Analisis Perdagangan Bilateral Antara Indonesia Dan Thailand Periode Tahun 1993 - 2011
Analisis Perdagangan Bilateral Antara Indonesia Dan Thailand Periode Tahun 1993 - 2011
PENDAHULUAN
adalah saling menguntungkan dengan tata cara yang sudah disepakati bersama.
dilakukan antara dua negara, satu kawasan dengan satu negara, dan satu kawasan
politik, budaya, dan ekonomi antara dua belah pihak yang disesuaikan dengan
Indonesia tahu apa kebijakan luar negerinya terhadap negara lain. Kebijakan luar
negeri juga merupakan salah satu faktor yang memicu datangnya dukungan dari
luar, baik dari negara, organisasi kawasan, dan dunia internasional untuk
Indonesia.
hubungan luar negeri dan jalinan kerja sama. Hubungan luar negeri Indonesia
dalam forum bilateral, regional, dan multilateral telah dimulai sejak Indonesia
telah menjalin kerjasama bilateral dengan 162 negara, termasuk dengan Thailand
dengan satu teritori khusus yang berupa non-self governing territory. Selain
1
keanggotan keduanya di ASEAN. yang merupakan sebuah organisasi geo-politik
Indonesia dan Thailand memiliki nilai-nilai sosial dan budaya yang hampir
sama dan tetap terpelihara dengan baik. Pemahaman terhadap nilai-nilai sosial dan
persahabatan Indonesia dan Thailand serta kerjasama yang lebih banyak akan
dapat terselenggara. Untuk itu, salah satu cara untuk merealisasikan hal ini adalah
majapahit dan terus berjalan dengan baik dan akan dan dipelihara terus menerus
tahun 2006 mencapai 5,5 miliar dollar AS, pada tahun 2007 meningkat menjadi
8,7 milliar dollar AS, hal ini juga berpengaruh terhadap investasi Thailand ke
Indonesia.
2
Ekonomi Thailand bergantung kepada eksport yang merupakan 60%
AS$200 bilion pada kadar pasaran. Ini mengekalkan Thailand sebagai ekonomi
Amerika Syarikat dan pasaran-pasaran asing yang lain. Thaksin Shinawatra yang
perdagangan luar negeri serta pelaburan asing. Bagaimanapun sejak dari masa itu,
yang lemah mengakibatkan KDNK bertumbuh pada kadar 1.9% pada tahun 2001.
suatu negara terpengaruh oleh ekonomi internasional, dengan kata lain dalam era-
globalisasi dan perdagangan bebas saat ini tidak ada lagi yang ”autarki” yaitu
3
internasional (ekspor dan impor). Perdagangan internasional khususnya ekspor
tetapi factor yang lebih penting adalah kemampuan dari negara tersebut
tidak bisa lagi, dikarenakan sebuah negara sangat membutuhkan peran dari negara
lain teori ini sama seperti teori David Ricardo yang menitikberatkan kepada
fokus kepada faktor produksi yang di sebabkan oleh perbedaan factor intensitas
dan kepemilikan factor yang melimpah, sedangkan teori Adam Smith menjelaskan
mungkin lebih efisien dalam menggunakan labor dan capital tetapi dalam
4
memproduksi barang lain kita tentu belum bisa sehingga memerlukan negara lain,
JUTAAN USD)
Thailand pada 2008 sebesar -2.673,011 sampai pada tahun 2012 indonesia tetap
bilateral antara Indonesia dan Thailand telah memberi keuntungan bagi Thailand
di sektor Non-MIGAS.
5
Hubungan perdagangan antara Indonesia dan Thailand seperti di atas
keuntungan yang tidak begitu besar dari aktivitas perdagangan dengan Thailand.
sangat besar dari hubungan perdagangan dengan Indonesia. Oleh sebab itu penulis
1993 - 2011.
membatasi konteks permasalahan agar tidak keluar dari ruang lingkup penelitian.
