; (b) kerjasama dengan
sekolah; (d) setiap unit dalam struktur organisasi berbagai pihak untuk memperoleh dukungan dari
sekolah harus sesuai dengan tugas dan fungsinya, segi politis, ekonomi, sosial, dan keamanan; (c)
kewenangan, dan tanggungjawabnya; (e) setiap pemberdayaan dan pemanfaatan lingkungan
orang dalam struktur organisasi harus mengetahui sekolah untuk kegiatan PBM; (d) dan sebagainya.
kepada siapa dia harus mempertanggungjawabkan
Pengembangan budaya sekolah yang
kinerjanya.
dimaksudkan di sini adalah pengembangan budaya
h. Pengembangan Sarana dan Prasarana sekolah yang bermutu. Artinya, sekolah sebagai
Sebagai rintisan SBI, setiap sekolah harus rintisan SBI diharapkan mampu menciptakan suatu
memiliki sarana dan prasarana pokok. Diharapkan kondisi sekolah yang selalu berorientasi pada pola
setiap sekolah mampu mengembangkan semua kehidupan sekolah yang bermutu.
sarana dan prasarana sekolah menuju yang bertaraf 3. Strategi Penyiapan SDM Sekolah
internasional secara bertahap dan berkelanjutan.
SDM sekolah meliputi siswa, guru, kepala
Pengembangan yang dimaksudkan di sini lebih
sekolah dan tenaga pendukung. SBI mensyaratkan
menitikberatkan kepada pemenuhan berbagai
calon siswa baru harus memiliki kompetensi
kriteria atau standar internasional pada tiap sarana
dan kecerdasan tinggi. Hal ini didasari oleh
dan prasarana yang ada.
tuntutan kurikulum bertaraf internasional, yang
Berbagai upaya yang dapat ditempuh oleh mengharuskan peserta didik mampu berkompetisi
sekolah antara lain adalah dengan memberdayakan secara global. Oleh karena itu dalam perekrutan
komite sekolah/masyarakat, kerjasama dengan siswa hal ini harus dijadikan pertimbangan.
stakeholder lain baik di dalam maupun dari
Seperti yang dinyatakan dalam Undang-
luar negeri, mengoptimasikan dukungan dari
Undang Guru dan Dosen Tahun 2005, maka
pemerintah daerah (Dinas Pendidikan Kabupaten/
implikasi dari tugas utama guru pada sekolah rintisan
Kota dan Provinsi, LPMP, PPPG) dan pemerintah
SBI adalah mendidik, mengajar, membimbing,
pusat (Departemen Pendidikan Nasional atau
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
lembaga lainnya).
peserta didik dengan standar internasional.
i. Pengembangan Lingkungan dan Budaya Beberapa tugas utamanya secara garis besar pada
Sekolah sekolah rintisan SBI antara lain sebagai berikut:
Secara umum yang dimaksudkan dengan (a) mengembangkan kurikulum, silabus dan RPP
lingkungan sekolah ini ditinjau dari tingkatannya bertaraf internasional, (b) melaksanakan PBM
terdiri atas lingkungan global/internasional, regional, berstandar internasional dengan demikian guru
nasional, daerah, dan sekolah itu sendiri. Ditinjau harus memiliki kemampuan berbahasa inggris, (c)
dari tingkatan mikro maka lingkungan sekolah terdiri menerapkan berbagai metode pembelajaran sesuai
dari kondisi intern sekolah dan ekstern sekolah, dengan tuntutan kurikulum bertaraf internasional,

