Anda di halaman 1dari 72

e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan

p-ISSN: 2302-3600
e-ISSN: 2597-5315

DEWAN REDAKSI
e-JURNAL REKAYASA DAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PERAIRAN

Penasihat
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Pembantu Dekan I Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Pembantu Dekan II Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Pembantu Dekan III Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Penanggung Jawab
Ir. Siti Hudaidah, M.Sc.

Pimpinan Redaksi
Deny Sapto Chondro Utomo, S.Pi., M.Si.

Penyunting Ahli

Ketua
Eko Effendi, S.T., M.Si.

Anggota
Dr. Indra Gumay Yudha, S.Pi., M.Si., Ir. Suparmono, M.T.A., Muh. Mohaimin,
S.Pi., M.Si., Wardiyanto, S.Pi, M.P., Dr. Supono, S.Pi., M.Si., Qadar Hasani,
S.Pi., M.Si., Tarsim, S.Pi., M.Si., Henni Wijayanti, S.Pi., M.Si., Berta Putri, S.Si.,
M.Si., Rara Diantari, S.Pi., M.Sc., Herman Yulianto, S.Pi., M.Si., Limin Santoso,
S.Pi., M.Si., Yudha T Adiputra, S.Pi., M.Si., Esti Harpeni, ST, M.App.Sc., Agus
Setyawan, S.Pi., M.P.

Penyunting Teknis
Mahrus Ali, S.Pi, M.P.

Keuangan dan Sirkulasi


Syifania Hanifah Samara, S.Pi., M.Sc.

Alamat Redakasi
Jurusan Perikanan dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung 35145
Email : jrtbp@yahoo.com

e-JRTBP p-ISSN: 2302-3600, e-ISSN: 2597-5315


e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan
p-ISSN: 2302-3600
e-ISSN: 2597-5315

e-JRTBP p-ISSN: 2302-3600, e-ISSN: 2597-5315


e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan
p-ISSN: 2302-3600
e-ISSN: 2597-5315

PANDUAN UNTUK PENULIS


e-JURNAL REKAYASA DAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PERAIRAN
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG

e-JRTBP menerima naskah dalam bentuk hasil penelitian (artikel ilmiah), catatan
penelitian, dan pemikiran konseptual baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa
Inggris. Naskah hasil penelitian maksimum 12 halaman (suntingan akhir)
termasuk gambar dan tabel. Naskah yang disetujui untuk dimuat akan dibebani
kontribusi biaya sebesar Rp 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah) per
empat halaman pertama, selebihnya ditambah Rp 50.000,- (lima puluh ribu
rupiah) per halaman.

Tata Cara Pengiriman Naskah

Naskah yang dikirim haruslah naskah asli dan harus jelas tujuan, bahan yang
dipergunakan, maupun metode yang diterapkan dan belum pernah dipublikasikan
atau dikirimkan untuk dipublikasikan di mana saja. Naskah diketik dengan
program MS-Word dalam satu spasi dikirim dalam bentuk soft copy dengan
format doc/docx dan pdf .

Naskah diketik dua spasi pada kertas ukuran A4, pias 2 cm dan tipe huruf Times
New Roman berukuran 12 point, diketik 2 kolom kecuali untuk judul dan
abstrak. Setiap halaman naskah diberi nomor halaman secara berurutan. Ilustrasi
naskah (gambar atau tabel) dikelompokkan pada lembaran terpisah di bagian akhir
naskah dan ditunjukkan dengan jelas posisi ilustrasi dalam badan utama naskah.
Setiap naskah harus disertai alamat korespondensi lengkap. Para peneliti,
akademisi, maupun mahasiswa dapat mengirimkan naskah ke:

e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan


Jurusan Perikanan dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung
Lampung 35145
E-mail: jrtbp@yahoo.com .

Catatan: Editor tidak berkewajiban mengembalikan naskah yang tidak dimuat.

Penyiapan Naskah

 Judul naskah hendaknya tidak lebih dari 15 kata dan harus mencerminkan
isi naskah. Nama penulis dicantumkan di bawah judul. Jabatan, nama, dan
alamat instansi penulis ditulis sebagai catatan kaki di bawah halaman
pertama.

e-JRTBP p-ISSN: 2302-3600, e-ISSN: 2597-5315


e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan
p-ISSN: 2302-3600
e-ISSN: 2597-5315

 Abstrak merupakan ringkasan penelitian dan tidak lebih dari 250 kata,
disajikan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Kata kunci
maksimum 5 kata dan diletakkan pada bagian abstrak.
 Pendahuluan secara ringkas menguraikan masalah-masalah, tujuan dan
pentingnya penelitian. Jangan menggunakan subbab.
 Bahan dan Metode harus secara jelas dan ringkas menguraikan penelitian
dengan rincian secukupnya sehingga memungkinkan peneliti lain untuk
mengulangi percobaan yang terkait.
 Hasil disajikan secara jelas tanpa detail yang tidak perlu. Hasil tidak boleh
disajikan sekaligus dalam tabel dan gambar.
 Tabel disajikan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris, dengan judul di
bagian atas tabel dan keterangan. Data dalam tabel diketik menggunakan
program MS-Excel.
 Gambar, skema, diagram alir, dan potret diberi nomor urut dengan angka
Arab. Judul dan keterangan gambar diletakkan di bawah gambar dan
disajikan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris.
 Kesimpulan disajikan secara ringkas dengan mempertimbangkan judul
naskah, maksud, tujuan, serta hasil penelitian.
 Daftar Pustaka disusun berdasarkan abjad tanpa nomor urut dengan urutan
sebagai berikut: nama pengarang (dengan cara penulisan yang baku).
Acuan pustaka yang digunakan maksimal berasal dari acuan yang
diterbitkan dalam 10 tahun terakhir. Daftar lengkap acuan pustaka disusun
menurut abjad, diketik satu spasi, dengan tata cara penulisan seperti
contoh-contoh berikut:

Jurnal
Heinen, J.M., D’Abramo, L.R., Robinette, H.R., and Murphy, M.J. 1989.
Polyculture of two sizes of freshwater prawns (Macrobrachium
rosenbergii) with fingerling channel catfish (Getalurus punctatus). J.
World Aquaculture Soc. 20(3): 72–75.

Buku
 Dunhan, R.A. 2004. Aquaculture and Fisheries Biotechnology:
Genetic Approaches. Massachusetts: R.A. Dunhan Press. 34 p.
 Bose, A.N., Ghosh, S.N., Yang, C.T., and Mitra, A. 1991. Coastal
Aquaculture Engineering. Oxford & IBH Pub. Co. Prt. Ltd., New
Delhi. 365 p.

Artikel dalam buku


Collins, A. 1977. Process in Acquiring Knowledge. Di dalam: Anderson,
R.C., Spiro, R.J., and Montaque, W.E. (eds.). Schooling and the
Acquisition of Knowledge. Lawrence Erlbaum, Hillsdale, New Jersey. p.
339–363.

e-JRTBP p-ISSN: 2302-3600, e-ISSN: 2597-5315


e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan
p-ISSN: 2302-3600
e-ISSN: 2597-5315

Artikel dalam Prosiding


Yovi EY, Takimoto Y, Matsubara C. 2007. Promoting Alternative
Physical Load Measurement Method. Di dalam: Proceedings of
Agriculture Ergonomics Development Conference; Kuala Lumpur, 26–29
November 2007. p. 309–314 .

Tesis/Disertasi
Simpson, B.K. 1984. Isolation, Characterization and Some Application of
Trypsin from Greenland Cod (Gadus morhua). PhD Thesis. Memorial
University of New Foundland, St. John’s, New Foundland, Canada. 179 p.

Paten
Muchtadi TR, Penemu; Institut Pertanian Bogor. 9 Mar 1993. Suatu
Proses untuk Mencegah Penurunan Beta Karoten pada Minyak Sawit. ID
0 002 569.

 Ucapan terima kasih (jika diperlukan). Ditujukan kepada instansi dan


atau orang yang berjasa besar terhadap penelitian yang dilakukan dan tulis
dalam 1 alinea serta maksimum 50 kata.

e-JRTBP p-ISSN: 2302-3600, e-ISSN: 2597-5315


e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan
p-ISSN: 2302-3600
e-ISSN: 2597-5315

e-JRTBP p-ISSN: 2302-3600, e-ISSN: 2597-5315


e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan
p-ISSN: 2302-3600
e-ISSN: 2597-5315

PERNYATAAN PEMINDAHAN HAK MILIK

Ketika naskah diterima untuk dipublikasikan, Hak Milik dipindahkan ke e-


Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. Pemindahan Hak Milik
memindahkkan kepemikikan eksklusifuntuk mereproduksi dan mendistribusikan
naskah, termasuk cetakan lepas, penerjemahan, reproduksi fotografi, mikrofilm,
material elektronik (offline maupun online) atau bentuk reproduksi lainnya yang
serupa dengan aslinya.
Penulis menjamin bahwa artikel adalah asli dan bahwa penulis memiliki
kekuatan penuh untuk mempublikasikannya. Penulis menandatangani dan
bertanggungjawab untuk melepaskan bahan naskah sebagian atau keseluruhan
dari semua penulis. Jika naskah merupakan bagian dari skripsi mahasiswa, maka
mahasiswa tersebut wajib menandatangani persetujuan bahwa pekerjaannya akan
dipublikasikan.
Judul Naskah :……………………………………………………………
……………………………………………………………
Title of Article
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………

Penulis : 1. .………………………………………………

Author 2. .………………………………………………

3. ………………………………………………

4. ………………………………………………

Tanda Tangan Penulis : 1. ………………………………………………

Author’s Signature 2. ………………………………………………

3. ………………………………………………

4. ………………………………………………

Tanda Tangan Mahasiswa :


Student’s Signature

Tanggal :……………………………………………………………
Date

e-JRTBP p-ISSN: 2302-3600, e-ISSN: 2597-5315


e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan
p-ISSN: 2302-3600
e-ISSN: 2597-5315

e-JRTBP p-ISSN: 2302-3600, e-ISSN: 2597-5315


e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan
Volume VI No 1 Oktober 2017
p-ISSN: 2302-3600, e-ISSN: 2597-5315

DAFTAR ISI
Volume 6 Nomor 1 Oktober 2017

Perbandingan Pemberian Fermentasi Kotoran Kambing, Ampas


Tahu dan Roti Afkir terhadap Performa Pertumbuhan,
Kandungan Protein, dan Asam Amino Lisin Daphnia sp.
I Nengah Gunaya Pramana, Johannes Hutabarat, dan Vivi
Endar Herawati……………………………………………………….. 631 - 642
Studi Performa Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) yang
Dipelihara dengan Sistem Semi Intensif pada Kondisi Air
Tambak dengan Kelimpahan Plankton yang Berbeda pada Saat
Penebaran
Aan Pratama, Wardiyanto, dan Supono………...…………..…….. 643 - 652
Pengaruh Waktu Fermentasi Limbah Bahan Organik (Kotoran
Burung Puyuh, Roti Afkir dan Ampas Tahu) sebagai Pupuk
untuk Pertumbuhan dan Kandungan Lemak Daphnia sp.
Sri Rahayuni Agustin, Pinandoyo, Vivi Endar Herawati………... 653 - 668
Efektivitas Pemberian Pakan Alami yang Berbeda terhadap
Pertumbuhan Benih Ikan Tambakan Helostomma temminckii
(Cuvier, 1829)
Wahyu Taufiqurahman, Indra Gumay Yudha, dan Abdullah
Aman Damai…………………………………………………… 669 - 674
Performa Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva Lele (Clarias
gariepenus) dengan Pemberian Pakan Tubifex sp. yang Dikultur
Massal menggunakan Fermentasi Limbah Industri
Vivi Endar Herawati , Johannes Hutabarat, Ocky Karnaradjasa. 675 - 682
Kajian Penambahan Tepung Ampas Kelapa pada Pakan Ikan
Bandeng (Chanos chanos)
Winny Mutiasari, Limin Santoso, dan Deny Sapto Chondro
Utomo…………………………………………………………... 683 - 690
e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan
p-ISSN: 2302-3600
e-ISSN: 2597-5315
e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan
Volume VI No 1 Oktober 2017
p-ISSN: 2302-3600, e-ISSN: 2597-5315

PERBANDINGAN PEMBERIAN FERMENTASI KOTORAN KAMBING,


AMPAS TAHU DAN ROTI AFKIR TERHADAP PERFORMA
PERTUMBUHAN, KANDUNGAN PROTEIN, DAN ASAM AMINO LISIN
Daphnia sp.

I Nengah Gunaya Pramana, Johannes Hutabarat, Vivi Endar Herawati*1

ABSTRAK

Daphnia sp. merupakan pakan alami yang sering digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pakan larva ikan air tawar pada tahap pembenihan karena memiliki
kandungan nutrisi yang cukup tinggi. Permasalahan yang terjadi yaitu semakin
berkurangnya daphnia di alam saat cuaca buruk sehingga perlu dilakukan kultur
massal. Kotoran kambing memiliki kandungan unsur N dan K lebih besar dari
kotoran sapi, ampas tahu merupakan limbah yang memiliki kandungan protein
sebesar 226,6 sampai 434,78 mg/l. sedangkan roti afkir memiliki kandungan protein
sebanyak 10,25%. Lisin merupakan asam amino yang mempunyai peranan penting
yaitu menstimulasi selera makan, membantu mengubah asam lemak menjadi
energi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi
fermentasi kotoran kambing, roti afkir dan ampas tahu terhadap pertumbuhan,
protein, dan asam amino lisin, Daphnia sp.. wadah yang di gunakan dalam
penelitian ini adalah bak beton berukuran 2 x 1 x 1,5 m dengan volume air mencapai
600 L. Padat penebaran Daphnia sp. yaitu 100 ind/l. Penelitian ini menggunakan
metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan
pengulangan perhitungan populasi sebanyak 3 kali. Perlakuan dalam penelitian ini
yaitu Perlakuan A (0 % kotoran kambing, 50 % ampas tahu dan 50 % roti afkir),
B (25 % kotoran kambing, 50 % ampas tahu dan 25 % roti afkir), C (25 % kotoran
kambing, 25 % ampas tahu dan 50 % roti afkir, D (50 % kotoran kambing, 25 %
ampas tahu dan 25 % roti afkir) dengan Jumlah total kombinasi yaitu 200 g/l. Data
yang diamati meliputi kepadatan populasi, kandungan protein, asam amino lisin dan
kualitas air.
Hasil penelitian menunjukkan fase adaptasi terjadi pada hari ke- 0 sampai hari
ke-3, fase eksponensial terjadi pada hari ke- 4 sampai hari ke 16 sesdangkan fase
kematian terjadi pada hari ke- 18 sampai hari ke-26. Pada penelitian ini kandungan
protein tidak berbeda nyata antar perlakuan seddangkan kandungan lisin memiliki
perbedaan yang sangat nyata antara perlakuan C dengan perlakuan lainya.
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu pemberian 25% kotoran kambing, 25%
ampas tahu dan 50% roti afkir dapat membuat kandungan nutrisi pada media kultur
menjadi lebih baik sehingga dapat mendukung untuk pertumbuhan fitoplankton

1
Departemen Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang. Jawa Tengah – 50275, Telp/Fax. +6224 7474698

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


632 Fermentasi terhadap Performa Daphnia sp.

yang mengakibatkan meningkatnya laju pertumbuhan, kandungan protein dan asam


amino lisin Daphnia sp.

Kata kunci: Daphnia sp., kotoran kambing, ampas tahu, roti afkir, lisin

Pendahuluan cukup tinggi. Roti afkir mengandung


protein kasar 10,25%, serat kasar
Daphnia sp. merupakan pakan 12,04%, lemak kasar 13,42%, kalsium
alami yang sering digunakan sebagai 0,07%, phospor 0,019%, air 6,91% dan
pakan larva ikan karena memiliki abu 0,80% serta energi bruto 4.217
berbagai keunggulan diantaranya, kkal/kg. (Widjastuti, 2007). Selain itu
memiliki kandungan nutrisi yang cukup ampas tahu dapat dijadikan sebagai
tinggi, sesuai dengan bukaan mulut pupuk karena mengandung protein
larva, mudah dicerna dan kasar cukup tinggi yaitu 27,55% dan
pemberiannya pada media budidaya kandungan zat nutrien lain adalah
ikan tidak menyebabkan penurunan lemak 4,93%, serat kasar 7,11%,
kualitas air zaidah (2012). Kandungan BETN 44,50% (Nuraini et al., 2007).
protein Daphnia sp. berkisasr 42-54%, Kandungan yang terdapat pada bahan
kandungan lemak berkisar 6,5-8% dari bahan organik tersebut nantinya akan
berat keringnya, dan asam lemak digunakan sebagai pupuk organik
linoleat dan linolenatnya berkisar 7,5 dalam media yang selanjutnya dapat
dan 6,7 % (Herawati et al., 2013). Asam menumbuhkan fitoplankton dan akan
amino lisin memiliki peranan penting dimakan oleh Daphnia sp. Pada
bagi ikan yaitu kerangaka pembentuk fermentasi terjadi proses yang
vitamin B1, bersifat anti virus, menguntungkan diantaranya dapat
membantu penyerapan kalsium, menghilangkan bau yang tidak
pembentukan hormon antibodi, diinginkan, meningkatkan daya cerna,
menstimulasi selera makan, membantu menghilangkan zat antinutrisi yang
mengubah asam lemak menjadi energi. terdapat pada bahan mentahnya.
Kandungan nutrisi dalam tubuh Tujuan dari penelitian ini adalah
Daphnia sp. bergantung pada pupuk untuk mengetahui pengaruh performa
yang digunakan. Pupuk organik yang pertumbuhan, kandungan protein dan
biasa digunakan pada kultur Daphnia asam amino lisin pada Daphnia Sp.
Sp. adalah kotoran ayam, kotoran yang di kultur dengan menggunakan
sapi, kotoran babi, kotoran kotoran kambing, ampas tahu dan roti
kambing/domba, dan kotoran kuda afkir dengan dosis yang berbeda dan
(Putri et al., 2015). Kandungan nutrisi untuk mengetahui kombinasi pupuk
dari kotoran kambing menurut terbaik yang menghasilkan
Mardiana, (2011), yaitu : karbon pertumbuhan, protein dan asam amino
organik (C) 30,17, Nitrogen (N) 1,73, lisin paling tinggi di antara semua
Fosfor (P) 2,57, Kalium (K) 1,56 dan perlakuan.
Sulfur (S) 0,34. Selain dari kotoran
hewan bahan organik lainya bisa di
peroleh dari roti afkir yang juga
memiliki kandungan nutrisi yang

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


I Nengah Gunaya Pramana, Johannes Hutabarat, dan Vivi Endar Herawati 633

Metode menggunakan 4 perlakuan dan setiap


penghitungan populasi diulang
Hewan uji yang digunakan pada sebanyak 3 kali. Jumlah total kombinasi
penelitian ini yaitu pakan alami berupa antara kotoran ayam, ampas tahu, dan
Daphnia sp. yang diperoleh dari alam roti afkir yaitu 200 g/l. Perlakuan
dengan kepadatan penebaran yaitu 100 tersebut memodifikasi penelitian Damle
ind/l. Dasar penebaran yang dilakukan dan Chari (2011) dengan perlakuan
berdasarkan penelitian yang dilakukan terbaik pada 50 gr/L kotoran ayam, 100
oleh Herawati et al., (2015) bahwa gr/L roti afkir, 50 gr/L ampas tahu.
kepadatan penebaran Daphnia sp. Perlakuan dalam penelitian adalah
sebanyak 100 ind/l. Wadah yang kombinasi pupuk organik dalam media
digunakan dalam kultur masal Daphnia kultur dengan dosis yang berbeda yaitu:
sp. adalah bak beton sebanyak 4 buah Perlakuan A = 0 % kotoran kambing,
dengan ukuran 2 x 1,2 x 0,5 m yang diisi 50 % ampas tahu dan 50 % roti afkir;
air sebanyak 600 liter. Media yang Perlakuan B = 25 % kotoran kambing,
digunakan dalam kultur Daphnia sp. 50 % ampas tahu dan 25 % roti afkir;
berupa pupuk organik kombinasi dari Perlakuan C = 25 % kotoran kambing,
kotoran ayam, ampas tahu, dan roti afkir 25 % ampas tahu dan 50 % roti afkir;
yang di fermentasi menggunakan Perlakuan D = 50 % kotoran kambing,
bakteri probiotik. Pupuk organik yang 25 % ampas tahu dan 25 % roti fakir
sudah difermentasi selanjutkan Tahapan sebelum dilakukan
dimasukan kedalam air media yang penebaran pupuk organik kedalam
akan digunakan untuk kultur Daphnia media kultur yaitu menyiapkan semua
sp.. bahan, melakukan penimbangan bahan
Rancangan percobaan yang yang akan digunakan, dan melakukan
digunakan dalam penelitian ini adalah analisa nutrien pupuk organik sebelum
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan setelah fermentasi.

Tabel 1. Kandungan nutrien pupuk organik sebelum fermentasi


Perlakuan
Parameter Metode uji
A B C D
Nitrogen (N) 2,24 ± 0,06 1,25 ± 0,08 2,23 ± 0,01 10,78 ± 0,08 Kjeldhal
Phosphor (P) 0,19 ± 0,03 0,17 ± 0,01 1,03 ± 0,09 0,45 ± 0,06 AQAC 958.01.2000
Kalium (K) 0,39 ± 0,02 0,45 ± 0,03 0,45 ± 0,03 0,15 ± 0,03 AQAC 958.01.2000
Sumber : Hasil uji kandungan N,P dan K di Laboratorium Balai Industri Semarang (2016)

Tabel 2. Kandungan nutrien pupuk organik sesudah fermentasi


Perlakuan
Parameter Metode uji
A B C D
Nitrogen (N) 2,74 ± 0,05 2,12 ± 0,08 3,29 ± 0,02 2,98 ± 0,06 Kjeldhal
Phosphor (P) 0,27 ± 0,02 1,14 ± 0,02 1,30 ± 0,01 1,76 ± 0,06 AQAC 958.01.2000
Kalium (K) 0,69 ± 0,09 1,56 ± 0,03 1,61 ± 0,09 2,05 ± 0,05 AQAC 958.01.2000
Sumber : Hasil uji kandungan N,P dan K di Laboratorium Balai Industri Semarang (2016)

Data yang diambil pada protein, asam amino lisin dan kualitas
penelitian meliputi kepadatan air.
populasi Daphnia sp., kandungan Kepadatan populasi Daphnia sp.
dihitung setiap 2 hari dengan

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


634 Fermentasi terhadap Performa Daphnia sp.

mengambil Daphnia sp. pada 3 titik pengukuraan suhu menggunakan


sampling paling padat sebanyak 1 ml termometer dan pengukuran pH
kemudian dilakukan perhitungan menggunakan pH tester.
jumlah Daphnia sp. pada setiap titik Pengontrolan pH air berkisar antara
sampling dan dilakukan 3 kali 7,5-8,0 apabila pH air berada dibawah
pengulangan pada setiap titik untuk 7,5 maka dilakukan penambahan
mendapatkan data yang valid. kapur dolomit.
Kandungan protein diperoleh Data yang didapatkan kemudian
dari uji analisa proksimat yang dianalisis menggunakan analisis
meliputi Protein, karbohidrat, lemak, ragam (ANOVA). Sebelum dilakukan
serat kasar, dan kadar abu. Menurut analisis ragam, data terlebih dahulu
Izzah (2014) menjelaskan bahwa dilakukan uji normalitas, uji
kandungan nutrisi Daphnia sp yang homogenitas dan uji aditivitas untuk
dianalisa berupa protein, karbohidrat, mengetahui bahwa data bersifat
lemak, dan abu dalam berat kering, normal, homogen dan aditif. Setelah
analisis kimia pada Daphnia sp. yang dilakukan analisis ragam, apabila
dilakukan adalah analisis proksimat. diperoleh hasil berpengaruh
Asam amino lisin di uji dengan berpengaruh nyata (P<0,05) maka
menggunakan metode HPLC. kemudian dilakukan uji wilayah
Pengukuran parameter kualitas Duncan untuk dapat mengetahui
air yang meliputi suhu, DO, dan pH perbedaan nilai tengah antar
dilakukan setiap hari. Pengukuran DO perlakuan. Data kualitas air dianalisis
menggunakan DO meter, secara deskriptif.