Dari latar belakang masalah diatas yang telah dikemukakan, maka dapat
6
1.4 Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Thailand.
dengan Thailand.
Thailand.
7
BAB II
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
GDP. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun (lihat
Jalur Sutra, Amber Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan
negeri merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan antara
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain. Perdagangan luar negeri
8
negara tersebut melakukan perdagangan maka secara tidak langsung akan
komposisi sumber daya yang berbeda antara suatu barang dan jasa juga berbeda
antara suatau negara yang lain. Adanya kenyataan ini menyebabkan adanya
Jika suatu negara lain memproduksi suatu jenis barang maka beberapa hal
adanya bea, tarif, atau quota barang impor. Selain itu, kesulitan lainnya timbul
9
karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, dan
menghasilkan barang tertentu secara lebih efisien dari pada negara lain. “Teori
lebih rendah dibandingkan negara lain. Menurut teori ini jika harga barang dengan
jenis sama tidak memiliki perbedaan di berbagai negara maka tidak ada alasan
negeri, maka hal yang sama juga dikehendaki dalam hubungan antar bangsa.
Karena hal itu ia mengusulkan bahwa sebaiknya semua negara lebih baik
10
berspesialisasi dalam komoditi-komoditi dimana ia mempunyai keunggulan yang
absolute dalam produksi tertentu yang dimiliki oleh suatu negara dibandingkan
dengan negara lain. Teori ini berpendapat bahwa perdagangan internasional dapat
terjadi walupun satu negara tidak mempunyai keunggulan absolute, asalkan harga
tidak usah memiliki keunggulan absolute atas suatu komoditi seperti yang
dimana harga untuk suatu komoditi di negara yang satu dengan yang lainnya
produksi antar negara. Teori ini dihubungkan oleh dua orang ekonomi dari
swedia, Eli Heckscher dan Bertil Ohlin, menurut teori ini setiap negara memiliki
11
jumlah dan factor produksi yang berbeda. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan
harga untuk barang yang sama antar negara satu dengan yang lain. Teori
sehingga barang akan relative murah. Dari paragraph diatas dapat disimpulkan
bahwa suatu negara hanya mengandalkan factor yang melimpah (kekayaan alam
atau jumlah tenaga kerja melimpah) dan intensifitas pada factor yang melimpah
(upah tenaga kerja dan bahan baku domestic yang murah) dalam melakukan
daerah pabean”. Dari definisi singkat diatas maka import menurut undang-
2. Daerah pabean
antara permintaan suatu barang dengan harganya, jadi hukum permintaan pada
suatu barang, makin banyak permintaan atas barang tersebut, sebaliknya semakin
tinggi harga suatu barang, maka semakin sedikit permintaan atas barang tersebut”.
12
Secara umum fungsi permintaan dapat dijelaskan sebagai berikut:
harapan,…).
