Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infeksi nosokomial atau yang saat ini lebih di kenal dengan Health-care

Associated Infection (HAIs) adalah penyebab yang paling diwaspadai dalam

peningkatan angka mortalitas dan morbiditas pasien di rumah sakit. Tidak

jarang mutu rumah sakit menjadi turun akibat tingginya angka kejadian HAIs.

Ada banyak penyebab dari HAIs, salah satunya terkait dengan proses dan

system kesehatan, yaitu prilaku professional tenaga kesehatan yang terlibat

dalam proses perawatan pasien. Tangan dari petugas kesehatan adalah

pembawa mikroorganisme yang paling umum dari satu pasien ke pasien yang

lain dan dari lingkungan ke pasien. Untuk memutus rantai penyebaran

mikroorganisme tersebut kebersihan tangan sangatlah diperlukan. Meskipun

demikian masih banyak petugas kesehatan yang belum patuh dalam

pelaksanaan kebersihan tangan, hal ini di sebabkan karena beberapa hal

seperti kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang proses

kebersihan tangan, kurangnya pengetahuan terhadap pentingnya kebersihan

tangan, kontinuitas sosialisasi dan pendidikan kesehatan yang masih kurang,

setra masih minimalnya kesadaran dan kemauan petugas kesehatan dalam

melakukan kebersihan tangan, sedangkan kebersihan tangan merupakan cara

paling efektif dan efisien dalam penurunan angka HAIs, karena denegan

1
2

melakukan kebersihan tangan dampak penurunan terhadap HAIs bisa

mencapai 50% (Madrazo M. 2009).

Berdasarkan Kepmenkes no. 129 tahun 2008, standar kejadian HAIs di

rumah sakit sebesar ≤ 1,5 %. Izin operasional sebuah rumah sakit bisa dicabut

karena tingginya angka kejadian HAIs. Suatu penelitian yang dilakukan oleh

WHO di 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa, Timur

Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik menunjukkan bahwa rata-rata 8,7% angka

kejadian HAIs (WHO, 2002). Di Indonesia HAIs mencapai 15,74% jauh di

atas Negara maju yang berkisar antara 4,8% – 15,5% (Firmansyah, 2007).

Tingginya angka kejadian HAIS di Indonesia berbanding lurus dengan masih

rendahnya tingkat kepatuhan kebersihan tangan, terbukti berdasarkan

penelitian Elies Ernawati (2014) yang melakukan observasi terhadap 54

perawat ruang rawat inap sebuah Rumah sakit Muhammadiyah di Jawa Timur

didapatkan 135 kesempatan yang mengindikasikan kebersihan tangan, hanya

47 prosedur kebersihan tangan yang dilaksanakan, sehingga keseluruhan

angka kebersihan tangan yang didapatkan adalah sebesar 35%. Kepatuhan

tertinggi ditemukan pada mencuci tangan sesudah kontak dengan cairan

tubuh pasien, sedangkan kepatuhan terendah adalah sebelum kontak dengan

pasien. Hal ini menunjukkan bahwa angka kepatuhan Kebersihan tangan

yang masih rendah.

Berdasarkan data dari komite PPI RSI Muhammadiyah Sumberrejo,

didapatkan 56 pasien terpapar HAIs, dengan angka HAIs di RSI

Muhammadiyah Sumberrejo tahun 2015 mencapai 1,0% hingga 1,5% tiap


3

bulannya, dari total rata-rata pasien rawat inap yang mencapai 650 – 900

pasien rawat inap setiap bulannya. Sedangkan dari data audit kebersihan

tangan komite PPI RSI Muhammadiyah Sumberrejo triwulan terakhir tahun

2015 di RSI Muhammadiyah Sumberrejo didapatkan pada bulan oktober

tingkat kepatuhan Kebersihan tangan mencapai 47% dan meningkat menjadi

70% dan 74% di bulan November dan Desember, namun hal tersebut masih

di bawah standar yang di tetapkan oleh komite PPI RSI Muhammadiyah

Sumberrejo yaitu 75%.

Kebersihan tangan merupakan hal yang sangat di perlukan untuk

menekan angka kejadian HAIs, namun permasalahannya masih banyak

petugas kesehatan yang belum patuh dalam melaksanakan kebersihan tangan,

terbukti dengan masih rendahnya angka kepatuhan kebersihan tangan di RSI

Muhammadiyah Sumberrejo. Kepatuhan terhadap perubahan gaya hidup yang

disarankan, yaitu kebersihan tangan, secara umum sangat bervariasi dan

sering kali tingkat kepatuhannya rendah Sarafino, 1990. Adapun beberapa

faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan seseorang, dalam hal ini adalah

kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan meliputi ketersediaan

tempat untuk melakukan kebersihan tangan, waktu untuk melakukan

kebersihan tangan, kondisi pasien dan perawat serta pengetahuan perawat

terhadap standar kebersihan tangan (Peterson dkk, 2013). Meningkatnya

pengetahuan akan meningkatkan angka kepatuhan kebersihan tangan,

sehingga dengan adanya peningkatan angka kepatuhan kebersihan tangan

dapat menjadikan pelayanan kesehatan yang efektif dan berkualitas dalam


4

menekan angka kejadian HAIs yang terjadi di rumah sakit dan meningkatkan

mutu pelayanan rumah sakit.

Berdasarkan fenomena diatas untuk meningkatkan angka kepatuhan

cuci tangan, diperlukan suatu metode pembelajaran yang harus dilakukan

oleh petugas kesehatan terutama perawat agar dapat meningkatkan

pengetahuan mereka tentang tatacara cucitangan (kebersihan tangan).

Pendidikan kesehatan merupakan salah satu bentuk intervensi keperawatan

yang mandiri untuk membantu individu, kelompok, maupun masyarakat

dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran

(Suliha dkk, 2002). Pendidikan kesehatan akan berakibat bertambahnya

informasi yang diperoleh sehingga akan berpengaruh terhadap kepatuhan

Suwarsono, 2000. Berangkat dari masalah yang dipaparkan di atas, peneliti

merasa tertarik untuk mengetahui perbedaan kepatuhan perawat dalam

melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan di

RSI Muhammadiyah Sumberrejo.

1.2. Rumusan Masalah

Adakah Pengaruh pendidikan kesehatan kebersihan tangan terhadap

kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan di RSI

Muhammadiyah Sumberrejo, Bojonegoro?


5

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh pendidikan kesehatan kebersihan tangan

terhadap kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan di RSI

Muhammadiyah Sumberrejo, Bojonegoro.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan

tangan sebelum diberikan pendidikan kesehatan di RSI

Muhammadiyah Sumberrejo, Bojonegoro.

b. Mengidentifikasi kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan

tangan sesudah mendapatkan pendidikan kesehatan di RSI

Muhammadiyah Sumberrejo, Bojonegoro.

c. Menganalisis perbedaan kepatuhan perawat dalam melakukan

kebersihan tangan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan di RSI Muhammadiyah Sumberrejo, Bojonegoro.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Penulis

Memberikan pengalaman yang nyata sebagai bekal penulis dalam

memberikan pendidikan kesehatan tentang kebersihan tangan.


6

1.4.2 Bagi Responden

Meningkatkan kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan

tangan dengan tepat

1.4.3 Bagi Petugas Kesehatan

Dapat menjadi masukan dalam menggunakan pendidikan

kesehatan untuk mengubah perilaku individu khususnya perawat agar

lebih berperilaku sehat.

1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya untuk mengetahui

keefektifan pendidikan kesehatan tentang kebersihan tangan.

Anda mungkin juga menyukai