Anda di halaman 1dari 8

Hukum Waris Adat

Harta Warisan Suami Yang Poligami

Nama: Apriana Alriska Amarani


Nim: 010001600048
Nama Dosen: Dr. Endang Pandamdari, SH. CN. MH
Kata Pengantar

Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada ibu Dr. Endang Pandamdari, SH. CN. MH
yang telah membimbing saya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan. Saya berharap
semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun
demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
A. Kasus Posisi:
1. Seorang pria, La Daru, menikah dengan wanita Ino Upe, yang kemudian
mempunyai anak: I Sube. Perkawinan ini berakhir dengan perceraian.
2. La Daru kawin lagi dengan wanita asal Jambi, I Bengnga, (istri kedua), yang
melahirkan tiga orang anak yaitu: 1. Siti, 2. Jaya, 3. Alimudin.
3. Beberapa tahun kemudian La Daru nikah lagi dengan wanita lainnya yaitu Besse
Rawe, yang melahirkan anak bernama: Baso.
4. Selama dalam perkawinan ini diperoleh sejumlah harta berupa rumah, beberapa
bidang tanah pertanian, perkebunan, pabrik beras, dan harta benda lainnya.
5. Selama itu La Daru, hidup bersama dua orang istrinya yaitu:
a. Istri tua: I bengnga beserta 3 orang anaknya: 1. Siti, 2. Jaya dan 3. Alimudin.
b. Istri muda: Besse Rawe beserta anaknya: Baso.
Di samping itu memelihara I Sube, anak dari istri pertamanya yang dicerai: Ino
Upe.
6. Dalam perkawinannya dengan istrinya I Bengnga, di Jambi, La Daru juga
memperoleh sejumlah harta berupa rumah dan tanah yang berada di Jambi.
7. Pada tahun 1968, pria La Daru yang hidupnya beristri dua orang wanita (I
Bengnga dan Besse Rawe) tersebut di atas meninggal dunia.
8. La Daru almarhum, meninggalkan:
a. Anak (yang lahir dari istri pertama yang dicerai: Ino Upe) bernama: I Sube.
b. Istri kedua: I Bengnga beserta tiga orang anaknya: 1. Siti, 2. Jaya, 3.
Alimudin.
c. Istri ketiga: Besse Rawe beserta anaknya bernama: Baso.
Di samping meninggalkan anak dan kedua istri yang sah tersebut, maka La Daru
juga meninggalkan harta warisan, berupa sejumlah tanah pertanian, tanah kebun,
perumahan dan pabrik beras di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.
9. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya janda La Daru, yang bernama Besse Rawe,
menjual pabrik beras harta peninggalan almarhum suaminya (La Daru) kepada
seorang pedagang bernama: Kadir.
10. Mendengar jual-beli pabrik beras (yang merupakan harta peninggalan almarhum
suaminya La Daru tersebut) antara Besse Rawe dengan Kadir, maka I Bengnga
tidak dapat menerima penjualan harta warisan La Daru tersebut.
11. Karena melalui musyawarah tidak dapat menyelesaikan masalah harta warisan La
Daru almarhum, maka melalui penasihat hukumnya, I Bengnga, sebagai
penggugat mengajukan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri Sengkang, terhadap
para tergugat:
a. Besse Rawe (janda/istri ketiga dari La Daru almarhum).
b. Kadir (orang yang membeli pabrik beras dari Besse Rawe).
c. Baso (anaknya Besse Rawe).
d. I Sube (anaknya istri pertama).
e. Siti, 6. Jaya, 7. Alimudin (anaknya I Bengnga, untuk patuh pada putusan
hakim).
12. Dalam gugatan perdata ini, penggugat I Bengnga menuntut:
a. Harta sengketa merupakan harta warisan (peninggalan) dari almarhum La
Daru.
b. Penggugat, I Bengnga adalah janda dari almarhum La Daru berhak mewarisi
harta wairsan dari almarhum La Daru, seperti ahli waris lainya.
13. Menyatakan batak demi hukum jual-beli pabrik beras yang merupakan harta
warisan La Daru antara penjual Besse Rawe dengan pembeli: Kadir.
14. Menghukum tergugat 2 (Kadir) atau siapa saja yang memperoleh hak darinya,
untuk menyerahkan pabrik beras (harta sengekta) kepada penggugat yang
selanjutnya dibagi kepada para ahli waris La Daru.
15. Menghukum tergugat 1 (Besse Rawe) atau siapa saja yang memperoleh hak
darinya untuk menyerahkan harta warisan lainnya kepada penggugat untuk
kemudian dibagikan kepada para ahli waris almarhum La Daru (penggugat beserta
semua anaknya La Daru almarhum).
16. Subsidair, mohon putusan lain yang adil dan patut sesuai dengan hukum yang
berlaku.
17. Menghadapi gugatan konpensi dari penggugat I Bengnga tersebut di atas, maka
tergugat I Besse Rawe (istri ketiga) mengajukan gugatan Balasan (rekonpensi)
mengenai harta peninggalan La Daru almarhum dengan I Bengnga yang berbeda
dan terletak di provinsi Jambi yang dituntut agar harta warisan La Darualmarhum
yang berada di Provinsi Jambil yang dituntut agar harta warisan La Daru
almarhum yang berada di Provinsi Jambi ini juga dibagikan kepada semua ahli
warisnya La Daru almarhum (semua janda dan semua anak).