28 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. III No. 1 Januari 2009


Manajemen Sekolah Bertaraf Internasional

(d) mampu menggunakan perangkat ICT untuk dan berwawasan internasional dapat tercapai
proses pembelajaran atau untuk pengembangan secara bertahap dan berkelanjutan.
profesinya, (e) menerapkan berbagai metode Dinas Pendidikan Kabupaten dan Propinsi
penilaian atau evaluasi dalam pembelajaran, (f) dapat berperan lebih proporsional dalam hal
mengembangkan berbagai media pembelajaran melaksanakan pembinaan, penempatan/
sesuai dengan tuntutan kurikulum bertaraf pengangkatan, pembimbingan, dan pengarahan
internasional, (g) dan sebagainya. kepada kepala sekolah yang bertugas di sekolah
Untuk merealisasikan ketercapaian sekolah rintisan SBI. Prinsip-prinsip yang mengedepankan
sebagai rintisan SBI dalam hal pengembangan aspek profesionalitas dan kualitas lebih diutamakan
guru-gurunya, maka beberapa upaya yang dapat dalam pengembangan kepemimpinan sekolah
dilakukan oleh sekolah secara bertahap dan yang bertaraf internasional.
berkelanjutan antara lain: (a) melaksanakan Dalam kerangka pengembangan SBI, semua
pelatihan salah satu bahasa asing, khususnya tenaga pendukung (laboran komputer, laboran
Bahasa Inggris, (b) melaksanakan pelatihan IPA, laboran bahasa, tenaga TU, pustakawan,
pengembangan kurikulum, silabus, dan RPP yang teknisi komputer, tenaga administrasi keuangan,
bertaraf internasional, (c) melaksanakan pelatihan tenaga sdministrasi kepegawaian, tenaga
ICT, (d) melaksanakan pelatihan manajemen mutu administrasi akademik, tenaga administrasi
ISO 9001 (2000) khususnya yang berkaitan dengan sarpras, tenaga administrasi kesekretariatan) juga
tugas guru, (e) melaksanakan In House Training harus memenuhi kualifikasi dan kompetensi yang
dengan bekerjasama dengan Universitas terdekat memadai. Kemampuan atau kompetensi utama
untuk mempercepat guru dalam penguasaan PBM yang diperlukan sebagai tenaga pendukung antara
bertaraf internasional, (f) melaksanakan pelatihan lain: (a) memiliki kompetensi dan keterampilan
pengembangan media pembelajaran, (g) dan sesuai dengan bidang tugasnya serta memiliki
sebagainya. kemampuan ICT, serta (b) memiliki kemampuan
Terkait dengan tugas utama guru berkomunikasi berbahasa asing (misalnya Bahasa
pada sekolah rintisan SBI, maka tugas dan Inggris).
tanggungjawab Dinas Pendidikan Kabupaten/ Pengembangan tenaga pendukung yang dapat
Kota antara lain: (a) memberikan pembinaan, dilakukan oleh sekolah sebagai penyelenggara
pembimbingan, dan pengarahan secara nyata SBI antara lain melakukan upaya-upaya sebagai
untuk peningkatan kompetensi dan profesionalitas berikut: (a) melaksanakan pelatihan salah satu
guru, (b) pengembangan pola rekruitmen tenaga bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris, (b)
guru yang mengacu kepada kriteria guru pada SBI, melaksanakan pelatihan ICT, (c) melaksanakan
(c) penataan penempatan guru yang proporsional pelatihan manajemen mutu ISO 9001 (2000)
dan profesional sesuai dengan kebutuhan sekolah khususnya yang berkaitan dengan tugas tenaga
dan daerah, (e) meningkatkan kualifikasi guru yang pendukung, (d) dan sebagainya.
belum memenuhi persyaratan, misalnya dengan
4. Strategi Pembiayaan
studi lanjut, (f) memfasilitasi sekolah/guru untuk
melaksanakan studi banding ke sekolah lain/negara Penyelenggaraan SBI memerlukan biaya
lain yang telah melaksanakan SBI, (g) kerjasama yang memadai. Hal ini didasari oleh kenyataan
dengan LPMP dan perguruan tinggi setempat bahwa SBI memerlukan input dan proses yang
untuk peningkatan kompetensi dan profesionalitas memadai untuk mencapai output yang bertaraf
guru, (h) dan sebagainya. internasional. Berdasarkan kesepakatan antar
pemerintah pusat dan pemerintah daerah,
Kepala sekolah yang bertanggung jawab dalam
maka proporsi pembiayaan SBI negeri dapat
penyelenggaraan pendidikan pada sekolah rintisan
diformulasikan sebagai berikut. Pemerintah pusat
SBI, memiliki tugas dan fungsi cukup strategis.
membiayai 50%, pemerintah daerah provinsi
Kepala sekolah sebagai pimpinan atau manajer
30% dan pemerintah daerah kabupaten/kota
sekolah harus selalu berupaya meningkatkan diri
20%. Formulasi ini bukan harga mati karena bagi
dalam hal kemampuan intelektualitas, manajemen,
daerah yang kaya dapat berkontribusi lebih dari
kepribadian, keterampilan dalam berbagai bidang,
besarnya presentase tersebut. Bagi SBI swasta,
komunikasi, penguasaan ICT, dan sebagainya,
biaya pendidikan ditanggung oleh masyarakat
sehingga karakteristik kepala sekolah yang tangguh
dan yayasan pendiri sekolah tersebut. Meskipun

