STOMA CARE
DI RUANG PERINATOLOGI RUMAH SAKIT LAVALETTE
MALANG
Disusun oleh:
Kelompok 1
A. Tujuan
I. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan, diharapkan keluarga pasien Ruang
Perinatologi Rumah Sakit Lavalette memahami tentang cara merawat stoma.
2
C. Metode Penyuluhan
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
D. Media
a. Lembar bolak-balik
b. Leaflet
E. Kegiatan Penyuluhan
Tahapan dan
No Kegiatan pendidikan Kegiatan peserta
Waktu
1. 5 menit Petugas menyiapkan daftar Peserta penyuluhan mengisi
sebelum acara hadir, ruangan, dan tempat untuk daftar hadir dan duduk ditempat
dimulai peserta penyuluhan yang disediakan
2. Pendahuluan Pembukaan:
3. Pelaksanaan Pelaksanaan:
kegiatan
1. Menggali pengetahuan 1. Menjelaskan apabila
15 menit sasaran penyuluhan mengetahui tentang cara
merawat stoma
3
tentang cara merawat
stoma care
2. Menjelaskan materi 2. Mendengarkan materi
meliputi: penyuluhan yang
a. Pengertian stoma disampaikan.\
b. Jenis-jenis stoma
c. Komplikasi stoma
d. Penatalaksanaan post
operasi dan stoma
care
3. Memberikan kesempatan 3. Peserta penyuluhan
peserta untuk mengajukan pertanyaan
mengajukan pertanyaan mengenai materi yang
mengenai materi yang belum dipahami.
disampaikan dan
memvalidasi tentang apa
yang sudah disampaikan.
4. Menjawab pertanyaan 4. Mendengarkan dan
yang dijawab oleh memperhatikan jawaban
peserta penyuluhan. penyaji mengenai
5. Memberikan pertanyaan peserta
reinforcement positif atas penyuluhan
audiens yang aktif.
4. Penutup Evaluasi:
5 Menit
4
1. Menjelaskan kembali 1. Peserta penyuluhan
materi yang telah menjawab pertanyaan yang
disampaikan. diajukan oleh penyaji.
2. Penyaji menyimpulkan 2. Peserta penyuluh
materi yang telah mendengarkan kesimpulan
disampaikan materi yang disampaikan.
3. Tim penyuluh 3. Peserta penyuluhan
membagikan leaflet menerima leaflet
kepada peserta
penyuluhan
F. Pengorganisasian
1. Pembimbing Akademik :
G. Job Description
1. Penyaji
5
2. Fasilitator
I. Kriteria Evalusi:
1. Kriteria Struktur
a) Kontrak waktu dan tempat diberikan 2 hari sebelum acara dilakukan
b) Pengumpulan SAP 2 hari sebelum pelaksanaan penyuluhan
c) Peserta hadir pada tempat yang telah ditentukan
d) Penyelenggara penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa bekerjasama dengan Ruang
Rawat Perinatologi Rumah Sakit Lavalette, Kota Malang.
e) Pengorganisasian penyelenggaraan
2. Kriteria Proses
a) Acara dimulai tepat waktu
b) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c) Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
d) Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan
e) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA
f) Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
6
3. Kriteria hasil
a) Peserta yang datang ± 2 orang atau lebih
b) Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan pemateri
c) Peserta mampu menjawab dengan benar 75% dari pertanyaan penyuluh.
7
MATERI PENYULUHAN
A. Anatomi Colon
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Usus ini merupakan saluran yang berhubungan dengan ileum dan berakhir di
anus. Panjangnya sekitar 1,5 m, diameternya ± 6,3 cm, pH nya 7,5-8. Fungsi utama
organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon terdiri dari kolon
menanjak (ascending), kolon melintang (transverse), kolon menurun (descending),
kolon sigmoid, dan rektum. Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon
melintang sering disebut dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering
disebut dengan "kolon kiri".
Fungsi usus besar:
1. Mengabsorbsi 80%-90% air dan elektrolit dari kimus yang tersisa dan mengubah
kimus dan cairan menjadi massa semipadat.
2. Memproduksi kimus.
3. Mengeksresikan zat sisa dalam bentuk feses.
Usus besar dibedakan menjadi:
B. Pengertian Stoma
Stoma adalah lubang terbuka dari suatu saluran berrongga yang menghubungkan
saluran tersebut dengan permukaan kulit, seperti ileostomi, kolostomi, dan urotomi
(Grace & Borley, 2006). Stoma adalah lubang buatan pada abdomen untuk
mengalirkan urine atau faeces keluar dari tubuh. Pembuatan stoma ini sering
bersamaan melalui operasi pembukaan dinding perut (laparotomi) dengan insisi di atas
garis tengah perut (midline incision). Keberadaan stoma ini sangat penting karena
merupakan pengganti lubang anus sebagai saluran pembuangan sementara atau bahkan
permanen seumur hidup.
