Anda di halaman 1dari 14

NATIONAL SCIENTIFIC ESSAY COMPETITION 2018

NONTOXIC BIO-PLASTICIZER KITOSAN-GLISEROL DALAM SINTESIS BIOPLASTIK


DARI LIMBAH JERAMI PADI

SUB TEMA:
Strategi Penanggulangan Kerusakan Lingkungan Akibat Pencemaran

Diusulkan oleh:
Fatin Atikah Nata Sya’idah 4301416075 2016
Baiti Rohmawati 4301416005 2016

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


SEMARANG
2018
ii

1. Instansi : Universitas Negeri Semaran


iii
iv

ABSTRAK

Produksi kemasan bioplastik di Indonesia sangat berpotensi untuk mengurangi


pencemaran lingkungan karena limbah plastik yang tertimbun di Indonesia merupakan bahan
yang sulit terdegradasi. Jerami padi merupakan limbah pertanian yang belum banyak
dimanfaatkan. Sebagian besar jerami padi di Indonesia dibakar saja menjadi abu, untuk
makanan ternak, dan sebagai bahan tambahan pembuatan pupuk. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui cara sintesis bioplastik menggunakan bahan dasar selulosa dari jerami
padi. Selain itu, melalui penelitian ini, karakteristik bioplastik yang dihasilkan dari selulosa
jerami padi dengan plasticizer gliserol dapat diketahui. Metode penelitian yang dilakukan
adalah metode eksperimental di laboratorium yaitu melalui sintesis bioplastik dari selulosa
jerami padi. Pembuatan bioplastik dilakukan dengan pretreatment bahan, isolasi selulosa,
sintesis bioplastik, dan karakterisasi bioplastik. Karakterisasi bioplastik dilakukan dengan
analisis gugus fungsi FTIR, analisis SEM, analisis degradasi bioplastik, dan analisis sifat
mekanik dengan metode ASTM D638. Penelitian ini menghasilkan bioplastik yang mudah
terurai sehingga memberian efek pengendalian sampah yang lebih baik.
1

I. PENDAHULUAN
Hingga saat ini, padi masih merupakan produk utama pertanian di negara agraris,
termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa beras yang merupakan
hasil olahan dari padi, merupakan bahan makanan pokok. Komponen utama jerami padi
adalah selulosa (Suwarsa, 1997). Selulosa merupakan karbohidrat utama yang disintesis
oleh tanaman dan menempati hampir 50 % komponen penyusun struktur tanaman.
Jumlah selulosa di alam sangat melimpah sebagai sisa tanaman atau dalam bentuk
limbah pertanian seperti jerami padi. Nilai ekonomi senyawa selulosa pada limbah
tersebut sangat rendah karena sebagian besar tidak dapat langsung dimanfaatkan oleh
manusia. Sulitnya mendegradasi limbah tersebut menyebabkan petani lebih suka
membakar jeraminya di lahan pertanian daripada memanfaatkannya (Salma dan
Gunarto, 2006).
Salah satu alternatif solusi yang dapat ditempuh untuk mengurangi masalah
tersebut adalah memanfaatkan kandungan selulosa pada jwrami padi. Selulosa
merupakan polimer hasil pertanian yang memiliki potensi untuk dijadikan bahan
bioplastik (Pratiwi et al., 2016).
Penggunaan bahan plastik makin lama makin meluas karena sifatnya kuat, ringan,
dan tidak mudah rusak oleh pelapukan. Produk plastik selain sangat dibutuhkan oleh
masyarakat juga mempunyai dampak buruk terhadap lingkungan. Sampah plastik tidak
dapat terurai dengan cepat dan dapat menurunkan kesuburan tanah (Surono, 2013).
Teknologi bioplastik adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk keluar dari
permasalahan penggunaan kemasan plastik. Selain untuk kemasan, bioplastik juga
dapat dimanfaatkan dalam bidang medis dan farmasi antara lain untuk peralatan bedah,
benang bedah, kain penyeka, pembalut luka, pengganti tulang dan pelat, dan lain
sebagainya (Pratiwi et al., 2016). Oleh karena itu, pembuatan bioplastik yang ramah
lingkungan dari material biowaste baru dan terbarukan merupakan terobosan baru yang
cukup menjanjikan untuk mengurangi masalah pencemaran lingkungan akibat limbah
plastik.
Atas dasar tersebut, kami mengangkat topik permasalahan limbah plastik
nonbiodegradable yang menyebabkan limbah plastik dan juga permasalahan limbah
jerami padi yang belum dimanfaatkan dengan baik. Dengan demikian, pembuatan
bioplastik yang ramah lingkungan dari material biowaste baru dan terbarukan
merupakan terobosan baru yang cukup menjanjikan untuk mengurangi masalah
2

pencemaran lingkungan akibat limbah plastik dan juga untuk memaksimalkan


pemanfaatan limbah jerami padi menjadi produk yang bernilai.

