Anda di halaman 1dari 7

Nama : Sigit Heriadi

Nim : SNR162110026
M.Kuliah : Keperawatan Gerontik

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DAN PROGRAM NASIONAL


KESEHATAN PADA LANSIA

A. Komunikasi Terapeutik pada Lansia


1. Pengertian Komunikasi Teraupetik
Komunikasi merupakan suatau hubungan atau kegiatankegiatan yang
berkaitan dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebaagai saling
tukar-menukar pendapat serta dapat diartikan hubungan kontak antara
manusia baik individu maupun kelompok (Widjaja dalam buku Aspiani
2014) Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan
meningkatkan kontak dengan orang lain (Bandiyah, 2009). Komunikasi
yang biasa dilakukan pada lansia bukan hanya sebatas tukar-menukar
perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dan hubungan intim yang
terapeutik.
2. Komunikasi pada Lansia
Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik,
psikologi, (lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan
ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping itu juga memerlukan
pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.
a. Ketrampilan komunikasi
Listening / Pendengaran yang baik yaitu :
1) Mendengarkan dengan perhatian telinga kita.
2) Memahami dengan sepenuh hati, keikhlasan dengan hati yang jernih.
3) Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jernih kita.
b. Teknik komunikasi dengan lansia
1) Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik
Kecepatan dan tekanan suara yang tepat dengan menyesuaikan pada
topik pembicaraan dan kebutuhan lansia,berbicara dengan lansia
yang dimensia dengan pelan.tetapi berbicara dengan lansia
demensia yang kurang mendengar dengan lebih keras hati-hati
karena tekanan suara yang tidak tepat akan merubah arti
pembicaraan,pertanyaan yang tepat kurang pertanyaan yang lansia
menjawab ya atau tidak. Berikan kesempatan orang lan untuk
berbicara hindari untuk mendominasi ,pembicara sebaiknya
mendorontg lansia untuk berperan aktif ,Merubah topik
pembicaaraan dengan jitu menggunakan objek sekitar untuk topik
pembicaraan bila lansia tidak interest lagi.
2) Teknik Nonverbal Komunikasi
a) Perilaku : ramah tamah, sopan dan menghormati, cegah supaya
tidak acuh tak acuh, perbedaan.
b) Kontak mata : jaga tetap kontak mata
c) Expresi wajah : mereflexsikan peraaan yang sebenarnya.
d) Postur dan tubuh : mengangguk, gerakan tubuh yang tepat,
meletakan kursi dengan tepat. Sentuhan : memegang tangan,
menjbat tangan.
3) Teknik untuk Meningkatkan Komunikasi dengan Lansia
a) Memulai kontak saling memperkenalkan nama dan berjabat
tangan.
b) Bila hanya menyentuh tangannya hanya untuk mengucapaka
pesan-pesan verbal dan merupak metode primer yang non
verbal.
c) Jelaskan tujuan dari wawancara dan hubungan dengan intervensi
keperawatan yang akan diberikan.
d) Mulai pertanyaan tentang topik-topik yang tidak mengancam.
e) Gunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengar yang
efektif.
f) Secara periodic mengklarifikasi pesan
g) Mempertahankan kontak mata dan mendengar yang baik dan
mendorong untuk berfokus pada informasi
h) Jangan berespon yang menonjolkan rasa simpati.
i) Bertanya tentang keadaan mental merupakan pertanyaan yang
mengancam dan akan mengakiri interview.
j) Minta ijin bila ingin bertanya secara formal.
4) Lingkungan wawancara
a) Posisi duduk berhadapan
b) Jaga privasi
c) Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam
d) Kurangi keramaian dan berisik
e) Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan
menjaga kita mengekspresikan diri kita sendiri efek dari
kmunikasi adalah pengaruh timbal balik seperti cermin.
3. Hambatan Komunikasi pada Lansia
Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia
akan tergannggu apabila ada sikap agresif dan sikap nonasertif
a. Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya di tandai dengan prilaku-
prilaku di bawah ini:
1) Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
2) Meremehkan orang lain
3) Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
4) Menonjolkan diri sendiri
5) Mempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan
maupun tindakan
b. Non Asertif
Tanda tanda dari non aserti ini adalah
1) Menarik diri bila di ajak berbicara
2) Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
3) Merasa tidak berdaya
4) Tidak berani mengungkap keyakinaan
5) Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
6) Tampil diam (pasif)
7) Mengikuti kehendak orang lain
8) Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik
dengan orang lain.
Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang
wajar seiring dengan menurunya fisik dan pskis klien namun sebagai
tenaga kesehatan yang professional perawat dituntut mampu mengatasi
hambatan tersebut untuk itu perlu adanya teknik atau tip-tip tertentu yang
perlu di perhatikan agar komunikasi berjalan gengan efektif anatara lain.
a. Selalu mulai komunokasi dengan mengecek pendengeran klien
b. Keraskan suara anda jika perlu
c. Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar dia
dapat melihat mulut anda
d. Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi yang
baik. Kurangi gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya
pencahayaan yang cukup.
e. Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat
kelemahannya. Jangan menganggap kemacetan komunikasi merupakan
hasil bahwa klien tidak kooperatif.
f. Jangan berharap untuk berkomunikasi denagn cara yang sama dengan
orang yang tidak mengalami jangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai
partner yang tugasnya memfasilitasi klien untuk mengungkapkan
perasaan dan pemahamannya.
g. Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakan
kalimat pendek dengan bahasa yang sederhana.
h. Bantulah kata-kata anada dengan isyarat visual.
i. Serasikan bahasa tubuh anda denagn pembicaraan anda, misalnya
ketika melaporkan hasil tes yang di inginkan, pesan yang menyatakan
bahwa berita tersebut adalah bagus seharusnya di buktikan dengan
ekspresi, postur dan nada suara anda yang menggembirakan (misalnya
denagn senyum, ceria atau tertawa secukupnya).
j. Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.
k. Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan anda.
l. Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya secara langsung,
tahan keinginan anda menyelesaikan kalimat.
m. Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit
mendengarkanya.
B. Program Nasional Kesehatan pada Lansia
Adapun program kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia yang
diperuntukkan khusunya bagi lansia adalah JPKM yang merupakan salah satu
program pokok perawatan kesehatan masyarakat yang ada di puskesmas
sasarannya adalah yang didalamnya ada keluarga lansia. Perkembangan
jumlah keluarga yang terus menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang
berisiko tentunya menurut perawat memberikan pelayanan pada keluarga
secara professional. Tuntutan ini tentunya membangun “ Indonesia Sehat
2025 “ yang salah satu strateginya adalah Jaminan Pemeliharan Kesehatan
Masyarakat (JPKM). Dengan strategi ini diharapkan lansia mendapatkan
yang baik dan perhatian yang selayaknya
Kewajiban pemerintah tersebut tertuang jelas di dalam Undang-Undang
No.13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia. Pada pasal 5, dituliskan
delapan hak para lansia yang harus dipenuhi pemerintah berkaitan dengan
kesejahteraan sosialnya. Diantaranya mendapatkan perlindungan social,
bantuan social dan pelayanan kesehatan. Sebagai wujud nyata pelayanan
sosial dan kesehatan pada kelompok usia lanjut ini, pemerintah telah
mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan
kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia, pelayanan kesehatan
lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat
lanjutan adalah Rumah Sakit.
1. Posyandu Lansia
Pos Pelayanan Terpadu (Psyandu) Lansia adalah suatu wadah
pelayanan kesehatan bersumber daya masyarakat (UKMB) untuk melayani
penduduk lansia, yang proses pembentukan dan pelayanannya dilakukan
oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Lintas
Sektor Pemerintah dan Non-Pemerintah, swasta, lembaga sosial, dan lain-
lain, dengan menitikberatkan pelayanan masyarakat pada upaya promotif
dan preventif. Di samping pelayanan kesehatan, posyandu lansia juga
memberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, keterampilan, olah raga,
seni budaya, dan pelayan lain yang dibutuhkan oleh para lansia dengan
tujua meningkatkan kualitas hisup melalui peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan. Selain itu posyandu lansia membantu lansia agar dapat
membantu lansia beraktifitas dan mengembangkan potensi diri.
2. Puskesmas Santun Lansia
Puskesmas yang menyediakan ruang khusus untuk melakukan
pelayanan bagi kelompk usia lanjut yang meliputi pelayanan kesehatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi. Ciri-ciri Puskesmas Santun
Lansia yaitu pelayanannya secara pro-aktif, baik, berkualitas, sopan,
memberikan kemudahan dalam layanan kesehatan kepada lansia,
memberikan keringanan/ penghapusan biaya pelayanan bagi lansia yang
tak mampu, memberikan berbagai dukungan dan dukungan dan bimbingan
kepada lansia dalam memelihara dan meningkatkan kesehatam melalui
kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor.
3. Tujuan Program Kesehatan Lansia
Arah, Strategi Pembangunan dan Pemberdayaan Lansia Lanjutan
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lansia tidak potensial
meliputi:
a. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual
b. Pelayanan kesehatan
c. Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam pengguanaan fasilitas,
sarana dan prasarana umum
d. Perberian kemudahan dalam layanana dan bantuan hukum
e. Perlindungan sosial strategi yang diupayakan dalam upaya menigkatkan
kesejahteraan lansia mengacu pada:
f. Pendekatan Siklus hidup
g. Meliputi semua aspek
h. Terpadu, melibatkan lintas program dan lintas sektor
i. Perberdayaan masyarakat dan keluarga tantangan yang dihadapi:
j. Penyakit degenaeratif semakin banyak
k. Penyakit degeneratif perlu biaya besar
l. Masih kurangnya pengetahuan generasi muda tentang masalah
kesehatan untuk menjadi lansia sehat
m. Anggapan masyarakat bahwa lansia identik dengan penyakit dan
ketiakberdayaan

Sumber :

Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. jakarta: Trans


Info Media.
Bandiyah, S. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogjakarta: Nuha
Medika.
Fallen, R., & Budi Dwi, R. (2010). Catatan Kuliah Keperawatan Komunitas.
Yogyakarta: Nuha medika.

Anda mungkin juga menyukai