Pada stoma yang berfungsi dengan baik, kotoran akan keluar dari lubang stoma
masuk ke kantong stoma (kolostomi bag). Namun tidak jarang kantong stoma bocor
karena kurang rapat yang menyebabkan iritasi kulit di sekitar stoma bahkan sampai
menyebabkan kontaminasi luka operasi laparotomi. Agar stoma dapat berfungsi
dengan baik dan luka operasi laparotomi dapat cepat sembuh maka perlu perawatan
yang baik dan benar paska operasi.
C. Jenis-jenis Stoma
1. Colostomy (Lubang buatan di usus besar)
Colostomy berasal dari kata kolon yang artinya usus besar dan stoma yang
artinya mulut diartikan disini sebagai mulut yang dibuat dari usus besar dan lebih
dikenal sebagai anus buatan. Kolostomi dikerjakan / dibuat pada keadaan :
a. Kanker usus besar terletak pada kolon rectum distal (kurang 5 cm dari batas anus)
b. Kanker genitalia yang sudah mengenai otot anus
c. Kanker usus besar yang terlambat dioperasi walaupun terletak dari 5 cm diatas anus
Jenis – Jenis Kolostomi
9
2. Ileostomi
Tindakan bedah membuat suatu opening antara usus halus dengan dinding
abdomen yang biasanya berasal dari ileum distal atau bahkan lebih proximal dari usus
halus. Limbah usus keluar dari ileostomi dan dikumpulkan dalam suatu sistem
pouching eksternal menempel di kulit. Ileostomi biasanya diletakkan di atas pangkal
paha di sisi kanan perut.
3. Urostomy (Lubang buatan di kandung kemih)
D. Indikasi Stoma
Terdapat beberapa indikasi untuk dilakukannya pembuatan stoma. Secara umum,
ostomi dilakukan pada kasus dimana tidak dimungkinkannya untuk melakukan
anasomose usus secara langsung dengan berbagai alasan, atau ditakutkan adanya resiko
kegagalan pada sambungan usus, pada kasus dimana tidak terdapat usus pada bagian
distal seperti pada pasien pasca reseksi abdominoperineal. Indikasi untuk dilakukan
ostomi, yaitu cancer, diverticular disease, inflamatory bowel disease-ulcurative colitis,
crohn’s disease, radiation enteritis, complex perirectal, rectovaginal, or rectourethtal
fistulas, trauma, obstruction, perforation, motality and functional disorder including
idiopathic megarectum and megacolon, infection-necrotizing facilities, fournier’s
gangrene, congenital disorder-imperforate anus, hirschsprung’s disease, necrotizing
enterocolitis, intestinal atresias.
E. Komplikasi Stoma
1. Ciri-ciri stoma sehat
a. Berwaran merah muda
b. Lembab
c. Tidak nyeri
d. Dapat “Bergerak”
10
2. Ciri-ciri stoma yang komplikasi
a. Komplikasi stoma ( kolap, perdarahan, diare berlebihan, feses jadi mirip pita, sulit
buang air besar dan platus).
b. Obstruksi intestinal atau konstipasi
c. Kolaps sekmen proksimal
d. Perdarahan
e. Peningktan defekasi (BAB)
f. infeksi
g. Gangguan pada kulit disekitar stoma ditandai dengan adanya erithema, maserasi,
kemerahan, ulserasi dan melepuh
3. Komplikasi
Komplikasi yang biasanya terjadi pada pasien dengan pemasangan kolostomi yaitu :
a. Obstruksi/ penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya
pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan,
pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan kolostomi
permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat melakukannya sendiri
di kamar mandi.
b. Infeksi
Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi struktur penyokong
stoma yang kurang adekuat pada saat pembedahan.
11
e. Stenosis
Penyempitan dari lumen stoma
f. Perdarahan stoma
a. Perawatan rutin untuk pasien post operative. Monitor tanda vital dan intake dan
output, meliputi drainase lambung dan lainnya dari drain luka. Kaji perdarahan dari
insisi abdomen dan perineal, kolostomi, atau anus. Evaluasi komplikasi luka yang
lainnya, dan pertahankan integritas psikologi.
b. Monitor bising usus dan derajad distensi abdomen. Manipulasi pembedahan dari
usus menghentikan peristaltik, menyebabkan ileus. Adanya bising usus dan pasase
flatus indikasi kembalinya peristaltik.