B. Pendapatan
C. Jumlah penduduk
banyak orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli ini
13
Kurva permintaan dapat didefinisikan sebagai suatu kurva yang
menggambarkan sifat hubungan antara harga suatu barang tertentu dengan jumlah
tersebut dimana hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga meningkat atau
naik maka jumlah barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya apabila
menggambarkan sifat hubungan antara harga suatu barang tertentu dengan jumlah
barang tersebut yang diminta para pembeli.” Kurva permintaan berbagai jenis
barang pada umumnya menurun dari kiri ke kanan bawah. Kurva yang demikian
disebabkan oleh sifat hubungan antara harga dan jumlah yang diminta yang
14
2.1.7 Teori Permintaan Ekspor
keseluruhan dapat menjamin persedian devisa yang cukup dan kebutuhan impor
negeri. Akan terciptanya lapangan kerja dan keuntungan bagi pemerintah dan
produksi alam. Kurva permintaan dapat didefinisikan sebagai suatu kurva yang
menggambarkan sifat hubungan antara harga suatu barang tertentu dengan jumlah
barang yang diminati pembeli. Hubungan yang terbalik antara harga dan kuantitas
yang diminta dapat dijelaskan dengan dua keadaan. Pertama, jika harga suatu
barang naik, maka konsumen akan mencari barang pengganti (substitusi): barang
pengganti tersebut akan dibeli jika mereka menginginkan tingkat kepuasaan yang
lebih tinggi dari setiap rupiah yang dibelanjakan. Kedua, jika harga naik,
15
2. Industry-spesific, perdagangan intra-industri yang banyak dipengaruhi
penawaran (supply)
ekspor dan impor dari suatu industri atau kelompok komoditi tertentu, sedangkan
Nilai T atau indeks perdagangan intra-industri itu sendiri bervariasi; yakni dari 0
hingga 1. T akan sama dengan 0 apabila sebuah negara hanya mengekspor atau
hanya mengimpor suatu produk (artinya dia tidak terlibat dalam perdagangan
intra-industri yang bersifat dua arah itu). Di lain pihak jika ekspor dan impornya
industri. Nilai-nilai T yang muncul acapkali lebih dari satu, dan satu sama lain
berbeda sehingga kita sulit menentukan mana T yang paling tepat. Hasill
perhitungannya juga mudah berubah kalau kita sedikit saja menggeser cakupan
industri atau kelompok produk yang menjadi objek perhitungan. Secara lebih
spesifik bisa dikatakan bahwa semakin luas cakupan dari suatu sektor industri,
16
maka akan semakin besar nilai T. Alasannya adalah, semakin luas cakupan sektor
jenis yang lebih banyak. Oleh sebab itu, penggunaan indeks T harus dilakukan
secara hati-hati agar tidak mengakibatkan salah tafsir. Di satu sisi indikator
tersebut memang dapat sangat berguna dalam mengukur jangkauan atau tingkatan
maju serta jangkauan dari sektor-sektor industrinya yangi terlibat, dan cukup bisa
industri tersebut untuk sektor industri yang sama dari waktu ke waktu. Di sisi lain,
kita harus konsisten dalam menentukan cakupan suatu sektor industri agar nilai-
adalah :
1. Diferensiasi produk
17
2.1.9 Penelitian Terdahulu
Dalam kajian pustaka ini memuat berbagai penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti lain. Yang mana penulis dalam menyusun skripsi ini, mendasari
intra-industri untuk negara seperti Indonesia, dimana masih begitu besar peran
dan perdagangan. Semakin lengkap alat analisis maka akan semakin lengkap
pula informasi yang didapat dari hasil penelitian, sehingga akan lebih mudah
satu pihak (China) dalam hal ini pada sector industry, dan pemerintah
mitra dagang dengan negara lainnya yang bisa menguntungkan kedua belah
pihak.
18
3. Pemerintah Indonesia diharapkan mampu menyaingi daya saing produk yang
sejenis dengan produk barang China, agar minat masyarakat china terhadap
perhitungan indeks G-L rata-rata lebih dari 40%. Dan dekomposisi total
signifikan.
3. Hasil penelitian dari sisi impor menunjukan bahwa harga impor berpengaruh
impor.
19
Dari penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuni (2011) dengan judul
importnya, sedangkan ekspor garmen dan produk kayu yang berasal dari
Selandia Baru masih rendah. Banyak pebisnis kelas berat di Indonesia berpikir
bahwa pasar Selandia Baru yang dengan hanya 4,25 juta orang masih terlalu
kecil untuk mendapatkan perhatian mereka. Oleh Karena itu dibutuhkan usaha
yang lebih keras untuk meyakinkan mereka bahwa meskipun hanya memiliki
sedikit konsumen tetapi daya beli Selandia Baru terbilang cukup tinggi. Di sisi
seperti buah dan sayur telah menciptakan tantangan baru bagi eksportis asal
Selandia Baru. Hanya empat pelabuhan yang diijinkan untuk menerima impor
20
Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya dan Pelabuhan Soekarno-Hatta di
Makassar.
saling melengkapi, Indonesia dengan kuantitas sumber daya alam yang besar
dan tersedianya tenaga kerja yang memadai digabungkan dengan modal besar
yang dimiliki oleh Selandia Baru sangat berguna dan bermanfaat untuk
2.2 Hipotesis
21
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder, data yang
diperoleh dan dibuat oleh pihak lain yang didasarkan pada urutan waktu tertentu.
