Anda di halaman 1dari 7
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Forest Products Research Journal Vol. 6, No. 6 (1989) pp. 353 — 359, ANALISIS KIMIA BATANG AREN (ARENGA PINNATA MERR) DARI JASINGA, BOGOR (The chemical analyses of aren stem (Arenga pinnata Merr) from Jasinga, Bogor*) Oleh/By Gusmailina & Hartoyo ‘Summary Chemical analyses of Aren stem (Arenga pinata Merr) from Jasinga, Bogor has been conducted at the Forest Produete Research and Development Centre laboratory in Bogor. The analyses comprised of the determination of cellulose, lignin, pentosan, ash and silica, calorifie value, extractives and the solubility in sodium hydroxide. These analyses were commonly condueted to determine basic characteristics and ultimate uses of wood. ‘The average of the cellulose, lignin, pentosan, ash and silica, extractives content, solubility in sodium hydroxide and calorific value of the peripheral portion were consecutively as follow : 25,02%, 33,7%, 19,65%, 1,4 and 0,51%, 5,85 % (in cold water), 10,06 % (in hot water), 9,86 % (in alcohol-benzene), 35,51 % in sodium hydroxide and 4406 kal/g. While for the central portion, the above analyser showed averages as follow : 44,82 %, 36,8 %, 16,57 %, 4,18 % ond 1,32 %, 22,88 % (in cold water), 32,74 % (in hot water), 4,82 % (in aleohol-benzene), 59,80 % in sodium hydroxide and 4035 kal/g. The extractive content of Aren stem ranked high in the characteristics and ultimate uses of wood classification. Based on chemical analyses, such as the cellulose content, lignin, pentosan and extractive content, the Aren stem from Jasinga, Bogor, appeared to be a poor material for pulp and paper industry. 1. PENDAHULUAN Aren (Arenga pinnata Mert) adalah salah satu species yang termasuk ke dalam familia Arecaceae (Backer and Brink, 1968) atau Palmae (Steenis, 1987) yang pada mulanya dikenal dengan nama Arenga saccharifera Labill. Tumbuh dan tersebar hampir diseluruh kepulauan Indonesia, baik yang tumbuh secara liar dalam hutan atau yang dibudi- dayakan pada ketinggian 1 sampai 1400 meter dari permukaan laut. Akan tetapi lebih dominan pada dacrah-daerah yang kering, karenanya disebut juga dengan “dry land” species (Burkill, 1966). Aren merupakan tanaman serba guna, karena semua bahagian dari tanaman dapat dipakai, mulai dari akar sampai pada daun mudanya, Akar tanam- an sebagai bahan anyaman dan untuk cambuk, pondoh dapat dimakan sebagai sayuran, tulang daun untuk sapu dan keranjang, daun muda untuk ganti kertas rokok, ijuknya digunakan untuk tali, atap, sikat dan lain-ain. Yang lebih terkenal dari tanaman Aren ini adalah gulanya, oleh karenanya Aren disebut juga dengan "sugar palm” (Burkill, 1966), serta penghasil tuak yaitu sejenis minuman Khas tradisional. Selain itu bijinya juga dapat di- makan yang dikenal sebagai kolang-kaling, Sampai saat ini penggunaan batang Aren masih terbatas sekali dan belum dimanfaat secara optimal, *) This study is financed by the Internationai Development Research Centre (IDRC) Project, Canada. (Penelitian ini iayai oleh Proyek IDRC, Canada), seperti empelurnya dibuat sagu yang dikonsumsi oleh penduduk yang tinggal dipegunungan dikala tanaman padi gogonya gagal (Heyne, 1987). Batang yang dibelah digunakan untuk talang (saluran air) dan kayunya dibuat untuk tongkat jalan dan usuk genting atau kasau. Babkan sejak dahulu kala di kerajaan Minang Kabau, kayu Aren telah dikenal dengan nama "ruyung” yang digunakan untuk pagar halaman istana-kerajaan, sehingga kerajaan Minang Kabau juga terkenal dengan sebutan Pagar Ruyung. Batang Aren dapat mencapai tinggi 25 meter dan dengan diameter 65 cm. Dengan demikian kemungkinan peningkatan nilai ekonomis dari batang Aren dapat lebih ditingkatkan. Untuk men- duga kemungkinan pemanfaatan batang Aren yang lebih ekonomis, salah satu cara dapat dilakukan dengan jalan mengetahui komponen kimia dari batang Aren. Selain itu juga dapat digunakan se- agai bahan untuk identifikasi resistensi dari kayu Aren tethadap organisme perusak serta untuk men dapatkan hasil yang optimal dalam pengolahannya dengan kualitas produk yang memenuhi persyarat- an konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat dan komposisi kimia batang Aren meliputi : pene- tapan kadar selulosa, lignin, pentosan, abu, silika, nilai kalor, kelarutan dalam air dingin, air panas, alkohol-benzene serta kelarutan dalam sodium