TINJAUAN TEORI
2. Etiologi
Terjadinya masalah pada kaki diawali adanya hiperglikemia pada
penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada
pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati akan mengakibatkan berbagai
perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya
perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan mempermudah
terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi inilah yang
menyebabkan terjadinya infeksi lebih mudah merebak dan menjadi infeksi
yang luas. Berikut adalah etiologi bakteri yang sering ditemukan pada
diabetic foot-ulcer. (Sarwono Waspadji,2006)
Sejumlah peristiwa yang dapat mengawali kerusakan kaki pada
penderita diabetes sehingga meningkatkan risiko kerusakan jaringan antara
lain :
a. Luka kecelakaan
b. Trauma sepatu
c. Stress berulang
d. Trauma panas
e. Iatrogenik
f. Oklusi vaskular
g. Kondisi kulit atau kuku
3. Klasifikasi
Stadium wagner digunakan untuk merencanakan tindakan komunikasi
antar tim dan memprediksi hasil perawatan. Adapun stadium wagner
dalam Muhartono & Sari (2017):
a. Stadium 0 yaitu tidak ada lesi tetapi tetap beresiko. Kulit dalam
keadaan baik, tetapi dengan bentuk tulang kaki yang menonjol atau
disebut charcot athropatik.
b. Stadium 1 yaitu ulkul superfisial, terlokalisasi. Hilangnya lapisan kulit
hingga dermis dan kadang-kadang tampak tulang benjolan.
c. Stadium 2 yaitu ulkus dalam, disertai selulitis tanpa abses/kelainan
tulang.
d. Stadium 3 yaitu ulkus dalam disertai kelainan kulit dan abses luas
hingga ke tendon.
e. Stadium 4 yaitu gangrene sebagian hanya pada ibu jari kaki/tumit, kulit
sekitas selulitis dan gangrene lembab/kering.
f. Stadium 5 yaitu gangrene seluruh kaki dalam kondisi jaringan mati.
4. Patofisiologi
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan
mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi
glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes
Mellitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi insulin.
Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu.
Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam
sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon
insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah
menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi
hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang
batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi
hiperglikemi maka ginjal tidak bias menyaring dan mengabsorbsi sejumlah
glukosa dalam darah.
Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua
kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan
keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut
poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan
merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus
menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya
transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan
simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena
digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan
merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut
poliphagia.
Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan
asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau
asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh
berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine
dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis
ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma
diabetik (Price,1995).
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Singh, Pai & Yahhau (2013), perawatan standar untuk luka
kaki diabetes idealnya diberikan oleh tim multidisiplin dengan memastikan
kontrol glikemik, perfusi yang adekuat, perawatan luka lokal dan
debridement biasa, off-loading kaki, pengendalian infeksi dengan antibiotik
dan pengelolaan komorbiditas yang tepat. Pendidikan kesehatan pada
pasien akan membantu dalam mencegah luka kaki diabetik dan
kekambuhan.
a. Pencucian luka (cleansing)
b. Debridement
c. Dressing
d. Off-loading
e. Terapi medis
f. Terapi adjuvant
g. Manajemen bedah yang terdiri dari 3 yaitu, wound closure (penutupan
luka), revacularization surgery, dan amputasi.
7. Komplikasi
a. Akut
1) Hipoglikemia dan hiperglikemia
2) Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit
jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah
kapiler).
3) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil,
retinopati, nefropati.
4) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf
otonom berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler
(Suddarth and Brunner, 1990).
b. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
1) Neuropati diabetic
2) Retinopati diabetic
3) Nefropati diabetic
4) Proteinuria
5) Kelainan koroner
6) Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul adalah sebagai berikut:
a. Kerusakan intergitas jaringan berhubungan dengan diabetes mellitus.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan diabetes mellitus.
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan diabetes
mellitus.
3. Intervensi
DIAGNOSA TUJUAN DAN
NO INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Kerusakan intergitas Setelah dilakukan Pressure Management and
jaringan berhubungan tindakan keperawatn Wound Care
dengan diabetes selama 3x30 menit 1. Monitor luka (MUNGS)
mellitus. diharapkan kerusakan
Batasan integritas kulit berkurang
Karakteristik: dengan kriteria hasil: 2. Lakukan perawatan luka steril
a. Kerusakan a. Ketebalan dan tekstur 3. Pilih dressing yang membuat
jaringan (mis. jaringan normal luka moist
kornea, membrane b. Tidak ada tanda-tanda 4. Pilih debridement sesuai
mukosa, integument infeksi kondisi luka
atau subkutan. c. Luka menuju granulasi 5. Balut luka tidak kencang dan
d. Perfusi jaringan baik tidak longgar
e. Kulit lembab sekitar 6. Anjurkan memakai pakaian
luka yang longgar
f. Nilai MUNGS menurun 7. Tebalkan area yang tertekan
8. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk meningkatkan makanan
tinggi protein dan rendah gula.
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan Infection Protection and Control
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. Monitor tanda-tanda infeksi
diabetes mellitus. selama 3x30 menit dan nilai leukosit
Faktor Resiko: diharapkan tidak terjadi 2. Gunakan universal precaution
a. Penyakit Kronis infeksi dengan kriteria 3. Bersihkan luka dengan sabun
(DM, obesitas) hasil: antiseptik
b. Penngetahuan tidak a. Tidak ada tanda dan 4. Bilas dengan NaCl
cukup untuk gejala infeksi
menghindari pajanan b. Leukosit dbn 5. Keringkan dengan kasa steril
pathogen c. Menunjukkan PHBS 6. Pakai handscon steril
c. Petahanan tubuh d. Luka
tidak adekuat bergranulasi/epitelisasi 7. Perawatan luka steril
(kerusakan integritas
kulit, trauma 8. Batasi pengunjung
jaringan)
d. Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh
sekunder
e. Vaksinasi yang tidak
adekuat
f. Pemajanan terhadap
pathogen
g. Prosedur invasif
h. Malnutrisi
3. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Peripheral Sensation
perfusi jaringan perifer tindakan keperawatan Management
berhubungan dengan selama 3x24 jam 1. Monitor adanya daerah
diabetes mellitus. diharapkan perfusi tertentu yang kurang peka
Batasan jaringan perifer terhadap panas/dingin,
Karakteristik: meningkat dengan kriteria tajam/tumpul
a. Perubahan fungsi hasil: 2. Monitor adanya parestesia
motorik a. Adanya sensasi & suhu 3. Monitor CRT & saturasi
b. Perubahan di perifer oksigen
karakteristik kulit b. CRT < 3detik 4. Ukur ABI
(warna, rambut c. ABI > 0,9
elastisitas, kuku, d. Parestesia berkurang 5. Kolaborasi; trombolitik
sensasi, suhu)
c. ABI > 0,9
d. Perubahan tekanan
darah di ekstremitas
e. CRT >3detik
f. Klaudikasi, edema
g. Kelambatan
penyembuhan luka
perifer
h. Penurunan nadi
i. Nyeri ekstremitas