Indonesia
Dalam metode ini menggunakan dua alat analisis yaitu deskriptif dan
kuantitatif.
masalah yang sedang diteliti. Dalam analisis kuantitatif ini menggunakan analisis:
dan Llyod yang mencoba menilai secara umum mengenai perdagangan intra-
industri Indonesia. Analisis ini akan diterapkan pada kelompok produk industry
22
manufaktur berdasarkan Standard Internasional Trade Classification (SITC).
Adapun cara perhitungan menggunakan hitungan yang dibuat oleh Grubel dan
X ik – M ik
IIT ik = 1-
( X ik + M ik )
Indeks G-L dikatakan tinggi jika bernilai lebih besar dari 40% yang berarti
G-L dikatakan rendah apabila jika bernilai kurang atau sama dengan 40%, yang
berarti bahwa hal itu merupakan perdagangan inter-industri. Artinya jika suatu
sebesar 60 hingga 100 persen, maka jenis perdagangan dalam industry tersebut
nilai tukar perdagangan (terms of trade) perubahan terms of trade (TOT) dari
1995).
Dalam hal ini peneliti hanya menggunakan indeks harga ekspor dan indeks
a. Perhitungan indeks harga ekspor (Px) dan indeks harga impor (Pm)
XB MB
Px = . 100% Pm = . 100%
XK MK
23
Keterangan :
nilai kedua indeks. Sehingga dari perbandingan kita dapat melihat keuntungan
pertukaran satu barang atau jasa untuk lain ketika dua negara melakukan
berikut (http://tutor2u.net/economics/content/topics/trade/terms_of_trade.htm):
24
BAB IV
GAMBARAN UMUM
bebas secara bilateral dengan beberapa negara. Hal yang mendasari hal ini adalah
kerja di Indonesia.
yang terlibat di dalam kerjasama tersebut. Implementasi Free Trade Area (FTA)
terlibat yaitu paket kerjasama hubungan dagang antar negara yang bertujuan untuk
25
merealisasikannya dan bertujuan mencapai konsoliasi atau menyelesaikan
perselisihan perdagangan.
Jepang, Cina, Singapura, Taiwan, Korea Selatan, Malaysia, India dan Tahiland.
US$ 258.734,1 jita atau 67,92 persen dari keseluruhan perdagangan luar negeri
Indonesia.
dikawasan Australia dan Oseania, Amerika dan Kanada serta Eropa yaitu
Belanda.
