PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Pertanyaan Penelitian
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
F. Manfaat Penelitian
a. Untuk Peneliti
Manfaat untuk saya sebagai peneliti adalah menambah pengetahuan saya
terutama mengenai polineuropati dan menambah pengalaman meneliti.
Untuk peneliti lain
Hasil data penelitian ini berguna bagi peneliti lain yang ingin lebih dalam
melanjutkan penelitian tentang polineuropati
c. Untuk institusi pendidikan kesehatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan informasi tambahan
untuk mahasiswa di institusi kesehatan dan kedokteran.
2. Manfaat Aplikasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Polineuropati
a. Definisi
b. Epidemiologi
2014). Dalam suatu studi lain didapatkan bahwa jumlah tenaga kerja
dengan neuropati tipe Carpal tunel syndrom di beberapa perusahaan
garmen di Jakarta sebanyak 20,3%.(Kurniawan B. 2008)
80
60
40
20
0
2014 2015 2016 2017
c. Penyebab polineuropati
d. Patomekanisme
e. Faktor-faktor resiko
f. Gambaran klinik
Tanda dan gejala klinis dari polineuropati merupakan refleksi dari saraf
apa yang terkena. Gejala dari polineuropati meliputi nyeri didaerah distal,
parastesi, kelemahan, dan gangguan fungsi sensoris. Nyeri mungkin bisa
tiba-tiba saja timbul atau mungkin dicetus oleh stimulasi pada daerah kulit
dan nyerinya tajam atau terbakar. Parastesi biasanya digambarkan
dengan rasa tebal, terbakar, atau kesemutan. Hilangnya persepsi rasa
nyeri mengakibatkan trauma berulang dengan degenerasi dari sendi-sendi
(Purnamasari D. 2016, Laaksonen S. 2016).
Kelemahan dirasakan paling hebat pada otot-otot kaki pada
kebanyakan polineuropati, memungkinkan juga paralisa dari otot-otot
intrinsik pada kaki dan tangan. Refleks tendon biasanya hilang, terutama
pada neuropati demyelinisasi. Pada kasus polineuropati yang berat,
pasien bisa mengalami kelumpuhan pada ke semua alat gerak dan
mengalami respirator-dependent. Saraf-saraf kranialis juga bisa terkena,
biasanya pada sindrom guillain-bare dan difteri. Kemampuan sensor kutan
hilang pada distribusi kasus stocking-and-glove. Segala macam mode
sensor perasa tersebut akan bermasalah (Purnamasari D. 2016,
Laaksonen S. 2016).
Kerusakan pada sistem saraf-saraf autonom dapat menyebabkan
miosis (mengecilnya pupil), anhidrosis (tidak bisa berkeringat), hipotensi
ortostatik, impotensi, dan keabnormalan vasomotor. Gejala-gejala tersebut
dapat muncul tanpa gejala lain yang sering menyertai polineuropati, tapi
gangguan pada sistem autonom tersebut sering menyertai polineuropati
distal yang simetris.. Takikardi, perubahan tekanan darah yang cepat, kulit
kemerah-merahan dan berkeringat, dan gangguan pada sistem
gastrointestinal biasanya ada hubungan dengan keracunan thallium,
12
g. Difrensial Diagnosis
h. Diagnosis
1). Anamnesis
i. Managemen
1). Medikasi
k. Prognosis
17
l. Pengendalian
a. Karakteristik Demografi
(1) Usia
dibandingkan dengan pria dan tentu saja hal ini mempengaruhi status gizi
pada perempuan. Selain itu, perempuan juga dipengaruhi oleh hormon
dimana ketika terjadi menopause maka proses penuaan lebih cepat
dibanding dengan pria.(Astika M, 2014)
b. Gaya Hidup
atau bahkan serangan kesetrum, belum ada data yang spesifik gejala apa
yang paling sering muncul pada pasien polineuropati tapi biasanya dimulai
dengan sedikit kesemutan atau mati rasa di ibu jari kaki atau pergelangan
kaki pada masing-masing kaki, Orang yang berbeda mungkin mengalami
gejala yang berbeda, beragam mulai kehilangan kepekaan, hingga
paraestesias (rasa kesemutan atau terbakar) dan kepekaan saat
menyentuh yang meningkat secara luar biasa. Namun sebagaimana itu
kian memburuk dan menjalar dari telapak kaki ke pergelangan kaki dan
kaki, perubahan sensori menjadi kian bertahan. Namun demikian, reaksi
yang paling umum terhadap gejala awal yang begitu ringan adalah
mengabaikannya atau barangkali mengobatinya sendiri, memakai obat
penghilang nyeri (parasetamol), jamu atau minuman beralkohol. (Smart T,
2016, Schaik V. 2011)
22
B. Kerangka Teori
Pada kerangka teori dibawah ini, dapat dijelaskan bahwa awal mula
dari terjadinya polineuropati yaitu karena adanya lesi saraf tepi. kebiasaan
merokok dapat dihubungkan dengan nikotin yang membuat konstriksi
pembuluh darah melalui gangguan fungsi endotel, meningkatkan
karbonmonoksida dan oxygen free radicals, disamping itu dapat
menyebabkan spasme arteri dan penurunan kapasitas oksigen di arteri
sehingga nantinya saraf akan menjadi hipoksia lalu dikemudian hari
berubah menjadi neuropati, kebiasaan merokok ini juga berhubungan
dengan jenis kelamin dimana pria lebih cenderung merokok dibandingkan
dengan perempuan.