c. Sediakan obat pengurang nyeri dan pemeriksaan rasa nyaman, seperti perubahan
posisi. Klien yang mengalami nyeri postoperatif adekuat ditangani pemulihan lebih
cepat dan mengalami beberapa komplikasi.
d. Kaji status pernafasan, sangga abdomen dengan selimut atau bantal untuk
membantu batuk. Pemotongan kanker kolorektal dengan anastomosis usus atau
kolostomi adalah bedah mayor abdominal. Perawatan untuk mengurangi nyeri,
pertahankan fungsi pernafasan yang adekuat, dan cegah komplikasi pembedahan.
e. Kaji posisi dan patensi NGT, persambungan suction. Bila selang terlipat/sumbat,
irigasi dengan gentle / hati-hati dengan normal saline steril. NGT digunakan
postoperatif untuk dekompressi gastroinestinal dan fasilitasi penyembuhan dari
anastomosa. Memastikan kelancaran penting untuk rasa nyaman dan penyembuhan
klien.
f. Kaji warna, jumlah, dan bau drainase dan kolostomi (bila ada), catat berbagai
perubahan atau adanya bekuan atau perdarahan berwarna merah terang. Drainase
dapat berwarna merah terang dan kemudian gelap dan akhirnya bersih atau hijau
kekuningan setelah 2 – 3 hari pertama. Perubahan warna; jumlah; atau bau dari
drainase dapat mengindikasikan komplikasi seperti perdarahan, sumbatan usus, atau
infeksi.
g. Perhatian bagi seluruh personal perawatan dengan klien reseksi
abdomminoperitoneal untuk menghindari pemasangan temperatur rektal,
suppositoria, atau prosedur rektal lainnya. Prosedur ini dapat merusak garis jahitan
anal, menyebabkan perdarahan, infeksi, atau gangguan penyembuhan.
12
h. Pertahankan cairan intravena ketika masih dilakukan suction naso gastrik. Klien
dengan suction NGT tidak mampu untuk makan dan minum peroral dan, selebihnya,
kehilangan elektrolit dan cairan melalui NGT. Bila tidak dilakukan penggantian
cairan dan elektrolit, klien berisiko dehidrasi; ketidakseimbangan sodium, potasium,
dan chloride; dan alkalosis metabolik.
i. Pemberian antasid, antagonis histamin2-reseptor, dan terapi antibiotik dianjurkan.
Tergantung pada prosedur yang dilakukan. Terapi antibiotik untuk mencegah
infeksi akibat dari kontaminasi rongga abdominal dengan isi dari usus.
j. Pemberian cairan dan makanan oral dianjurkan.makanan dapat berupa cairan, dan
kemudian diberikan sering dan porsi sedikit. Monitor bising usus dan monitor
distensi abdomen sesering mungkin selama periode ini. Oral feeding dilakukan
kembali perlahan-lahan untuk meminimalkan distensi abdomen dan trauma
terhadap garis jahitan.
k. Anjurkan ambulasi. Merangsang peristaltik.
l. Mulai pengajaran dan perencanaan pulang. Konsultasikan dengan ahli diet untuk
instruksi diet dan menu; beri penguatan pengajaran. Ajarkan klien tengang
kemungkinan komplikasi postoperatif, seperti abses abdominal atau sumbatan usus.
Ajarkan klien tentang tanda-tanda dan gejala komplikasi ini dan cara
pencegahannya.
m. Nutrisi pada pasien stoma. Pasien stoma harus menghindari makanan yang
mengandung gas, makanan yang dapat menimbulkan diare juga harus diidentifikasi,
dan menghindari makanan yang melembekkan feces. Nutrisi pada pasien ileostomi
harus menghindari makanan tinggi serat, harus banyak minum min. 8 gelas – 2 liter
/hari, dan menjaga keseimbangan elektrolit. Adapun nutrisi pada pasien Urostomi
harus menghindari makanan berbau, dan banyak minum air putih.
2. Stoma care.
Perawatan stoma sama halnya dengan perawatan luka operasi lainnya. Tidak
sulit namun perlu kesabaran dan ketekunan serta sedikit tips agar stoma dan luka
operasi dapat sembuh dengan baik. Tujuan dilakukan perawatan stoma ini supaya
terlindungi dari kontaminasi dan mencegah terjadinya infeksi. Langkah-langkah
perawatan stoma adalah sebagai berikut :
13
b. Setelah peralatan sudah siap. Pakai hanscoon steril. Lalu buka kantong stoma pinset
terlebh dulu.
c. Dengan kassa basah bersihkan luka jahitan stoma terlebih dulu mengarah kelumen
stoma kolostomi. Evakuasi semua kotoran (feces) hingga bersih.