B. Pengadilan Negeri:
1. Hakim pertama yang mengadili perkara ini dalam putusannya memberikan
pertimbangan hakim yang pokoknya sebagai berikut:
a. Terbukti di persidangan bahwa penggugat (I Bengnga) adalah janda dari
almarhum La Daru dan harta berupa pabrik beras dan tanahnya 3 ha adalah
harta peninggalan almarhum La Daru yang telah dijual kepada tergugat 2
(Kadir) oleh tergugat 1 (Besse Rawe).
b. Jual beli harta sengketa antara tergugat 1 dengan tergugat 2, harus dibatalkan
dan objek sengketa ini harus dikembalikan kepada tergugat 1 (Besse Rawe).
Dan selanjutnya harta ini dibagi-bagikan dengan masing-masing (tergugat 1
dan tergugat 2 mendapat bagiannya).
c. Persoalannya sekarang ini, siapa saja yang berhak menikmati objek sengketa
yang tersebut di atas?
d. Penggugat terbukti berstatus janda dari almarhum La Daru. Tergugat 1 juga
janda dan istri ke 3 dari La Daru pada waktu dibelinya harta sengketa tersebut.
Jadi harta warisan objek sengketa ini adalah merupakan harta bersama antara
almarhum La Daru dengan para istrinya tersebut yakni penggugat (I Bengnga)
dan tergugat 1 (Besse Rawe).
2. Menurut hukum dan asas kepatutan dalam masyarakat maka pembagian “harta
bersama” itu adalah sebagai berikut:
a. Penggugat mendapat ¼ bagian dan tergugat 1 mendapat ¼ bagian, yang
seluruhnya adalah ½ bagian.
b. Sisanya yang ½ bagian jatuh kepada jandanya Cq. Penggugat dan tergugat ke
3 (ananya Besse Rawe) serta tergugat 4 (anaknya Ino Upe) dan tergugat 5, 6,
dan 7 (anaknya penggugat I Bengnga).
3. Berdasar atas pertimbangan di atas ini, maka tergugat 1 (wanita Besse Rawe)
harus menyerhkan ¾ bagian dari harta sengketa yitu:
a. Seperempat (1/4) bagian jatuh kepada penggugat sebagai bagian dari harta
bersama.
b. Setengah (1/2) bagian sebagian warisan dan dibagi bersama antara penggugat
dan tergugat 3-4-5-6-7 (anaknya almarhum La Daru) yang masing-masing
memperoleh: 1/6 x 1/2 = ½ bagian dari keseluruhan objek harta sengketa.
4. Karena objek harta sengketa sulit dibagi maka akan diperhitungkan nilainya
barang, lalu kemudian dibagi-bagi.
5. Karena tergugat 3 s.d. 7 tidak menguasai harta sengketa, maka mereka ini harus
menaati putusan ini.
6. Mengenai gugatan balasan (rekonpensi), karena objek harta sengketa terletak di
luar kompetensi relatif pengadilan negeri si dengkang (lokasinya harta di
Sumatera/Jambi), maka tuntutan penggugat rekonpensi atas objek sengketa
tersebut, harus dinyatakan tidak dapat diterima.
7. Berdasar atas pertimbangan yang pokoknya dikutip di atas, akhrinya hakim
pengadilan negeri di Sengkang, Kabupaten Wajo, sulawesi Selatan memberikan
putusan yang intinya diktum sebagai berikut:
Dalam Gugat Konpensi:
a. Menolak eksepsi tergugat dan,
b. Mengabulkan gugatan pokok:
1. Menyatakan objek sengketa adalah harta peninggalan almarhum La Daru.
2. Menyatakan penggugat adalah janda dari almarhum La Daru dan tergugat
3 s.d. tergugat 7 adalah anak-anaknya almarhum La Daru yang berhak
mewarisi harta peninggalan almarhum La Daru.
3. Membatalkan jual-beli objek sengketa (pabrik beras) antara tergugat 1
dengan tergugat 2 dan menyerahkan kembali kepada tergugat ke 1 untuk
dibagi waris.
4. Menghukum tergugat 1 atau siapa saja yang memperoleh hak darinya harta
sengketa, untuk menyerahkan:
Tiga perempat ¾ bagian atau nilainya kepada penggugat dan selanjutnya
penggugat lalu membagi sebagai berikut:
Setengah (1/2) bagian untuk dirinya penggugat dan anak-anak (tergugat 3
s.d. tergugat 7) selaku ahli waris almarhum La Daru.
5. Menghukum tergugat 3 s.d. 7 untuk menaati putusan ini.
Dalam Gugatan Rekonpensi:
Menolak gugatan rekonpensi ini.
C. Pengadilan Tinggi:
Hakim banding pada pengadilan tinggi Sulawesi Selatan yang mengadili perkara ini
dalam tingkat banding dalam putusannya berpendapat bahwa pertimbangan dan
putusan hakim pertama dinilai sudah benar dan diambil alih sebagai pertimbangan
dari pengdilan tinggi sendiri. Karena itu hakim banding memberi putusan:
Menguatkan Keputusan Hakim Pengadilan Negeri si Sengkang tersebut di atas.