Selain itu ada juga yang mendasari polineuropati karena zat toksik
seperti obat-obatan yang dapat membuat lesi pada saraf dikarenakan zat
toksiknya yang terakumulasi pada saraf. Selain itu, pola makan yang
kurang baik dapat menjadi memicu polineuropati dikarenakan Kekurangan
asupan gizi tertentu yang dibutuhkan oleh saraf misalnya vitamin B,
khususnya vitamin B12 membuat saraf tepi kekurangan nutrisi yang
tentunya akan membuat lesi pada saraf tepi dikemudian hari. Sedangkan
Mekanisme yang mendasari polineuropati karena proses penuaan yaitu
adanya degenarasi pada saraf tepi yang dikemudian hari akan terjadi lesi
pada saraf tepi itu sendiri. Diabetes melitus dalam kerangka teori ini dapat
berhubungan dengan polineuropati karena kadar gula darah yang tinggi
dapat menyebabkan akumulasi sorbitol dan polyol pada saraf yang
kemudian akan bersifat toksik pada saraf.
Pada penelitian ini, peneliti merasa perlu untuk meneliti beberapa
karakteristik yang dapat mempengaruhi terjadinya polineuropati, yaitu
usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, kebiasaan makan obat, pola
makan dan kadar gula darah.
23
Polineuropati
Jenis kelamin
Vasokontri
ksi arteri &
Kebiasaan kapasitas Hipoksia pada saraf
merokok Nikotin oksigen
darah
menurun
Kebiasaan
Lesi saraf tepi
Gaya hidup makan obat Toksisitas
pada saraf
Proses degenarisi
pada saraf
Pola Kurang Nutrisi saraf
makan vitamin B kurang
Umur
Suku
Diabetes melitus Kadar gula darah Akumulasi sorbitol
meningkat ( dan polyol di saraf
hiperglikemik)
C. Kerangka Konsep
Umur
Jenis kelamin
Derajat Nyeri
POLINEUROPATI
Kebiasaan Merokok
D. Definisi Operasional
b. Usia adalah masa hidup seseorang yang terdapat pada Kartu tanda
penduduk yang disesuaikan dengan kelompok usia menurut
Departemen Kesehatan, kemudian di catat pada digit 2 di case report
dan kuisuiner dengan Kriteria objektif :
1. Masa remaja akhir : berusia 17 – 25 tahun
2. Masa dewasa awal : berusia 26 – 35 tahun
3. Masa dewasa akhir : berusia 36 – 45 tahun
4. Masa lansia awal : berusia 46 – 55 tahun
5. Masa Lansia akhir : berusia 56 – 65 tahun
6. Masa Manula : berusia > 65 tahun
d. Kebiasaan makan obat dalam penelitian ini adalah perilaku atau gaya
hidup pasien polineuropati yang biasa mengkonsumsi obat yang
26
f. Kadar gula darah adalah tingkat glukosa dalam darah, pada penelitian
ini menggunakan kadar gula darah puasa yang diperoleh dari hasil
laboratorium di catatan dokter di poliklinik mengenai riwayat penyakit,
kemudian diisi ke dalam case report. Dengan kriteria objektif :
1. Beresiko : > 126 mg/dl