ISSN : 1907 - 8838 29


EDUCATIONIST Vol. III No. 1 Januari 2009
Nanang Fattah, Tatat Hartati, dan Effy Mulyasari

demikian, subsidi dari pemerintah dapat diberikan unsur daerah merupakan hal penting dalam rangka
atas dasar persyaratan-persyaratan tertentu. Bagi pengembangan kapasitas. Unit-unit utama yang
peserta didik yang lemah secara ekonomi dapat dilibatkan dalam pemantauan dan evaluasi antara
didukung pembiayaannya melalui subsidi silang. lain: Direktorat Pembinaan SD, SMP, SMA dan
Hal ini penting digarisbawahi agar SBI merupakan SMK, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan
sekolah untuk semua dan bukan sekolah eksklusif Kabupaten/Kota, BSNP, dan LPMP. Acuan utama
bagi kaum kaya. yang digunakan untuk mengukur ketercapaian
Mengingat keterbatasan dana dari pemerintah dan kesesuaian SBI adalah SNP plus pengayaan/
pusat dan daerah, maka strategi pembiayaan SBI penguatan/pendalaman internasional
ke depan harus mempertimbangkan kontribusi dari
masyarakat. Penggalangan dana dari masyarakat Kesimpulan
perlu diupayakan melalui sosialisasi program-
Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)
program SBI dan besarnya biaya yang diperlukan
menjadi model yang akan terus dikembangkan
serta keterbatasan kemampuan pemerintah pusat
oleh pemerintah yang bekerjasama dengan
dan daerah dalam membiayai SBI. Selain itu,
pemerintah daerah sehingga dapat cepat terwujud
desentralisasi dan otonomi daerah memberikan
dengan mempertimbangkan karakteristik sekolah
peluang lebih besar kepada daerah untuk
dan karakteristik tiap daerah. Untuk menyambut
berkontribusi secara maksimal, sehingga ke depan
kebijakan pemerintah yang dilandasi Pasal 50
peran dan pendanaan dari pemerintah pusat akan
ayat 3 UUSPN 20/2003 tentang penyelenggaraan
berkurang. Sebaliknya peran pemerintah daerah
sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada
menjadi meningkat. Hal ini perlu ditekankan agar
semua jenjang pendidikan di Kabupaten/Kota
keberlanjutan (sustainability) pembiayaan dapat
untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan
dijamin. Dukungan pemerintah pusat terhadap
bertaraf internasional, serta isi dalam Renstra
pembiayaan SBI semestinya sebatas pada
Depdiknas bahwa sampai dengan tahun 2010,
fase rintisan dan selanjutnya SBI dibiayai oleh
setiap kabupaten/kota diharapkan telah memiliki
pemerintah daerah. Hal ini perlu mendapatkan
satu SBI untuk setiap satuan pendidikan SD, SMP,
penekanan, jangan sampai sekolah yang sudah
SMA dan SMK. Strategi tersebut seharusnya
dilabeli SBI, tidak mendapatkan dukungan secara
secara komprehensif merujuk pada konsep, visi,
nyata dan terkesan berjalan sendiri tanpa arahan
misi, tujuan SBI dan prinsip-prinsip SBI yang sudah
yang jelas dari pemerintah baik pusat maupun
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Manajemen
daerah. Pembagian tugas dan fungsi antar mereka
Pendidikan Dasar dan Menengah. Selain itu strategi
harus jelas agar tidak terjadi duplikasi, konflik dan
pengelolaan seharusnya bersifat menyeluruh
benturan. Koordinasi antar mereka harus dilakukan
menjadi satu kesatuan dari tahap perencanaan,
melalui berbagai mekanisme.
implementasi serta pemantauan dan evaluasi.
e. Strategi Sistem Pemantauan dan Evaluasi
Manajemen SBI dimulai dari pemahaman
Sistem pemantauan dan evaluasi merupakan tentang karakteristik model SBI dan selanjutnya
bagian integral dalam penyelenggaraan SBI. Sistem tahap pemodelan yang dimulai dari tahap
ini ditujukan untuk mengetahui ketercapaian dan perencanaan yang meliputi fase rintisan, fase
kesesuaian antara rencana yang telah ditetapkan konsolidasi dan fase mandiri. Pada tahap
dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) implementasi meliputi beberapa strategi pengelolaan
SBI dengan hasil yang dicapai berdasarkan yaitu: (1) sosialisasi SBI, (2) pembentukan Tim
program dan kegiatan setiap satuan, jenjang, dan Pengembang SBI sekolah, (3) penyusunan RPS
jenis pendidikan serta unit-unit kerja pendukung SBI, (4) pengembangan kelembagaan sekolah
SBI dalam jajaran Depdiknas. Pemantauan sebagai sistem, (5) pengembangan SKL dan
dilakukan untuk memberikan peringatan dini jika kurikulum SBI, (6) pengembangan PBM, (7)
terjadi penyimpangan terhadap input dan proses pengembangan manajemen dan organisasi
penyelenggaraan SBI. Evaluasi dilakukan untuk sekolah, (8) pengembangan sarana dan
mengetahui kesesuaian hasil nyata SBI dengan prasarana, (9) pengembangan lingkungan dan
hasil yang diharapkan seperti yang ada dalam RPS budaya sekolah. Strategi berikutnya yang perlu
SBI. dipikirkan adalah pengembangan SDM sekolah,
Pemantauan dan evaluasi dilakukan dalam yang mempertanyakan kesiapan LPTK untuk
konteks desentralisasi sehingga pelibatan unsur- menyediakan guru yang professional sesuai