hi- droksida. Dengan diketahuinya komponen kimia batang Aren, maka kemungkinan pemanfaatannya 353 sebagai pemasok Industri pulp dan kertas, rayon selulosa asetat, papan serat dan lainnya dapat di- pertimbangkan. Il, BAHAN DAN METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan yaitu dua batang Aren (Arengapinnata Merr) yang diambil dari desa Jugala Jaya, Jasinga Bogor. Tinggi pohon berkisar antara 8 —10 meter dengan diameter antara 20 — 30cm. Bahagian yang dianalisis adalah bahagian perifer dan bahagian sentral dari batang Aren. Bahagian perifer lebih keras dibandingkan dengan bahagian sentral, bahagian ini mempunyai warna yang gelap (coklat kehitaman). Tebal perifer biasanya berkisar antara 0,5 — 2 cm, sedangkan tebal perifer batang Aren maksimum yang dianalisis hanya 0,5 cm. ‘Bahagian sentral batang Aren merupakan bahagian yang lunak yang dibuat sagu dan dikenal dengan sagu Aren. Pengambilan contoh uji dan persiapan analisis ditetapkan berdasarkan standar ASTM dan pro- sedur yang berlaku di Laboratorium Puslitbang Hasil Hutan, Bogor. Penetapan kadar lignin, kelarutan dalam air dingin, air panas, alkohol-benzen (1 : 2), natrium hidroksida 1%, kadar abu dan silika dilakukan menurut standar ASTM D 1102 — 1110 — 56 (ASTM, 1976). Penetapan kadar selulosa dilakukan menurut metoda Norman & Jenkins (Wise, 1944), sedangkan penetapan pentosan dilakukan dengan metoda Gravimetri dan penetapan nilai kalor de- ngan Bomb Kalorimeter dan ASTM D. 3286 — 73 (1959). Masing-masing penetapan dilakukan dengan ‘dua kali ulangan, sedangkan hasil analisis dibanding- kan dengan klassifikasi komponen kimia kayu Indonesia. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Ratatata komponen kimia batang Aren yang terdapat pada bahagian perifer dan sentral batang Aren dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan hasil, analisis lengkap secara terperinci dapat dilihat pada Lampiran 1. Perhitungan dilakukan berdasarkan berat kering oven. Sampai saat ini belum ada Klassifikasi tentang Komponen kimia batang aren atau yang sejenisnya, seperti kelapa atau palmae lainnya, sehingga dalam penelitian ini pembahasan didasarkan pada Klasifi- kasi komponen kimia kayu Indonesia (Lampiran 2). Selulosa merupakan bahagian terbesar dari kayu. Jumlahnya bervariasi pada tiap jenis kayu, bahkan dalam suatu jenis pohon dapat berbeda. Selulosa mempunyai peranan penting dalam industri, seperti untuk film, plastik, rayon asetat, industri senapan, seluloid, sutera tiruan dan beberapa produk lain seperti vernis, perekat, benang atau bahan sandang. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan menun- jukkan bahwa kadar selulosa pada bahagian sentral batang aren lebih besar pada bahagian perifer, rata- rata berkisar antara 44,67 % — 44,96 % pada baha- ian sentral batang dan 19,77 % — 23,94 % pada bahagian perifer batang. Hal ini disebabkan karena ‘abel 1. Ratarrata komponen kimia batang Aren (Arenga pinnata) ‘Table 1, Averages of chemical component of Aren stem (Arenga pinata). Komponen Perifer_(Pheripheral) Sentral (Central) (Component) a 5 5 7 5 3 Selulosa (Cellulose) 7 21,36 19,77 44,85 44,67 44,96 Lignin (Lin) 33,05 3538 35,98 36,00 33,38, Pentosan 19,34 1845 19,20 16,54 14,00 Kelarutan (Solubil Air dingin (Cold water) 5,88 6,80 734 18,75 23,87 26,06 b. Air panas (Hot water) ait siz 1287 25/54 32,96 39,48, ¢. Alcobol-benzena 2,95 3,56 5,10 3,56 4,68 6,24 a. NiOH 1 % 30,77 33,08, 4267 47,80 63,46, 88,17 Abu (Ash) 1,07 1,88 78418 4.02 4,81 Sika (Sica) 0.389 oe70 1,267 1,129 1,557 0,487 Keterangan (Remarks) : 354 = bawah (stump) b= tengah (middle) = atas (top). Jurn. Pen. Has. Hut. Vol. 6.No. 6 (1989) pada bahagian sentral batang aren sebahagian besar terdiri dari pati (karbohidrat). Oleh. karenanya bahagian yang dikonsumsi adalah bahagain sentral- nya, bukan bahagian perifer. Jika. dibandingkan dengan klassifikasi koMmponen kimia kayu Indo- nesia, maka kadar selulosa yang diperoleh pada bahagian perifer sangat rendah, sedangkan kadar selulosa pada bahagian sentral batang aren, terma- suk pada kelas dengan kadar selulosa yang sangat tinggi, bahkan melebihi dari angka pada kelas kom- Ponen yang tertinggi. Komponen kedua yang dianalisis adalah lignin, menurut Browning (1963) lignin adalah komponen non karbohidrat, suatu unsur penting yang terda- pat pada kayu. Lignin merupakan suatu persenya- waan aromatik dalam polimer yang