d. Setelah itu buka kassa penutup luka laparotomi. Bila plester terlalu kuat dapat
dibasahi dengan alkohol agar mudah dibuka dan tidak sakit.
e. Bersihkan luka operasi dan sekitarnya dengan kassa steril yang sudah dibasahi
dengan PZ mulai dari luka operasi ke arah tepi.
f. Dengan kassa basah lakukan penekanan pada luka agar bila ada pus dalam luka
dapat keluar. Penekanan dilakukan karena meskipun dari luar luka operasi tampak
kering, namun sering terdapat pus di dalamnya.
g. Apabila dirasa sudah cukup dan tidak ada pus yang keluar. Bersihkan dengan kassa
basah. Selanjutnya dikeringkan dengan memakai kassa steril.
h. Pada luka yang infeksius dan basah dapat diberikan antiseptik (Hemolok).
i. Pada luka dehisance/menggaung dan produksi pus masih banyak dapat digunakan
kassa basah untuk menyerap pus agar cepat kering.
j. Tutup luka operasi dengan kassa steril 2 sampai tiga lapis dan difiksasi dengan
plester. Penulis menyarankan memakai plester putih (hypafik) karena lebihkuat
daya rekatnya dan tidak menimbulkan alergi pada kulit.
k. Selanjutkan bersihkan kembali luka sekitar stoma dan keringkan dengan kassa.
Selanjutnya kantong stoma baru dapat dipasang.
l. Perawatan luka sebaiknya dilakukan sekali sehari. Bila luka masih tampak basah
sekali sebaiknya dilakukan 2-3 kali sehari sesuai kondisi luka operasi.
m. Jahitan luka laparotomi dapat diangkat pada hari ke 10 post op.
14
f. Pengeluaran feses agar tidak mengganggu pergerakan pasien
g. Berbagai jenis makanan bergizi yang harus dikonsumsi oleh ibu pasien
h. Berbagi hal/ keluhan yang harus dilaporkan segera pada dokter (jika pasiensudah
dirawat dirumah)
i. Berobat/kontrol ke dokter secara teratur
a. Meminta suster atau petugas kesehatan untuk menjelaskan mengenai segala hal
terkait kantung untuk stoma, seperti dimana membelinya, prosedur
pemakaiannya serta memahami bahasa yang tertera di kantung.
b. Mengosongkan kantung kolostomi sebelum terlalu penuh, hal ini untuk
menghindari kemungkinan meluap atau infeksi. Serta memperhatikan
pembuangan limbah dari kantung di toilet.
c. Keluarga mempraktikkan sendiri cara penggantian kantung kolostomi
sebelum anaknya meninggalkan rumah sakit.
d. Membilas stoma (kulit yang terbuka) secara lembut dengan air hangat
sebelum menempelkan kantung yang baru. Jika memilih menggunakan sabun,
maka pastikan bahwa sabun tersebut tidak diberi wewangian dan tanpa iritasi.
Lalu keringkan secara pelan-pelan dengan handuk lembut.
e. Menjaga daerah sekitar stoma (lubang buatan) agar tetap kering dan bersih.
Hal-hal yang harus diperhatikan keluarga yang merawat anak dengan stoma:
a. Keadaan stoma
1. Warna stoma (normal warna kemerahan)
2. Tanda-tanda perdarahan (perdarahan luka operasi)
3. Tanda-tanda peradangan (tumor, rubor, color, dolor, fungsi laese)
4. Posisi stoma
15
4. Apakah pasien dapat mengurus feces sendiri?
c. Timbul Gangguan rasa nyeri
16
DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHAN
MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN FKUB
10
11
17
DAFTAR HADIR MAHSISWA
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN FKUB
10
11
12
13
LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PENYULUHAN MAHASISWA
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Maret 2019
19
mengenai penanganan pertanyaan dengan
ansietas. benar dari penyuluh
minimal 75%
1. Menjelaskan materi
a. Pengertian
stoma
b. Jenis-jenis
stoma
c. Komplikasi
stoma
d. Penatalaksanaan
post operasi dan
stoma care
2. Memberikan
kesempatan peserta
penyuluhan untuk
mengajukan pertanyaan
mengenai materi yang
belum dipahami.
3. Menjawab
pertanyaan yang
diajukan peserta
penyuluhan
20
DAFTAR PUSTAKA
Nurachmah, Elly & Ratna S, Sudarsono. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC
Pierce A. Grace & Neil R. Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Setyorani, Dyah. 2007. Pemilihan Kantong Stoma yang Tepat Bagi Ostomate. Staf
Keperawatan Dasar FIK-UNPAD.
Smeltzer, Suzanne C., 2001 , Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner dan
Sudarth., Edisi 8 , EGC: Jakarta.
21