Hasil dan Pembahasan populasi Daphnia sp. selama 26 hari


dengan periode perhitungan 2 hari
Kepadatan populasi Daphnia sp. sekali tersaji pada Gambar 1.
Berdasarkan hasil penelitian,
didapatkan pola pertumbuhan

1300
1200
Kepadatan (ind/ml)

1100
1000
900 A
800
700
600
500 B
400
300
200 C
100
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 D
Hari ke-

Gambar 1. Grafik pola pertumbuhan populasi Daphnia sp.

Berdasarkan grafik pola dengan dosis yang berbeda


pertumbuhan selama penelitian menunjukkan hasil dari setiap
menggunakan fermentasi ampas tahu, perlakuan membentuk kurva sigmoid
roti afkir dan kotoran kambing yang terdiri dari fase adaptasi, fase

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


I Nengah Gunaya Pramana, Johannes Hutabarat, dan Vivi Endar Herawati 635

eksponensial, fase stasioner dan fase 502,2 ind/ml. dan terjadi fase
kematian. Fase adaptasi dimulai dari kematian dimulai pada hari ke 18
hari ke-0 hingga hari ke-2 pada pada setiap perlakuan kepadatan
masing-masing perlakuan nilai tertinggi terjadi pada perlakuan C
tertinggi didapat pada perlakuan D (25% kotoran kambing, 25% g/l
(50% kotoran kambing, 25% ampas ampas tahu dan 50% roti afkir)
tahu dan 25% roti afkir) dengan dengan kepadatan rata-rata 553,3
jumlah rata-rata 219,4 individu/ml individu/ml. Sedangkan kepadatan
dan terendah pada perlakuan A (0% terendah pada perlakuan A (0%
kotoran kambing, 50% ampas tahu kotoran kambing, 50% ampas tahu
dan 50% roti afkir) yaitu 168,7 ind/ml dan 50% roti afkir) dengan kepadatan
. Fase eksponensial perlakuan terjadi 239 individu/ml dengan selisih 314
pada hari ke-16 perlakuan C (50% ind/ml.
kotoran kambing, 25% ampas tahu
dan 25% roti afkir) memiliki jumlah Kandungan Protein Daphnia sp.
populasi terbanyak pada puncak Berdasarkan hasil penelitian
populasi yaitu 1146,86 ind/ml dan yang di lakukan kandungan protein
perlakuan A (0% kotoran kambing Daphnia sp. disajikan pada Gambar 2
50% ampas tahu dan 50% roti afkir) yaitu sebgai berikut :
memiliki kepadatan terendah yaitu

63 62.5613 62.4411
62
protein (%)

61 60.4705
60 59.3219
59
58
57
A B C D
perlakuan

Gambar 2. Histogram kandungan protein Daphnia sp.

Berdasarkan histogram hasil tidak adanya perbedaan yang nyata


kandungan protein Daphnia sp. dapat antar perlakuan.
diketahui bahwa kandungan protein
yang tertinggi yaitu pada perlakuan C Kandungan Lisin Daphnia sp.
dengan kandungan protein sebesar Berdasarkan penelitian yang
62,58% sedangkan yang terendah telah dilakukan, didapatkan hasil
yaitu pada perlakuan A dengan kandungan lisin Daphnia sp. yang
kandungan protein sebesar 59,33% dikultur menggunakan fermentasi
selisih antara perlakuan A dan C yaitu ampas tahu, roti afkir dan kotoran
3,25%. Hasil tersebut menunjukkan kambing dengan dosis yang berbeda
tersaji pada Gambar 3.

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


636 Fermentasi terhadap Performa Daphnia sp.

25.00 22.67

20.00 16.70
15.47
lisin (%)

15.00
10.23
10.00

5.00

0.00
A B C D
Perlakuan

Gambar 3. Histogram kandungan lisin Daphnia sp.

Berdasarkan histogram hasil


kandungan lisin Daphnia sp. dapat Kualitas Air
diketahui bahwa kandungan lisin Pengukuran kualitas air
yang tertinggi yaitu pada perlakuan C dilakukan setiap hari. Parameter yang
dengan kandungan protein sebesar diukur meliputi suhu, pH, dan DO.
22,67% sedangkan yang terendah Data pengukuran kualitas air
yaitu pada perlakuan A dengan disajikan dalam bentuk kisaran dan
kandungan protein sebesar 10,23% dibandingkan berdasarkan referensi.
selisih antara perlakuan A dan C yaitu Data pengukuran kualitas air dapat
12,44%. Hasil tersebut menunjukkan dilihat pada Tabel 3. Data pengukuran
adanya perbedaan yang nyata antara kualitas air sebagai berikut:
perlakuan A dan C.

Tabel 3. Nilai kualitas air selama penelitian


Variabel Kisaran Kelayakan Pustaka
DO (mg/L) 3,2-3,5 3,5-5,1 Pebrihanifa (2016)
Mokoginta et al. (2009), Utarini et al.
pH 7,3-8,6 7,0-8,0
(2012)
Suhu oC 26-31 26-30 Pebrihanifa (2016), Utarini et al. (2012)

Pembahasan sedangkan paling rendah yaitu pada


Pertumbuhan Daphnia sp. pada perlakuan A (0% kotoran kambing,
umumnya terdiri dari fase adaptasi, 50% ampas tahu dan 50% roti afkir)
fase eksponensial, fase stasioner dan yaitu sebanyak 168,7 ind/ml. Hal
fase kematian. Fase adaptasi pada tersebut diduga karena adanya
penelitian ini terjadi pada hari ke-0 perbedaan persentase kombinasi
sampai hari ke-4. perlakuan dengan pupuk yang digunakan sehingga
populasi paling tinggi yaitu pada kandungan nutrisi pada media kultur
perlakuan D (50% kotoran kambing, berbeda yang menyebabkan terjadi
25% ampas tahu dan 25% roti afkir) perbedaan jumlah Daphnia sp. yang
dengan jumlah 219,4 ind/ml hidup pada fase adaptasi. Daya

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


I Nengah Gunaya Pramana, Johannes Hutabarat, dan Vivi Endar Herawati 637

dukung media hidup Daphnia sp. Fase kematian pada perlakuan A


dipengaruhi oleh beberapa faktor, (0 % kotoran kambing, 50% ampas
salah satunya adalah ketersediaan tahu dan 50% roti afkir),B (25%
nutrien dalam wadah kultur. Menurut kotoran kambing, 50% ampas tahu
Gunawati (2000), kondisi ini dan 25% roti afkir),C (25% kotoran
menyebabkan kematian dan kambing, 25% g/l ampas tahu dan
menurunya jumlah populasi Daphnia 50% roti afkir),dan D (50% kotoran
sp. pada wadah kultur. Kepekatan kambing, 25% ampas tahu dan 25%
media kultur berpengaruh terhadap roti afkir) terjadi pada hari ke-26.
cepat atau lambatnya masa Berdasarkan hasil penelitian dapat di
pertumbuhan mikroalga apabila tidak ketahui bahwa pertumbuhan Daphnia
ada perbedaan media kultur maka sp. tertinggi pada fase ini adalah pada
pertumbuhan mikroalga akan berjalan perlakuan C dilihat dari
dengan cepat sebaliknya apabila ada pertumbuhanya mencapai 553,3
perbedaan maka mikroalga akan ind/ml dan terendah pada perlakuan
membutuhkan waktu yang lama A (50% kotoran kambing, 25% ampas
untuk pertumbuhanya. tahu dan 25% roti afkir) dengan
Fase puncak populasi terjadi kepadatan 239, ind/ml. Hal tersebut
terjadi pada hari ke-16, pada fase ini dikarenakan kandungan pupuk
perlakuan yang memiliki nilai didalam media kultur sudah mulai
pertumbuhan tertinggi yaitu pada habis dan mengakibatkan Daphnia sp.
perlakuan C (25% kotoran kambing, kekurangan nutrisi untuk
25% g/l ampas tahu dan 50% roti pertumbuhanya. Tingginya kematian
afkir) dengan jumlah 1146,8 ind/ml, diakibatkan faktor tidak
sedangkan perlakuan dengan nilai mencukupinya nutrien untuk
terendah pada perlakuan A (0 % mendukung pertumbuhan Daphnia
kotoran kambing, 50% ampas tahu sp. dan faktor internal yaitu faktor
dan 50% roti afkir) yaitu dengan biologi Daphnia itu sendiri Zaidah
jumlah 502,2 ind/ml. Hal ini diduga (2012).
karena pada fase ini Daphnia sp. Hasil penelitian menunjukkan
membutuhkan nutrisi dalam media bahwa kandungan protein tertinggi
yang cukup untuk tumbuh dan media yaitu 62,58 % pada perlakuan C (25%
kultur C (25% kotoran kambing, 25% kotoran kambing, 25% g/l ampas tahu
g/l ampas tahu dan 50% roti afkir) dan 50% roti afkir), sedangkan
memiliki kandungan nutrisi yang kandungan terendah yaitu 59,33%
cukup dan dapat dimanfaatkan secara pada perlakuan A (0 % kotoran
optimal oleh Daphnia sp. hal ini kambing, 50% ampas tahu dan 50%
diperkuat oleh pernyataan Zahidah roti afkir). Hasil penelitian ini
(2012) yang menyatakan bahwa menujukakan tidak adanya perbedaan
pakan yang cukup maka Daphnia sp. yang signifikan antar perlakuan, nilai
muda akan tumbuh dan berganti kulit kandungan protein pada perlakuan ini
hingga menjadi individu dewasa dan lebih rendah dibandingkan penelitian
bereproduksi secara pathogenesis, yang dilakukan oleh Herawati (2013),
sehingga terjadi penambahan individu dimana kandungan protein Daphnia
menjadi beberapa kali lipat. yang di kultur menggunakan kotoran
ayam dan bungkil kelapa yang

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


638 Fermentasi terhadap Performa Daphnia sp.

memiliki kandungan protein tersuspensi dan bakteri yang


mencapai 73,90%. Menurut Herawati diperoleh dari pupuk yang
et al. (2015), tingginya kandungan ditambakan ke dalam media kultur.
protein pada Daphnia sp. dikarenakan Tarmidi (2009), menyatakan bahwa
nutrien yang terkandung dalam media protein ampas tahu mempunyai nilai
kultur, dimana semakin tinggi biologis lebih tinggi daripada protein
kandungan nitrat dan fosfat maka biji kedelai dalam keadaan mentah,
semakin tinggi kandungan proteinnya karena bahan ini berasal dari kedelai
dan semakin rendah kandungan yang telah dimasak. Pupuk organik
lipidnya. Proses fermentasi juga yang di fermentasi mempercepat
dapat mempengaruhi kandunga proses dekomposisi sehingga
nutrisi dari Daphnia sp. karena proses menumbuhkan bakteri yang pada
fermentasi akan memudahkan pupuk giliranya akan dimanfaatkan sebagai
organik untuk terurai sehingga pakan oleh Daphnia sp. kebutuhan
kandungan N, P dan K akan protein untuk larva ikan berkisar
meningkat. Penambahan antara 40-60% sedangkan untuk
mikroorganisme pengurai kedalam lemak kebutuhanya berkisar 3-10%
pupuk dapat meningkatkan (Mokoginta et al., 2003).
kandungan N,P dan K sehingga Hasil penelitian menunjukkan
proses dekomposisi limbah menjadi bahwa kandungan lisin Daphnia sp.
lebih baik bila dibandingkan dengan tertinggi C (25% kotoran kambing,
penggunaan pupuk tanpa fermentasi 25% roti afkir dan 50% ampas tahu)
yang memiliki kandungan N, P dan K yaitu 22,67 %. Sedangkan kandungan
yang rendah sengga tidak dapat lisin terendah terdapat pada perlakuan
memenuhi kebutuhan Daphnia sp. hal A (0% kotoran kambing 50% roti
ini sejalan dengan pendapat Zaidah afkir dan 50% ampas tahu) dengan
(2012), yang menyatakan bahwa hasil 10,23%. Hasil tersebut terjadi
penggunaan limbah budidaya yang diduga karena kandungan lisin pada
telah di fermentasi EM4 dengan perlakuan C memiliki kandungan N,P
konsentrasi 10 g/l untuk kultur dan K pada perlakuan ini lebih tinggi
Daphnia sp. memberikan kandungan dari perlakuan A karena adanya
protein yang tinggi hingga mencapai penambahan kotoran kambing yang
86,83%. Bahan organik dari kotoran meiliki kandungan unsur hara yang
kambing, roti afkir dan ampas tahu cukup tinggi, dimana kandungan N, P
memiliki kandungan protein, lemak dan K nantinya akan mengalami
dan karbohidrat yang dapat perombakan dari senyawa yang
dimanfaatkan oleh bakteri melalui kompleks menjadi senyawa yang
proses perombakan bahan organik. lebih sederhana. Menururt Fitria
Dalam hal ini perombakan terjadi (2008), fase perombakan bahan
melalui proses fermentasi bakteri organik terjadi atas tiga fase (1) fase
probiotik. Pernyataan tersebut sesuai pemecahan mekanik; (2) fase
dengan pendapat Zaidah (2012), yang biokimia awal dimana pada proses ini
menyatakan bahawa nutrisi yang terjadi hidrolisis dan oksidasi. Pada
dibutuhkan oleh Daphnia sp. dapat proses hidrolisis terjadi pemecahan
berasal dari berbagai sumber, parsial senyawa polimer menjadi
diantaranya dari bahan organik senyawa yang lebih sederhana seperti

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


I Nengah Gunaya Pramana, Johannes Hutabarat, dan Vivi Endar Herawati 639

pemecahan protein menjadi peptida pada media kultur berkisar antara 3,2-
dan asam amino yang menghasilkan 3,5 ppm. Daphnia sp. tidak dapat
CO2 dan H2O; (3) fase penguraian hidup pada konsentrasi oksigen
mikrobiologi oleh mikroorganisme. kurang dari 1 ppm. Sedangkan
Pertumbuhan Daphnia sp. sangat menurut Mokoginta (2009),
dipengaruhi oleh makanan yang sebaiknya di dalam wadah budidaya
tersedia didalam media kultur Daphnia sp. di beri aerator yang
terutama fitoplankton. Semakin berfungsi untuk mengkasilkan
banyak kelimpahan fitoplankton dan oksigen didalam wadah budidaya
bahan organik yang terdapat dalam agar nilai oksigen terlarut di wadah
media maka laju pertumbuhan tersebut diatas 3,5 ppm. Kisaran pH
Daphnia sp. akan berlangsung lebih dan suhu yang terdapat pada media
cepat. Pada penelitian ini kandungan kultur yaitu 7,3-8-6 dan suhu berkisar
N, P dan K pada perlakuan C (25% antara 26-31 oC. Nilai ini masih
kotoran kambing, 25% roti afkir dan berada dalam kisaran yang mampu
50% ampas tahu) lebih tinggi dari untuk mendukung pertumbuhan
perlakuan lainya sehingga kandungan Daphnia sp. Menurut Sulasingkin
nutrisi yang ada didalam media dapat (2003), Daphnia merupakan salah
mendukung pertumbuhan satu hewan yang sangat sensitif
fitoplankton. Dari hasil penelitian terhadap kontaminasi bahan kimia.
didapatkan jenis fitoplankton yang Untuk budidaya Daphnia, air yang
banyak terdapat pada media yaitu digunakan sebaiknya memiliki pH
clorella, synedra dan oschyllatoria berkisar antara 7-8, kondisi ini
dimana pada fese puncak populasi diusahakan tetap dalam kondis
mencapai 30679 sel/ml. Menurut optimal dengan cara dilakukan
Darmawan (2014), hal tersebut terjadi pengapuran di dalam wadah budidaya
dikarenakan Daphnia sp. bersifat non dengan kapur peranian. Sedangkan
selective filter feeder yang memakan menurut Gunawati (2000), kisaran
algae uniselular dan berbagai macam suhu optimal untuk pertumbuhan
detritus organik termasuk protista dan Daphnia sp. yaitu berkisar antara 20-
bakteri, bahkan pada ukuran dewasa 30 oC.
mampu memakan crustacea dan
rotifera kecil. Partikel makanan yang Kesimpulan dan Saran
tersaring kemudian dibentuk menjadi
bolus yang akan turun melalui rongga Kesimpulan
pencernaan sampai penuh dan melalui Berdasarkan pada hasil
anus ditempatkan di bagian ujung penelitian, dapat diambil kesipulan
rongga pencernaan. Selanjutnya Ebert sebagai berikut:
(2005) menyatakan bahwa gangang 1. Pemberian pupuk organik pada
hijau merupakan salah satu makanan perlakuan C (25 % kotoran
terbaik bagi Daphnia sp. kambing, 25 % ampas tahu dan
Hasil penelitian menjukaan 50 % roti afkir ) menghasilkan
bahwa kualitas air pada media kultur populasi tertinggi pada puncak
Daphnia sp. selama penelitian sudah populasi yaitu 1146,8 ind/ml
sesuai dengan tempat hidupnya yaitu kandungan protein sebesar
di alam. Kandunga oksigen terlarut 62,58% dan kandungan lisin

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


640 Fermentasi terhadap Performa Daphnia sp.

sebesar 22,67%, sedangkan Different Animal Waste on


perlakuan A (0 % kotoran Culture of Daphnia sp. J. of Fish
kambing, 50 % ampas tahu dan and Aquatic Science.,6(1): 57-61.
50 % roti afkir) menghasilkan Darmawan, J. 2014. Pertumbuhan
populasi terendah pada puncak Populasi Daphnia sp. Pada Media
populasi sebanyak 502.2 ind/ml, Budidaya Dengan Penambahan
kandungan protein 59,33% dan Air Buangan Budidaya Ikan Lele
kandungan lisin 10,23%. Dumbo (Clarias gariepinus
2. Perlakuan C (25 % kotoran Burchell, 1822). Balai Penelitian
kambing, 25 % ampas tahu dan Pemuliaan Ikan, Sukamandi, Jawa
50 % roti afkir) merupakan Barat.
perlakuan terbaik, dengan jumlah Ebert D, 2005. Ecology,
rata rata individu pada puncak Epidemiology, and Evolution of
populasi mencapai 1146,89 Parasitism in Daphnia, 98.
ind/ml, kandungan protein National Library of Medicine
sebesar 62,58% dan kandungan (US)-National Center for
lisin sebesar 22,67%. Biotechnology Information,
Bethesda.
Saran Gunawanti, Rr. Catur. 2000.
Berdasarkan penelitian yang Pengaruh Konsentrasi Kotoran
telah dilakukan, saran yang dapat Puyuh yang Berbeda Terhadap
disampaikan adalah penggunaan Pertumbuhan Populasi dan
dosis fermentasi 25% kotoran Biomassa Daphnia sp. [Skripsi].
kambing, 25% g/l ampas tahu dan Institut Pertanian Bogor: Bogor,
50% roti afkir dianjurkan untuk kultur 40 hlm.
massal Daphnia sp. sebagai pakan Herawati, V.E., Johannes H.,
alami untuk meningkatkan Pinandoyo, Ocky K.R. 2015.
pertumbuhan dan kelulushidupan Growth and Survival Rate of
larva ikan. Tilapia (Oreochromis niloticus)
Larvae Fed by Daphnia magna
Ucapan Terima Kasih Cultured With Organic Fertilizer
Terima kasih penulis ucapkan Resulted From Probiotic Bacteria
kepada Dr. Vivi Endar Herawati yang Fermentation. HAYATI Journal of
telah membantu dalam Penyewaan Biosciences (30): 1-5
tempat untuk penelitian ini, Bapak Herawati, V.E., M. Agus. 2013.
Edi Irianto yang telah membantu Analisis Pertumbuhan Dan
selama penelitian berlangsung dan Kelulushidupan Larva Lele
semua pihak yang telah membantu (Clarias gariepenus) yang Diberi
mulai dari persiapan penelitian, Pakan Daphnia sp. Hasil Kultur
terlaksananya penelitian sampai Massal Menggunakan Pupuk
terselesaikannya makalah seminar ini. Organik Difermentasi. Program
Studi Budidaya Perairan, Jurusan
Daftar Pustaka Perikanan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Universitas
Damle, D.K. dan M.S. Chari. 2011. Diponegoro. Semarang.
Peformance Efaluation of

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


I Nengah Gunaya Pramana, Johannes Hutabarat, dan Vivi Endar Herawati 641

Izzah, N. 2014. Pengaruh Bahan Tarmidi, A.R. 2009. Penggunaaan


Organik Bekatul dan Bungkil Ampas Tahu dan Pengaruhnya
Kelapa Melalui Proses Fermentasi pada Pakan Ruminansia.
Bakteri Probiotik Terhadap pola Utarini, D.R., S.R Carmudi, dan
Pertumbuhan dan Produksi Kusbiyanto. 2012. Pertumbuhan
Biomassa Daphnia sp.[skripsi]. populasi Daphnia sp. pada media
Fakultas Perikanan dan Ilmu kombinasi kotoran puyuh dan
Kelautan Universitas Diponegoro, ayam pada padat tebar awal yang
Semarang, 98 hlm. berbeda. Fakultas Biologi.
Mardiana, A. 2011. Karakteristik Universitas Jendral Soedirman.
Pelet kompos Berbasis Kotoran Widyanti, W., 2009. Kinerja
Kambing Hasil Biofiltrasi Pertumbuhan Ikan Nila
Berbagai Pupuk Organik. [skripsi]. Oreocromis niloticus yang Diberi
Fakultas Teknik Universitas Berbagai Dosis Enzim Cairan
Indonesia, Depok. Rumen Pada Pakan berbasis Daun
Mokoginta, I., D. Jusadi, dan T.L Lamtorogung Leucaena
Pelawi. 2003. Pengaruh Pemberian leucocephala. [skripsi]. Fakultas
Daphnia sp. yang Diperkaya Perikanan dan Ilmu Kelautan
dengan Sumber Lemak yang Institut Pertanian Bogor.
Berbeda terhadap Kelangsungan Zahidah., W., Gunawan dan U.
Hidup dan Pertumbuhan Larva Subhan. 2012. Pertumbuhan
ikan Nila (Oreocrhomis niloticus). Populasi Daphnia spp. Yang
Jurnal Akuakultur Indonesia, 2(1): Diberi Pupuk Limbah Budidaya
7-11. Karamba Jaring Apung (KJA) di
Nuraini, Sabrina dan Suslina A. Waduk Cirata yang Telah
Latief. 2007. Improvingthe quality Difermentasi Em4. Jurnal Akuatik,
of tapioka by produck thurgh 3(1):84-89.
fermentation by Neurospora crasa
to produce β carotene rich feed.
Pakistan Journal of Nutrition. 8
(4).
Putri, Y.E. Pamungkas, N.A.
Hasibuan, S. 2015. Influence
Giving Rice Bran Immersion At
Chicken Manure Media On The
Abundance Daphnia magna.
Fisheries and Marine Science
Faculty, Riau University.
Sulasingkin, D. 2003. Pengaruh
Konsentrasi Ragi yang Berbeda
Terhadap Pertumbuhan Populasi
Daphnia sp. [skripsi]. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor, Bogor. 41
hlm.