D. Mahkamah Agung RI:


1. Putusan pengadilan tinggi tersebut di atas ditolak oelh tergugat 1 dan mengajukan
pemeriksaan kasasi.
2. Mahkamah Agung yang mengadili perkara ini di dalam putusannya berpendirian
bahwa putusan judex facti pengadilan tinggi yang menguatkan putusan hakim
pengadilan negeri dinilai salah menerapkan hukum, sehingga harus dibatalkan dan
selanjutnya Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara ini..
3. Pendirian Mahkamah Agung ini dilandasi oleh pertimbangan hukum yang
intisarinya sebagai berikut:
a. Putusan judex facti pertimbangan hukumnya saling bertentangan satu sama
lain. Pada satu segi hakim pertama membenarkan bahwa harta sengketa adalah
merupakan harta bersama yang diperoleh bersama antara La Daru almarhum
dengan istrinya ke 3 (tergugat 1). Namun di lain pihak, judex facti
mengikutkan penggugat (istri ke 2, I Bengnga) untuk ikut berhak atas harta
bersama antara istri ke 3 dengan La Daru almarhum.
b. Harta sengketa terbukti merupakan harta bersama antara La Daru dengan
istrinya ke 3, Besse Rawe, tergugat 1.
c. Sesuai dengan Ketentuan Pasal 35 jo 37 Undang-Undang Perkawinan No.
1/1974 dikaitkan dengan yurisprudensi tetap Mahkamah Agung, telah
ditentukan bahwa dalam perkawinan poligami, maka masing0masing harta
bersama antara si suami dengan masing-masing istrinya itu harus dipisahkan
dan berdiri sendiri-sendiri.
d. Harta bersama yang diperoleh si suami La Daru dengan istrinya ke 2: I
Bengnga harus dipisahkan dengan: harta bersama yang diperoleh oleh si suami
La Daru dengan istrinya ke 3, Besse Rawe. Masing-masing harta bersama
menjadi hak masing-masing istri-istrinya dengan anak-anaknya.
4. Cara menerapkan ketentuan tersebut adalah sebagai berikut:
Apabila suami meninggal dunia, maka harta bersama antara si suami dengan
masing-masing istrinya dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Setengah (1/2) bagian menjadi hak istri jatuh kepada istri.
b. Setengah (1/2) bagian lainnya menjadi hak suami (yang karena meninggal)
jatuh pada “harta warisan” bagi seluruh ahli waris (termasuk janda-janda dan
seluruh anak-anaknya).
5. Dalam kasus ini, harta sengketa telah terbukti merupakan harta bersama antara La
Daru almarhum dengan istrinya yang ke 3 (tergugat 1) Basse Rawe. Dengan
demikian penyelesaiannya kasus sengketa ini menurut hukum dan keadilan
sebagai berikut: harta bersama dibagi menjadi dua bagian:
a. Setengah (1/2) bagian menjadi hak tergugat 1.
b. Setengah (1/2) bagian menjadi hak bagian La Daru almarhum, menjadi harta