30 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. III No. 1 Januari 2009


Manajemen Sekolah Bertaraf Internasional

kebutuhan. Termasuk pengelolaan pembiayaan Depdiknas. 2007. Sistem penyelenggaraan


yang melibatkan komitmen secara nyata dan Sekolah Bertaraf Internasional untuk
sinergis antara pemerintah pusat dan daerah. Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat
Tahap akhir dalam strategi pengelolaan yang Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
menjadi titik penting adalah sistem pemantauan Menengah. Jakarta.
dan evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui Depdiknas. 2007. Pembelajaran Matematika
ketercapaian dan kesesuaian antara rencana yang dan IPA dalam Bahasa Inggris. Direktorat
telah ditetapkan dengan hasil yang dicapai. pembinaan SMP. Jakarta.
Keberhasilan program SBI ke depan sangat Depdiknas. 2006. Laporan Supervisi Klinis
ditentukan oleh komitmen secara sinergis dari pihak Pembelajaran MIPA dalam Bahasa Inggris.
sekolah, pihak pemerintah daerah, pemerintah Direktorat Pembinaan SMP. Jakarta.
pusat dan masyarakat serta pihak terkait lainnya
Depdiknas. 2004. Undang-Undang nomor 20 Tahun
(misalnya LPTK, LPMP) sesuai dengan peran dan
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
fungsinya masing-masing.
Jakarta.
Edmonds, R. “Effective Schools for the Urban
Poor” dalam Educational Leadership, 15-24,
Daftar Pustaka October 1979.
Harris, A. & Bennett, N. (2001), School effectiveness
Anderson, D. & Anderson, Linda S. A. 2001. Beyond & school improvement. London & New York.
Change Management. San Francisco: Continuum International.
Jossey-Baus/Pfeiffer. Koster, W. 2002. Analisis komparatif antara sekolah
Bergeson, T. TTh. Common characteristics of high efektif dengan sekolah tidak efektif. Diambil
performing schools. Diambil pada tanggal pada tanggal 8 Agustus 2005, dari http://
8 Agustus 2005, dari http://www.k12.wa.us/ www.depdiknas.go.id/Jurnal/31/-analisis_
SchoolImprovement/ success.aspx. komparatif_antara_sekolah.htm
Coombs & Hallak. 1972. Managing Educational Levin, H.M. TTh. Accelerated Schools: A New
Cost. Oxford University Press, London. Strategy for At-Risk Students. Bali
Cotton, K. 1996. “School Size, School Climate, Subiyanto. 2001. Pemantauan pelaksanaan
and Student Performance” dalam School program bantuan operasional manajemen
Improvement Research Series, http://www. mutu (bomm) di smun 10 surabaya (studi
nwrel.org/scpd/sirs/10/c020.html kasus). Jakarta: Balitbang Depdiknas. Diambil
pada tanggal 24 Juli 2005, dari http://www.
Cotton, K. 1998. “The Academic and Social
depdiknas.go.id/Jurnal/27/pemantauan_
Effectiveness of Small-Scale Schooling“ dalam
pelaksanaan_programba.htm. Surya
Journal of Early Education and Family Review,
Dharma.
v6 n1 p25-28 Sep-Oct. Dirjen PMPTK.
Theodore R.S. 2004. The Red Pencil: Convictions
Depdiknas. 2007. Panduan Penyelenggaraan
from Experience in Education. Yale University
Rintisan SMA Bertaraf Internasional. Direktorat
Press
Pembinaan SMA. Jakarta.
Thomas, P.H. 2002. Defining belief in self:
Depdiknas. 2007. Panduan Penyelenggaraan
Inteligent young men in an urban high school.
Rintisan SMP Bertaraf Internasional. Direktorat
Washington DC: Gifted Child Quarterly,
Pembinaan SMP. Jakarta.
National Association for Gifted Children.
Yuni, S.R. 2008, “Strategi Pengelolaan Sekolah
Bertaraf Internasional” dalam Makalah
Konaspi. Bali

ISSN : 1907 - 8838 31


EDUCATIONIST Vol. III No. 1 Januari 2009

Anda mungkin juga menyukai