Tabel 4.1 Perdagangan Luar Negeri Indonesia dengan Mitra Dagang Utama
2010-2011
2010 2011
Negara
Ekspor Impor Ekspor Impor
Jepang 25 781,8 16 965,8 33 714,7 19 436,6
Singapura 13 723,3 20 240,8 18 443,9 25 964,7
Cina 15 692,6 20 424,2 22 941,0 26 212,2
Korea Selatan 12 574,6 7 703,0 16 388,8 12 999,7
Malaysia 9 362,3 8 648,7 10 995,8 10 404,9
India 9 915,0 3 294,8 13 335,7 4 322,0
Thailand 4 566,6 7 470,7 5 896,7 10 405,1
Taiwan 4 837,6 3 241,9 6 584,9 4 259,5
Sumber :Kantor BPS Pekanbaru 2014
pembeli utama barang ekspor Indonesia dengan peranan sebesar 16,5 persen. Jika
26
Negara pembeli utama barang ekspor Indonesia berikutnya adalah Cina dengan
peran sebesar 11,27 persen, diikuti Singapura sebesar 9,06 persen, Korea selatan
8,05 persen, India sebesar 6,55 persen, Malaysia 5,40 persen, dan Thailand
4.2 Ekspor-Impor Minyak Bumi dan Gas Alam Serta Peranan terhadap
Rata-rata peran ekspor migas selama lima belas tahun terakhir mencapai
20,50 persen pertahun. Pada kurun waktu ini, peranan ekspor migas terjadi pada
tahun 1998 sebesar 16,12 persen sedangkan peran ekspor migas tertinggi pada
Tabel 4.2 Ekspor-Impor Minyak Bumi dan Hasilnya serta Gas Alam dan
Peranannya terhadap Total Ekspor –Impor 1997-2011
Ekspor Minyak Bumi dan Gas Impor Minyak Bumi dan Gas
Tahun Nilai Peranan Nilai Peranan
(Juta US$) (Persen) (Juta US$) (Persen)
1997 11 622,5 21,75 3 924,1 9,41
1998 7 872,1 16,12 2 653,7 9,71
1999 9 792,2 20,12 3 681,1 15,34
2000 14 366,6 23,13 6 019,5 17,96
2001 12 636,3 22,44 5 471,8 17,67
2002 12 112,7 21,19 6 525,8 20,86
2003 13 651,4 22,36 7 610,9 23,38
2004 15 645,3 21,86 11 732,0 25,22
2005 19 231,6 22,45 17 457,7 30,26
2006 21 219,9 21,05 18 962,9 31,05
2007 22,088,6 19,36 21 932,8 29,45
2008 29 126,3 21,26 30 552,9 23,65
2009 19 018,3 16,32 18 980,7 19,60
2010 28 039,6 17,77 27 412,7 20,21
2011 41 477,0 20,38 40 701,5 22,94
Sumber :Kantor BPS Pekanbaru 2014
meningkat dengan sedikit fluktuasi, dimana peranan tertinggi terjadi pada tahun
27
2006 sebesar 31,05 persen dan peranan terendah ditahun 1997 sebesar 9.41
kedua negara yang secara diplomatik terjalin sejak 1950. Hal ini dapat diketahui
cukup lama.
ribu ton dengan nilai US$ 10.405,1 juta. Dilihat dari komposisi komoditi yang
nilai US$ 993,4 juta. Peringkat kedua dan ketiga ditempati oleh gula, tetes dan
madu dengan nilai US$ 993,4 juta serta bagian dan perlengkapan kendaraan
bermotor dengan nilai US$ 882,3 juta. Komoditi beras menempati posisi keempat
setelah mengalami peningkatan yang cukup berat baik volume dan nilainya US$
533,0 juta.
28
Selanjutnya peringkat kelima ditempati oleh mesinbangunan dan kontruksi
dengan nilai sebesar US$ 483,1 juta dan volume sebesar 105,4 ton dan Indonesia
merupakan mitra dagang kedua terbesar bagi Thailand di antara 9 negara ASEAN
lainnya, serta kedua negara telah menjalin hubungan kerjasama erat termasuk
berbagai bidang, antara lain direfleksikan oleh frekuensi dan intensitas saling
terakhir, dari US$ 3 milyar pada tahun 2002 menjadi US$ 19 milyar di tahun
9 negara ASEAN lainnya, serta kedua negara telah menjalin hubungan kerjasama
29
BAB V
30
Hubungan perdagangan Indonesia dengan Thailand telah terjalin cukup
lama, dimana jenis-jenis barang yang diperdagangkan oleh kedua negara sangat
beragam dengan meliputi dari beragam sektor pula, yang terutama dalam sektor
industry manufaktur.
industri yang didukung dengan indeks intra-industri yang dalam penelitian ini
digunakan indeks yang dikembangkan oleh Grubel dan Lloyd (indeks G-L).