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


642 Fermentasi terhadap Performa Daphnia sp.

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan
Volume VI No 1 Oktober 2017
p-ISSN: 2302-3600, e-ISSN: 2597-5315

STUDI PERFORMA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) YANG


DIPELIHARA DENGAN SISTEM SEMI INTENSIF PADA KONDISI AIR
TAMBAK DENGAN KELIMPAHAN PLANKTON YANG BERBEDA
PADA SAAT PENEBARAN

Aan Pratama12, Wardiyanto*, Supono*

ABSTRAK

Budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) yang dilakukan dengan


sistem semi intensif ditekankan pada pengolahan kualitas air untuk menumbuhkan
plankton di tambak budidaya dan menjaga parameter kualitas air lainnya agar tetap
berada pada nilai optimum untuk kegiatan budidaya. Ketersediaan plankton di
tambak memegang peranan penting dalam menyuplai oksigen terlarut (Disolved
Oxygen) bagi udang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa udang
vaname (Litopenaeus vannamei) yang dipelihara dengan sistem semi intensif
dengan kelimpahan plankton yang berbeda pada saat penebaran yang meliputi
pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup, biomassa, dan konversi pakan. Tipe
penelitian ini merupakan studi kasus pada tambak udang vaname semi intensif
dengan padat tebar 66 ekor/m2. Metode yang dilakukan adalah dengan cara
mengumpulkan data-data primer dan sekunder di lapangan kemudian di analisis
menggunakan metode Descriptive test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tambak udang dengan kelimpahan plankton yang tinggi pada saat penebaran
memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih baik, yaitu sebesar 92,5 % dengan
nilai konversi pakan 1,3, dan biomass udang mencapai 1050 kg. Sedangkan
perkembangan udang pada tambak yang dipelihara dengan kelimpahan plankton
rendah memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih rendah, yaitu sebesar
40,13% dengan nilai konversi pakan 1,9, dan biomassa udang mencapai 550 kg.

Kata kunci: Plankton, semi intensif, pertumbuhan, biomassa, konversi pakan

Pendahuluan RI. No. 41/2001 sebagai upaya untuk


meningkatkan produksi udang
Udang Vaname (Litopenaeus Indonesia menggantikan udang
vannamei) merupakan salah satu windu (Penaeus monodon) yang telah
komoditi perikanan yang mengalami penurunan kualitas.
dibudidayakan di Indonesia. Udang Budidaya udang vaname
ini mulai masuk dan dikenalkan di dilakukan dengan sistem intensif dan
Indonesia pada tahun 2001 melalui semi intensif, dicirikan dengan padat
SK Menteri Kelautan dan Perikanan tebar yang cukup tinggi, yaitu antara
1
Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung Alamat: Jl.Prof.S.Brodjonegoro No.1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145.
2
e-mail: pratamaaan222@yahoo.com

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


644 Performa Udang Vaname dengan Kelimpahan Plankton Berbeda

60-150 ekor/m2 (Briggs et al., 2004), tentang budidaya udang vaname


penggunaan kincir air, pemasangan (Litopenaeus vannamei) skala semi
biosecurity, pengelolaan kualitas air, intensif di Desa Purworejo,
penggunaan pakan komersil dengan Kecamatan Pasir Sakti, Lampung
kandungan protein yang tinggi, Timur.
penggunaan probiotik dan alat-alat Sampling udang vaname
pendukung lainnya. dilakukan dengan dua cara, yaitu
Keberhasilan dalam budidaya sampling dengan menggunakan
udang vaname dapat dipengaruhi oleh ancho dan sampling menggunakan
beberapa faktor, salah satunya adalah jala. Dilakukan setiap 7 hari sekali
kualitas air. Kelangsungan hidup pada pukul 07.00 WIB.
udang ditentukan oleh derajat Menurut Farchan (2006),
keasaman (pH), kadar garam sampling atau monitoring
(salinitas), kandungan oksigen pertumbuhan adalah pengamatan
terlarut (DO), kandungan amoniak, terhadap udang untuk mengetahui
H2S, kecerahan air, kandungan pertumbuhannya dalam petakan
plankton, dan lain-lain (Hudi dan tambak secara individu, populasi dan
Shahab, 2005). Gunarto dan biomass yang dilakukan secara
Hendrajat (2008) mengemukakan periodik.
bahwa laju tumbuh udang vaname di Pengamatan dilakukan dengan
tambak dipengaruh oleh suplai pakan pengambilan contoh (sample),
yang diberikan, pemupukan, aerasi, pemeriksaan udang di ancho (feeding
dan sintasan udang yang try) dan sampling dengan
dibudidayakan. menggunakan jala.
Ketersediaan plankton pada Pengukuran kelimpahan
tambak udang sangat penting sebagai plankton dilakukan secara kuantitatif
pakan alami bagi benih udang karena dengan menggunakan botol, jaring ,
belum bisa memanfaatkan pakan dan pompa. Cara sampling seperti ini
komersil untuk pertumbuhannya. umumnya dilakukan untuk
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kepadatan plankton
untuk mempelajari performa udang persatuan volume. Menurut Arinardi
vaname yang dipelihara dengan et. al., (1997), kelimpahan
sistem semi intensif pada kondisi air fitoplankton dihitung dengan rumus
tambak dengan kelimpahan plankton berikut:
yang berbeda pada saat penebaran,
yang meliputi pertumbuhan, tingkat 1 1
kelangsungan hidup, biomassa, dan K = 𝑛𝑥 𝑥 …….(2.1)
𝑓 𝑣
konversi pakan.

Metode Dimana: K = Kelimpahan (Ind/l), n =


Jumlah individu dalam satu fraksi, f =
Penelitian dilaksanakan selama Fraksi (m3), v = Volume air yang
117 hari di tambak udang semi tersaring (m3).
intensif Desa Purworejo, Kecamatan Alat yang digunakan untuk
Pasir Sakti, Lampung Timur. Tipe mengumpulkan plankton berupa
penelitian ini merupakan studi kasus botol Nansen atau Kemmerer, Van

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


Aan Pratama, Wardiyanto, dan Supono 645

Dorn, botol biasa, tali, dan pancang. pengamatan (g), t = Waktu penelitian
Cara pengumpulan planktonnya (hari)
adalah dengan mengikat botol di tiang Perhitungan populasi dilakukan
pancang dengan tali. Kemudian botol setiap 7 hari sekali menggunakan
diturunkan ke dalam tambak dengan rumus (Effendie, 2000) sebagai
kedalaman yang ditentukan dan air berikut:
dibiarkan masuk kedalam botol. Air
yang tertampung dalam botol W ……..(3.2)
𝑃 =
kemudian disaring dengan jala ABW
plankton (Wardhana, 1997).
Analisis plankton menggunakan Dimana : P = Populasi (ekor), W =
metode pencacahan subsampel yang Biomassa (g), ABW = Berat rata-rata
pada dasarnya dilakukan dengan udang (g)
mengambil sebagian kecil (sub Tingkat kelangsungan hidup
sampel) sampel plankton dan dicacah udang dapat dihitung dengan
dibawah mikroskop. menggunakan rumus (Effendie,
Alat-alat yang digunakan berupa 1979):
mikroskop, Sedgwick-rafter cell,
cover glass, dan pipet tetes. Nt ………(3.3)
𝑆𝑅 = x 100%
Pencacahan plankton menggunakan No
Sedgwick-rafter cell dilakukan
dengan mengisi penuh Sedgwick- Dimana : SR = Kelangsungan hidup
rafter cell dengan sampel plakton dan (%), Nt = Jumlah udang akhir (ekor),
tutup dengan cover glass secara baik No = Jumlah udang awal (ekor)
sehingga tidak ada rongga udara di Perhitungan biomassa dilakukan
dalamnya. setiap 7 hari sekali menggunakan
Letakkan Sedgwick-rafter cell rumus (Effendie, 2000) sebagai
berisi sampel plankton tersebut di berikut:
bawah mikroskop. Kemudian cacah
jumlah plankton dari 10 lapangan Fd ……….(3.4)
pandang secara teratur dan berurutan. 𝐵 =
%FR
Pada setiap lapang pandang hitunglah
jumlah tiap jenis plankton yang Dimana: B = Biomassa (g), Fd =
terlihat (Arinardi et al. 1997). Pakan per hari (g), FR = Food Ratio
Rumus untuk menghitung laju (%)
pertumbuhan berat harian adalah Pertumbuhan berat mutlak
sebagai berikut: dihitung menggunakan rumus Effendi
(1979) tentang pertumbuhan bobot
LnWt − LnWo ………..(3.1) individu mutlak:
𝑔 =
t
𝑊 = Wt − Wo …….…(3.5)
Dimana : g = Laju pertumbuhan berat
harian (g/hari), Wt = Berat hewan uji Dimana: W = Pertumbuhan bobot
pada akhir pengamatan (g), Wo = individu mutlak hewan uji (g), Wo =
Berat hewan uji pada awal Bobot udang pada awal penelitian

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


646 Performa Udang Vaname dengan Kelimpahan Plankton Berbeda

(g), Wt = Bobot udang pada akhir probe pH meter ke dalam air tambak.
penelitian (g) tunggu hingga angka pada pH meter
Perhitungan konversi pakan stabil kemudian catat hasilnya.
dilakukan dengan menggunakn Pengukuran pH dilakukan pada pukul
rumus dari NRC (1977), yaitu : 06.00 WIB dan 13.00 WIB.
Pengukuran salinitas dilakukan
F …(3.6) dengan menggunakan refraktometer
𝐹𝐶𝑅 =
𝐵𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠 atau salinometer, yaitu dengan cara
meneteskan satu sampai dua tetes air
Dimana: FCR = Feed Conversion tambak. Kemudian prisma yang
Ratio (Rasio Konversi Pakan), F = sudah ditetesi air tambak ditutup
Jumlah pakan yang diberikan selama secara perlahan dan jangan sampai
penelitian (Kg), Biomass = Biomassa terbentuk gelembung udara karena
udang di akhir penelitian (Kg). akan mempengaruhi pengukuran.
Sedangkan Pengukuran kualitas Kemudian arahkan alat ke sumber
air dapat dilakukan secara visual, cahaya yang cukup agar bisa melihat
yaitu dengan melihat tingkat skala penunjuknya. Amati level skala
kecerahan air dan warna air, atau penunjuk yang terlihat kemudian
dengan menggunakan alat ukur catat hasilnya. Pengukuran salinitas
kualitas air. Peralatan pengukur air tambak dilakukan setiap 5 hari
kualitas air yang harus disiapkan di sekali pada pukul 06.00 WIB.
areal tambak minimal pH meter, Pengukuran kecerahan air
termometer, refraktometer dan DO dilakukan dengan menggunakan sechi
meter. disk. Cara penggunaannya adalah
Pengukuran parameter kualitas dengan menurunkan sechi disk ke
air seperti DO dan pH dilakukan dalam air tambak sampai tidak
setiap 3 hari sekali, sedangkan tampak kemudian diukur
pengukuran parameter kualitas air kedalamannya. Kemudian diturunkan
lainnya seperti suhu, salinitas, kembali sampai sechi disk tidak
kecerahan dan kelimpahan plankton tampak. Selanjutnya sechi disk
dilakukan setiap 5 hari sekali. diangkat kembali sampai sechi disk
Pengukuran DO dilakukan hampir tampak kembali. Kemudian
dengan menggunakan DO meter. kedalamannya diukur kembali. Nilai
Cara penggunaannya adalah dengan rata-rata kedua pengukuran tersebut
mengkalibrasi DO meter terlebih diambil sebagai angka kecerahan air
dahulu. Selanjutnya celupkan ujung tambak dengan satuan sentimeter
probe ke dalam air tambak. Tunggu (cm). Pengukuran kecerahan air
hingga angka pada DO meter stabil tambak dilakukan 5 hari sekali pada
kemudian catat hasilnya. Pengukuran pagi hari pukul 06.00 WIB.
DO dilakukan pada pukul 06.00 WIB Pengukuran suhu dilakukan
dan 13.00 WIB. dengan menggunakan termometer
Pengukuran pH dilakukan batang dengan cara memegang tali
dengan menggunakan pH meter. Cara yang ada pada termometer kenudian
penggunaannya adalah dengan mencelupkan ujung termometer ke
mengkalibarasi pH meter terlebih dalam air tambak. amati angka yang
dahulu. Setelah itu celupkan ujung ditunjukkan oleh cairan merah pada

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


Aan Pratama, Wardiyanto, dan Supono 647

termometer kemudian catat hasilnya. Laju pertumbuhan berat harian


Pengukuran suhu dilakukan setiap 5 udang vaname yang diperoleh pada
hari sekali pada pagi hari. penelitian ini tidak jauh berbeda dari
Data yang diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya. Gunarto dan
penelitian diamati dengan Hendrajat (2008) mendapatkan laju
menggunakan uji deskriptif pertumbuhan harian udang vaname
(descriptive test) yaitu suatu uji yang berkisar antara 0,12-0,17 g/hari
digunakan untuk mendapatkan (Gambar 2).
gambaran yang utuh tentang
karakteristik suatu organisme. 4.00 Tambak A1 Tambak A2

Laju Pertumbuhan
3.00
Hasil dan Pembahasan

Harian (g)
2.00
Dari hasil pengamatan 1.00
kelimpahan plankton pada awal 0.00
penebaran benur udang vaname 30 44 58 72 86 100 114
menunjukkan bahwa kelimpahan DOC (hari)
plankton tertinggi terjadi pada tambak Gambar 2. Laju Pertumbuhan Harian
A2 yang didominasi oleh fitopankton Udang Vaname
dari jenis diatom dengan kepadatan
mencapai 708 ekor induk per liter. Nilai laju pertumbuhan berat
Sedangkan untuk tambak A1 yang harian udang vaname pada sampling
didominasi plankton dari jenis diatom hari ke-30 sampai dengan hari ke-72
kelimpahan planktonnya hanya pada tambak A1 dan A2 masing-
mencapai 368 ekor induk per liter masing adalah 0,14-2,02 dan 0,17-
(Gambar 1). 2,05 g/hari dengan nilai rata-rata 1,37
g/hari dan 1,53 g/hari. Hal ini
800 708
menunjukkan bahwa laju
Plankton (Ind/L)

600 pertumbuhan berat harian pada


Kelimpahan

368
400 tambak A2 lebih baik dibandingkan
200 dengan tambak A1 pada masa
0 budidaya hari ke-30 sampai dengan
A1 A2 hari ke-72. Sedangkan pada sampling
Tambak Perlakuan hari ke-79 sampai dengan hari ke-114
laju pertumbuhan berat harian udang
Gambar 1. Kelimpahan plankton vaname pada tambak A1
(ind/L) menunjukkan nilai yang lebih baik
dibandingkan dengan tambak A2.
Hal ini sesuai pernyataan yang Nilai laju pertumbuhan berat harian
dikemukakan oleh Raymont (1963) pada sampling hari ke-79 sampai
dan Arinardi et al., (1994) dalam dengan hari ke-114 pada tambak A1
Tambaru (2003) bahwa kelas dan A2 masing-masing adalah 2,19-
fitoplankton yang sering dijumpai di 2,90 g/hari dan 2,18-2,62 g/hari
laut dalam jumlah yang besar adalah dengan nilai rata-rata 2,60 g/hari dan
Kelas Bacillariophyceae. 2,41 g/hari. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa nilai laju

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


648 Performa Udang Vaname dengan Kelimpahan Plankton Berbeda

pertumbuhan harian udang pada 100.00 92.50

Tingkat Kelangsungan
tambak A1 lebih besar dibandingkan
dengan tambak A2. Hal ini

Hidup (%)
50.00 40.13
dikarenakan nilai kelulushidupan
udang pada tambak A1 lebih rendah
0.00
sehingga pertumbuhannya lebih baik A1 A2
Tambak Perlakuan
dari tambak A2. Hal yang sama
pernah diungkapkan Gunarto dan Gambar 4. Tingkat Kelangsungan
Hendrajat (2008), laju tumbuh harian Hidup Udang Vaname
udang berbanding terbalik dengan
sintasan udang. Menurut Cahyono (2009), faktor
Hasil pengamatan pada variabel yang mempengaruhi tinggi rendahnya
populasi menunjukkan bahwa nilai kelulushidupan dalam budidaya
populasi udang pada tambak A2 adalah faktor abiotik dan biotik.
memiliki nilai yang lebih tinggi Faktor abiotik diantaranya adalah
dibandingkan dengan populasi udang faktor fisika, kimia air suatu perairan
tambak A1 (Gambar 3). Hal ini atau sering disebut dengan kualitas
menunjukkan bahwa kondisi perairan air. Kualitas air yang baik akan
tambak dengan kelimpahan plankton menyebabkan proses fisiologi dalam
yang tinggi memberikan dampak tubuh udang berjalan dengan baik,
yang positif terhadap tingkat sehingga mendukung pertumbuhan
kelangsungan hidup (SR) udang dan tingkat kelulushidupan udang.
vaname. Dari hasil perhitungan, biomassa
udang terus bertambah setiap
minggunya. Penurunan nilai
biomassa udang vaname terjadi pada
sampling hari ke 72 yang disebabkan
akibat panen parsial (panen sebagian)
yang dilakukan pada hari ke 70
dengan berat udang rata-rata
mencapai 9,5-11,25 g. Jumlah udang
vaname yang diambil pada panen
Gambar 3. Populasi Udang Vaname
parsial yang pertama sebanyak 70 kg
untuk tambak A1 dan 170 kg untuk
Tingkat kelangsungan hidup
tambak A2.
udang vaname menunjukkan
perbedaan nilai yang cukup
Tambak A1 Tambak A2
signifikan. Kelangsungan hidup pada
Biomassa Udang (g)

1500000
tambak A1 sebesar 40,13%, 1000000
sedangkan kelangsungan hidup pada
tambak A2 sebesar 92,50%. 500000
0

DOC (hari)
Gambar 5. Biomassa Udang Vaname

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


Aan Pratama, Wardiyanto, dan Supono 649

Sedangkan panen parsial kedua gerak, kebutuhan makanan, dan


dilakukan pada hari ke 89 dengan kondisi lingkungan.
berat udang rata-rata mencapai 12,5 g. Nilai FCR (konversi pakan)
Jumlah udang vaname yang dipanen udang vaname pada tambak A1 lebih
pada tambak A1 sebanyak 56 kg dan tinggi dibandingkan dengan tambak
124 kg untuk tambak A2. Penurunan A2. Nilai FCR tambak A1 dan A2
nilai biomassa udang vaname terjadi yaitu masing-masing 1,9 dan 1,3. Hal
pada sampling hari ke-93. Tujuan ini dikarenakan sampling ancho yang
dilakukan panen parsial adalah untuk dilakukan dengan pemberian pakan
mengurangi densitas (kepadatan) sebanyak 1% dari jumlah pakan
udang yang dipelihara pada masing- perhari dalam ancho pada tambak A1
masing tambak dan untuk tidak pernah habis akibat dari
mengurangi kompetisi perebutan menurunnya kualitas air tambak
pakan di dalam tambak. Nilai udang vaname karena rendahnya
biomassa udang paling tinggi adalah kelimpahan plankton pada tambak A1
tambak A2 dengan jumlah 1050 kg. yang berakibat pada penurunan nafsu
Sedangkan nilai biomassa pada makan udang vaname. Sehingga
tambak A1 sebesar 550 kg. estimasi penambahan maupun
Hasil perhitungan berat mutlak pengurangan pakan pada tambak A1
menggunakan rumus Efendie (1979) sulit dilakukan. Hal ini sesuai dengan
diakhir penelitian menunjukkan pernyataan Efendie (2003) bahwa
perbedaan nilai pertumbuhan berat kurang optimalnya kualitas air pada
mutlak udang vaname yang cukup tambak akan mengakibatkan udang
signifikan antara udang vaname yang mengalami gangguan seperti nafsu
dipelihara di tambak A1 dengan makan menurun, terhambatnya proses
tambak A2. Nilai pertumbuhan berat moulting, dan mudah terserang
mutlak pada tambak A1 sebesar 26,32 penyakit.
g, sedangkan nilai pertumbuhan Pengukuran kualitas air seperti
berat mutlak pada tambak A2 sebesar DO (Dissolved Oxygen) dan pH
17,59 g. Hal ini disebabkan karena dilakukan setiap 3 hari sekali pada
populasi udang pada tambak A1 pukul 06.00 WIB dan 13.00 WIB.
sudah berkurang akibat dari kematian Hasil pengukuran kualitas air dapat
di fase awal pemeliharaan sehingga dilihat pada Tabel 3. Menurut Siregar
densitasnya rendah yang (2009), sumber utama oksigen di
menyebabkan kompetisi perebutan perairan selain dari proses difusi
pakannya rendah, ruang gerak udang oksigen dari udara dan dari hasil
lebih luas, serta kondisi lingkungan fotosintesis fitoplankton, sehingga
menjadi lebih baik karena sedikitnya tingginya kandungan oksigen di
sisa hasil metabolisme udang yang perairan akan mencirikan tingginya
terkumpul di dasar tambak. kondisi kelimpahan organisme fitoplankton
ini memungkinkan udang yang ada di pada perairan tesebut.
tambak A1 untuk tumbuh dan Dari data pengukuran kualitas air
berkembak lebih baik dibandingkan yang diperoleh, disimpulkan bahwa
tambak A2. Cholik dkk. (2005), keberadaan plankton dalam suatu
menyatakan padat penebaran akan perairan dapat menunjukkan apakah
mempengaruhi kompetisi ruang peraian tersebut subur atau tidak. Hal

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


650 Performa Udang Vaname dengan Kelimpahan Plankton Berbeda

ini sesuai pernyataan Amin (2009), Amri, K dan Khairuman. 2003.


mengemukakan kehadiran plankton Budidaya Ikan Nila. Agro Media
diperairan dapat menggambarkan Pustaka. Depok.
karakteristik suatu perairan apakah Arinardi, O.H., Trimaningsih,
dalam keadaan subur atau tidak. Sudirdjo, Sugestiningsih dan S. H.
Pengukuran kualitas air lainnya Riyono. 1997. Kisaran
seperti suhu, salinitas dan kecerahan Kelimpahan dan Komposisi
air dilakukan setiap 5 hari sekali. Plankton Predominan di Perairan
Nilai pengukuran dari kualitas air Kawasan Timur Indonesia. Pusat
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Penelitian dan Pengembangan
Beberapa parameter kualitas air Oseanografi. Lembaga Ilmu
yang diamati menunjukkan nilai yang Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
tidak sesuai dengan nilai optimum, 140 hal.
seperti nilai suhu pada tambak A1 dan Briggs, M., Smith, S.F., Subasinghe,
A2 yang masing-masing pernah R., Phillips, M. 2004. Introduction
mencapai 38 0C dan 31 0C. Suhu and Movement of and in Asia and
optimum dalam budidaya udang The Pacific. RAP Publication
vaname berkisar antara 26-30 0C 2004/10.
(Sutanto, 2005). Menurut Wardoyo Cahyono, B. 2009. Budidaya Biota
dan Djokosetiyanto (1988), suhu air Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta
dapat mempengaruhi sintasan, Cholik F, Jagatraya AG, Poernomo
pertumbuhan, reproduksi, tingkah RP, dan Jauzi A. 2005.
laku, pergantian kulit, dan Akuakultur: Tumpuan Harapan
metabolisme. Nilai kecerahan air Masa Depan Bangsa. Kerjasama
paling tinggi terjadi pada tambak A1 Masyarakat Perikanan Nusantara
dengan nilai 93,5 cm. dengan Taman Akuarium Air
Tawar TMII.PT. Victoria Kreasi
Kesimpulan Mandiri. 415 hlm.
Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi
Kelimpahan plankton pada Perikanan. Gramedia Pustaka
tambak berpengaruh terhadap Utama. Jakarta.
pertumbuhan, tingkat kelangsungan Effendi, F. 2000. Budidaya Udang
hidup, biomassa, dan konversi pakan Putih. Penebar Swadaya, Jakarta.
udang vaname. Effendi, H. 2003. Telaahan Kualitas
Air bagi Pengelolaan Sumberdaya
Daftar Pustaka dan Lingkungan Perairan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Anna, S. 2010. Udang Vaname. Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Kanisius . Yogyakarta Bogor. 259 hal.
Amin, M. 2009. Komposisi dan Farchan, M. 2006. Teknik Budidaya
Kelimpahan Jenis Plankton Pada Udang Vaname. BAPPL Sekolah
Budidaya Udang Vaname Tinggi Perikanan, Serang
(Litopenaeus vannamei) dengan Gunarto dan Hendrajat, E.A. 2008.
Waktu Pemupukan Berbeda. Budidaya Udang Vanamei,
Litopenaeus vannamei pola semi-
intensif dengan aplikasi beberapa

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


Aan Pratama, Wardiyanto, dan Supono 651

jenis probiotik komersial. J. Ris.