II. ISI/PEMBAHASAN
Pretreatment bahan
Pretreatment jerami padi dilakukan untuk membersihkan jerami padi agar sampel
yang digunakan bersih dan tidak bercampur dengan material yang tidak diinginkan.
Jerami padi selain mengandung selulosa juga mengandung lignin dan hemiselulosa.
Oleh karena itu, selulosa dalam jerami padi diisolasi terlebih dahulu dengan cara
menghilangkan lignin (delignifikasi) dan dilanjutkan dengan hidrolisis hemiselulosa.
persiapan sampel jerami padi meliputi pengeringan hingga berat konstan, pem-
blenderan, penggerusan dalam cawan porselin dan pengayakan.

Isolasi selulosa dengan metode multistage pulping


Proses delignifikasi (penghilangan lignin) dilakukan dengan metode yang
diusulkan oleh Santosa, et al (2004) untuk kayu lunak, yaitu dengan menggunakan
larutan amonia 15 % (v/v) sebanyak 50 ml dan perendaman selama 24 jam.
Penggunaan amonia lebih efektif daripada menggunakan alkali lain seperti
NaOH, KOH, Na2CO3 dan lain-lain, karena sisa amonia dapat mudah dihilangkan
dengan cara penguapan, sedangkan alkali yang lain membutuhkan proses pencucian
yang intensif untuk menghilangkan ion-ion dari alkali-alkali tersebut yang terikat ke
dalam struktur. Selain itu penggunaan amonia pada temperatur rendah tidak akan
menyebabkan depolimerisasi struktur selulosa dan mungkin meningkatkan
hemiselulosa yang terlarut (Guolin, et al., 2006). Dengan menggunakan proses
delignifikasi tersebut, akan didapatkan berat lignin (0,050067 ± 0,0001829, n = 10)
gram dari 2,5 gram bubuk jerami kering. Hal ini berarti kadar lignin dalam jerami padi
kering sekitar 20,03 % (b/b).
Proses isolasi diawali dengan penambahan larutan amonia 15 % (v/v) yang
berfungsi sebagai agen delignifikasi (Santosa et al., 2004). Lignin perlu dihilangkan
karena kekuatan ikatan lignin merupakan salah satu penghalang pada proses pulping
kimia (Fitriani et al., 2013).
Proses delignifikasi menyisakan selulosa dan hemiselulosa dalam jerami padi.
Oleh karena untuk keperluan sintesis bioplastik hanya diperlukan selulosa, maka perlu
3

untuk memisahakan hemiselulosa dengan selulosa dari campurannya. Untuk keperluan


ini digunakan larutan HCl untuk melarutkan hemiselulosa lewat proses hidrolisis.
Untuk menghindarkan diri dari kontaminasi karbon atas residu yang sebenarnya
adalah selulosa yang nantinya akan digunakan sebagai bahan pembuatan selulosa
asetat, maka pemakaian larutan HCl 3 % (v/v) pada suhu 900C selama 3 jam dipilih
sebagai kondisi terbaik untuk hidrolisis hemiselulosa dari selulosa jerami padi. Dimana
pada kondisi ini, hemiselulosa dapat terpisahkan dari selulosa secara maksimum
sehingga selulosa yang ditinggalkan diharapkan mempunyai kemurnian tertinggi
dibandingkan dengan selulosa yang diperoleh dari hidrolisis menggunakan kondisi
yang lainnya.
Sintesis bioplastik
Pada sintesis bioplastik ditambahkan kitosan sebagai bahan aditif pengawet dan
penguat karena bioplastik yang berbahan baku selulosa tidak tahan terhadap lingkungan
(Dutta et al., 2009). Untuk meningkatkan fleksibelitas dan perpanjangan putus dari
bioplastik dilakukan penambahan gliserol sebagai agen plasticizer. Bioplastik yang
dihasilkan berwarna coklat transparan, bertekstur halus pada bagian bawahnya
sedangkan pada bagian atasnya kasar.
Karakterisasi bioplastik
a. Analisis gugus fungsi

Gambar 1. Spektra IR (a) jerami padi dan (b) selulosa yang diisolasi dari jerami padi
bebas lignin menggunakan larutan HCl 3 % pada suhu 90 0C selama 3 jam
4

Gambar 2. Spektra IR selulosa standar (Merck)


Sumber: Santosa, dkk (2004).
Struktur senyawa dari jerami padi, selulosa hasil isolasi, dan selulosa standar
yang diperoleh dari Merck dikonfirmasi menggunakan spektroskopi FTIR. Hal ini
dilakukan untuk melihat keberhasilan proses isolasi selulosa dari jerami padi.
Dari gambar 1 dan 2 terlihat jelas bahwa spektra IR jerami padi dan selulosa hasil
isolasi hampir mirip. Ini menunjukkan bahwa kandungan terbesar dalam jerami padi
adalah selulosa. Hal ini sesuai dengan komposisi selulosa dalam jerami padi yang
diperoleh sebelumnya yaitu sebesar 49,38 % (b/b).
Analisis dengan scanning electron microscope (SEM)
Analisis scanning electron microscope (SEM) dilakukan untuk melihat struktur
permukaan selulosa hasil isolasi dari jerami padi.