tirkah La Daru yang dibagi waris antara penggugat (I Bengnga) dengan
seluruh ahli waris.
6. Mengenai gugatan balasan (rekonpensi) karena gugatan ini tidak memenuhi syarat
formil kompetisi relatif pengadilan negeri maka harus dinyatakan tidak dapat
diterima.
7. Berdasarkan pertimbangan yang intisarinya dikutip di atas, akhrinya Mahkamah
Agung memberikan putusan:
Mengadili:
Membatalkan:
Putusan pengadilan tinggi sulawesi selatan yang menguatkan putusan pengadilan
negeri di Sengkang.
Mengadili sendiri:
a. Mengabulkan gugatan penggugat pada bagian petitum subsidair.
b. Menyatakan objek sengketa adalah harta bersama (harta cakara) antara La
Daru dengan tergugat 1 (Besse Rawe), sehingga setengah (1/2) bagian menjadi
haknya tergugat 1, sedangkan setengah (1/2) baguan lainnya menjadi haknya
seluruh ahli waris dari La Daru almarhum.
c. Menyatakan batal demi hukum perikatan jual-beli objek snegketa antara
tergugat 1 dengan tergugat 2.
d. Menolak gugatan selebihnya,
e. Menolak gugat rekonpensi.
f. Dst......................................dst.......................................dst.

E. Catatan:
Dari putusan Mahkamah Agung RI tersebut di atas dapat diangkat “abstrak hukum”
sebagai berikut:
1. Seorang pria yang mempunya istri lebih dari seorang wanita (poligami), maka
“harta bersama” yang diperoleh si suami dengan masing-masing istrinya itu harus
dipisahkan satu sama lain, dalam arti harta bersama yang diperoleh dengan istri
pertama, harus dipisahkan dengan harta bersama yang diperoleh dengan istri
kedua, demikian yang diperoleh dengan istrinya ketiga, dst. Bilaman si suami
meninggal dunia, maka harta bersama dengan istri pertama dibagi menjadi dua
bagian yaitu:
a. Setengah (1/2) bagian menjadi hak istri pertama.
b. Setengah (1/2) bagian menjadi hak si suami almarhum yang kemudian jatuh
kepada semua ahli warisnya (para janda-janda dengan seluruh anak-anaknya).
Cara pembagian semacam ini berlaku pula pada harta bersama dengan istri kedua
istri ketiga dst.
2. Gugatan rekonpensi yang tidak memenuhi syarat formil kompetensi relatif
pengadilan negeri, maka gugatan ini harus dinyatakan tidak dapat diterima.
Pengadilan Negeri di Sengkang:
No. 2/Pts/Pdt/G/1988/PN.Skg, tanggal 20 Oktober 1988.

Pengadilan tinggi Sulawesi Selatan:


No. 408/Pdt/1989/PT.Uj.Pdg, tanggal 26 Oktober 1989.

Mahkamah Agung RI:


No.1112.K/Pdt/1990, tanggal 28 April 1993.
Majelis terdiri dari para Hakim Agung: Yahya, SH selaku Ketua Sidang, didampingi
Anggota: Kohar Hari Soemarno, SH dan M. Yahya Harahap, SH.

Anda mungkin juga menyukai