Akuakultur, 3 (3): 339-349.
Hudi L, Shahab A. 2005. Optimasi
Produktifitas Budidaya Udang
Vaname Litopenaeus vannamei
dengan Menggunakan Metode
Respon Surface dan Non Linier
Programming. Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Surabaya.
NRC. 1993. Nutrient Requirement of
Fish. National Academy of
Science. National Press. USA. Pp
39-53.
Raymont, J.E.G. 1981. Plankton dan
Produktivitas Bahari. Alih bahasa:
Koesoebiono. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor.
115 p.
Siregar.M.H.2009. Keanekaragaman
Plankton di Hulu Sungai Asahan
Porsea. Skripsi. Universitas
Sumatera Utara (USU), Medan
Sutanto, I. 2005. Terobosan
Pengembangan Budidaya Udang.
Shrimp Club Indonesia, Jakarta.
Wardhana, Wisnu. 1997. Teknik
Sampling, Pengawetan dan
Analisis Plankton. [Jurnal] Jakarta:
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas
Indonesia, 12 hlm.
Wardoyo, T. H dan Djokosetiyanto,
D. 1988. Pengelolaan kualitas air
di tambak udang. Fakultas
Perikanan. IPB, Bogor.
Wibowo, H. 2006. Cara Memilih
Benur Vaname Berkualitas.
BBAP, Situbondo.

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


652 Performa Udang Vaname dengan Kelimpahan Plankton Berbeda

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan
Volume VI No 1 Oktober 2017
p-ISSN: 2302-3600, e-ISSN: 2597-5315

PENGARUH WAKTU FERMENTASI LIMBAH BAHAN ORGANIK


(KOTORAN BURUNG PUYUH, ROTI AFKIR DAN AMPAS TAHU)
SEBAGAI PUPUK UNTUK PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN
LEMAK Daphnia sp.

Sri Rahayuni Agustin, Pinandoyo, Vivi Endar Herawati *12

ABSTRAK

Daphnia sp. merupakan pakan alami yang potensial untuk larva ikan karena
mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi. Kandungan nutrisi Daphnia sp.
tergantung pada pakan yang dimakan dalam media kultur. Kultur Daphnia sp.
sering dilakukan dengan penggunaan pupuk yang difermentasi. Fermentasi
merupakan suatu proses penguraian atau perombakan suatu bahan organik. Tujuan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh waktu fermentasi kotoran burung
puyuh, roti afkir, dan ampas tahu terhadap pertumbuhan dan bobot biomassa
Daphnia sp. dan mengetahui waktu fermentasi terbaik untuk pertumbuhan, bobot
biomassa, dan kandungan lemak Daphnia sp. Kepadatan Daphnia sp. yaitu 100
ind/L. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4
perlakuan dan 3 ulangan dengan perlakuan kultur Daphnia sp. menggunakan pupuk
yang difermentasi dengan waktu berbeda yaitu: perlakuan A (pupuk tanpa
fermentasi), perlakuan B (pupuk fermentasi 7 hari), perlakuan C (pupuk fermentasi
14 hari), dan perlakuan D (pupuk fermentasi 21 hari). Kombinasi kotoran burung
puyuh: roti afkir: ampas tahu yaitu dengan perbandingan 1: 2: 1.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian kombinasi kotoran burung puyuh, roti afkir, dan
ampas tahu yang difermentasi dengan waktu berbeda dalam media kultur Daphnia
sp. memberikan pengaruh nyata (P˂0,05) pada pertumbuhan Daphnia sp. dan
berpengaruh sama (P≥0,05) pada bobot biomassa Daphnia sp. Perlakuan B
memberikan nilai terbaik dengan kepadatan populasi tertinggi yaitu 99.437,53
ind/L; laju pertumbuhan spesifik yaitu 0,493 /hari; bobot biomassa 118,62 ± 9,40
g; dan kandungan lemak 9,50%.

Kata kunci: Daphnia sp.; waktu fermentasi; Limbah Organik; produksi

Pendahuluan terkandung dalam pakan alami belum


bisa digantikan oleh pakan lainnya.
Keberadaan pakan alami sangat Pakan alami merupakan salah satu
diperlukan dalam budidaya/pem- faktor penentu keberhasilan produksi
benihan ikan karena nutrisi yang benih ikan. Salah satu pakan alami yang
sering digunakan dalam kegiatan
1
Departemen Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang. Jawa Tengah – 50275, Telp/Fax. +6224 7474698
2
E-mail: anshinvie@yahoo.com

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


654 Waktu Fermentasi terhadap Pertumbuhan dan Lemak Daphnia sp.

budidaya/pembenihan yaitu Daphnia sebagai nutrisi tambahan dalam media.


sp. Daphnia sp. merupakan sumber Beberapa penelitian (Zahidah et al.,
pakan alami yang potensial untuk 2012; Herawati et al., 2015) tentang
dikembangkan bagi larva ikan kultur Daphnia sp. menggunakan
(Mubarak et al., 2009). Daphnia sp. pupuk organik yang telah difermentasi.
baik untuk larva ikan, karena ukurannya Fermentasi merupakan proses
sesuai dengan bukaan mulut larva, penguraian atau perombakan bahan
mudah dicerna, dan mempunyai kadar organik yang dilakukan dalam kondisi
protein yang tinggi (Mokoginta et al., tertentu oleh mikroorganisme
2003). Kandungan dalam Daphnia sp. fermentatif (Santi, 2008). Menurut
yaitu kadar air 94,78%; protein 42,65%; Zahidah et al. (2012), proses
lemak 8%; serat kasar 2,58%; dan abu penguraian (dekomposisi) pupuk
4% (Darmanto et al., 2000). Kandungan organik akan menumbuhkan
nutrisi Daphnia sp. bervariasi mikroorganisme yang akan
tergantung makanan yang dimakan dan dimanfaatkan sebagai pakan Daphnia
tersedia pada media kultur (Pangkey, sp. Tujuan dari fermentasi adalah
2009). menghasilkan produk baru dengan
Kultur Daphnia sp. dapat menggunakan mikroorganisme untuk
dilakukan dengan mengunakan bahan meningkatkan dan memperkaya nutrisi
organik sebagai pupuk. Pemanfaatan pada bahan (Nwaichi, 2013). Menurut
limbah organik seperti kotoran burung Herawati et al. (2015) bahwa
puyuh, roti afkir dan ampas tahu sering kandungan nutrisi Daphnia sp.
digunakan dalam pembuatan pupuk meningkat sebelum dikultur dan setelah
organik Kotoran burung puyuh dikultur dengan menggunakan pupuk
memiliki kandungan unsur hara yang organik yang difermentasi yaitu protein
tinggi, mudah terurai, dan mudah dari 62,23% menjadi 71,07% dan
diserap sehingga berfungsi merangsang lemak 6,23% menjadi 6,40%. Waktu
pertumbuhan plankton dalam kolam yang digunakan dalam proses
(Huri dan Syafriadiman, 2007; fermentasi berbeba-beda yaitu antara 7
Widijanto et al., 2011). Kotoran burung hari sampai 21 hari (Wahyuningsih dan
puyuh memiliki kandungan N 0,061 - Supriyo, 2013). Namun masih jarang
3,19%; kandungan P 0,209 – 1,37%; yang menjelaskan tentang lama
dan kandungan K2O sebesar 3,133% fermentasi terbaik untuk media kultur
(Huri dan Syafriadiman, 2007; Daphnia sp. Sehingga dilakukan
Herawati et al., 2017). Bahan organik penelitian pengaruh waktu fermentasi
lain yang digunakan yaitu ampas tahu kotoran burung puyuh, roti afkir dan
memiliki kandungan protein cukup ampas tahu sebagai pupuk untuk
tinggi yaitu 21,91 – 23,62%; serat pertumbuhan dan kandungan lemak
41,98%; lemak 7,78%; abu 3,97% dan Daphnia sp.
BETN 41,98%; N 1,24 – 3,41%; dan P Tujuan dari penelitian ini adalah
0,22 – 0,58% sedangkan limbah roti untuk mengetahui pengaruh waktu
afkir mengandung protein 10,25%; fermentasi kotoran burung puyuh, roti
serat 12,04%; lemak 13,42%; abu afkir, dan ampas tahu terhadap
0,80%; K 0,07% dan P 0,019% (Fajri et pertumbuhan, bobot biomassa, dan
al., 2014; Gaol et al., 2015). kandungan lemak Daphnia sp. dan
Penambahan tepung roti dilakukan mengetahui waktu fermentasi yang

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


Sri Rahayuni Agustin, Pinandoyo, Vivi Endar Herawati 655

terbaik untuk pertumbuhan, bobot Metode


biomassa, dan kandungan lemak
Daphnia sp. yang dikultur Hewan uji yang digunakan dalam
menggunakan pupuk yang difermentasi penelitian adalah Daphnia sp. yang
dengan waktu berbeda. Penelitian ini diperoleh dari alam. Wadah kultur yang
diharapkan dapat diaplikasikan kepada digunakan yaitu bak beton yang diisi air
para pembudidaya ikan air tawar untuk sebagai media dengan volume ±700 L.
menggunakan pupuk organik untuk Bahan uji yang digunakan berupa
kultur Daphnia sp. Penelitian ini kotoran burung puyuh, roti afkir, dan
dilaksanakan pada bulan Desember ampas tahu. Kandungan nutrisi bahan
2016 sampai dengan bulan Maret 2017 organik yang digunakan dapat dilihat
di APPIHIS, Poncol, Semarang, Jawa pada Tabel 1.
Tengah.

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Bahan Organik


Air Kadar dalam 100% Bahan Kering
Bahan
(%) Abu (%) Lemak Kasar (%) Serat Kasar (%) Protein Kasar (%)
Kotoran
14,41 30,89 4,56 16,20 17,73
Burung Puyuh
Roti Afkir 16,23 1.43 13.62 0.88 9.98
Ampas Tahu 13,84 4,16 6,69 27,17 17,07
Sumber : Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,
Semarang (2017)

Kombinasi kotoran burung yang difermentasi dengan waktu


puyuh, roti afkir, dan ampas tahu berbeda yaitu sebagai berikut:
yaitu dengan perbandingan 1 : 2 : 1 Perlakuan A: tanpa difermentasi
(Herawati et al., 2017). Bahan Perlakuan B: fermentasi 7 hari
organik difermentasi menggunakan Perlakuan C: fermentasi 14 hari
probiotik. Probiotik EM4 dan molase Perlakuan D: fermentasi 21
dengan perbandingan 1:1 dan
dilarutkan dalam air 100 mL, Kultur Daphnia dilakukan secara
selanjutnya didiamkan selama ± 3 jam massal dengan volume ±700 L. Pupuk
(Yuniwati et al., 2012; Zahidah et al., ditimbang terlebih dahulu sebelum
2012). Limbah bahan organik kotoran dimasukkan ke dalam kolam dengan
burung puyuh, roti afkir, dan ampas dosis 2 g/L (Damle dan Chari, 2011).
tahu difermentasi dengan waktu yang Media pemeliharaan diaerasi dan
berbeda yaitu 7 hari, 14 hari, dan 21 didiamkan selama 5 – 12 hari untuk
hari (Fariani dan Akhadiarto, 2012; menumbuhkan plankton sebagai
Wahyuningsih dan Supriyo, 2013). pakan Daphnia sp., kemudian ditebar
Rancangan percobaan yang dilakukan bibit Daphnia sp. (Kang’ombe et al.,
yaitu RAL (Rancangan Acak 2006; Dulic et al., 2015). Bibit
Lengkap) dengan 4 perlakuan dan 3 Daphnia sp. sebanyak ±70.000
kali ulangan. Perlakuan yang individu ditebar dengan kepadatan
dilakukan adalah kultur Daphnia sp. awal 100 ind/L (Rakhman et al.,
menggunakan pupuk (kotoran burung 2012; Herawati et al., 2017).
puyuh, roti afkir, dan ampas tahu) Data yang diamati dalam
penelitian meliputi kandungan nutrisi

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


656 Waktu Fermentasi terhadap Pertumbuhan dan Lemak Daphnia sp.

pupuk organik yang difermentasi Ln Nt − Ln No


dengan waktu berbeda, kepadatan k=
∆𝑡
populasi Daphnia sp., laju
pertumbuhan spesifik, bobot Keterangan:
biomassa, kandungan lemak, k : Konstanta laju pertumbuhan
penagamtan plankton, dan kualitas spesifik (/hari)
air. Data laju pertumbuhan spesifik Nt : Jumlah populasi pada hari ke t
dan bobot biomassa di uji secara (ind/L)
statistik dengan uji Anova. No : Jumlah populasi pada awal
Kandungan nutrisi Daphnia sp. kultur (ind/L)
diuji menggunakan analisis ∆t : Waktu kultur pada hari ke t
proksimat. Analisis nutrisi dapat (hari)
dilakukan dengan analisis proksimat,
yaitu analisis kasar yang meliputi Pengukuran biomassa bertujuan
kadar air, abu, lemak kasar, protein untuk mengetahui jumlah produksi
kasar, dan seratkasar (Hafiludin, plankton secara praktis dan sederhana
2011). (Wardhana, 2003). Perhitungan
Kepadatan populasi Daphnia sp. biomassa Daphnia adalah sebagai
dihitung setiap 2 hari sekali. berikut:
Perhitungan dilakukan dengan
mengambil sampel menggunakan 𝑊 = 𝑊𝑡𝑥𝑊0
gelas ukur, selanjutnya dihitung
jumlah Daphnia sp. Perhitungan Keterangan:
Daphnia sp. dilakukan sebanyak 12 W : Biomassa (g)
kali ulangan dan hasilnya dirata-rata. W0 : Berat awal (g)
Hasil perhitungan kepadatan Daphnia Wt : Berat akhir (g)
sp. dikonvesikan dalam jumlah ind/L.
Rumus perhitungan Daphnia menurut Perhitungan kelimpahan populasi
Rahayu et al. (2012) adalah sebagai dan identifikasi fitoplankton
berikut: dilakukan dengan cara mengambil 5
ml air pemeliharaan. Pengamatan
𝑎 = 𝑏𝑥𝑝/𝑞 pertama dilakukan setelah 3 hari
penebaran pupuk. Sampel diamati di
Keterangan: Laboratorium Basah Budidaya
a : Jumlah individu Daphnia sp. Perairan menggunakan Sedgwick-
(individu/L) rafter dan mikroskop dengan
b : Jumlah Daphnia sp. yang perbesaran 100 kali (Khan et al.,
dihitung (individu) 2001; Liwutang et al., 2013). Sampel
p : Volume media kultur (L) diidentifikasi dengan berpedoman
q : Volume sampel yang diambil (10 pada buku Davis 1955. Selanjutnya
mL) pengamatan dan perhitungan jumlah
spesies plankton yang ditemukan.
Menurut Ocampo et al. (2012), Menurut Hamdani (2006), hasil
laju pertumbuhan spesifik dihitung perhitungan dimasukkan ke dalam
berdasarkan rumus sebagai berikut: rumus sebagai berikut:

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


Sri Rahayuni Agustin, Pinandoyo, Vivi Endar Herawati 657

𝑁 = 𝑎 𝑥 1000 tester. Pengontrolan pH air berkisar


antara 7,5 – 8,5, apabila pH air berada
Keterangan: di bawah 7,5 maka dilakukan
N : Jumlah plankton (sel/L) penambahan kapur dolomit.
𝑎 : Hasil perhitungan (sel/mL)
Hasil dan Pembahasan
Pengukuran kualitas air meliputi
suhu, DO, dan pH dilakukan setiap Kandungan nutrisi pupuk organik
hari. Pengukuran suhu dilakukan Hasil analisis proksimat pupuk
dengan thermometer, pengukuran DO organik meliputi kandungan air, abu,
dilakukan dengan DO meter dan serat kasar, lemak kasardan protein
pengukuran pH silakukan dengan pH kasar. Hasil analisis proksimat pupuk
tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Proksimat Pupuk Organik (Kotoran Burung Puyuh, Roti Afkir, dan
Ampas Tahu) yang Difermentasi dengan Waktu Berbeda
Kadar dalam 100% Bahan Kering
Bahan Air (%)
Abu (%) Lemak Kasar (%) Serat Kasar (%) Protein Kasar (%)

A 14,79 10,57 9,79 17,12 14,67


B 34,06 9,62 4,61 9,84 19,04
C 32,90 9,26 5,75 9,28 18,79
D 25,61 8,99 7,78 8,80 18,69
Sumber : Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,
Semarang (2017)

Hasil menunjukkan bahwa (8,80%), dan protein kasar tertinggi


kandungan air tertinggi pada pada perlakuan B (19,04%) dan
perlakuan B (34,06%) dan terendah terendah pada perlakuan A (14,67%).
pada perlakuan A (14,79%), abu
tertinggi pada perlakuan A (10,57%) Pertumbuhan populasi Daphnia sp.
dan terendah pada perlakuan D Perhitungan kepadatan populasi
(8,99%), lemak kasar tertinggi pada Daphnia sp. yang dilakukan setiap 2
perlakuan A (9,79%) dan terendah hari sekali membentuk pola
pada perlakuan B (4,61%), serat kasar pertumbuhan populasi Daphnia sp.
tertinggi pada perlakuan A (17,12%) Grafik pola pertumbuhan Daphnia sp.
dan terendah pada perlakuan D tersaji pada Gambar 1.

120100
A
Kepadatan Daphnia

100100 B
C
sp. (ind/L)

80100
D
60100
40100
20100
100
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Waktu (Hari)
Gambar 1. Grafik Pola Pertumbuhan Populasi Daphnia sp.

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


658 Waktu Fermentasi terhadap Pertumbuhan dan Lemak Daphnia sp.

Fase pertumbuhan populasi 12. Fase stasioner terjadi pada hari ke


Daphnia sp. selama pemeliharaan 14 sampai hari ke 18. Selanjutnya
terdiri dari fase adaptasi (lag phase), terjadi fase kematian dimulai pada
fase eksponensial, fase stasioner, dan hari ke 18.
fase kematian (death phase). Fase
adaptasi terjadi pada waktu yang Laju pertumbuhan spesifik Daphnia
berbeda yaitu pada perlakuan A sp.
berlangsung selama 6 hari, perlakuan Berdasarkan penelitian yang
B dan D berlangsung selama 4 hari dilakukan diperoleh hasil laju
dan perlakuan C berlangsung selama pertumbuhan spesifik Daphnia sp.
2 hari. Fase eksponensial terjadi pada puncak populasi tersaji pada
setelah fase adaptasi sampai hari ke Gambar 2.

0.600
Spesifik Daphnia sp.
Laju Pertumbuhan

0.500
0.400
(/hari)

0.300
0.200
0.100
0.000
A B Perlakuan C D
Gambar 2. Laju Pertumbuhan Spesifik Daphnia sp.

Berdasarkan hasil pada Gambar 2 Bobot biomassa


menunjukkan bahwa laju Berdasarkan hasil penelitian
pertumbuhan spesifik tertinggi terjadi yang dilakukan diperoleh hasil laju
pada perlakuan B yaitu 0,493±0,000 pertumbuhan spesifik Daphnia sp.
/hari, sedangkan laju pertumbuhan pada puncak populasi tersaji pada
spesifik terendah terjadi pada Gambar 3.
perlakuan A yaitu 0,383±0,000 /hari.

140
120
Bobot Biomassa
Daphnia sp. (g)

100
80
60
40
20
0
A B Perlakuan C D
Gambar 3. Bobot Biomassa Daphnia sp.

Berdasarkan hasil pada Gambar 3 yaitu 118,62±9,40 g sedangkan bobot


menunjukkan bobot biomassa biomassa terendah terjadi pada
tertinggi terjadi pada perlakuan B perlakuan A yaitu 101,46±5,10 g.

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


Sri Rahayuni Agustin, Pinandoyo, Vivi Endar Herawati 659

Hasil uji ANOVA yang dilakukan D 6,23 9,01


Pustaka 7,25 – 8,14a) 7,25 – 8,14a)
menunjukkan bahwa waktu Sumber: a) Herawati et al. (2017)
fermentasi pupuk yang berbeda
memberikan pengaruh sama terhadap Hasil analisis kandungan lemak
bobot biomassa Daphnia sp. Daphnia sp. nilai tertinggi diperoleh
perlakuan B penggunaan pupuk
Kandungan lemak kotoran burung puyuh, roti afkir, dan
Hasil kandungan lemak Daphnia ampas tahu yang difermentasi selama
sp. yang dikultur menggunakan 7 hari yaitu 9,50%; selanjutnya
pupuk kotoran burung puyuh, roti perlakuan C yaitu 9,41%; perlakuan
afkir, dan ampas tahu yang D 9,01%; dan kandungan lemak
difermentasi dengan waktu berbeda terendah pada perlakuan A yaitu
tersaji pada Tabel 3. 5,59%.
Tabel 3. Hasil Analisis Kandungan Pengamatan plankton
Lemak Daphnia sp. Berdasarkan pengamatan yang
Kandungan Lemak
Daphnia sp. Daphnia sp. dilakukan pada penelitian terdapat
Perlakuan sebelum Setelah beberapa jenis plankton, diantaranya
perlakuan perlakuan Chloropyta, Rotifera, Nematoda, dan
(%) (%)
A 6,23 5,59
Protozoa. Hasil pengamatan plankton
B 6,23 9,50 selama penelitian tersaji pada Tabel
C 6,23 9,41 4.