(a) (b)

Gambar 3. Mikrograf SEM struktur permukaan selulosa pada perbesaran (a) 500 x dan
(b) 1000 x
5

Pada gambar 3b terlihat struktur fibril selulosa sebagai berkas-berkas terpuntir


mirip tali, yang terikat satu sama lain antar ikatan hidrogen. Fibril merupakan kumpulan
molekul-molekul selulosa dan mengandung bagian yang teratur dan yang kurang teratur.
Fibril tidak memiliki diameter yang seragam, hal tersebut seperti terlihat pada gambar 3a
yang memperlihatkan ukuran fibril yang berbeda-beda. Pada perbesaran 1000 x terlihat
fibril tunggal yang menunjukkan bentuk penampang melintang fibril selulosa jerami padi
adalah empat persegi panjang.

b. Analisis degradasi bioplastik


Uji biodegradasi dilakukan dengan metode dipendam dalam campuran tanah dan
kompos. Penambahan kompos berguna untuk mempercepat terurainya sampel bioplastik.
Metode kuantitatif yang paling sederhana untuk mengkarakterisasi terjadinya
biodegradasi suatu polimer adalah dengan menentukan kehilangan massa material
polimer (Sumartono, 2015). Pada penelitian ini untuk menganalisis kemampuan
biodegradasi, tiap-tiap 3 buah sampel bioplastik. Waktu yang dibutuhkan untuk
menganalisis kemampuan biodegradasi bioplastik yakni selama 30 hari. Hasil
pengamatan berupa massa ketiga bioplastik sebelum dan sesudah mengalami degradasi
ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Massa Bioplastik Sebelum dan Sesudah Biodegradasi
Massa Massa Setelah
Kehilangan
Bioplastik Awal Degradasi
massa (%)
(gram) (gram)
Selulosa + Kitosan +
0,340 0,149 56,17
Gliserol (1)
Selulosa + Kitosan +
0,350 0,231 34,00
Gliserol (2)
Selulosa + Kitosan +
0,320 0,185 42,18
Gliserol (3)

c. Analisis sifat mekanik bioplastik


Uji mekanik yang dilakukan untuk mengukur kuat tarik dan perpanjangan putus
ketiga sampel bioplastik. Metode yang digunakan yakni ASTM D638. Adapun hasil uji
mekanik ketiga bioplastik ditunjukkan pada Gambar 2.
6

45 39,16
40
35
30
25 21,66
19,23 Kuat Tarik (kg/cm2)
20
15 11,58
8,83
10 Perpanjangan Putus
5 0 (%)
0
Selulosa + selulosa + selulosa +
gliserol 1 gliserol 3 gliserol 5
mL mL mL

Gambar 4. Grafik Sifat Mekanik Bioplastik dengan Variasi Kitosan

Gambar 4 menunjukkan bahwa bioplastik dengan penambahan gliserol akan


meningkatkan perpanjangan putus akan tetapi menurunkan kuat tarik. Gugus fungsional
rantai selulosa adalah gugus hidroksil yang dapat berinteraksi dengan gugus -O, -N, dan -
S, membentuk ikatan hidrogen dimana ikatan hidrogen lebih panjang dari ikatan kovalen
tetapi ikatannya lebih lemah (Septiosari, 2014). Oleh karena itu, pada penambahan
gliserol terjadi interaksi antar ikatan hidrogen pada selulosa dan gliserol. Selain itu,
dengan penambahan gliserol dapat meningkatkan fleksibilitas bioplastik dan
meningkatkan mobilitas molekuler sehingga bioplastik semakin elastis dan perpanjangan
putus lebih besar (Sumartono, 2015).