sangat kom- plek dan mempunyai berat molekul yang ting- gi. Kandungan lignin pada kayu bervanasi, ter- gantung pada jenis kayunya. Menurut Panshin (1970) pada kayu daun lebar berkisar antara 17— 25 % dan pada kayu daun jarum berkisar antarz 24 — 82 %. Lignin biasanya terdapat di dalam lamella tengah antara sel tanaman dan di dalam dinding sel tanaman sebagai penghubung dari poli- sakharida, Menurut Anonymus (1976), sampai saat ini belum diketahui struktur lignin yang sebenar- nya, Namun demikian lignin dapat dimanfaatkan untuk pembuatan vanilin, dimetil sulfoksida yang di gunakan sebagai perekat pada industri plastik dan apabila dihidrogenolisis pada suhu dan tekanan yang tinggi akan diperoleh hasil berupa fenol (Anonymus, 1970). Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kan- dungan lignin pada batang aren berkisar antara 32,84 % — 35,38 % pada bahagian perifer, sedeng- kan rata-rata pada bahagian sentral berkisar antara 35,95 % — 38,38 %. Jika dibandingkan dengan Klassifikasi komponen kimia kayu Indonesia, kadar lignin aren yang diperoleh termasuk ke dalam kelas yang mengandung lignin tinggi, baik yang terdapat pada bahagian perifer ataupun yang terdapat pada bahagian sentral batang. Demikian juga bila diban- dingkan dengan komponen kimia kayu secara umum (Brown, et al., 1952 dan Panshin, 1970), termasuk kelas dengan kadar lignin tinggi. Dalam pembuatan pulp dan kertas, kandungan lignin yang tinggi akan mengganggu sewaktu proses pemben- tukan bubur dalam pembuatan kertas, selain itu kertas yang dihasilkan bersifat kaku, berwama kkuning dan berkualitas rendah. Komponen ke tiga yang di analisis adalah pen- tosan. Pentosan merupakan senyawa polisakharida, sama halnya dengan pati dan selulosa, pentosan suga terdapat dalam kayu yang besar kemungkinan For. Prod. Res. J. Vol. 6, No. 6 (1989) tersusun dari gula essensial sebagai xylan 1,4 poly- xylosa atau mungkin terdiri dari dua atau banyak monosakharida dalam gabungan polisakharida. Pentosan digunakan sebagai bahan untuk mempra- duksi furfural dalam industri kimia. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar pento- san yang terdapat pada bahagian perifer batang aren ratazata berkisar antara 18,45 % — 21,02 %, sedangkan yang terdapat pada bahagian sentral batang aren berkisar antara 14 % — 19,20 %. Berarti perbedaan kandungan pentosan antara ba- hagian perifer dan sentral tidak begitu berbeda. Jika dibandingkan dengan klassifikasi komponen kimia kayu Indonesia terutama kayu daun lebar, maka kadar pentosan Aren termasuk pada kelas yang sangat rendah, bahkan nilai rata-rata yang diperoleh masih di bawah dari nilai yang paling rendah. Akan tetapi jika dibandingkan dengan klas- sifikasi Komponen kimia kayu daun jarum, maka kadar pentosan batang aren termasuk ke dalam elas dengan kadar pentosan tinggi, baik yang ter- dapat pada bahagian perifer, maupun yang terdapat pada bahagian sentral. Komponen kimia ke empat yang di analisis adalah kadar abu dan silika, Menurut Brown et al. (1952), pada umumnya unsur-unsur yang terdapat dalam abu dengan jumlah yang tinggi adalah garam karbonat, sulfat, fosfat dan silikat dari kalium, kalsium serta magnesium. Selanjutnya Browning (1967) mengemukakan bahwa kulit pohon biasa- nya mengandung lebih banyak abu dari pada kayu- nya sendiri, karena unsur anorganik terdapat seba- hagian besar pada kulit pohon, sedangkan faktor yang mempengaruhi banyaknya unsur anorganik dalam kayu adalah jenis tanah dimana tumbuhan tersebut tumbuh. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa ratat rata kadar abu yang terdapat pada bahagian perifer batang aren berkisar antara 1,07 % — 1,78 %, se- dangkan yang terdapat pada bahagian sentral ber- kisar antara 4,02 % — 4,81 %. Kadar silika yang terkandung pada bahagian perifer batang aren rata- rata berkisar antara 0,389 % — 0,670 %, sedangkan yang terdapat pada bahagian sentral berkisar antara 1,129 % — 1,557 %. Dengan demikian diketahui bahwa kadar abu dan silika batang aren lebih besar terdapat pada bahagian sentral dari pada bahagian perifer. Hal ini berlawanan dengan kadar abu dan silika yang terdapat pada kayu umumnya. Namun demikian untuk lebih meyakinkan perlu penelitian lebih lanjut. Komponen ke lima yang di analisis adalah zat ekstraktif. Menurut Browning (1967), zat ekstraktif merupakan persenyawaan organik yang dapat di- 355

Anda mungkin juga menyukai