Tabel 4. Hasil Pengamatan Plankton


Perlakuan
Jenis
A B C D
Chloropyta (109 sel/L) 1,20 4,26 2,55 1,73
Nematoda (109 ind/L) 1,54 0,68 0,65 1,37
Rotifera (106 ind/L) 1,45 2,95 2,70 1,74
Protozoa (Euglenophyceae) (108 ind/L) 1,57 0,57 1,16 1,07
Protozoa (Paramecium) (103 ind/L) 1,33 0,67 0,33 0
Jumlah 2,89 x 109 4,99 x 109 3,32 x 109 3,21 x 109

Jumlah plankton tertinggi Chloropyta 1,20 x 109 sel/L;


diperoleh perlakuan B yaitu Nematoda 1,54 x 109 ind/L; Rotifera
Chloropyta 4,26 x 109 sel/L; 1,45 x 103 ind/L; Euglenophyceae
Nematoda 0,68 x 109 ind/L; Rotifera 1,57 x 108 ind/L dan Paramecium
2,95 x 106 ind/L; Euglenophyceae 1,33 x 103 ind/L. Hasil pengamatan
0,57 x 108 ind/L dan Paramecium plankton dapat dilihat pada Gambar 5.
0,67 x 103 ind/L. Jumlah plankton
terendah pada perlakuan A yaitu

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


660 Waktu Fermentasi terhadap Pertumbuhan dan Lemak Daphnia sp.

Chloropyta Nematoda Rotifera Euglenophyceae Paramecium


Gambar 5. Pengamatan Plankton

Kualitas air mengalami penurunan pada


Hasil pengukuran kualitas air fermentasi 14 hari dan 21 hari hari
pada media kultur Daphnia selama berkisar antara 0,10% - 0,35%.
penelitian tersaji pada Tabel 5. Menurut Deliani (2008), bahwa
mikroorganisme akan mengradasi
Tabel 5. Pengukuran Kualitas Air protein selama proses fermentasi
Selama Penelitian menjadi dipeptide dan seterusnya
Parameter Kisaran Kelayakan Optimal menjadi NH3 atau N2 yang hilang
Kualitas Air Pengukuran Menurut Pustaka
25 – 30 (Rakhman
melalui penguapan sehingga
Suhu (°C) 26 – 28 kandungan protein menurun. Selain
et al., 2012)
Oksigen
>3 (Mubarak et al., itu menurut Erizal (2011), bahwa
Terlarut 3,20 – 3,28
(mg/L)
2009) mikroorganisme dapat mengalami
7 – 8,6 (Ocampo et pertumbuhan dan perkembangbiakan.
pH 7,1 – 8,6
al., 2012) Kepadatan populasi Daphnia sp.
tertinggi pada fase adaptasi diperoleh
Pembahasan perlakuan B yaitu 20.677,02 ind/L
Analisis proksimat menunjukkan dan terendah pada perlakuan A yaitu
bahwa kandungan protein pupuk 8.040,47 ind/L. Fase adaptasi dimana
organik mengalami kenaikan setelah terjadi penyesuaian Daphnia sp.
dilakukan proses fermentasi terhadap lingkungan baru karena
menggunakan probiotik EM4 dan perubahan konsentrasi nutrisi dari
molase. Kadar protein kasar tanpa media kultur sebelumnya ke media
fermentasi yaitu 14,67%, sedangkan kultur yang baru. Perlakuan A
kadar protein kasar setelah fermentasi memperoleh nilai kepadatan populasi
7, 14, dan 21 hari yaitu 19,04%; terendah dan waktu adaptasi yang
18,79%; dan 18,69%. Kenaikan lebih lama diduga kondisi media
protein setelah fermentasi yaitu antara kultur Daphnia sp. yang baru berbeda
4,02% - 4,37%. Menurut Erizal dengan kondisi media sebelumnya
(2011), peningkatan protein dipenga- sehingga Daphnia sp. memerlukan
ruhi oleh aktivitas enzim protease waktu untuk beradaptasi. Menurut
yang dihasilkan oleh mikroorganisme Prastya et al. (2016), bahwa fase
probiotik untuk dapat merombak adaptasi merupakan tahap untuk
senyawa komplek menjadi senyawa Daphnia sp. beradaptasi pada wadah
yang sederhana. Selama proses kultur yang baru. Izzah et al. (2014),
fermentasi mikroorganisme akan bahwa waktu lag phase menunjukkan
mengeluarkan enzim, dimana enzim lamanya adaptasi Daphnia sp. karena
adalah protein. Selain itu mikro- terjadinya penyesuaian terhadap
organisme merupakan sumber protein media kultur sehingga mempengaruhi
sel tunggal. Kadar protein kasar

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


Sri Rahayuni Agustin, Pinandoyo, Vivi Endar Herawati 661

cepat dan lambatnya pertumbuhan optimal karena kepadatan Daphnia


Daphnia sp. sp. semakin meningkat. Menurut
Fase eksponensial terjadi mulai Darmawan (2014), bahwa memasuki
hari ke 4 pada perlakuan B, C, dan D fase stasioner, pertumbuhan Daphnia
sedangkan perlakuan A terjadi mulai sp. mengalami penurunan akibat
hari ke 8. Kepadatan populasi ketersediaan pakan yang terdapat
tertinggi terjadi perlakuan B yaitu dalam media tidak mencukupi
79.017,27 ind/L dan terendah terjadi kebutuhan Daphnia sp. yang terdapat
pada perlakuan A yaitu 26.288,08 dalam wadah budidaya untuk dapat
ind/L. Kepadatan populasi Daphnia tumbuh optimal.
sp. yang tinggi diduga karena Fase kematian (death phase)
ketersediaan pakan dan kualitas berlangsung setelah fase stasioner.
lingkungan pada media kultur sesuai Hasil penelitian menunjukkan fase
dengan kebutuhan Daphnia sp. kematian terjadi pada hari ke 18
Jumlah fitoplankton pada perlakuan B dengan kepadatan tertinggi pada
yaitu 4,26 x 109 sel/L. Menurut perlakuan D yaitu 56.496,40 ind/L.
Wibowo et al. (2014), bahwa semakin Fase kematian digambarkan dengan
tinggi populasi fitoplankton yanga penurunan jumlah Daphnia sp. secara
ada dalam media budidaya maka drastis diduga karena kandungan
ketersediaan pakan bagi Daphnia sp. nutrisi pada media kultur berkurang
semakin melimpah sehingga dan kondisi lingkungan pada media
mencukupi kebutuhan untuk kultur sudah tidak optimal dan tidak
pertumbuhan Daphnia sp. yang layak. Perlakuan D memperoleh hasil
ditandai dengan peningkatan kepadatan populasi pada fase
populasi. kematian tertinggi namun tidak pada
Terjadi fase stasioner terjadi fase adaptasi, eksponensial, dan
mulai hari ke 14 pada perlakuan B, C, stasioner. Rendahnya kepadatan
dan D, sedangkan perlakuan A terjadi populasi Daphnia sp. pada fase
pada hari ke 16. Kepadatan populasi adaptasi, eksponensial, dan stasioner
Daphnia sp. tertinggi fase stasioner diduga kandungan nutrisi pupuk yang
pada perlakuan B yaitu 92.593,68 difermentasi terlalu lama semakin
ind/L. Fase stasioner digambarkan berkurang. Menurut Yuniwati et al.
dengan adanya penurunan (2012), semakin lama waktu
pertumbuhan Daphnia sp. fermentasi maka semakin banyak
dikarenakan jumlah nutrisi yang kesempatan bagi mikroorganisme
terdapat pada media kultur tidak untuk mengurai bahan, sehingga
mencukupi kebutuhan Daphnia sp. kandungan dalam bahan semakin
sehingga mengakibatkan persaingan turun. Menurut Ansaka (2002),
dalam kebutuhan pakan sehingga bahwa kandungan unsur hara pada
reproduksi Daphnia sp. melambat. media yang mudah larut akan
Fase stasioner pada perlakuan B, C, berkurang karena cepat larut dan
dan D terjadi lebih cepat memiliki kandungan bahan organik
dibandingkan dengan perlakuan A yang lebih sedikit. Menurut Zahidah
diduga ketersediaan pakan pada et al. (2012), bahwa Daphnia sp.
media kultur semakin menurun dan memerlukan nutrisi bagi
kualitas lingkungan yang sudah tidak pertumbuhannya yang dapat berasal

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


662 Waktu Fermentasi terhadap Pertumbuhan dan Lemak Daphnia sp.

dari banyak sumber, diantara dari gram. Bobot biomassa dipengaruhi


bahan organik tersuspensi. Kepadatan oleh kandungan nutrisi yang ada
populasi pada perlakuan B dan C dalam media kultur. Kandungan
rendah saat fase kematian diduga protein pada perlakuan B yaitu
kualitas lingkungan dan kandungan 19,04%, sedangkan perlakuan A
pakan yang semakin menurun, serta 14,67%. Kandungan bahan organik
jenis plankton yaitu Rotifera lebih yang tinggi dapat menumbuhkan
tinggi dibandingkan perlakuan D. pakan sehingga dapat meningkatkan
Rotifera merupakan zooplankton pertumbuhan Daphnia sp. Menurut
yang dapat bersifat sebagai pakan, Febrianti (2004), bahan organik yang
namun juga dapat sebagai kompetisi terdapat dalam media meningkatkan
makanan bagi Daphnia sp. Jumlah jumlah bakteri dan partikel organik
Rotifera pada perlakuan B yaitu 2,95 hasil dekomposisi oleh bakteri dapat
x 106 ind/L. Ha and Hanazato (2009), meningkatkan ketersediaan nutrisi
terjadi kompetisi antara rotifer dan pada media yang akan mempengaruhi
Daphnia dalam memakan populasi dan produksi biomassa
fitoplankton (Chlorella vulgaris). pakan alami. Perlakuan A
Menurut Darmawan (2014), memperoleh bobot biomassa terendah
bahwa pertumbuhan Daphnia sp. diduga rendahnya kandungan nutrisi
dipengaruhi oleh faktor kondisi fisik pada pupuk yang diberikan ke media
perairan dan ketersediaan pakan. kultur kemudian menyebabkan
Ketika faktor tersebut mendukung, kandungan pakan dalam media kultur
maka laju pertumbuhan Daphnia sp. kurang sehingga mempengaruhi
akan berlangsung lebih cepat dan pertumbuhan Daphnia sp. Menurut
menghasilkan puncak populasi yang Sitohang et al.(2012), bahwa proses
lebih banyak. Puncak populasi fermentasi pupuk organik oleh bakteri
Daphnia sp. pada perlakuan yaitu probiotikmeningkatkan kandunga
99.437,33 ind/L dengan laju nutrisi pupuk organik sebagai
pertumbuhan Daphnia sp. 0,493 /hari. persyaratan nutrisi lebih baik untuk
Kepadatan populasi Daphnia sp. pertumbuhan biomassa Daphnia sp.
perlakuan A yaitu 45.965,33 ind/L Fungsi makanan memiliki peranan
dengan laju pertumbuhan 0,383 /hari. penting sebagai nutrisi dalam
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Daphnia sp. dimana
pertumbuhan Daphnia sp. yaitu berbagai aktifitas kimiawi dan
ketersediaan pakan berupa plankton. fisiologis terjadi didalam tubuh
Jumlah plankton terbanyak pada individu Daphnia sp. seperti
perlakuan B dan jumlah plankton pertambahan ukuran panjang, berat,
terendah pada perlakuan A. Menurut dan pergantian kulit.
Darmawan (2014), semakin banyak Analisis proksimat menunjukkan
kelimpahan fitoplankton dan bahan bahwa kandungan lemak tertinggi
organik yang terdapat dalam media, diperoleh perlakuan B yaitu 9,50%
maka laju pertumbuhan Daphnia sp. dan terendah pada perlakuan A
akan berlangsung lebih cepat. dengan kandungan lemak 5,59%.
Bobot biomassa tertinggi Kandungan lemak Daphnia sp.
diperoleh perlakuan B yaitu 118,62 tergantung pada pakan pada media
gram dan perlakuan A yaitu 101,46 kultur. Penggunaan pupuk fermentasi

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


Sri Rahayuni Agustin, Pinandoyo, Vivi Endar Herawati 663

pada perlakuan B mampu Protozoa (Euglena dan Paramecium).


menyediakan pakan untuk Daphnia Menurut Darmawan (2014), bahwa
sp. sehingga menghasilkan pertumbuhan populasi Daphnia
kandungan lemak yang lebih tinggi. sangat dipengaruhi oleh makanan
Menurut Zahidah et al. (2012), yang tersedia terutama fitoplankton
kandungan lemak Daphnia sp. yang dan bahan organik yang terdapat
dikultur pada limbah yang dalam media kultur. Daphnia sp.
difermentasi lebih tinggi dibanding bersifat non selective filter feeder
penggunaan limbah atau pupuk yang yang memakan alga uniseluler,
tidak difermentasi. Kandungan pupuk detritus, dan rotifera kecil. Menurut
fermentasi mengandung bakteri EM4 Mehdipour et al. (2011), bahwa
yaitu Lactobacillus sp. Menurut Daphnia sp. yang diberikan pakan
Jamila dan Tangdilintin (2011), Chlorella sp. dan Scenedesmus sp.
Lactobacillus sp. menguraikan dapat meningkatkan pertumbuhan
karbohidrat dan menghasilkan asam- Daphnia sp. Menurut Jurgens et al.
asam lemak sehingga kandungan (1997), bahwa Daphnia memakan
lemak meningkat. Kandungan lemak protozoa dan bakteri secara
pada perlakuan B tinggi yaitu 9,50% bersamaan.
diduga karena kandungan pakan pada Kelimpahan plankton pada media
media. Menurut Kumalasari et al. kultur Daphnia sp. berbeda-beda.
(2014) dan Rai et al. (2015), Jumlah plankton yang tinggi pada
kandungan lemak pada mikroalga perlakuan B diduga kandungan bahan
Chlorella yaitu 26,84 – 32%. organik yang lebih tinggi dibadingkan
Kandungan lemak nematode menurut perlakuan A. Menurut Fajri et al.
Tosun et al. (2015), yaitu 12,54%. (2014), bahwa protein yang tinggi
Kandungan lemak Rotifera yaitu 7,1 – dijadikan sebagai sumber nitrogen
17,1% (Hamre, 2016). Menurut yang mampu dimanfaatkan oleh
Nwoye et al. (2017), kandungan mikroorganisme. Wibowo et al.
lemak Euglena yaitu 16,4%. Lemak (2014) bahwa kandungan pupuk di
Protozoa (Paramecium) yaitu 6,91% dalam media dimanfaatkan oleh
(Lwoff, 1966). Pangkey (2009) fitoplankton untuk pertumbuhan.
mengatakan bahwa kandungan nutrisi Kelimpahan plankton pada media
Daphnia sp. bervariasi menurut umur kultur berbeda-beda. Menurut
dan tergantung pada makanan yang Pamukas (2011), kelimpahan
dimakan. plankton pada perairan dipengaruhi
Pertumbuhan dan kandungan oleh kandungan unsur hara pada
nutrisi Daphnia sp. sangat media kultur berbeda dan setiap
dipengaruhi oleh ketersediaan pakan plankton mempunyai respon yang
dalam media kultur. Jumlah dan jenis berbeda terhadap kandungan nutrisi
pakan yang sesuai dengan kebutuhan pada media air.
akan semakin meningkatkan Kisaran kualitas air selama
pertumbuhan populasi Daphnia sp. penelitian yaitu oksigen terlarut 3,20
Hasil pengamatan plankton – 3,28 mg/L, suhu antara 26 – 28°C,
menunjukkan bahwa jenis-jenis dan pH 7,1 – 8,6. Menurut Mubarak
plankton yang diperoleh antara lain et al. (2009), oksigen terlarut yang
Chloropyta, Rotifera, Nematoda, dan optimal untuk kulturDaphnia sp.

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


664 Waktu Fermentasi terhadap Pertumbuhan dan Lemak Daphnia sp.

yaitu >3 mg/L. Oksigen terlarut dapat Damle, D.K. and M.S. Chari. 2011.
ditingkatkan melalui penggunaan Performance Evaluation of
aerasi. Menurut Darmawan (2014) Different Animal Wastes on
Daphnia sp. dapat tumbuh dan Culture of Daphnia sp. Journal of
berkembang biak pada suhu 24 – Fisheries and Aquatic Science
28°C. Menurut Ocampo et al. (2012) 6(1): 57-61.
kisaran pH untuk Daphnia yaitu 7 – Darmanto, D. Satyani, A. Putra,
8,6. Menurut Rahayu et al. (2012) Chumaidi dan M.R.
menyatakan bahwa Daphnia sp. Darmawiredja. 2000. Budidaya
tumbuh baik pada perairan dengan pH Pakan Alami untuk Benih Ikan Air
6,5 – 9. Tawar. Teknologi Pertanian,
Jakarta, hlm. 1-21.
Kesimpulan dan Saran Darmawan, J. 2014. Pertumbuhan
Populasi Daphnia sp. pada Media
Kesimpulan yang diperoleh dari Budidaya dengan Penambahan Air
penelitian ini adalah waktu fermentasi Buangan Budidaya Ikan Lele
pupuk organik memberikan pengaruh Dumbo (Clarias gariepinus
nyata (P˂0,05) terhadap pertumbuhan Burchell, 1822). Berita Biologi
Daphnia sp., namun berpengaruh 13(1): 57-63.
sama (P>0,05) terhadap bobot Davis, C.C. 1955. The Marine and
biomassa Daphnia sp. dan perlakuan Fresh-Water Plankton. Michigan
B kultur Daphnia sp. memberikan State University Press, Michigan,
hasil kultur terbaik dengan kepadatan Amerika, 562 p.
populasi tertinggi yaitu 99.437,53 Deliani. 2008. Pengaruh Lama
ind/L,laju pertumbuhan spesifik Fermentasi terhadap Kadar
0,493±0,000 /hari, bobot biomassa Protein, Lemak, Komposisi Asam
118,62±9,40 g, dan kandungan lemak Lemak, dan Asam Fitat pada
9,50%. Pembuatan Tempe. [Tesis].
Berdasarkan penelitian yang Sekolah Pasca Sarjana, Universitas
telah dilakukan, saran yang dapat Sumatera Utara, Medan, 87 hlm.
disampaikan yaitu sebaiknya Erizal. 2011. Analisis Kandungan
dilakukan pengamatan jenis dan Nutrisi Ransum dari Limbah
jumlah bakteri yang terdapat dalam Perkebunan Kelapa Sawit dan
proses fermentasi. Agroindustri yang Difermentasi
Menggunakan Probiotik dengan
Daftar Pustaka Lama Pemeraman Berbeda.
[Skripsi]. Peternakan, Fakultas
Ansaka, D. 2002. Pemafaatan Ampas Pertanian dan Peternakan,
Sagu Metroxylon sagu Rottb dan Universitas Islam Negeri Sultan
Enceng Gondok Eichornia Syarif Kasim Riau, Pekanbaru, 37
crassipes dalam Kultur Daphnia hlm.
sp. [Skripsi]. Program Studi Fajri, W.N., Suminto dan J.
Budidaya Perairan, Jurusan Hutabarat. 2014. Pengaruh
Budidaya Perairan, Fakultas Penambahan Kotoran Ayam,
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Ampas Tahu dan Tepung Tapioka
Institut Pertanian Bogor, 50 hlm. dalam Media Kultur terhadap

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


Sri Rahayuni Agustin, Pinandoyo, Vivi Endar Herawati 665

Biomassa, Populasi dan Hamre, K. 2016. Nutrient Profiles of


Kandungan Nutrisi Cacing Sutera Rotifers (Brachionus sp.) and
(Tubifex sp.). Journal of Rotifer Diets from Four Different
Aquaculture Management and Marine Fish Hatcheries.
Technology 3(4): 101-108. Aquaculture 450: 136-142.
Fariani, A. dan S. Akhadiarto. 2012. Herawati, V.E., J. Hutabarat, dan F.
Pengaruh Lama Ensilase terhadap Wijayanti. 2015. Analisis
Kualitas Fraksi Serat Kasar Silase Pemberian Daphnia sp. yang
Limbah Pucuk Tebu (Saccharum Dikultur Massal pada Media
officinarum) yang Diinokulasi Pupuk Fermentasi Terhadap
dengan Bakteri Asam Laktat Pertumbuhan dan Kelulushidupan
Terseleksi. J. Tek. Ling. 13(1): 85- Larva Ikan Gurame (Osphronemus
92. gouramy). Jurnal Ilmu
Febrianti, D. 2004. Pengaruh Pengetahuan dan Teknologi 28(1):
Pemupukan Harian dengan 1-12.
Kotoran Ayam terhadap Herawati, V.E., R.A. Nugroho,
Pertumbuhan Populasi dan Pinandoyo dan J. Hutabarat. 2017.
Biomassa Cacing Sutera Nutritional Value Content,
(Limnodrillus). [Skripsi]. Fakultas Biomass Production and Growth
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Performance of Daphnia magna
Institut Pertanian Bogor,34 hlm. Cultured with Different Animal
Gaol, S.E.L., L. Silitonga dan I. Wastes Resulted from Probiotic
Yuanita. 2015. Substitusi Ransum Bacteria Fermentation. Earth and
Jadi dengan Roti Afkir terhadap Environmental Science 55
Performa Burung Puyuh (Coturnix (012004): 1-10.
coturnix japonica) Umur Starter Huri, E. dan Syafriadiman. 2007.
Sampai Awal Bertelur. Jurnal Jenis dan Kelimpahan
Ilmu Hewani Tropika 4(2): 61-65. Zooplankton dengan Pemberian
Ha, J.Y. and T. Hanazato. 2009. Role Dosis Pupuk Kotoran Burung
of Interference from Daphnia and Puyuh yang Berbeda. Berkala
Predation by Cyclopoid Copepods Perikanan Terubuk 35(1): 1-19.
in Zooplankton Community Izzah, N. Suminto dan V.E.
Structure Experimental Analysis Herawati.2014. Pengaruh Bahan
Using Mesocoms. Plankton and Organik Bekatul dan Bungkil
Benthos Research 4(4): 147-153. Kelapa Melalui Proses Fermentasi
Hafiludin. 2011. Karakteristik Bakteri Probiotik terhadap Pola
Proksimat dan Kandungan Pertumbuhan dan Produksi
Senyawa Kimia Daging Putih dan Biomassa Daphnia sp. Journal of
Daging Merah Ikan Tongkol Aquaculture Management and
(Euthynnus affinis). Jurnal Technology 3(2): 44-52.
Kelautan 4(1): 1-10. Jamila dan F.K. Tangdilintin. 2011.
Hamdhani. 2006. Studi Percobaan Kandungan Lemak Kasar, BETN,
Pembiakan Zooplankton Jenis Kalsium dan Phospor Feses Ayam
Cladoecra (Macrothrix sp.) secara yang Difermentasi Bakteri
Eksitu. Jurnal Ilmu Perikanan Lactobacillus sp. Fakultas
Tropis 18(2): 1-7.

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


666 Waktu Fermentasi terhadap Pertumbuhan dan Lemak Daphnia sp.

Peternakan, Universitas Ikan Nila, Oreochromis niloticus.