Krugman. Indeks G-L dikatakan tinggi jika bernilai lebih besar dari 40 persen,
Data di atas juga menggambarkan bahwa SITC 5 dari tahun 1993 hingga
2011 telah terjadi perdagangan intra-industri yang mencapai pada level 40% lebih
yang terjadi pada tahun 1993, kemudian hal tersebut terjadi lagi pada tahun 1994
dan 2006 hingga 2008, dimana pertumbuhannya meningkat dan menurun, hingga
ditahun 2009.
2009. Sedangkan pada SITC 7 perdagangan intra-industri terjadi pada tahun 1993
dikatakan cukup signifikan dari tahun 1993 hingga tahun 2000 dan terjadi kembali
31
Dari total keseluruhan SITC 5, 6, 7 dan 8 perdagangan intra-industri
Indonesia dapat dilihat bahwa terjadi pada SITC 7 dan 8, yaitu masing-masing
produk-produk yang masih satu jenis dan dibuat sedemikian rupa sehingga
tampak berbeda atau beraneka ragam produk yang dibedakan. Oleh karena itu,
Thailad disebabkan berbagai gaktor yang diantaranya adalah tingkat harga dan
Produk Domestik Bruto (PDB) antar Negara. Dari tabel 5.2 dapat dilihat indeks
harga ekspor dan indek harga impor Indonesia dengan Thailand yang fluktuatif.
Secara keseluruhan indek harga ekspor lebih besar dari pada indeks harga impor,
Berikut tabel indeks harga eksport dan indeks harga impor sebagai salah
32
Tabel 5.2 Nilai Perdagangan Indonesia – Thailand Menurut Indeks Harga
Ekspor dan Impor
Indonesia pada tahun 1998 sampai dengan 1999 yang membuat turunnya nilai
pada tahun berikutnya yaitu 2000 perekonomian Indonesia mulai bangkit kembali
33
kestabilan. Dengan mulai stabilnya kondisi Indonesia maka, perdagangan
Indonesia dengan Thailand pun mulai stabil dan dapat dilihat dari mulai
Thailand untuk Indonesia, dan hal ini digambarkan dengan lebih besarnya nilai
indeks harga ekspor dibandingkan nilai harga impor dari tahun 1993 sampai 2011.
Sesuai dengan teori permintaan, bahwa apabila harga turun maka akan
Nilai Impor dan Ekspor kedua Negara mengalami kenaikan yang cukup
meningkatnya pula kegiatan ekspor dan impor dari tahun ketahun antar dua
Negara tersebut.
Penyebab dari harga impor dan ekspor antara kedua Negara telah mengalami
34
sama, karena Negara Indonesia masih dikatakan sebagai Negara berkembang
35
BAB VI
6.1 Kesimpulan
dekomposisi indek harga, dimana indek harga ekspor lebih tinggi dari pada
indeks harga impor. Hal ini menggambarkan bentuk aktivitas ekspor yang
terjadi lebih tinggi dari pada aktivitas impor. Ini ditunjukkan pula bahwa
aktivitas ekspor yang ditujukan Thailand ke Indonesia lebih kecil dari pada
36
masih bisa diolah menjadi barang hilir, sehingga menyebabkan besarnya
yang diperoleh. Maka dapat dikatakan bahwa besarnya nilai indeks ekspor
yang digambarkan dalam penelitian ini masih belum menambah nilai yang
maksimum.
6.2 Saran
produk yang sejenis dengan produk-produk asal Thailand yang lebih siap
terjadi saat ini. Selanjutnya bagi pihak Pemerintah Indonesia agar dapat
pula selalu dapat mencari mantra dagang dengan Negara lain yang dapat
saling menguntungkan.
37
DAFTAR PUSTAKA
UGM,Jakarta
Sukirno, Sadono (2003), Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Edisi 19, PT. Raja
http://tutor2u.net/economics/content/topics/trade/terms_of_trade.htm
38