35
30
25
20 Kuat tarik (Mpa)
15
10 Perpanjangan putus
5 (%)
0
Selulosa + Selulosa + Selulosa +
Kitosan 1% Kitosan 2% kitosan 3%

Gambar 5. Grafik Sifat Mekanik Bioplastik dengan Variasi Kitosan

Gambar 5 menunjukkan bahwa bioplastik dengan penambahan kitosan akan


meningkatkan kuat tarik akan tetapi menurunkan perpanjangan putus. Banyaknya
penguat kitosan yang digunakan mengakibatkan kuat tarik semakin meningkat dan nilai
perpanjangan putus semakin menurun (Aripin et al., 2017).
7

III. KESIMPULAN/PENUTUP
Penelitian ini menghasilkan bioplastik yang memiliki sifat biodegradabel, dimana rata-
rata persentase kehilangan massa bioplastik mencapai 44,12% setelah dipendam selama
30 hari. Penambahan giserol berbanding lurus dengan elongasi dan berbandng terbalik
dengan kuat tarik sedangkan penambahan kitosan berbanding lurus dengan kuat tarik dan
berbanding terbalik dengan elongasi. Elongasi terbaik bioplastik dihasilkan pada
penambahan 5 mL gliserol yaitu sebesar 39,16%. Sedangkan kuat tarik terbaik bioplastik
dihasilkan pada penambahan 1 mL gliserol yaitu sebesar 19,23%.

IV. DAFTAR PUSTAKA


Aripin, Samsul., Bungaran Saing., Elvi Kustiyah. 2017. Studi Pembuatan Bahan Alterntif
Plastik Biodegradable dari Pati Ubi Jalar dengan Plasticizer Gliserol dengan
Metode Melt Intercalation. Jurnal Teknik Mesin, 6(1):73-84.
Dutta, P. K., S. Tripati, dan G. K. Mehrotra, 2009. Physicochemical and Bioactivity of
Cross-linked Chitosan PVA Film for Food Packaging Application. Journal of
Biogical Macromolecules. 45:72-76.
Fitriani, Syaiful Bahri, dan Nurhaeni. 2013. Produksi Bioetanol Tongkol Jagung (Zea
Guolin, Huang, Zhang Chengfang, dan Chen Zhongsheng. 2006. Pulping of
Wheat Straw with Caustic Potash-Ammonia Aqueous Solutions and Its Kinetics.
Chinese J. Chem. Eng., Vol 14 No 6, hal. 729-733.
Mays) dari Hasil Proses Delignifikasi. Natural Science, Vol 2 (3) : 66-74.
Guolin, Huang, Zhang Chengfang, dan Chen Zhongsheng. 2006. Pulping of Wheat Straw
with Caustic Potash-Ammonia Aqueous Solutions and Its Kinetics. Chinese J.
Chem. Eng., Vol 14 No 6, hal. 729-733.
Gusrianto, Putra., Zulharmita., dan Harrizul Rivai. 2011. Preparasi dan Karakterisasi
Mikrokristalin Selulosa dari Limbah Serbuk Kayu Penggergajian. Jurnal Sains
dan Teknologi Farmasi, 16(2):180-188.
Pratiwi, Rimadani., Drianti Rahayu., dan Melisa L Barliana. 2016. Pemanfaatan Selulosa
dari Limbah Jerami Padi (Oryza sativa) sebagai Bahan Bioplastik. IJPST,
3(3):83-91.
Salma, S dan L. Gunarto. 2006. Enzim Selulase dari Trichoderma spp.
(http://www.indobiogen.or.id/terbitan/agrobio/abstrak/agrobio_vol2_no2_1999_S
alma.php. 15 Juli 2018).
8

Santosa, Sri Juari, Jumina, dan Sri Sudiono. 2004. Sintesis Selulosa Asetat dari Selulosa
Ampas Tebu Limbah Pabrik Gula. Yogyakarta. Jurnal Kimia Lingkungan, Vol. 5
No. 2. 2004. 85-94. Yogyakarta: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Gadjah
Mada.
Septiosari, Arum, Latifah, dan Ella Kusumastuti. 2014. Pembuatan dan Karakterisasi
Bioplastik Limbah Biji Mangga dengan Penambahan Selulosa dan Gliserol. Indo.
J. Chem. Sci. Vol. 3(2): 7-15
Sumartono, Nugroho Wahyu. 2015. Sintesis dan Karakterisasi Bioplastik Berbasis
Alang-Alang (Imperata cylindrica L.) dengan Penambahan Kitosan, Gliserol, dan
Asam Oleat. Pelita, 10(2): 15-16.
Surono, Untoro Budi. 2013. Berbagai Metode Konversi Sampah Plastik menjadi Bahan
Bakar Minyak. Jurnal Teknik, 3(1):32-40.
Suwarsa, Saepudin. 1997. Penyerapan Zat Warna Tekstil BR Red HE 7B oleh Jerami
Padi. JMS, Vol 3 No. 1. 1998. 32-40. Bandung: Seminar Nasional Kimia, Kimia
FMIPA ITB.
Wahyudi, Imam., Trisna Priadi., dan Istie Sekartiningrahayu. 2014. Characteristics and
Basic Properties of 4 and 5 Year-old of Superior Teakwoods from West Java.
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), 19(1):50-56.
9
10

Anda mungkin juga menyukai