Hasanuddin, Makasar, hlm. 1-9. Jurnal Akuakultur Indonesia 2(1):
Jurgens, K., H. Arndt, dan H. 7-11.
Zimmermann. 1997. Impact of Mubarak, A.S., D.T.R. Tias, dan L.
Metazoan and Protozoan Grazers Sulmartiwi. 2009. Pemberian
on Bacterial Biomass Distribution Dolomit pada Kultur Daphnia spp.
in Microcosm Experiments. Sistem Daily Feeding pada
Aquatic Microbial Ecology 12: Populasi Daphnia spp. dan
131-138. Kestabilan Kualitas Air. Jurnal
Khan, S.A., G.U. Ahmed dan S.U. Ilmiah Perikanan dan Kelautan
Ahmed. 2001. Effects of Organic 1(1): 69-72.
Manuring (Chicken Droppings) on Nwaichi, O.F. 2013. An Overview of
Growth of Lebeo rohita Ham. the Importance of Probiotics in
Spawn. Bangladesh Journal Fish Aquaculture. Journal of Fisheries
Res 5(1): 23-28. and Aquatic Science 8(1): 30-32.
Kumalasari, D., A.G. Fasya, T.K. Nwoye, E.C., O.J. Chukwuma, N.O.
Adi, dan A. Maunatin. 2014. Uji Obisike, O.I. Shedrack, dan C.O.
Aktivitas Antibakteri Asam Nwuche. 2017. Evaluation of
Lemak Hasil Hidrolisis Minyak Same Biological Activities of
Mikroalga Chlorella sp. Alchemy Euglena gracilis Biomass
3(2): 163-172. Produced by A Fed-Batch Culture
Liwutang, Y.E., F.B. Manginsela, dan with Some Crop Fertilizers.
J.F.W.S. Tamanampo. 2013. African Journal of Biotechnology
Kepadatan dan Keanekaragaman 16(*): 337-345.
Fitoplankton di Perairan Sekitar Ocampo, L.E.Q., M.A. Botero, dan
Kawasan Reklamasi Pantai L.F. Restrepo. 2012.
Manado. Jurnal Ilmiah Platax Measurements Population Growth
1(3): 109-117. and Fecundity of Daphnia magna
Lwoff, A. 1966. Biochemistry and to Different Levels of Nutrients
Physiology of Protozoa. Academic Under Stress Conditions.
Press, New York, 434 p. Aquaculture, Dr. Zainal Muchlisin
Mehdipour, N., M. Fallahi, G.A. Ed. InTech, Antioquia University,
Takami, G. Vossoughi, dan A. Colombia, pp. 241-268.
Mashinchian. 2011. Freshwater Pamukas, N.A. 2011. Perkembangan
Green Algae Chlorella sp. and Kelimpahan Fitoplankton dengan
Scenedesmus obliquus Enriched Pemberian Pupuk Organik Cair.
with B Group of Vitamins can Berkala Perikanan Terubuk 39(1):
Enhance Fecundity of Daphnia 79-90.
magna. Iranian Journal of Science Pangkey, H. 2009. Daphnia dan
and Technology A2: 157-163 Penggunaannya. Jurnal Perikanan
Mokoginta, I., D. Jusadi, dan T.I. dan Kelautan 5(3): 33-36.
Pelawi. 2003. Pengaruh Pemberian Prastya, W., I. Dewiyanti, dan T.
Daphnia sp. yang Diperkaya Ridwan. 2016. Pengaruh
dengan Sumber Lemak yang Pemberian Dosis Hasil Fermentasi
Berbeda terhadap Kelangsungan Tepung Biji Kedelai dengan Ragi
Hidup dan Pertumbuhan Larva terhadap Pertumbuhan Populasi

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


Sri Rahayuni Agustin, Pinandoyo, Vivi Endar Herawati 667

Daphnia magna. Jurnal Ilmiah Arastirilmasi. Journal of Fisheries


Mahasiswa Kelautan dan and Aquatic Sciences 30(1): 1-10.
Perikanan Unsyiah 1(1): 55-65. Wahyuningsih dan E. Supriyo. 2013.
Rahayu, D.R.U.S, Carmudi, dan Teknologi Produksi Pupuk
Kusbiyanto. 2012. Pertumbuhan Organik Cair dari Limbah Sampah
Populasi Daphnia sp pada Media Rumah Tangga di Kelurahan
Kombinasi Kotoran Puyuh dan Lempongsari, Kodya Semarang
Ayam dengan Padat Tebar Awal dengan Komposer EM-4.
Berbeda. Prosiding Seminar Universitas Diponegoro,
Nasional, Pengembangan Semarang. Metana 9(1): 23-27.
Sumberdaya Pelaksanaan dan Wardhana, W. 2003. Teknik
Kearifan Lokal Berkelanjutan II, Sampling, Pengawetan, dan
Purwokerto, 27-28 November Analisis Plankton. Departemen
2012, hlm 46-52. Biologi, Universitas Indonesia.
Rai, M.P., T. Gautom, dan N. Sharma. Disampaikan pada Pelatihan
2015. Effect of Salinity, pH, Light Teknik Sampling dan Identifikasi
Intensity on Growth and Lipid Plankton di Balai Pengembangan
Production of Microalgae for dan Pengujian Mutu Perikanan,
Bioenergy Aplication. Journal of Jakarta pada 7 – 8 Mei 2003, 5 hlm
Biological Sciences 15(4): 260- Wibowo, A., H. Wijayanti, dan S.
267. Hudaidah. 2014. Pemanfaatan
Rakhman, E., H. Hamdani, dan G. Kompos Kulit Kakao (Theobroma
Setiadharma. 2012. Pengaruh cacao) untuk Budidaya Daphnia
Urine Kelinci Hamil dalam Media sp. e-Jurnal Rekayasa dan
Kultur terhadap Kontribusi Anak Teknologi Budidaya Perairan
Setiap Kelompok Umur Daphnia 2(2): 227-232.
spp. Jurnal Perikanan dan Widijanto, H., N. Anditasari, dan
Kelautan 3(3): 33-40. Suntoro. 2011. Efisiensi Serapan S
Santi, S.S. 2008. Kajian Pemanfaatan dan Hasil Padi dengan Pemberian
Limbah Nilam untuk Pupuk Cair Pupuk Kandang Puyuh dan Pupuk
Organik dengan Proses Anorganik di Lahan Sawah
Fermentasi. Jurnal Teknik Kimia (Musim Tanam II). Jurnal Ilmu
2(2): 170-174. Tanah dan Agroklimatologi 8(1):
Sitohang, R.V., T. Herawati, dan W. 61-70.
Lili. 2012. Pengaruh Pemberian Yuniwati, M., F. Iskarima, dan A.
Dedak Padi Hasil Fermentasi Ragi Padulemba. 2012. Optimasi
(Saccharomyces cerevisiae) Kondisi Proses Pembuatan
terhadap Pertumbuhan Biomassa Kompos dari Sampah Organik
Daphnia sp. Jurnal Perikanan dan dengan Cara Fermentasi
Kelautan 3(1): 65-72. Menggunakan EM4. Jurnal
Tosun, D.D., P.S.C. Turetken, dan Teknologi 5(2): 172-181.
S.Y. Tosun. 2015. Larva Zahidah, W. Gunawan, dan U.
Beslenmesinde Kullanilan Subhan. 2012. Pertumbuhan
Mikrokurtlarin (Panagrellus Populasi Daphnia spp. yang Diberi
redivivus) Besin Pupuk Limbah Budidaya Karamba
Kompozisyonlarinin. Jaring Apung (KJA) di Waduk

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


668 Waktu Fermentasi terhadap Pertumbuhan dan Lemak Daphnia sp.

Cirata yang Telah Difermentasi


EM4. Jurnal Akuatika 3(1): 84-94.

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan
Volume VI No 1 Oktober 2017
p-ISSN: 2302-3600, e-ISSN: 2597-5315

EFEKTIVITAS PEMBERIAN PAKAN ALAMI YANG BERBEDA


TERHADAP PERTUMBUHAN
BENIH IKAN TAMBAKAN Helostomma temminckii (Cuvier, 1829)

Wahyu Taufiqurahman1, Indra Gumay Yudha, A. Aman Damai2

ABSTRAK

Benih ikan tambakan banyak mengalami kematian saat pemeliharaan,


sehingga membutuhkan pakan yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
efektivitas pemberian pakan alami yang berbeda terhadap pertumbuhan, retensi
protein dan kelulushidupan benih ikan tambakan yang dipelihara selama 40 hari
dengan pemberian pakan alami berupa Artemia sp. (perlakuan A), Daphnia sp.
(perlakuan B), Spirulina sp. (perlakuan C) dan Tubifex sp. (perlakuan D).
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 4
perlakuan dan 3 kali ulangan. Analisis data yang digunakan adalah analisis sidik
ragam yang dilanjutkan dengan uji BNT. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
pertumbuhan benih ikan tambakan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada perlakuan A
(0,11±0,04 g) dan perlakuan B (0,09±0,04 g), namun berbeda nyata (P<0,05) pada
perlakuan C (0,01±0,01 g) dan perlakuan D (0,02±0,01 g). Adapun retensi protein
tertinggi terdapat pada benih ikan tambakan yang diberi pakan Daphnia sp.
(perlakuan B) dengan nilai yaitu 0,1891 %. Tingkat kelulushidupan benih ikan
tambakan berbeda nyata dan diperoleh hasil tertinggi pada perlakuan A (80±6,67
%) dan B (77,78±6,66 %).

Kata kunci: Pakan alami, Helostoma teminckii, pertumbuhan, dan


kelulushidupan

Pendahuluan hias yang populer di Jepang, Eropa,


Amerika Utara dan Australia (Froese
Ikan tambakan Helostoma dan Pauly, 2016). Menurut Kordi
temminckii (Cuvier, 1829) merupakan (2010) ikan tambakan memiliki
salah satu ikan air tawar yang bernilai potensi untuk dibudidayakan karena
ekonomis tinggi yang berasal dari mampu beradaptasi terhadap perairan
Asia, khususnya Thailand hingga dengan kadar oksigen terlarut rendah
Indonesia dan banyak dimanfaatkan serta memiliki fekunditas yang tinggi.
sebagai ikan konsumsi, baik segar Saat ini Balai Pengembangan dan
maupun ikan olahan (ikan kering dan Penelitian Budidaya Ikan Air Tawar
ikan asin), serta merupakan jenis ikan (BPPBAT), Cijeruk, Bogor, Jawa

1
E-mail: wahyutaufiqurahman@gmail.com
2
Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung Alamat: Jl. Prof. S. Brodjonegoro No.1 Gedong Meneng Bandar Lampung
35145.

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


670 Pakan Alamni yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Tambakan

Barat telah membudidayakan ikan yang lebih baik dibandingkan dengan


tambakan. Pemijahan ikan tambakan Daphnia sp., Tubifex sp., dan
tersebut menggunakan pemijahan Infusoria. Adapun Esron et al. (2015),
semi alami dengan rangsangan menyatakan bahwa Daphnia sp. dapat
hormon sintetik. Setiap pemijahan meningkatkan pertumbuhan larva
satu pasang induk ikan tambakan ikan betok (Anabas testudinieus)
menghasilkan telur sekitar 19.000 – yang lebih baik daripada Artemia sp.
144.104 butir telur dengan tingkat dan Tubifex sp..
kelulushidupan mencapai 70% pada Berdasarkan kajian tersebut,
saat pemeliharaan larva mencapai perlu dilakukan penelitian tentang
ukuran benih (Kamal dan Nurdawati, penggunaan pakan alami yang
2012). Kematian benih pada saat berbeda terhadap pertumbuhan benih
pemeliharaan umumnya disebabkan ikan tambakan agar diperoleh hasil
oleh pemberian pakan yang kurang yang optimal. Penelitian ini bertujuan
tepat. untuk mengkaji efektivitas
Pemeliharaan larva merupakan pertumbuhan dan kelulushidupan
fase kritis karena pada tahap ini ikan benih ikan tambakan dengan
mengalami peralihan dari fase pemberian pakan alami yang berbeda,
endogenous feeding ke fase yaitu Artemia sp., Daphnia sp.,
exogenous feeding. Pada masa Spirulina sp., dan Tubifex sp.
peralihan tersebut, pakan yang
tersedia harus sesuai dengan Metode
kebutuhan nutrisi, sehingga dapat
mempercepat pertumbuhan ikan. Penelitian ini dilaksanakan
Pakan yang tidak sesuai dapat selama 40 hari pada bulan Maret –
menyebabkan pertumbuhan yang Mei 2017 di Laboratorium Budidaya
lambat dan kematian ikan. Oleh Perairan, Jurusan Perikanan dan
karena itu ketersediaan pakan yang Kelautan, Fakultas Pertanian,
berkualitas sangat menentukan Universitas Lampung. Bahan yang
keberhasilan produksi benih ikan digunakan dalam penelitian ini antara
tambakan. lain benih ikan tambakan berumur 14
Pada umumnya pembudidaya hari sebanyak 180 ekor dengan
ikan memberikan pakan alami pada ukuran sekitar 0,5 mm yang diberi
fase benih. Pakan alami memiliki pakan alami Daphnia sp., Artemia sp.,
kandungan nutrisi yang cukup baik Spirulina sp., dan Tubifex sp.
dibanding pakan komersil. Selain itu, Peralatan yang digunakan dalam
pakan alamai memiliki ukuran yang penelitian yaitu akuarium ukuran 15 x
kecil dan sesuai dengan bukaan mulut 15 x 25 cm sebanyak 12 buah
benih ikan (Tampubolon, 2016). dilengkapi instalasi aerasi,
Pakan alami yang sering termometer, DO-meter, pH-meter,
digunakan dalam budidaya ikan selang sifon, sendok, cawan petri,
adalah Artemia sp., Daphnia sp., timbangan digital, penggaris, dan alat
Spirulina sp., dan Tubifex sp.. tulis.
Menurut Akhyar et al. (2016), Rancangan percobaan yang
Artemia menghasilkan pertumbuhan digunakan dalam penelitian ini yaitu
larva ikan peres (Osteochilus sp.) rancangan acak lengkap (RAL).

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


Wahyu Taufiqurahman, Indra Gumay Yudha, Abdullah Aman Damai 671

Perlakuan yang digunakan dalam Pu : Pertambahan protein tubuh (g)


percobaan ini adalah dengan Pc : Bobot protein (g)
melakukan pemberian 4 jenis pakan Parameter penelitian untuk
yang berbeda pada benih ikan kelulushidupan diperoleh berdasar-
tambakan. Dalam percobaan ini kan persamaan yang dikemukakan
terdapat 4 perlakuan pemberian oleh Effendi (2004) yaitu :
pakan (A: Artemia sp., B: Daphnia
sp., C: Spirulina sp., D:Tubifex sp.) 𝑁𝑡
𝑆𝑅 = ( ) x 100 %
dan 3 kali ulangan. 𝑁0
Parameter penelitian yang
dilakukan meliputi pertumbuhan, Keterangan :
retensi protein dan kelulushidupan. SR : Survival Rate (SR) (%)
Pertumbuhan adalah selisih berat total Nt : Jumlah ikan akhir (ekor)
tubuh ikan pada akhir pemeliharan No : Jumlah ikan awal (ekor)
dan awal pemeliharaan. Perhitungan
berat dihitung dengan rumus Effendi Analisis data dilakukan dengan
(2004). perhitungan secara statistik
menggunakan analisis sidik ragam.
𝑊𝑚 = 𝑊𝑡 − 𝑊0 Untuk mengetahui adanya perbedaan
perlakuan terhadap pertumbuhan dan
Keterangan : kelulushidupan dilakukan analisis
Wm : Pertumbuhan (g) data. Selanjutnya dilakukan uji beda
Wt : Bobot rata - rata akhir (g) nyata terkecil (BNT) jika diperoleh
Wo : Bobot rata - rata awal (g) hasil analisis sidik ragam yang
berbeda nyata.
Parameter selanjutnya yaitu
retensi protein yang merupakan Hasil dan Pembahasan
sejumlah protein dari pakan yang
diberikan dan terkonversi menjadi Pemberian pakan alami yang
protein yang tersimpan dalam tubuh berbeda berpengaruh nyata terhadap
ikan. retensi protein dilakukan dengan laju pertumbuhan benih ikan
cara pengeringan ikan lalu melakukan tambakan (Gambar 1).
uji proksimat protein pada sampel
ikan yang telah dikeringkan. 0.20
Pengukuran retensi protein dilakukan
Pertambahan Berat

0,11 ±
Mutalk (Gram)

0.15 0,09 ±
pada awal penelitan dan akhir 0,04
0,04
penelitian. Retensi protein dihitung 0.10
menggunakan metode yang 0,01± 0,02±
0.05 0,01
0,01
dikembangkan Watanabe et al.
0.00
(1988), sebagai berikut: A B C D
Perlakuan

𝑃𝑢 Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Benih


𝑅𝑃 = 𝑥100% Ikan Tambakan
𝑃𝑐

Keterangan : Perlakuan A (0,11±0,04 g) tidak


RP : Retensi protein (%) berbeda nyata dengan perlakuan B

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


672 Pakan Alamni yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Tambakan

(0,09±0,04 g) dan berbeda nyata Retensi protein yang didapatkan


dengan perlakuan C (0,01±0,01 g) yaitu pada perlakuan A sebesar
dan perlakuan D (0,02±0,01 g). 0,1375 %, perlakuan B 0,1891 %,
Dilihat dari Gambar 1 pada perlakuan perlakuan C 0,1284 % dan perlakuan
A (Artemia sp.) dan perlakuan B D 0,1229 % (Gambar 2)
(Daphnia sp.) memiliki nilai
pertumbuhan berat mutlak yang lebih 0.2000 0,1891
tinggi dari perlakuan lainnya.

Retensi Protein (%)


0.1500
0,1375 0,1284 0,1229
Menurut Akhyar et al. (2016),
kandungan protein Artemia sp yaitu 0.1000
60% dengan ukuran tubuh yang 0.0500
sesuai dengan bukaan mulut benih
ikan sehingga pertumbuhan berat 0.0000
A B C D
benih ikan mengalami peningkatan Perlakuan
yang cepat. Pertumbuhan berat Gambar 2. Retensi Protein Ikan
mutlak pada perlakuan B memiliki Tambakan
hasil yang tidak berbeda nyata,
Daphnia sp. memiliki kandungan Retensi protein tertinggi terdapat
protein yaitu 40% serta ukuran tubuh pada perlakuan B yaitu pemberian
yang sesuai dengan bukaan mulut pakan alami berupa Daphnia sp. Hal
ikan (Akhyar et al., 2016). ini menunjukkan bahwa protein pada
Pertumbuhan berat mutlak perlakuan Daphnia sp. dapat dicerna secara
C (Spirulina sp.) dan D (Tubifex sp.) optimal oleh benih ikan tambakan.
mendapatkan hasil yang tidak Menurut Ballestrazzi et al. (1994)
berbeda nyata, namun berbeda nyata retensi protein merupakan parameter
dengan perlakuan A dan B. Pada untuk menunjukkan bahwa protein
perlakuan C yaitu dengan pemberian pada pakan dapat dikontribusikan ke
pakan alami berupa Spirulina sp. dalam protein tubuh. Nilai retensi
mendapatkan hasil pertumbuhan yang protein yang semakin tinggi
terkecil. Hal ini disinyalir bahwa saat menunjukkan pakan tersebut baik
benih ikan tambakan lebih menyukai untuk dikonsumsi, karena ikan dapat
pakan alami berupa zooplankton memanfaatkan pakan yang diberikan
karena memiliki pergerakan yang secara optimal (Halver, 1989).
aktif sehingga menarik benih untuk Nilai kelulushidupan yang
makan (Mujiman, 1999). Menurut didapatkan pada perlakuan A
Hariyati (2008) Spirulina sp. (80±6,67 %), perlakuan B
merupakan yang termasuk golongan (77,78±6,66 %), perlakuan C
alga dari Cyanobacteria. Pada (53,33±10,18 %) dan perlakuan D
perlakuan D dengan pemberian pakan (46,67±6,67 %) (Gambar 3).
alami berupa Tubifex sp.
mendapatkan hasil tidak berbeda
nyata dengan perlakuan C, hal ini
dikarenakan Tubifex sp. memiliki
diameter tubuh yang lebih besar dari
bukaan mulut benih ikan tambakan
(Triyanto dan Said, 2006).

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


Wahyu Taufiqurahman, Indra Gumay Yudha, Abdullah Aman Damai 673

100 80 ± 77,78 ± Daftar Pustaka


6,67 6,66
80 53,33 ±
46,67 ±
10,18 Afrianto, E. dan E. Liviawaty. 2005.
SR (%)

60 6,67
40 Pakan Ikan. Penerbit Kanisius.
20
Yogyakarta. dalam Nadisa
Theresia Putri. 2012. Aplikasi
0
A B C D Bungkil Inti Sawit Melalui
Perlakuan Pemberian Enzim Rumen dan
Gambar 3. Kelulushidupan Fermentasi Sebagai Bahan Pakan
Ikan Nila BEST (Oreochromis
Pada perlakuan A didapatkan SR niloticus). Jurnal Aquasains 2.
tertinggi dari semua perlakuan diikuti Akhyar, I.S., Muhammadar, dan
dengan perlakuan B. Menurut Hasri. 2016. Pengaruh Pemberian
Muchlisin et al. (2003) untuk Pakan Alami yang Berbeda
mendapatkan kelangsungan hidup Terhadap Kelangsungan Hidup
yang baik diperlukan pemberian Dan Laju Pertumbuhan Larva Ikan
pakan yang tepat baik ukuran, jumlah, Peres (Osteochilus Sp.). Jurnal
dan kandungan gizinya. Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan
Kelulushidupan terendah terjadi pada Perikanan Unsyiah 1(3): 425 –
perlakuan D, hal ini disebabkan benih 433.
ikan belum dapat mengkonsumsi Ballestrazzi R.D., E. D’agoro
Tubifex sp. karena ukuran yang tidak Lannari, dan A. Mion. 1994. The
sesuai dengan bukaan mulut benih Effect Of Dietary Protein Level
ikan tambakan, serta kualitas air yang And Source On Growth And Body
memburuk akibat penumpukkan sisa Composition, Total Ammonia And
pakan. Penyebab terjadinya kematian Relative Phosphate Excretion Of
benih ikan diakibatkan oleh perlakuan Growing Sea Bass Dicentrarchuss
pada saat melakukan sampling dan labrax. Aquaculture 127: 197–
pada saat penyiponan yang dapat 206.
menyebabkan stress. Stress Darti, S.L. dan D. Iwan. 2006.
merupakan terganggunya sistem Pembenihan Ikan Hias Air
organ/fisiologis (kerja metabolisme) Tawar. Penerbit Swadaya.
dalam tubuh ikan sehingga kondisi Jakarta. 54 hlm.
ikan tidak stabil yang diakibatkan dari Effendi, I. 2004. Pengantar
kualitas air yang buruk, pemindahan Akuakultur. Penebar Swadaya.
ikan, penanganan sehingga perairan Jakarta
menjadi asam (Templonuevo, 1998). Esron H.T. dan N. Sukendi. 2015.
Pengaruh Pemberian Pakan Alami
Kesimpulan dan Saran Berbeda Terhadap Pertumbuhan
Dan Kelulus hidupan Larva Ikan
Pakan Artemia sp. dan Daphnia Betok (Anabas Testudinieus).
sp. menghasilkan pertumbuhan dan Jurnal Fakultas Perikanan dan
kelulushidupan yang terbaik pada Ilmu Kelautan Universitas Riau
benih ikan tambakan. Adapun retensi Froese, R. dan D. Pauly. Editors.
protein tertinggi diperoleh dari 2016. Fish Base. World Wide Web
pemberian pakan Daphnia sp.. electronic publication.

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


674 Pakan Alamni yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Tambakan

www.fishbase.org, version Pertumbuhan Ikan Pelangi


(04/05/2017). Marosatherina ladigesi. Jurnal
Halver. 1989. Channel Catfish. Ikhtiologi Indonesia 6(2): 85-92.
Aquatic Sciences 1. (3): 256-391 Tafrani. 2012. Makanan dan
Hariyati. 2008. Pertumbuhan dan Reproduksi Ikan Tambakan
Biomassa Sprirulina sp. dalam (Helostoma temminckii, C.V 1829)
Skala Laboratoris. Bioma 10(1): di Perairan Lubuk Lampam,
19-22 Sungai Lempuing Sumatera
Joko, Muslim, dan H.T. Ferdinand. Selatan. (Skripsi). Budidaya
2013. Pendederan Larva Ikan Perairan. Fakultas Perikanan dan
Tambakan (Helostoma Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
temmincki) dengan Padat Tebar Bogor, Bogor.
Berbeda. Jurnal Perikanan dan Watanabe, T. 1988. Fish Nutrition
Kelautan 5(2): 526 − 530. and Mariculture. Tokyo
Kordi, K.M.G. 2010. Budi Daya Ikan University of Fisheries, JICA,
Tambakan di Kolam Terpal. Lily Tokyo 233 hal.
Publisher, Yogyakarta. Webster, C.D., dan C.E. Lim. 2002.
Muchlisin, Z.A., A. Damhoeri, R. Nutrient Requirements and
Fauziah, Muhammadar, dan M. Feeding of Finfish For
Musman. 2003. Pengaruh Aquaculture. CABI Publishing,
Beberapa Jenis Pakan Alami New York.
Terhdap Pertumbuhan dan
Kelulushidupan Larva Ikan Lele
Dumbo (Clarias gariepinus).
Jurnal Biologi 3(2): 105 − 113.
Mujiman, Ahmad. 1999. Makanan
Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta
Tampubolon E.H, Raharjo E.I, dan
Farida. 2016. Pengaruh Beberapa
Jenis Pakan Alami terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan
Hidup Larva Ikan Koi (Cyprinus
carpio). Jurnal Fakultas
Perikanan Dan ilmu kelautan.
Universitas Muhammadiyah
Pontianak.
Templonuevo, R.M.C. dan M.V.C.
Cruz. 1998. Stress Responses Of
The Fish Nile Tilapia Subjected To
Electroshock And Social Stressors.
Brazilian Journal of Medical and
Bioligical Research. Journal Of
Science & Technology 1(2): 7–14
Triyanto dan S.D. Said. 2006.
Pengaruh Perlakuan Jenis Pakan
yang Berbeda terhadap

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan
Volume VI No 1 Oktober 2017
p-ISSN: 2302-3600, e-ISSN: 2597-5315

PERFORMA PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN LARVA LELE


(Clarias gariepenus) DENGAN PEMBERIAN PAKAN Tubifex sp. YANG
DIKULTUR MASSAL MENGGUNAKAN FERMENTASI LIMBAH
INDUSTRI

Vivi Endar Herawati* , Johannes Hutabarat1, Ocky Karnaradjasa2

ABSTRAK

Tubifex sp. merupakan salah satu pakan alami yang sering digunakan sebagai
pakan. Dugaan masalah muncul karena pada saat ini Tubifex sp. mulai sulit
didapatkan di alam. Oleh karena itu, perlu dilakukan kultur terhadap Tubifex sp.,
sehingga baik secara kuantitas maupun kualitas dapat dimanfaatkan sebagai pakan
oleh larva ikan lele. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui pengaruh dan hasil
kultur terbaik terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan larva ikan lele. Hewan uji
yang digunakan adalah larva ikan lele dengan berat 0,06±0,00 g/individu. Penelitian
ini dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL) dengan 3 kali ulangan yaitu perlakuan A (1,2 g/l kotoran ayam dan 1,2 g/l
bekatul), B (1,2 g/l kotoran ayam; 0,9 g/l roti afkir dan 0,3 g/l bungkil kelapa), C
(1,2 g/l kotoran ayam; 0,6 g/l roti afkir dan 0,6 g/l bungkil kelapa), D (1,2 g/l
kotoran ayam; 0,3 g/l roti afkir dan 0,9 g/l bungkil kelapa), E (1,2 g/l kotoran ayam
dan 1,2 g/l bungkil kelapa) dan F(2,4 g/l kotroran ayam). Pemberian Tubifex sp.
sebagai pakan alami adalah sebanyak ±2975 ind/wadah/sekali pemeberian pada
minggu pertama dan ±3967 ind/wadah/sekali pemberian pada minggu kedua. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terjadi perbedaan sangat nyata (P<0,01) pada laju
pertumbuhan larva ikan lele, namun tidak berbeda (P>0,01) untuk tingkat
kelulushidupan. Laju pertumbuhan relatif larva ikan lele memiliki nilai rerata
berkisar antara 9,13% - 11,55% dengan tingkat kelulushidupan berkisar antara
98,67% - 99,67%. Berdasarkan pada hasil penelitian, maka dapat disimpulkan
bahwa perlakuan D dengan nilai 11,55% merupakan perlakuan terbaik dan
dianjurkan untuk meningkatkan laju pertumbuhan larva ikan lele.

Kata kunci: Tubifex, fermentasi, lele, kelulushidupan, larva, pertumbuhan,


pupuk

Pendahuluan terus mengalami peningkatan dari tahun


(2010) sebanyak 56.889 ton; (2011)
Salah satu usaha perikanan yang sebanyak 64.252 ton; (2012) sebanyak
terus berkembang adalah budidaya ikan 84.681 ton; dan tahun (2013) sebanyak
lele. Soetrisno (2014) menyatakan 86.773 ton. Peningkatan produksi
bahwa produksi ikan lele di Indonesia tersebut dapat tercapai dengan adanya
1
Departemen Aquaculture, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
2
Departemen Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Jl. Prof.
Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang, Jawa Tengah – 50275, Telp/fax +6224 7474698

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


676 Performa Larva Lele dengan Pemberian Pakan Tubifex sp.

pasokan benih ikan lele yang memiliki dimanfaatkan sebagai pakan oleh
kualitas baik. Kualitas yang baik Tubifex sp. Putra (2010) menambahkan
tersebut salah satunya ditunjukkan bahwa penambahan bakteri khususnya
dengan laju pertumbuhan dan tingkat probiotik dapat menguntungkan bagi
kelulushidupan. Setyowati et al. (2007) inang melalui peningkatan nutrisi
menyatakan bahwa laju pertumbuhan pakan. Penelitian ini bertujuan untuk
larva ikan gurame saat ini masih mengetahui pengaruh pemberian
tergolong rendah, yaitu 7,356% dengan Tubifex sp. terhadap laju pertumbuhan
tingkat kelulushidupan 85,6%. dan tingkat kelulushidupan larva ikan
Herawati (2013) menambahkan bahwa lele serta perlakuan terbaik dari
kualitas larva ikan lele yang baik, salah pemberian Tubifex sp. tersebut.
satunya sangat ditentukan oleh pakan
alami yang dikonsumsi. Pakan alami Metode
yang dikonsumsi tersebut harus
memiliki kandungan nutrisi cukup dan Metode yang digunakan dalam
sesuai dengan bukaan mulut larva ikan. penelitian ini merupakan metode
Herawati et al. (2012) menyatakan eksperimental yang dilakukan dengan
bahwa pakan alami sebagai pakan awal rancangan acak lengkap (RAL).
sangat mendukung kualitas yang baik Berdasarkan penelitian sebelumnya
dari larva ikan. Salah satu contoh pakan oleh Herawati dan Agus (2014), pupuk
alami untuk larva ikan gurame adalah organik dengan kombinasi kotoran
Tubifex. Tubifex sp. pada saat ini mulai ayam, bekatul dan bungkil kelapa yang
sulit didapatkan di alam, oleh karena itu digunakan dalam kultur masal Tubifex
perlu dilakukan kultur untuk sp. adalah sebanyak 2,4 g/liter.
meningkatkan baik kuantitas maupun Penelitian tersebut menjadi acuan
kualitas dari Tubifex sp. Gunawanti dalam menetapkan 6 perlakuan pada
(2000) menyatakan bahwa metode penelitian ini, yaitu: ikan lele denga
kultur Tubifex sp. salah satunya dapat perlakuan pemberian pakan A. Tubifex
berupa pemupukan. Pemupukan hasil kultur menggunakan fermentasi
berguna untuk menghasilkan bahan pupuk(1,2 g/l kotoran ayam dan 1,2 g/l
organik yang digunakan sebagai bekatul), B. Tubifex hasil kultur
makanan Daphnia sp. menggunakan fermentasi (1,2 g/l
Tubifex sp. memerlukan asupan kotoran ayam; 0,9 g/l roti afkir dan 0,3
nutrisi bagi pertumbuhannya. Nutrisi g/l bungkil kelapa), C. Tubifex hasil
tersebut dapat berasal dari banyak kultur menggunakan fermentasi (1,2 g/l
sumber, antara lain yaitu bahan organik kotoran ayam; 0,6 g/l roti afkir dan 0,6
tersuspensi dan bakteri yang diperoleh g/l bungkil kelapa), D. Tubifex hasil
dari pupuk yang ditambahkan ke dalam kultur menggunakan fermentasi (1,2 g/l
media kultur. Zahidah (2012) kotoran ayam; 0,3 g/l roti afkir dan 0,9
menyatakan bahwa pupuk yang sering g/l bungkil kelapa), E. Tubifex hasil
digunakan adalah pupuk organik yang kultur menggunakan fermentasi (1,2 g/l
berasal dari kotoran ternak. Jenis yang kotoran ayam dan 1,2 g/l bungkil
sering digunakan adalah kotoran ayam. kelapa) dan F. Tubifex hasil kultur
Proses penguraian (dekomposisi) pupuk menggunakan fermentasi (2,4 g/l
organik ini pada akhirnya akan kotoran ayam). Herawati dan Agus
menumbuhkan bakteri. Bakteri tersebut (2014) menyatakan bahwa kandungan

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


Vivi Endar Herawati, Johannes Hutabarat, Ocky Karnaradjasa 677

nutrisi Tubifex sp. baik sebelum dikultur


maupun setelah dikultur pada media
pupuk fermentasi tersaji dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan nutrien pupuk organik sebelum fermentasi


Kandungan Sebelum Dikultur pada Media Pupuk Organik Fermentasi
Nutrisi Dikultur A B C D E F
Protein (%) 62,23 65,45 73,90 69,45 71,07 71,26 68,23
Lemak (%) 6,23 7,57 4,24 7,89 6,40 6,04 7,22
KH (%) 14,69 5,30 12,77 9,68 3,66 7,78 10,02
Abu (%) 9,80 9,90 8,64 8,79 9,27 9,29 9,83
Serat kasar (%) 7,05 11,78 0,45 4,19 9,60 5,63 4,73

Pupuk yang digunakan terdiri langsung diaplikasikan ke dalam


kotoran ayam, roti afkir dan bungkil kolam atau bak kultur Tubifex sp..
kelapa. Kotoran ayam, roti afkir dan Kultur Tubifex sp. dilakukan
bungkil kelapa yang digunakan dalam kolam tanah.
terlebih dahulu dikeringkan sebelum Berdasarkan penelitian
dilakukan fermentasi. Fermentasi sebelumnya oleh Yuniarsih (2003),
dilakukan dengan menggunakan larva ikan lele yang digunakan dalam
bakteri probiotik. Berdasarkan uji penelitian berumur 3 hari dengan
pendahuluan oleh Herawati (2016), kepadatan 100 ekor/ember.
perhitungan perbandingan probiotik : Pemberian pakan. sebanyak 5 kali
molase adalah 1:1. Yuniwati et al. dalam sehari selama 14 hari masa
(2012) manambahkan bahwa pemeliharaan larva ikan lele.
probiotik yang digunakan untuk
ferrmentasi, sebelumnya telah Hasil dan Pembahasan
diaktivasi selama 3 jam dalam larutan
molase. Fermentasi pupuk ini Nilai laju pertumbuhan relatif
berlangsung selama 1 minggu. Pupuk larva ikan lele berdasarkan dari hasil
yang telah difermentasi dapat pemberian Tubifex sp. dapat dilihat
pada Gambar 1.

Gambar 1. Nilai Laju Pertumbuhan Relatif Larva Ikan lele

Hasil penelitian nilai laju Gambar 1. pada masing-masing


pertumbuhan relatif tersaji dalam perlakuan dari yang terendah adalah

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


678 Performa Larva Lele dengan Pemberian Pakan Tubifex sp.

perlakuan E sebesar 9,13%, perlakuan fermentasi diduga secara tidak


B 9,44%, perlakuan C 9,47%, langsung mempengaruhi laju
perlakuan F 10,11%, perlakuan A pertumbuhan larva ikan gurame.
10,27%, dan perlakuan D 11,55%. Fermentasi yang dilakukan terhadap
Hasil analisis ragam nilai laju pupuk organik pada penelitian ini
pertumbuhan relatif pada larva ikan menggunakan bakteri probiotik,
gurame selama penelitian dimana diketahui pula bahwa bakteri
menunjukkan bahwa pemberian probiotik merupakan mikroorganisme
Tubifex sp. hasil kultur pada media yang sangat bermanfaat bagi makhluk
pupuk fermentasi memberikan hidup. Ulum (2010) menyatakan
pengaruh sangat nyata (P<0,01) bahwa mikroorganisme yang
terhadap laju pertumbuhan larva ikan terkandung dalam probiotik mampu
lele. membantu pencernaan dalam tubuh
Perbedaan laju pertumbuhan larva ikan lele, sehingga pakan yang
relatif tersebut salah satunya mengandung bakteri probiotik akan
dipengaruhi oleh pakan yang mampu dicerna dan diserap oleh
diberikan yaitu Tubifex sp. yang tubuh dengan baik.
dikultur pada media pupuk Kandungan nutrisi pada Tubifex
fermentasi. Perlakuan yang berbeda sp. (dapat dilihat pada Tabel 1) akan
pada media kultur Tubifex sp. diduga dimanfaatkan sebagai sumber energi
mampu memberikan nutrien yang oleh larva ikan lele. Energi tersebut
berbeda pula pada Tubifex sp., pada akhirnya akan digunakan untuk
sehingga Tubifex sp. yang dihasilkan pertumbuhan. Anggraeni dan Nurlita
memiliki kandungan nutrisi yang (2013) menambahkan bahwa ikan
berbeda pula dalam meningkatkan memanfaatka energi pakan untuk
laju pertumbuhan larva ikan lele. metabolism dasar, pergerakan,
Mufidah et al. (2009) menyatakan produksi organ seksual serta
bahwa ketersediaan makanan yang pergantian sel-sel yang rusak.
bernutrisi tinggi sangat dibutuhkan Kelebihan dari energi tersebut
larva untuk perkembangan organ digunakan untuk pertumbuhan.
tubuh yang masih sederhana menuju Tingkat kelulushidupan larva
kesempurnaan. ikan lele yang diberi Tubifex sp. hasil
Kultur Tubifex sp. yang kultur pada media pupuk fermentasi
dilakukan pada media pupuk dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Nilai Tingkat Kelulushidupan Larva Ikan Lele

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


Vivi Endar Herawati, Johannes Hutabarat, Ocky Karnaradjasa 679

Berdasarkan Gambar 2 rerata keluluhisupan larva ikan. Mufidah et


nilai tingkat kelulushidupan pada al. (2009) menyatakan bahwa
masing-masing perlakuan dari yang kelangsungan hidup larva ikan
terendah adalah perlakuan E sebesar dipengaruhi oleh kualitas air,
98,67%; perlakuan D sebesar kebutuhan pakan, umur ikan, dan
99,33%; perlakuan B, C dan F sebear lingkungan. Kualitas air yang diukur
99%, serta perlakuan A sebesar diusahakan berada pada kisaran
99,67%. Hasil analisa menunjukkan optimal yang sesuai dengan habitat
bahwa pemberian Tubifex sp. tidak larva ikan.
berpengaruh (P>0,05) terhadap Kualitas air yang optimal
tingkat kelulushiduan larva ikan lele. tersebut diduga dapat terjadi karena
Tingkat kelulushidupan yang dilakukannya penyiponan dan
tinggi tersebut diduga dipengaruhi pergantian air yang rutin. Penyiponan
oleh kualitas air selama pemeliharaan dan pergantian air dalam penelitian
larva. Kualitas air yang diukur ini rutin dilakukan sehari sekali.
meliputi suhu, pH, oksigen terlarut Pergantian air tersebut dilakukan
(DO), dan amoniak. Kualitas air sebanyak 20% - 50% setiap wadah.
tersebut diukur pada awal dan akhir Oksigen terlarut dalam wadah
pemeliharaan. Berdasarkan hasil pemeliharaan disuplai dengan
pengukuran, kualitas air menggunakan bantuan aerasi.
menunjukkan kisaran optimal bagi Nirmala dan Rasmawan (2010)
pertumbuhan larva lele dapat dilihat menyatakan bahwa pergantian media
pada Tabel 3). Kualitas air pada pemeliharaan dilakukan rutin sehari
media pemeliharaan sangat penting sekali dengan perganitian air
terutama dalam menunjang sebanyak 20%.

Tabel 2. Nilai RGR, SR dan Tingkat Konsumsi Pakan Alami Larva Ikan lele
Selama Penelitian
Pakan W0 Wt RGR SR TKP 1 TKP 2
Pemberian Tubifex
0,06±0,01 0,36±0,03 10,27±0,70 99,67±0,58 148,64±0,01 198,24±0,06
sp. hasil pupuk A
Pemberian Tubifex
0,06±0,06 0,33±0,02 9,44±0,75 99±0,73 148,62±0,50 198,22±0,08
sp. hasil pupuk B
Pemberian Tubifex
0,06±0,08 0,29±0,02 9,47±0,68 99±1,00 148,57±0,01 198,18±0,10
sp. hasil pupuk C
Pemberian Tubifex
0,06±0,01 0,38±0,01 11,55±0,74 99,33±0,58 148,67±0,10 198,29±0,01
sp. hasil pupuk D
Pemberian Tubifex
0,06±0,01 0,32±0,01 9,13±0,85 98,67±0,58 148,57±0,60 198,15±0,00
sp. hasil pupuk E
Pemberian Tubifex
0,06±0,01 0,32±0,02 10,11±0,70 99±1,00 148,63±0,01 198,230±0,01
sp. hasil pupuk F
W0 (Bobot awal ikan uji), Wt ( Bobot akhir ikan uji), RGR (Pertumbuhan relatif), SR (Tingkat kelulushidupan),
TKP 1 (Tingkat konsumsi pakan alami minggu pertama), TKP 2 (Tingkat konsumsi pakan alami minggu
kedua).

Tubifex sp. yang diberikan terserap ke dalam tubuh larva ikan


sebagai pakan alami, secara efektif lele. Nutrisi yang terserap tersebut,
dapat dimanfaatkan oleh larva ikan pada akhirnya akan dijadikan sebagai
lele. Nutrisi yang terkandung pada sumber energi untuk meningkatkan
Tubifex sp. tersebut (Tabel 1) akan laju pertumbuhan dari larva itu

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


680 Performa Larva Lele dengan Pemberian Pakan Tubifex sp.

sendiri. Subandiyono dan Hastuti Nilai kualitas air selama masa


(2010) menambahkan bahwa pemeliharaan larva ikan lele dapat
pertumbuhan akan terjadi apabila dilihat pada Tabel 3.
didukung dengan pemberian pakan
yang disesuaikan dengan kebutuhan
nutrisi ikan.

Tabel 3. Pengukuran Kualitas Air selama Masa Pemeliharaan


Variabel Kisaran Kelayakan Menurut Pustaka
Suhu (oC) 27 – 28 25 – 28 *
pH 8,40 – 8,50 6,5 – 8,5 **
DO (mg/L) 4,01 – 4,07 4 – 6*
Amoniak (mg/L) 0 – 0,1 ≤ 2 **
Keterangan: * : Fitriadi et al. (2014)
** : Tatangindatu (2013)

Berdasarkan nilai kualitas air Daftar Pustaka


tersebut, maka kualitas air sebagai
media pemeliharaan larva ikan lele Aquarista, F., Iskandar, dan U.
selama penelitian berada pada kisaran Subhan. 2012. Pemberian
optimal dalam menunjang Probiotik dengan Carrier Seolit
pertumbuhan maupun kelulushidupan pada Pembesaran Ikan Lele
larva ikan lele. Kualitas air dalam Dumbo (Clarias gariepinus),
penelitian ini dikontrol dengan baik Jurnal Perikanan dan Kelautan,
melalui penyiponan dan pergantian 3(4): 133-140.
media pemeliharaan. Aquarista Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
(2012) menambahkan bahwa secara Pertanian Bogor: Bogor, 52 hlm.
teknis upaya untuk memperbaiki Herawati, V.E. dan M. Agus. 2014.
kualitas air dilakukan dengan cara Analisis Pertumbuhan dan
penyiponan atau pergantian air secara Kelulushidupan Larva Lele
berkala. (Clarias gariepenus) yang Diberi
Pakan Daphnia sp. Hasil Kultur
Kesimpulan dan Saran Massal Menggunakan Pupuk
Organik Difermentasi. Jurnal
Kesimpulan yang diperoleh dari Pena Unikal,26(1): 1-11.
penelitian ini adalah pemberian Herawati, V.E. 2013. Analisa Dua
Tubifex sp. hasil kultur pada media Media Kultur Teknis untuk
pupuk fermentasi memberikan Chaetoceros sp. dan Skeletonema
pengaruh sangat nyata (P>0,01) sp. Menngkatkan Kualitas Nutrisi
terhadap nilai laju pertumbuhan, Artemia sp. Produk Lokal Sebagai
namun tidak berpengaruh nyata Pakan Larva Udang Vanname
(P<0,01) terhadap kelulushidupan. (Litopenaeus vannamei) Stadia
Perlakuan terbaik pemberian pakan PL1-PL10. Disertasi. Universitas
Tubifex sp. adalah perlakuan D Diponegoro, Semarang.
dengan nilai 11,55±0,74% dan Herawati, V.E., Sarjito, J. Hutabarat,
disarankan untuk menigkatkan dan S.B. Prayitno. 2012. Effect of
pertumbuhan dan kelulushidupan Using Guillard and Walne
larva lele. Technical Culture Media on

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


Vivi Endar Herawati, Johannes Hutabarat, Ocky Karnaradjasa 681

Growth an Fatty Acid Profiles of menggunakan EM4. Jurnal


Microalgae Skeletonema sp. in Teknologi, 5(2): 172-181.
Mass Culture. J. Coast. Dev.,
16(1): 48-54.
Herawati VE, J. Hutabarat , O.K.
Radjasa. 2016. Growth and
Survival Rate of Tilapia
(Oreochromis niloticus) Larvae
Fed by Daphnia magna Cultured
With Organic Fertilizer Resulted
From Probiotic Bacteria
Fermentation. HAYATI J. Biosci:
4–8.
doi:10.1016/j.hjb.2015.08.001.
Mufidah, N. Budiatin, B.S. Rahardja,
dan W.H. Satyatini. 2009.
Pengkayaan Daphnia sp. dengan
Viterna terhadap Kelangsungan
Hidup dan Pertumbuhan Larva
Ikan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus). Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan 1(1): 59–
65.
Soetrisno, C.K. 2014. Laporan
Tahunan Direktorat Produksi
Tahun 2013, Januari 2014,
Direktorat Jendral Perikanan
Budidaya, Jakarta, P. 1-42.
Subandiyono dan S. Hastuti. 2010.
Buku Ajar Nutrisi Ikan. Lembaga
Pengembangan dan Penjaminan
Mutu Pendidikan Universitas
Diponegoro, Semarang, 233 hlm.
Tatangindatu, F., O. Kelesaran, dan
R. Rompas. 2013. Studi Parameter
Fisika Kimia Air pada Areal
Budidaya Ikan di Danau Tondano,
Desa Paleloan, Kabupaten
Minahasa. Budidaya Perairan
2(1):8 – 19.
Yuniwati, M., F. Iskarima, dan A.
Padulemba. 2012. Optimasi
Kondisi Proses Pembuatan
Kompos dari Sampah Organik
dengan cara Fermentasi

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


682 Performa Larva Lele dengan Pemberian Pakan Tubifex sp.

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan
Volume VI No 1 Oktober 2017
p-ISSN: 2302-3600, e-ISSN: 2597-5315

KAJIAN PENAMBAHAN TEPUNG AMPAS KELAPA PADA PAKAN


IKAN BANDENG (Chanos chanos)

Winny Mutiasari1, Limin Santoso*, Deny Sapto Chondro Utomo*2

ABSTRAK

Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan salah satu komoditas perairan


payau yang potensial untuk dibudidayakan. Penyediaan benih dan pakan yang baik
secara kualitas maupun kuantitas sangat diperlukan demi meningkatkan produksi
ikan bandeng. Ampas kelapa adalah limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai
campuran bahan baku pakan ikan melalui proses penepungan. Penggunaan tepung
ampas kelapa ini diharapkan dapat mengurangi penggunaan bahan baku pakan
impor yang harganya mahal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah
penambahan ampas kelapa yang optimal pada pakan untuk pertumbuhan ikan
bandeng. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Maret 2017 bertempat di
Desa Purworejo Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur. Penelitian
menggunakan 4 perlakuan dengan 3 kali ulanganyaitu Perlakuan A (Pelet
komersil), B (Pelet komersil + tepung ampas kelapa 10%), C (Pelet komersil +
tepung ampas kelapa 20%) dan D (Pelet komersil + tepung ampas kelapa 30%).
Parameter yang diamati yaitu laju pertumbuhan (pertumbuhan mutlak dan harian),
efisiensi pakan, identifikasi dan kelimpahan fitoplankton serta parameter
pendukung yaitu kualitas air. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa pada parameter
laju pertumbuhan (pertumbuhan mutlak dan harian) serta efisiensi pakan perlakuan
D berbeda nyata dengan perlakuan A, B, dan C. Akan tetapi perlakuan A, B dan C
tidak berbeda nyata. Kesimpulan yang didapat bahwa penggunaan tepung ampas
kelapa dengan jumlah maksimal 20% tidak memberikan pengaruh terhadap laju
pertumbuhan dan efisiensi pakan pada ikan bandeng.

Kata kunci: Pertumbuhan, Ampas kelapa, Ikan bandeng

Pendahuluan memiliki nilai ekonomis yang tinggi,


ikan bandeng termasuk sumber
Ikan bandeng (Chanos chanos) protein hewani dengan kandungan
merupakan salah satu komoditas protein 24,18% dan lemak 0,85%
perairan payau yang potensial untuk (Hafiludin, 2015).
dibudidayakan, disebabkan Pada kurun waktu empat tahun
permintaan pasar yang cukup tinggi terakhir produksi ikan bandeng di
karena harga relatif stabil serta Provinsi Lampung mengalami
pemeliharaannya yang mudah. Selain peningkatan. Hasil produksi ikan
1
E-mail: mutiasariwinny@yahoo.co.id
2
Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung, Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedongmeneng, Bandar Lampung, 35145

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


684 Tepung Ampas Kelapa pada Ikan Bandeng

bandeng sejak tahun 2012 sampai film dan alat tulis. Sedangkan bahan
2015 sebanyak 5.795,34 ton; 6.235,88 yang digunakan yaitu ikan bandeng,
ton; 6.404,39 ton; dan 8.413,73 ton lugol, pellet komersil dan
(Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. tepungampaskelapa
Lampung, 2015). Kolam berukuran 5 x 3 x 2 m
Penyediaan benih dan pakan yang akan digunakan dikeringkan.
yang memadai baik secara kualitas Kemudian kapur dolomit ditebar
maupun kuantitas diperlukan dalam dengan dosis 100 g/m2 lalu dipupuk
usaha budidaya ikan bandeng demi menggunakan pupuk NPK dengan
meningkatkan produksi ikan. Pakan dosis 15 g/m2. Waring ukuran 1 x 1 x
harus mengandung nutrisi yang sesuai 1,5 m dipasang di dalam kolam sesuai
dengan kebutuhan ikan seperti dengan perlakuan lalu kolam diisi air.
protein, lemak, karbohidrat, mineral Apabila air telah berwarna kehijauan,
dan vitamin (Kordi, 2009). benih ikan dimasukkan ke dalam
Ampas kelapa adalah salah satu kolam dengan padat tebar 30
limbah pertanian yang dapat ekor/waring.
digunakan sebagai campuran bahan Ampas kelapa di oven selama 24
baku pakan ikan melalui proses jam pada suhu 60oC untuk
penepungan. Hasilujilaboratorium, menurunkan kadar air kemudian
kandungan nutrisi tepung ampas digiling menjadi tepung. Bahan baku
kelapa yaitu protein 5,8%, lain seperti pellet komersil dengan
karbohidrat 37,5%, lemak 16,4%, dan kandungan protein 41% yang telah
serat kasar 31,7%. Selain mudah dihancurkan dan tepung tapioka
diperoleh, penggunaan tepung ampas disiapkan. Tiap bahan baku ditimbang
kelapa dalam campuran pakan ikan sesuai dengan yang diperlukan dalam
diharapkan dapat mengurangi perlakuan.Bahan baku tersebut
penggunaan bahan baku pakan yang dicampur untuk kemudian ditambah-
ketersediaanya terbatas dan mahal. kan air 10% dan diaduk hingga
homogen. Bahan yang telah homogen
Metode dicetak dengan mesin pencetak pelet.
Pelet yang sudah jadi dikeringkan
Penelitian ini dilaksanakan pada menggunakan oven untuk selanjutnya
bulan Januari sampai dengan Maret dilakukan uji proksimat. Pelet siap
2017 bertempat di Desa Purworejo, diberikan pada ikan uji.
Kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten Benih ikan bandeng yang
Lampung Timur. digunakan berasal dari Desa
Alat yang digunakan dalam Purworejo Kabupaten Lampung
penelitian ini yaitu kolam beton Timur dengan ukuran 5 – 7 cm
ukuran 5 x 3 x 2m3, mesin penepung, dengan padat tebar 30 ekor/waring.
oven, mesin pencetak pakan, waring Pemeliharaan dilakukan selama 60
ukuran 1 x 1 x 1,5 m, timbangan hari dengan pemberian pakan tiga kali
digital, DO meter, pH meter, sehari yaitu pada pukul 08.00, 12.00
termometer, refraktometer, spektro- dan 16.00 WIB dengan feeding rate
fotometer, cuvet, tabung reaksi, (FR) 5%. Dalam pemeliharaannya
penggaris, planktonnet, ember dilakukan pergantian air sebanyak
plastik, pipet tetes, scoopnet, botol

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


Winny Mutiasari, Limin Santoso, Deny Sapto Chondro Utomo 685

30% dari volume air kolam setiap 7 parameter pendukung berupa kualitas
hari. air.
Data yang diperoleh dalam
Sampling terhadap bobot benih penelitian dianalisis dengan
ikan bandeng dilakukan setiap 10 hari menggunakan analisis Sidik Ragam
sekali. Sampling bertujuan untuk (Anova) pada tingkat kepercayaan
mengetahui pertambahan bobot benih 95%. Apabila didapatkan hasil yang
ikan bandeng dan kelimpahan berbeda nyata, maka dilakukan uji
fitoplankton. lanjut dengan uji Duncan pada tingkat
Pengukuran kualitas air meliputi kepercayaan 95%.
suhu, salinitas, pH, amoniak (NH3)
dan DO yang dilakukan pada awal Hasil dan Pembahasan
dan akhir pemeliharaan. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui kualitas Pertumbuhan Mutlak
air optimal bagi pertumbuhan benih Pertumbuhan mutlak ikan
ikan bandeng selama penelitian. bandeng (Chanos chanos) dimana
Dalam penelitian ini parameter pengukuran awal dilakukan pada hari
yang diamati antara lain pertumbuhan ke-1 dan pengukuran terakhir pada
bobot mutlak, pertumbuhan bobot hari ke-60. Grafik nilai pertumbuhan
harian, efisiensi pakan, identifikasi mutlakikan bandeng (Chanos chanos)
dan kelimpahan fitoplankton serta dapat dilihat pada Gambar 1.

14.00 11,34 ± 0,52


11,15 ± 0,38 10,66 ± 0,57
Pertumbuhan Bobot

12.00
10.00 8,24 ± 0,33
Mutlak (g)

8.00
6.00
4.00
2.00 a a a b
0.00
A B C D
Perlakuan
Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Mutlak Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Pada grafik di atas didapatkan kelapamemberikan hasil yang


hasil pertumbuhan bobot mutlak ikan berbeda nyata dengan pemberian
bandeng tertinggi adalah ikan pelet komersil + 0%, 10% dan 20%
bandeng yang diberi pakan uji A tepung ampas kelapa. Akan
(Kontrol) sebesar 11,34 ± 0,52 g tetapipemberian pelet komersil + 0%,
sedangkan hasil terendah didapatkan 10% dan 20% tepung ampas kelapa
pada ikan bandeng yang diberi pakan memberikan hasil yang tidak berbeda
uji D (Pelet komersil + 30% ampas nyata. Kandungan nutrisi pakan uji
kelapa) sebesar 8,24 ± 0,33 g. dapat dilihat pada Tabel 1.
Berdasarkan hasil analisis sidik
ragam (Annova) dilanjutkan dengan
uji Duncan, menunjukkan bahwa
pelet komersil + 30% tepung ampas

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


686 Tepung Ampas Kelapa pada Ikan Bandeng

diperlukan untuk pemeliharaan


tubuhnya.Secara umum batas
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Pakan toleransi ikan terhadap kandungan
Uji serat dalam pakan sebesar 8%.
No
Kandungan KodeSampel Kandungan serat yang melebihi batas
Nutrisi A B C D
1 Air 10,32 9,50 8,44 8,23
maksimal akan menurunkan nilai gizi
2 Abu 8,30 7,59 7,50 7,23 pakan. Penurunan nilai gizi tersebut
3 Protein 29,38 26,91 26,09 22,48 disebabkan sebagian besar zat-zat
4 Lemak 6,68 8,68 11,32 14,06
5 Serat kasar 3,51 5,58 6,06 8,29
makanan keluar dalam proses
6 Karbohidrat 41,63 41,73 41,48 39,69 ekskresi sebelum diserap usus (Cho et
7 GE (kkal/g)* 3980,03 4033,81 4169,8 4207,81 al, 1985 dalam Riana, 2016).

Hal ini disebabkan kandungan Laju Pertumbuhan Harian


nutrisi pada pakan uji A lebih baik Pertumbuhan harian ikan
daripada pakan uji lainnya. Menurut bandeng (Chanos chanos) diukur
lovell (1989), pertumbuhan ikan selama 60 hari. Grafik nilai rerata
dapat terjadi jika jumlah nutrisi pakan pertumbuhan harian ikan bandeng
yang dicerna dan diserap oleh ikan (Chanos chanos) dapat dilihat pada
lebih besar dari jumlah yang Gambar 2.

0,184 ± 0,0058
Pertumbuhan Bobot Harian

0.200 0,179 ± 0,00390,176 ± 0,0038

0,131 ± 0,0021
0.150
(g/hari)

0.100

0.050 a
a a b
0.000
A B C D
Perlakuan
Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Harian Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Pada grafik di atas didapatkan ikan bandeng mengalami penurunan


hasil laju pertumbuhan bobot harian seperti pada pakan uji D.Berdasarkan
tertinggi yaitu pada ikan bandeng hasil analisis sidik ragam (Annova)
yang diberi pakan uji A (Kontrol) dan dilanjutkan dengan uji Duncan
sebesar 0,184 ± 0,0058 g sedangkan terhadap laju pertumbuhan harian
laju pertumbuhan harian terendah ikan bandeng menunjukkan bahwa
terdapat pada ikan bandeng yang pelet komersil + 30% tepung ampas
diberi pakan uji D (Pelet komersil + kelapamemberikan hasil yang
30% ampas kelapa) sebesar 0,131 ± berbeda nyata dengan pemberian
0,0021 g. pelet komersil + 0%, 10% dan 20%
Dengan bertambahnya jumlah tepung ampas kelapa. Akan tetapi
komposisi ampas kelapa dalam pakan pemberian pelet komersil + 0%, 10%
menyebabkan pertumbuhan harian dan 20% tepung ampas

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


Winny Mutiasari, Limin Santoso, Deny Sapto Chondro Utomo 687

kelapamemberikan hasil yang tidak formulasinya belum mengandung


berbeda nyata. sumber nutrien yang tepat dan
Hal ini sesuai dengan pendapat lengkap bagi ikan tersebut.
Wiadnya et al. (2000), lambatnya laju
pertumbuhan diduga disebabkan dua Efisiensi Pakan
factor utama, yaitu kondisi internal Efisiensi pakan ikan bandeng
ikan sehubungan dengan kemampuan (Chanos chanos) diukur selama 60
ikan dalam mencerna dan hari. Grafik nilai efisiensi pakan ikan
memanfaatkan pakan untuk bandeng (Chanos chanos) dapat
pertambahan bobot tubuh serta dilihat pada Gambar 3.
kondisi eksternal yaitu pakan yang

50.00
41.79 ± 0,29 41.70 ± 0.21 41.29 ± 0,17
Efisiensi Pakan (%)

40.00

30.00 35.83 ± 0,44

20.00

10.00
a a a b
0.00
A B C D
Perlakuan
Gambar 3. Grafik Efisiensi Pakan Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Pada grafik di atas didapatkan pemberian pelet komersil + 0%, 10%


hasil efisiensi pakan tertinggi terdapat dan 20% tepung ampas
pada ikan bandeng yang diberi pakan kelapamemberikan hasil yang tidak
uji A (kontrol) sebesar 41,79% berbeda nyata.
sedangkan efisiensi pakan terendah Menurut Wulandari (2016), nilai
terdapat pada ikan bandeng yang efisiensi pakan berhubungan dengan
diberi pakan uji D (Pelet komersil + laju pertumbuhan. Semakin tinggi
30% ampas kelapa) sebesar 35,83%. laju pertumbuhan maka semakin
Perlakuan D memiliki rentang nilai besar pertambahan berat tubuh ikan
efisiensi pakan yang cukup jauh dan nilai efisiensi pakannya. Efisiensi
dibandingkan dengan ketiga pakan yang mengandung protein
perlakuan yang digunakan selama tinggi lebih baik dibandingkan
pemeliharaan (Perlakuan A, B dan dengan pakan yang mengandung
C).Berdasarkan hasil analisis sidik protein rendah. Efisiensi pakan yang
ragam (Annova) dilanjutkan dengan rendah diduga karena tidak
uji Duncan, menunjukkan bahwa optimalnya kemampuan ikan dalam
pelet komersil + 30% tepung ampas mencerna dan mengabsorbsi pakan
kelapamemberikan hasil yang akibat dari tidak sesuainya kebutuhan
berbeda nyata dengan pemberian nutrien dalam pakan.
pelet komersil + 0%, 10% dan 20%
tepung ampas kelapa. Akan tetapi

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


688 Tepung Ampas Kelapa pada Ikan Bandeng

yaitu 7. Hal ini berarti derajat


Identifikasi dan Kelimpahan keasaman (pH) pada kolam masih
Fitoplankton dalam kisaran optimal bagi ikan
Hasil identifikasi dan kelimpahan bandeng. Nilai derajat keasaman ini
fitoplankton pada kolam dianggap layak untuk budidaya
pemeliharaan ikan bandeng (Chanos bandeng karena menurut
chanos) diamati setiap 10 hari sekali Purnamawati (2002), pH yang baik
selama 60 hari. Jenis fitoplankton untuk kehidupan ikan berkisar 6,5 – 9
yang ditemukan dalam kolam dan kisaran ini merupakan kadar
pemeliharaan ikan bandeng (Chanos optimum untuk pertumbuhan ikan.
chanos) dapat dilihat pada Tabel 2. Salinitas optimal untuk ikan
bandeng berkisaran antara 0 – 35 ppt.
Tabel 2. Kelimpahan Plankton Pada kolam budidaya ikan bandeng
No Jenis fitoplankton
Jumlah salinitas yang didapatkan berkisar
(sel/l)
1. Toxarium undulatum 5040
antara 11 – 12 ppt. Hasil tersebut
2. Neostreptotheca subindica 2400 merupakan kisaran optimal, hal ini
3. Fragillariopsis 1800 didukung oleh pendapat Ismail
pseudonanase
4. Striatella unipunctata 1320
(1992), apabila terdapat peningkatan
salinitas sampai 38 ppt berpengaruh
Kualitas Air terhadap pertumbuhan ikan bandeng.
Dalam suatu budidaya, kualitas Suhu air dalam kegiatan
air merupakan salah satu faktor budidaya bandeng di kolam
penunjang untuk menentukan pemeliharaan ini berkisar antara 27 –
keberhasilan budidaya tersebut. 28oC. Kisaran optimal untuk ikan
Pengelolaan kualitas air ini bertujuan bandeng menurut Ismail (1992) yaitu
untuk mempertahankan kualitas air antara 25 – 30oC. Perubahan suhu
dan memberikan kondisi media hidup yang mendadak dapat menyebabkan
yang optimal bagi pertumbuhan ikan. kematian pada ikan meskipun kondisi
lingkungan lainnya optimal.
Tabel 1. Nilai Kualitas Air Budidaya Nilai dari oksigen terlarut yang
Ikan Bandeng (Chanos didapat sebesar 6,15 – 6,28 ppm, hal
chanos) ini dianggap optimal karena sesuai
Perlakuan Nilai dengan pendapat Boyd (1982) dalam
Parameter
A B C D Optimum Yunita (2015) bahwa kandungan DO
Suhu (oC) 27 – 28 27 – 28 27 – 28 27 – 28 25 – 30a (Dissolved Oxygen) di perairan yang
pH 7 7 7 7 6,5 – 9b
Salinitas dapat ditolerir oleh organisme akuatik
11 – 12 11 – 12 11 – 12 11 – 12 0 – 35a terutama fitoplankton adalah tidak
(ppt)
DO (ppm) 6,15 6,23 6,19 6,28 ≥5c kurang dari 5 mg/l. Kelimpahan
Amoniak
0,11 0,19 0,25 0,28 0,1 – 0,3d fitoplankton berkaitan dengan tingkat
(ppm)
Sumber : a Ismail (1992) kesuburan suatu perairan.
b Purnamawati (2002) Kelimpahan fitoplankton ini
c Boyd (1982) dalamYunita (2015)
d Jenie dan Rahayu (1993) dalam
dipengaruhi oleh faktor abiotik
Marlina (2004) seperti DO atau kandungan oksigen
terlarut. Menurut Jenie dan Rahayu
Selama masa pemeliharaan (1993) dalam Marlina (2004),
didapatkan hasil pengamatan pH konsentrasi amonia yang tinggi pada

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


Winny Mutiasari, Limin Santoso, Deny Sapto Chondro Utomo 689

permukaan air akan menyebabkan (Osphronemus gouramy).


kematian ikan yang terdapat pada Universitas Lampung [Skripsi].
perairan tersebut. Kadar amonia Dinas Kelautan dan Perikanan
dikolam bandeng sebaiknya tidak Provinsi Lampung. 2015. Produksi
lebih dari 0,1 ppm – 0,3 ppm. Kadar Tambak Menurut Jenis Ikan dan
amonia yang tinggi akan mematikan Kabupaten/Kota. Dinas Kelautan
ikan di kolam pembesaran. Makin dan Perikanan Provinsi Lampung,
tinggi suhu dan pH air maka makin Lampung.
tinggi pula konsentrasi NH3. Hafiludin. 2015.Analisis Kandungan
Gizi Pada Ikan Bandeng yang
Kesimpulan dan Saran Berasal dari Habitat yang Berbeda.
Jurnal Kelautan 8(1)
Berdasarkan penelitian yang Ismail, A. 1992. Budidaya Ikan
telah dilakukan dapat disimpulkan Bandeng (Chanos chanos) Sistem
bahwa penambahan tepung ampas Penggelondongan dan Pem-
kelapa dalam pakan dengan jumlah besaran di Tambak. Penebar
maksimal 20% tidak berpengaruh Swadaya, Jakarta.
terhadap laju pertumbuhan dan Kordi, G. 2009. Budidaya Perairan.
efisiensi pakan ikan bandeng (Chanos Citra Aditya Bakti. Bandung.
chanos). Namun apabila penambahan Lovell, T. 1989. Nutrition and
melebihi jumlah maka dapat Feeding Fish. AVI Book. Van
menghambat pertumbuhan ikan Nostrannd Reinold, New York.
bandeng (Chanos chanos). Dalam Prabandani, N. 2004.
Komposisi Pakan Buatan Untuk
Daftar Pustaka Meningkatkan Pertumbuhan dan
Kandungan Protein Ikan Tawes
Boyd, C.E. 1982. Water Quality (Puntius javanicus Blkr.). Jurnal
Management for Pond Fish ISSN: 1411-321X.
Culture. Elsevier Scientific Marlina, N. dan A. Surayah.2004.
Publishing Company, Amsterdam, Komposisi Kimia Beberapa Bahan
New York dalam Yunita, E., Limbah Pertanian dan Industri
S.R.P. Maresi, dan Priyanti. 2015. Pengolahan Hasil Pertanian.
Fitoplankton Sebagai Bioindikator Prosiding Temu Teknis Nasional
Saprobitas Perairan di Situ Tenaga Fungsional Pertanian.
Bulakan Kota Tangerang. Jurnal Purnamawati. 2002. Peranan Kualitas
Biologi 8(2) Air Terhadap Keberhasilan
Cho, C.Y., C.B. Cowey, dan R. Budidaya Ikan di Kolam. Warta
Wanatabe. 1985. Finfish Nutition Penelitian Perikanan Indonesia 8
in Asia. Methodological Approach (1)
Research Centre, Ottawa dalam Wiadnya, D.G.R., H. Kartikaningsih,
Riana, H. 2016. Evaluasi Nilai dan Y. Suryanti. 2000. Periode
Nutrisi Tepung Daun Lamtoro Pemberian Pakan Yang
Gung (Leucaena leucocephala) Mengandung Kitin untuk Memacu
Yang Difermentasi Dengan Cairan Pertumbuhan dan Produksi Ikan
Rumen Kambing Terhadap Gurame (Osphronemus gouramy
Performa Ikan Gurami

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


690 Tepung Ampas Kelapa pada Ikan Bandeng

Lac). Jurnal Penelitian dan


Perikanan 6.
Wulandari, E.T. 2016. Kajian Tingkat
Kecernaan Pakan Ikan Berbasis
Tepung Biji Lamtoro Gung
(Leucaena Leucocephala)
Terfermentasi Pada Ikan Nila Gift
(Oreochromis Sp). Universitas
Lampung. [Skripsi].

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai