Anda di halaman 1dari 78

LAPORAN AKHIR

DEPARTEMEN KEPERAWATAN BEDAH


DI RUANG ZAMRUD RS LAVALETTE KOTA MALANG

Oleh:
Prima Mahartanto
NIM 180070300011008

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEPERAWATAN
Jalan Veteran Malang – 65145, Jawa Timur, Indonesia
Telp. (62)(0341) 569117, 567192 Ext. 125 – Fax (62)(0341) 564755
http://psik.fk.ub.ac.id e-mail: keperawatan.fk@ub.ac.id

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan, Asuhan Keperawatan, dan Resume Keperawatan ini dibuat dalam
rangka PRAKTIK DEPARTEMEN KEPERAWATAN BEDAH mahasiswa Pendidikan Profesi
Ners Universitas Brawijaya di Ruang Zamrud Rumah Sakit

Lavalette Kota Malang

Malang,
Mahasiswa

Prima Mahartanto
NIM 180070300011008

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Perceptor Klinik

( ............................................................ ) ( ............................................................ )
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN
MINGGU KE- 4 DI RUANG ZAMRUD RS LAVALETTE KOTA MALANG

Disusun Untuk Memenuhi Laporan Tugas Profesi


Departemen Bedah

Oleh:
Prima Mahartanto
NIM 180070300011008

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
Departemen Keperawatan Bedah

RENCANA KEGIATAN MINGGUAN

Departemen :Keperawatan Bedah Persepti :Prima Mahartanto


Periode : -Perceptor :................................................

Ruang : Ruang Zamrud RS Lavalette Minggu Ke : Empat

A. Target Yang Ingin di Capai


Dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dewasa selama 1 minggu (tanggal
– ):

1. Mampu melakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik.


2. Mampu menganalisis data yang didapatkan dari hasil pengkajian.
3. Mampu merumuskan prioritas diagnosa keperawatan.
4. Mampu menentukan tujuan dan kriteria hasil dari prioritas masalah.
5. Mampu membuat rencana intervensi keperawatan.
6. Mampu mengimplementasikan rencana keperawatan yang telah dibuat.
7. Mampu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap asuhan keperawatan yang telah
diberikan.
8. Mampu memenuhi keterampilan sesuai target kompetensi yang telah ditetapkan.

B. Rencana Kegiatan
TIK Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan
1 Melakukan asuhan keperawatan pada klien dewasa Hari ke
sesuai dengan kasus, meliputi: 1
 Komunikasi terapeutik.
 Pengkajian dan pemeriksaan fisik umum.
 Menganalisis data dari hasil pemeriksaan
penunjang.
 Menganalisis data dari hasil pengkajian dan
menetapkan diagnosa keperawatan.
 Menetapkan tujuan dan kriteria hasil dari prioritas
masalah.
 Menyusun rencana intervensi keperawatan
berdasarkan masalah yang muncul dan sesuai
dengan literatur.
 Mengimplementasikan rencana keperawatan yang
telah dibuat
2 Mengevaluasi setiap tindakan yang dilakukan dan Hari ke
evaluasi proses keperawatan secara keseluruhan. 1-6
Departemen Keperawatan Bedah

3 Mampu memenuhi keterampilan sesuai target yaitu Hari ke


dengan melakukan tindakan : 1-6
 Pengkajian awal terdiri dari: alergi, alasan masuk
RS, riwayat kesehatan (genogram).
 Pemeriksaan fisik (head to toe, B1-B6).
 Pemeriksaan neurologi dasar: GCS, pupil, fungsi
motorik, fungsi sensibilitas, fungsi saraf kranial,
tanda rangsang meningeal, tingkat keparahan
stroke dengan Skala NIHSS, tingkat kecacatan/
ketunaan dengan Skala Ranking, prognosis stroke
dengan Skala Orpington, skrining fungsi menelan
 Pemeriksaan dan analisa spirometri.
 Pengkajian psikososial dan ekonomi.
 Pengkajian risiko jatuh.
 Pengkajian status fungsional.
 Pengkajian tingkat nyeri (VAS/CPOT/NRS).
 Pengkajian skrining gizi.
 Pengkajian kebutuhan edukasi.
 Pengkajian kebutuhan discharge planning.
 Monitoring tanda perburukan fungsi pernafasan.
 Memberikan oksigen simple mask, rebreathing
mask, non-rebreathing mask, tracheostomy mask.
 Melakukan suctioning: nasotracheal,
oropharyngeal,
 nasopharyngeal, closed suction.
 Perawatan trakeostomi: perawatan tube,
membersihkan luka, ganti balutan.
 Perawatan WSD: ganti balutan, ganti botol,
membuang cairan.
 Fisioterapi dada.
 Postural drainage.
 Observasi pengukuran Incentive spirometry.
 Interpretasi rekaman EKG.
 Pemberian transfusi darah: mengecek instruksi,
mencocokan identitas, memberikan darah, monitor
selama pemberian, evaluasi reaksi transfusi.
 Monitoring dan evaluasi efektifitas stocking elastis.
 Menentukan kebutuhan resusitasi cairan pada
pasien luka bakar.
 Pemberian posisi kepala netral.
 Melakukan tatalaksana klien terpasang External
Ventrikular Drainage (EVD).
 Melakukan tatalaksana klien dengan peningkatan
tekanan intrakranial.
Departemen Keperawatan Bedah

 Perawatan Central line/Peripherally Inserted


Central Line (PICC) catheter.
 Melakukan tata laksana keperawatan klien yang
akan diberikan transfusi dan produk darah yang
membutuhkan observasi khusus.
 Perawatan AV shunt/ CDL.
 Mengukur CVP.
 Melakukan penekanan di area perdarahan pada
klien dengan radioterapi/ hemodialisis.
 Pemasangan tube feeding/nasogastrik pada klien
dengan kondisi kritis atau kondisi khusus.
 Memberikan nutrisi per oral pada pasien berisiko
tinggi.
 Memberikan nutrisi melalui tube
feeding/nasogastrik.
 Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan gula
darah.
 Melatih fungsi menelan pada klien dengan
disfagia.
 Pemberian nutrisi parenteral.
 Irigasi NGT.
 Memberikan makan secara oral pada klien post
tindakan brakhiterapi nasofaring.
 Pemasangan intermiten keteter.
 Pemasangan keteter urin/dower keteter laki-
laki/perempuan.
 Melakukan enema/peroral.
 Melakukan manual evakuasi feses.
 Perawatan sistostomi.
 Perawatan kolostomi.
 Monitoring dan evaluasi keseimbangan cairan.
 Melepas keteter menetap.
 Perawatan peritoneal dialisis.
 Perawatan klien hemodialisis.
 Irigasi keteter/bladder.
 Mengkaji risiko dekubitus (Skala Norton/ Skala
Braden).
 Melakukan perawatan kulit pada klien resiko tinggi.
 Melaksanakan alih baring dengan five pillow.
 Melakukan range of motion (ROM) pada kasus
pathologis.
 Melakukan ambulasi dengan alat bantu jalan.
 Melakukan perbuahan posisi dengan metode
logroll.
 Melatih klien berjalan dengan alat bantu: tongkat,
Departemen Keperawatan Bedah

walker.
 Melakukan mobilisasi pada klien paska operasi.
 Perawatan klien dengan traksi: skin traksi, skeletal
traksi, hallow traksi, kotrel traksi.
 Perawatatan eksternal immobilisasi: cast/ gips.
 Melatih mobilisasi pada klien paska amputasi.
 Melakukan penatalaksanaan posisi pada klien
gangguan jantung.
 Melatih mobilisasi pada klien dengan gangguan
jantung.
 Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi
masalah tidur.
 Melakukan penilaian skala nyeri.
 Melakukan hipnoterhapy/imajinasi terpimpin.
 Melakukan evaluasi pemberian relaksan.
 Melakukan pencegahan cidera selama klien tidur.
 Melakukan tindakan untuk penurunan distraksi
lingkungan.
 Memandikan klien dengan kondisi kritis/ luka
bakar.
 Monitoring dan evaluasi pencapaian pemenuhan
kebutuhan personal hygiene.
 Perawatan luka bakar grade II dan III/ steven
johnson/TEN.
 Pengkajian luka bakar (luas dan kedalaman).
 Perawatan luka ulkus gangrene.
 Melakukan pengkajian luka kronis.
 Perawatan luka / pin external fiksasi (Illizarov).
 Perawatan luka amputasi.
 Perawatan area penusukan pin (pin site care).
 Perawatan drain.
 Perawatan luka post operasi diameter > 5 cm.
 Perawatan luka operasi dengan dehiscene,
exudatif, infeksi, dan nyeri.
 Perawatan luka kanker dewasa atau anak dengan
perdarahan, high exudatif, infeksi, bau, dan nyeri.
 Perawatan luka percutaneus tube: gastrostomi,
neprostomi, trachesotomi, sistostomi, trans bilier
hepatic dengan infeksi, maserasi, eskoriasi.
 Perawatan luka simple fistula dengan high
exudatif, maserasi, eskoriasi.
 Perawatan luka kaki diabetik tanpa penyulit.
 Perawatan luka arterial dan venous ulcer dan
bandaging tanpa penyulit.
 Perawatan kulit post radiasi.
 Irigasi mata.
Departemen Keperawatan Bedah

 Irigasi telinga.
 Pemberian antipiretik.
 Monitoring suhu tubuh klien.
 Melakukan pengkajian ulang jatuh dengan skala
morse, humpty dumpty, time up dan Time Up and
Go.
 Melakukan edukasi klien yang berisiko jatuh tinggi.
 Melakukan tindakan pencegahan menciderai diri
dengan restrain fisik.
 Melakukan tindakan pencegahan mencederai diri
dengan restrain obat.
 Melakukan penatalaksanaan pemulangan klien
(edukasi kontrol, obat dan aktivitas).
 Perawatan terminal dengan pendekatan spiritual.
 Melakukan persiapan klien untuk tindakan radiasi
internal (ablasi).
 Melakukan persiapan klien untuk tindakan
implantasi.
 Melakukan pengelolaan paket alat selama
tindakan brakhiterapi: ginekologi dan head and
neck.
 Melakukan persiapan/monitoring klien selama
tindakan brakhiterapi: implantasi.
 Melakukan persiapan klien untuk tindakan radiasi
seluruh tubuh.
 Mendampingi klien selama simulasi : observasi
perdarahan dan aspirasi.
 Melakukan timbang terima klien ke perawat
ruangan.
 Melakukan observasi kesadaran.
 Melakukan pemeriksaan menggunakan tools:
MMSE (Mini Mental State Exam).
 Melakukan terapi kognitif.
 Melakukan persiapan klien paska operasi kasus
bedah syaraf.
 Melakukan persiapan klien paska angiografi.
 Pemberian obat melalui nasogastrik.
 Pemberian obat oral.
 Pemberian obat melalui nebulization.
 Pemberian obat melalui central line.
 Observasi pemberian obat Patient Controlled
Analgesia (PCA).
 Pemberian obat Metered Dose Inhaler (MDI)
dengan inhaler.
Departemen Keperawatan Bedah

 Pemberian obat non narcotic agents.


 Melakukan tindakan dengan menggunakan model
keperawatan kronis.

4 Memberikan edukasi kepada klien dengan Hari ke


mengaplikasikan model keperawatan kronis dengan 5 2-6
tahapan SAE.

5 Rencana Kegiatan Kelompok Hari ke


 Menentukan tema penyuluhan kelompok. 2-6
 Pembuatan SAP, alat bantu, dan media
penyuluhan.
 Melakukan konsultasi SAP, materi, alat bantu
penyuluhan.
 Melakukan kegiatan penyuluhan kelompok.

C. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan

D. Evaluasi Diri Praktikan

E. Rencana Tindak Lanjut

Malang,
Mengetahui
Perseptor Klinik Persepti
Ruang Zamrud RS Lavalette
Departemen Keperawatan Bedah

( ………………………………………) ( Prima Mahartanto)


LAPORAN PENDAHULUAN

MINGGU KE- 4 DI RUANG ZAMRUD RS LAVALETTE KOTA MALANG

Disusun Untuk Memenuhi Laporan Tugas Profesi


Departemen Bedah

Oleh:
Prima Mahartanto
NIM 180070300011008

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
(Luka Bakar/Combustio)

A. Definisi Combustio/ Luka Bakar


Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber
panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan oleh hantaran/radiasi electromagnet
(Brunner & Suddarth, 2002).
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontrak
dengan sumber panas seperti api, air, panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenajar,
2002).
Luka bakar adalah kerusakan pada kulit diakibatkan oleh panas, kimia atau radio
aktif (Wong, 2003).
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid (misalnya bubur
panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan luka bakar dan
menyebabkan kerusakan organ. Bahan kimia terutama asam menyebabkan kerusakan
yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang
menyebabkan gangguan proses penyembuhan. Lama kontak jaringan dengan sumber
panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu
kontak, semakin luas dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi (Moenadjat, 2003).
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kulit dengan
luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan
subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kontak dengan sumber
panas/penyebabnya. Kedalaman luka bakar akan mempengaruhi kerusakan/ gangguan
integritas kulit dan kematian sel-sel (Yepta, 2003).
Luka bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api langsung maupun tidak
langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia. Luka
bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air panas banyak
terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Sjamsuidajat, 2004)
Luka bakar yaitu luka yang disebabkan oleh suhu tinggi, dan disebabkan banyak
faktor, yaitu fisik seperti api, air panas, listrik seperti kabel listrik yang mengelupas, petir,
atau bahan kimia seperti asam atau basa kuat (Triana, 2007).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik bahan
kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam
(Kusumaningrum, 2008).
Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap, listrik, bahan
kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya berupa luka ringan
yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam nyawa yang membutuhkan
perawatan medis yang intensif (PRECISE, 2011)
Ada empat tujan utama yang berhubungan dengan luka bakar :
1. Pencegahan
2. Implementasi tindakan untuk menyelamatkan jiwa pasien – pasien luka bakar yang
3. Pencegahan ketidakmampuan dan kecacatan melalui penanganan dini , spesialistik
serta individual
4. Pemulihan atau rehabilitasi pasien melalui pembedahan rekontruksi dan program
rehabilitasi (brunner & suddarth vol 3:1912).

B. Epidemiologi
Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap
tahunnya. Dari kelompok ini, 200.000 orang pasien memerlukan penanganan rawat
jalan dan 100.000 orang pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar 12.000 orang meninggal
setiap tahunnya. Anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko tinggi
untuk mengalami luka bakar. Kaum remaja laki-laki dan pria dalam usia kerja juga lebih
sering menderita luka bakar (Smeltzer, 2001:1911). Di rumah sakit anak di Inggris,
selama satu tahun terdapat sekitar 50.000 pasien luka bakar dimana 6400 diantaranya
masuk ke perawatan khusus luka bakar. Antara tahun 1997-2002 terdapat 17.237 anak
di bawah 5 tahun mendapat perawatan di gawat darurat di 100 rumah sakit di amerika.
C. Etiologi Combustio/ Luka Bakar
Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung
maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada
kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun
bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab
terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:
1. Paparan api
Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan menyebabkan
cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian terlebih dahulu
baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk terbakar,
sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera
tambahan berupa cedera kontak.
Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka bakar
yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya antara
lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan
masak.
2. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama waktu
kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja
atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada
kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain
dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya
melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang
menandai permukaan cairan.
3. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap panas
menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi
oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan
cedera hingga ke saluran napas distal di paru.
4. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi jalan
nafas akibat edema.
5. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh. Umumnya luka
bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan percikan api dan
membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.
6. Zat kimia (asam atau basa)
7. Radiasi
8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.

D. Faktor Predisposisi
1. Kecelakaan kerja
2. Pemakaian kosmetik berbahan kimia berbahaya
3. Kelalaian saat bekerja
4. Akibat berjemur

E. Klasifikasi Combustio/ Luka Bakar


1. Berdasarkan penyebab:
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar:
a. Luka bakar derajat I (super ficial partial-thickness)
Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam
proses penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat
pertama tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat
gelembung gelembung yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak
mengandung pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna merah serta
hiperemis.
Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya
sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai
eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitivitas setempat. Luka derajat
pertama akan sembuh tanpa bekas.
b. Luka bakar derajat II (Deep Partial-Thickness)
Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa
reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka berwarna
merah atau pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri
karena ujung-ujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat II ada 2:
1) Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan yang mengenai bagian
superficial dari dermis, apendises kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea masih utuh. Luka
sembuh dalam waktu 10-14 hari.
2) Derajat II dalam (deep)
Kerusakan hampir seluruh bagian dermis.
Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
sebagian masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung
apendises kulit yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu
lebih dari satu bulan.
c. Luka bakar derajat III ( Full Thickness)
Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan
lapisan yang lebih dalam, apendises kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu
atau coklat, kering, letaknya lebih rendah
dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi protein
pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul
rasa nyeri. Penyembuhan lama karena tidak ada
proses epitelisasi spontan.
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
a. Luka bakar ringan/ minor
1) Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
2) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
3) Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka,
tangan, kaki, dan perineum.
b. Luka bakar sedang (moderate burn)
1) Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat
III kurang dari 10 %
2) Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa
> 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
3) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar berat (major burn)
1) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas
usia 50 tahun
2) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir
pertama
3) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
4) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan
luas luka bakar
5) Luka bakar listrik tegangan tinggi
6) Disertai trauma lainnya
7) Pasien-pasien dengan resiko tinggi.
4. Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh yang Terbakar

Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa metode
yaitu :
a. Wallace Rule of Nine (Adult)
1) Kepala dan leher : 9%

2) Lengan masing-masing 9% : 18%

3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%

4) Tungkai masing-masing 18% : 36%

5) Genetalia/perineum : 1%

Total : 100%
b. Rule of Nine (Child)
1) Kepala dan leher : 14%

2) Lengan masing-masing 9% : 18%

3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%

4) Tungkai masing-masing 16% : 32%

Total : 100%
c. Rule of Nine (Infant)
1) Kepala dan leher : 18%

2) Lengan masing-masing 9% : 18%

3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%

4) Tungkai masing-masing 14% : 28%

Total : 100%

Gambar ilustrasi Rule of Nine

d. Diagram

Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan diagram Lund
dan Browder sebagai berikut :
F. Fase

Combustio/Luka Bakar
1. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami
ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan
circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau
beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran
pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi
adalah penyebab kematian utama penderita pada fase akut. Pada fase akut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang
berdampak sistemik.
2. Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan:
a. Proses inflamasi dan infeksi.
b. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak
berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
c. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan
kontraktur.

G. Patofisiologi
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas
kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik.
Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit
dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang
dalam termasuk organ visceral dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik
atau kontak yang lama dengan burning agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat
terjadi.
Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya
kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air panas dengan suhu
sebesar 56.10 C mengakibatkan cidera full thickness yang serupa. Perubahan
patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal periode syok
luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder
akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta
hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang berat adalah
ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadi
perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruanga
interstisial.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume
darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya
volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan
darah. Sebagai respon, system saraf simpatik akan melepaskan ketokelamin yang
meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi
pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga 36 jam
pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam. Dengan
terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan
mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat.
Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan
terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan
obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. Komplikasi ini dinamakan sindrom
kompartemen.
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi syok
luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar
ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium serum
terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi segera setelah
terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif.
Hipokalemia dapat terhadi kemudian dengan berpeindahnya cairan dan tidak
memadainya asupan cairan. Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah
merah mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena kehilangan plasma.
Abnormalitas koagulasi yang mencakup trombositopenia dan masa pembekuan serta
waktu protrombin memanjang juga ditemui pada kasus luka bakar. Kasus luka bakar
dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat, konsumsi oksigen oleh jaringan
meningkat 2 kali lipat sebagai akibat hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal
dapat berubah sebagai akibat dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah
merah pada lokasi cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran
darah lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat
tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi
yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi
neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk
mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan pengaturan
suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah,
tetapi pada jam-jam berikutnya menyebabkan hipertermi yang diakibatkan
hipermetabolisme.
Pathway

Bahan Kimia Termis Radiasi Listrik/petir

Masalah Keperawatan:
Biologis  Gangguan Citra
LUKA BAKAR Psikologis Tubuh
 Defisiensi
pengetahuan
 Anxietas

Pada Wajah Di ruang tertutup Kerusakan kulit /luka

Kerusakan mukosa Keracunan gas CO


Penguapan meningkat Masalah Keperawatan:
 Resiko infeksi
 Nyeri akut
Oedema laring CO mengikat Hb  Hambatan mobilitas fisik
Peningkatan pembuluh darah  Kerusakan integritas kulit

kapiler
Obstruksi jalan nafas Hb tidak mampu
mengikat O2
Ektravasasi cairan (H2O,
Gagal nafas
Elektrolit, protein)
Hipoxia otak
MK: Tekanan onkotik menurun.
 Bersihan jalan nafas
tak efektif
Tekanan hidrostatik

meningkat

Cairan intravaskuler

menurun
MK:
Hipovolemia dan Masalah Keperawatan:
Gagal Daya tahan volume cairan
Kekurangan
Ketidakseimbangan
Laju metabolisme
fungsi Gagal Fungsi
Gagal ginjal
ginjal Hipoxia
Gagal hepar hemokonsentrasi
hepatik Dilatasi Hambahan tubuh
Sel otak Penurunan
Gangguan
Hipoxia
Otak
Kebocoran MULTI
curah SISTEM
Hipoxia
perfusi organ penting
Kardiovaskuler Ginjal
sel ORGAN
Pelepasan
Hepar FAILURE
GI Traktus Gangguan
Neurologi
Gangguan
Gangguan sirkulasi
perfusi
Glukoneogenesis
Imun nutrisi kurang dari
sentral meningkat
jantung menurun lambung pertumbuhan menurun
H. Manifestasi Klinis

Kedalaman dan Bagian Kulit Gejala Penampilan Luka Perjalanan


Penyebab Luka Yang terkena Kesembuhan
Bakar
Derajat Satu Epidermis  Kesemutan  Memerah;  Kesembuhan
 Tersengat menjadi putih lengkap dalam
 Hiperestesi
matahari jika ditekan waktu satu
a (super
minggu
 Terkena Api sensitive)  Minimal atau
dengan tanpa edema  Pengelupasan
 Rasa nyeri
intensitas kulit
mereda jika
rendah
didinginkan

Derajat Dua Epidermis dan  Nyeri  Melepuh;  Kesembuhan


 Tersiram air Bagian Dermis dasar luka luka dalam
 Hiperestesi
mendidih berbintik– waktu 2–3
a
bintik merah, minggu
 Terbakar
 Sensitif epidermis
oleh nyala  Pembentukan
terhadap retak,
api parut dan
udara yang permukaan
depigmentasi
dingin luka basah
 Infeksi dapat
 Edema
mengubahnya
menjadi derajat
tiga

Derajat Tiga Epidermis,  Tidak  Kering ;luka  Pembentukan


 Terbakar api Keseluruhan terasa nyeri bakar eskar
Dermis dan berwarna
 Terkena  Syok  Diperlukan
kadang– putih seperti
cairan pencangkokan
kadang  Hematuri badan kulit
mendidih
jaringan dan atau  Pembentukan
dalam waktu
subkutan kemungkin berwarna parut &
yang lama
an hilangnya
 Tersengat hemolisis gosong. kontur serta
arus listrik fungsi kulit.
 Mungkin  Kulit retak
terdapat dengan  Hilangnya jari
luka masuk bagian kulit tangan atau
dan keluar yang tampak ekstermitas
(pada luka dapat terjadi
 edema
bakar
listrik)

I. Perubahan Fisiologis Pada Combustio

Tingkatan hipovolemik Tingkatan diuretik


Perubahan ( s/d 48-72 jam pertama) (12 jam – 18/24 jam pertama)
Mekanisme Dampak dari Mekanisme Dampak dari
Pergeseran Vaskuler ke Hemokonsen Interstitial ke Hemodilusi.
cairan insterstitial. trasi oedem vaskuler.
ekstraseluler. pada lokasi
luka bakar.
Fungsi renal. Aliran darah renal Oliguri. Peningkatan Diuresis.
berkurang karena aliran darah
desakan darah renal karena
turun dan CO desakan darah
berkurang. meningkat.
Kadar Na+ direabsorbsi Defisit Kehilangan Na+ Defisit
sodium/ oleh ginjal, tapi sodium. melalui diuresis sodium.
natrium. kehilangan Na+ (normal kembali
melalui eksudat setelah 1
dan tertahan minggu).
dalam cairan
oedem.
Kadar K+ dilepas Hiperkalemi K+ bergerak Hipokalemi.
potassium. sebagai akibat kembali ke
cidera jaringan dalam sel, K+
sel-sel darah terbuang
merah, K+ melalui diuresis
berkurang (mulai 4-5 hari
ekskresi karena setelah luka
fungsi renal bakar).
berkurang.
Kadar Kehilangan Hipoproteine Kehilangan Hipoproteine
protein. protein ke dalam mia. protein waktu mia.
jaringan akibat berlangsung
kenaikan terus
permeabilitas. katabolisme.
Keseimbang Katabolisme Keseimbang Katabolisme Keseimbang
an nitrogen. jaringan, an nitrogen jaringan, an nitrogen
kehilangan negatif. kehilangan negatif.
protein dalam protein,
jaringan, lebih immobilitas.
banyak
kehilangan dari
masukan.
Keseimbang Metabolisme Asidosis Kehilangan Asidosis
an asam anaerob karena metabolik. sodium metabolik.
basa. perfusi jarinagn bicarbonas
berkurang melalui diuresis,
peningkatan hipermetabolism
asam dari produk e disertai
akhir, fungsi renal peningkatan
berkurang produk akhir
(menyebabkan metabolisme.
retensi produk
akhir tertahan),
kehilangan
bikarbonas
serum.
Respon Terjadi karena Aliran darah Terjadi karena Stres karena
stres. trauma, renal sifat cidera luka.
peningkatan berkurang. berlangsung
produksi cortison. lama dan
terancam
psikologi
pribadi.
Eritrosit Terjadi karena Luka bakar Tidak terjadi Hemokonsen
panas, pecah termal. pada hari-hari trasi.
menjadi fragil. pertama.
Lambung. Curling ulcer Rangsangan Akut dilatasi dan Peningkatan
(ulkus pada central di paralise usus. jumlah
gaster), hipotalamus cortison.
perdarahan dan
lambung, nyeri. peingkatan
jumlah
cortison.
Jantung. MDF meningkat Disfungsi Peningkatan zat CO menurun.
2x lipat, jantung. MDF (miokard
merupakan depresant
glikoprotein yang factor) sampai
toxic yang 26 unit,
dihasilkan oleh bertanggung
kulit yang jawab terhadap
terbakar. syok septic.

J. Prognosis
Orang yang berusia sangat muda dan tua memilki resiko mortalitas yang tinggi
sesudah mengalami luka bakar. Peluang untuk bertahan hidup lebih besar pada anak–
anak yang berusia diatas 5 tahun dan pada orang dewasa yang berusia 40 tahun atau
kurang. Cedera inhalasi yang menyertai luka bakar sendiri akan memperberat
prognosis pasien. Hasil akhir tergantung pada dalamnya dan luasnya luka bakar
disamping pada status kesehatan sebelum luka bakar serta usia pasien. (Smeltzer,
2001)

K. Penatalaksanaan Luka Bakar


Pengobatan luka bakar diberikan berdasarkan luas dan beratnya luka bakar serta
pertimbangan penyebabnya. Resusitasi cairan penting dalam menangani kehilangan
cairan intravascular. Oksigen diberikan melalui masker atau ventilasi buatan. Luka
bakarnya sendiri dapat di tutupi balutan steril basah atau kering. Penambahan obat
topikal dapat juga diindikasikan. Luka bakar berat memerlukan debridement luka dan
transplantasi kulit.
Menurut R. Sjamsuhidajat (2010) penatalaksanaan medis pada penderita luka bakar
sebagai berikut:
1. Mematikan sumber api
2. Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada seluruh tubuh
(menyelimuti, menutup bagian yang terbakar, berguling, menjatuhkan diri ke air).
3. Merendam atau mengaliri luka dengan air.
4. Setelah sumber panas hilang adalah dengan merendam luka bakar dalam air atau
menyiram dengan air mengalir selama kurang lebih 15 menit. Pada luka bakar ringan
tujuan ini adalah untuk menghentikan proses koagulasi protein sel jaringan dan
menurunkan suhu jaringan agar memperkecil derajat luka dan mencegah infeksi
sehingga sel-sel epitel mampu berfoliferasi.
5. Rujuk ke Rumah Sakit
6. Pada luka bakar dalam pasien harus segera di bawa ker Rumah Sakit yang memiliki
unit luka bakar dan selama perjalanan pasien sudah terpasang infus.
7. Resusitasi
Pada luka bakar berat penanganannya sama seperti diatas. Namun bila terjadi syok
segera di lakukan resusitasi CAB
a) Pernafasan:
1. Udara panas  mukosa rusak  oedem obstruksi.
2. Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin  iritasi bronkhokontriksi
obstruksi gagal nafas
b) Sirkulasi
gangguan permeabilitas kapiler  cairan dari intravaskuler pindah ke ekstravaskuler
 hipovolemi relatif  syok  ATN (acute tubular necrosis)  gagal ginjal.
a. Circulation
1) Nilai frekuensi nadi dan karakternya
2) Ambil darah untuk cross match, DPL, ureum dan elektrolit.
3) Perawatan local
Untuk luka bakar derajat I dan II biasa dilakukan perawatan lokal yaitu
dengan pemberian obat topical seperti salep antiseptic contoh
golongan: silver sulfadiazine, moist exposure burn ointment, ataupun
yodium providon.

b. Airway Management
1) Bersihkan jalan napas dengan tangan dan mengangkat dagu pada
pasien tidak sadar (HTCL) / Jaw thrust. Bila sumbatan oleh karena
secret lakukan suction.
2) Lindungi jalan napas dengan nasofaringeal airway.
3) Pembedahan (krikotiroidotomi) bila indikasi trauma inhalasi /gagal
intubasi.
c. Breathing/Pernapasan
1) Berikan supplement O2.
2) Nilai frekuensi napas dan pergerakkan dinding thoraks.
3) Pantau oksimetri nadi dan observasi.
8. Infus, kateter, CVP, oksigen, laboratorium, kultur luka.
9. Resusitasi cairan Baxter.
Untuk pemberian cairan intravena pada pasien luka bakar bias menggunakan rumus
yang direkomendasikan oleh Envans, yaitu:
Luas luka dalam persen x BB(kg) = mL NaCl /24 jam
Dewasa : Baxter
Luas luka dalam persen x BB (kg) = mL Plasma/24 jam
( RL 4 cc x BB x
2000 cc gluksosa 5%/24 jam
% LB/24
jam. )
Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal
( RL : Dextran = 17 : 3 ) 2 cc x BB x % LB.
Kebutuhan faal:
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
½  diberikan 8 jam pertama
½  diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua :
Dewasa: Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc)  1 cc/mnt.
Anak: Diberi sesuai kebutuhan faal.
10. Monitor urine dan CVP.
11. Topikal dan tutup luka
a. Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.
b. Tulle (sofratulle): gauze dilapisi antibiotic topical.
c. Silver sulfa diazin tebal.
d. Tutup kassa tebal.
e. Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
12. Obat – obatan:
a. Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
b. Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.
c. Analgetik : kuat (morfin, petidine)
d. Antasida : kalau perlu

L. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium :
a. Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang banyak
sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera.
b. Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan
sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang
diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.
c. Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi.
d. GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida
(PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
e. Elektrolit serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun
karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan
hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
f. Glukosa serum: Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
g. Albumin serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema
cairan.
h. BUN/Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal,
tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
i. Alkali fosfatase: peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan
interstisial/ gangguan pompa natrium.
j. Kultur luka: data dasar dan diulang secara periodik.
k. Urine Lengkap: Warna hitam kemerahan pada urine sehubungan dengan
mioglobin.
2. Rontgen: Foto Thorax, dll (mengetahui adanya edema paru dll)
3. Scan Paru : dilakukan untuk menentukan luasnya cedera inhalasi.
4. EKG: Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia, terutama
pada luka bakar listrik.
5. CVP : Untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih dari
30% dewasa dan lebih dari 20% pada anak.

M. Komplikasi Combustio/ Luka Bakar


1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal.
2. Sindrom kompartemen. Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya
pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir
kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena
edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap
pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi
aliran darah sehingga terjadi iskemia.
3. Adult Respiratory Distress Syndrome. Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat
gangguan ventilasi dan pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien.
4. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling. Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus
merupakan tanda-tanda ileus paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dapat
mengakibatkan nausea. Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stress
fisiologik yang massif (hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh darah occulta
(samar) dalam feces, regurgitasi muntahan atau vomitus yang berdarah, ini
merupakan tanda-tanda ulkus curling.
5. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik yang
terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya pasien
menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan; haluaran
urine, curah jantung, tekanan vena sentral, perubahan tekanan darah dan
peningkatan frekuensi denyut nadi.
6. Gagal ginjal akut. Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi
cairan yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin terdeteksi dalam
urine.
I. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)
A. PENGKAJIAN
1. Data biografi
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamt, tnggal MRS,
dan informan apabila dalam melakukan pengkajian klita perlu informasi selain dari
klien. Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi
anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatsa 80 tahun memiliki penilaian tinggi
terhadap jumlah kematian (Lukman F dan Sorensen K.C). Data pekerjaan perlu
karena jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap luka bakar, agama dan
pendidikan menentukan intervensi ynag tepat dalam pendekatan
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar (Combustio) adalah nyeri, sesak
nafas. Nyeri dapat disebabakna kerena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan
pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). Sesak
nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami luka bakardan
disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan
saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada penurunan
ekspansi paru.
3. Riwayat penyakit sekarang

Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya kontak,
pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan perawatan
ketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa fase : fase
emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam pertama
beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang)
4. Riwayat penyakit masa lalu

Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum
mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai riwaya
penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalahgunaan obat dan
alcohol
5. Riwayat penyakit keluarga

Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang berhubungan


dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga
mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta
kemungkinan penyakit turunan
6. Riwayat psiko sosial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image yang
disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan.
Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam sehingga
mengganggu klien dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa
cemas, dan takut.
a. Bernafas
Pada klien yang terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi). Yang dikaji adalah serak; batuk mengii; partikel karbon dalam
sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera
inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar
dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan
laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor
(oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
b. Makan dan Minum
Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila terjadi
perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan kebutuhan
nutrisi kemungkinan didapatkan anoreksia, mual, dan muntah.
c. Eliminasi:
haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam;
diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi);
penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar
dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
d. Gerak dan Aktifitas :
Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit;
gangguan massa otot, perubahan tonus.
e. Istirahat dan Tidur
Pola tidur akan mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh kondisi klien ddan
akan mempengaruhi proses penyembuhan
f. Pengaturan Suhu
Klien dengan luka bakar mengalami penurunan suhu pada beberapa jam pertama
pasca luka bakar, kemudian sebagian besar periode luka bakar akan mengalami
hipertermia karena hipermetabolisme meskipun tanpa adanya infeksi
g. Kebersihan diri
Pada pemeliharaan kebersihan badan mengalami penurunan karena klien tidak
dapat melakukan sendiri.
h. Rasa Aman
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit
tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat
pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan
cairan/status syok.
1) Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan
variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung
gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring
posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
2) Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin
coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus;
nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari
tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai
72 jam setelah cedera.
3) Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah
nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar
(eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan
luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya
fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik
sehubungan dengan syok listrik).
i. Rasa Nyaman
Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk
disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga
tidak nyeri.
j. Sosial

masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Sehingga klien


mengalami ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.
k. Rekreasi

Mengetahui cara klien untuk mengatasi stress yang dialami


l. Prestasi

Mempengaruhi pemahaman klien terhadap sakitnya


m. Pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki oleh klien akan mempengaruhi respon klien terhadap
penyakitnya
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan
gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar
mencapai derajat cukup berat
b. TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda
tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama
c. Pemeriksaan kepala dan leher
1) Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut setalah
terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar
2) Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda
asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang
rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar
3) Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung
yang rontok.
4) Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena intake
cairan kurang
5) Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan
serumen
6) Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai
kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan
d. Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal,
vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi
suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi
e. Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area
epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
f. Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat
pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber
infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
g. Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri
h. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila
suplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok
neurogenik)
i. Pemeriksaan kulit

1) Luas luka bakar


Untuk menentukan luas luka bakar dapat digunakan salah satu metode
yang ada, yaitu metode “rule of nine” atau metode “Lund dan Browder”

2) Kedalaman luka bakar

Kedalaman luka bakar dapat dikelompokan menjadi 4 macam, yaitu luka


bakar derajat I, derajat II, derajat III dan IV, dengan ciri-ciri seperti telah
diuraikan dimuka.

3) Lokasi/area luka
Luka bakar yang mengenai tempat-tempat tertentu memerlukan perhatian
khusus, oleh karena akibatnya yang dapat menimbulkan berbagai masalah.
Seperti, jika luka bakar mengenai derah wajah, leher dan dada dapat
mengganggu jalan nafas dan ekspansi dada yang diantaranya disebabkan
karena edema pada laring . Sedangkan jika mengenai ekstremitas maka
dapat menyebabkan penurunan sirkulasi ke daerah ekstremitas karena
terbentuknya edema dan jaringan scar. Oleh karena itu pengkajian terhadap
jalan nafas (airway) dan pernafasan (breathing) serta sirkulasi (circulation)
sangat diperlukan. Luka bakar yang mengenai mata dapat menyebabkan
terjadinya laserasi kornea, kerusakan retina dan menurunnya tajam
penglihatan.

Bagian tubuh 1 th 2 th Dewasa

Kepala leher 18% 14% 9%

Ekstrimitas atas
18% 18% 18 %
(kanan dan kiri)

Badan depan 18% 18% 18%

Badan belakang 18% 18% 18%

Ektrimitas bawah
27% 31% 30%
(kanan dan kiri)

Genetalia 1% 1% 1%

2. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute
abnormal luka.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya barier kulit dan terganggunya respons
imun.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar terbuka.
4. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan saraf yang terbuka, kesembuhan luka dan
penanganan luka bakar.
5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan deformitas dinding dada, keletihan
otot-otot pernafasan, hiperventilasi.
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Kekurangan volumeNOC NIC
 Fluid balance Fluid Management
cairan
 Hydration  Timbang popok/pembalut jika
 Nutritional Status: Food
diperlukan
and Fluid Intake  Pertahankan catatan intake
Kriteria Hasil :
 Mempertahankan urine dan output yang akurat
 Monitor status hidrasi
output sesuai dengan usia
(kelembaban membran
dan BB, BJ urine normal,
mukosa, nadi adekuat,
HT normal
 Tekanan darah, nadi, suhu tekanan darah ortostatik), jika
diperlukan
tubuh dalam batas normal
 Monitor vital sign
 Tidak ada tanda-tanda
 Monitor masukan
dehidrasi, elastisitas
makanan/cairan dan hitung
turgor kulit baik, membran
intake kalori harian
mukosa lembab, tidak ada  Kolaborasikan pemberian
rasa haus yang berlebihan cairan IV
 Monitor status nutrisi
 Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
 Dorong masukan oral
 Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
 Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
 Tawarkan snack (jus buah,
buah segar)
 Kolaborasi dengan dokter
 Atur kemungkinan tranfusi
 Persiapan untuk tranfusi
Hypovolemia Management
 Monitor status cairan
termasuk intake dan output
cairan
 Pelihara IV line
 Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
 Monitor tanda vital
 Monitor respon pasien
terhadap penambahan cairan
 Monitor berat badan
 Dorong pasien untuk
menambah intake oral
 Pemberian cairan IV monitor
adanya tanda dan gejala
kelebihan volume cairan
 Monitor adanya tanda gagal
ginjal

NOC NIC
Resiko infeksi
 Immune Status Infection Control (Kontrol Infeksi)
berhubungan  Knowledge : Infection  Bersihkan lingkungan setelah
dengan hilangnya control dipakai pasien lain
 Risk control  Pertahankan teknik isolasi
barier kulit dan
Kriteria Hasil :  Batasi pengunjung bila perlu
terganggunya  Klien bebas dari tanda dan  Instruksikan pada
respons imun. gejala infeksi pengunjung untuk mencuci
 Mendeskripsikan proses
tangan saat berkunjung dan
penularan penyakit, faktor
setelah berkunjung
yang mempengaruhi
meninggalkan pasien
penularan serta  Gunakan sabun antimikrobia
penatalaksanaannya untuk cuci tangan
 Menunjukkan kemampuan  Cuci tangan setiap sebelum
untuk mencegah timbulnya dan sesudah tindakan
infeksi keperawatan
 Jumlah leukosit dalam  Gunakan baju, sarung
batas normal tangan sebagai alat
 Menunjukkan perilaku
pelindung
hidup sehat  Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
 Ganti letak IV perifer dan line
central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
 Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
 Tingkatkan intake nutrisi
 Berikan terapi antibiotik bila
perlu infection protection
(proteksi terhadap infeksi)
 Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
 Monitor hitung granulosit,
WBC
 Monitor kerentanan terhadap
infeksi
 Pertahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
 Pertahankan teknik isolasi
k/p
 Berikan perawatan kulit pada
area epidema
 Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
 Inspeksi kondisi luka/insisi
bedah
 Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
 Dorong masukkan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
 Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindar
infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif
Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan  Pain Level,  Paint management
dengan inflamasi  pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri
dan kerusakan  comfort level secara komprehensif termasuk
jaringan Setelah dilakukan tindakan lokasi, karakteristik, durasi,
keperawatan selama …. frekuensi, kualitas dan faktor
Pasien tidak mengalami nyeri, presipitasi.
dengan kriteria hasil: 2. Observasi reaksi nonverbal dari
1. Mampu mengontrol nyeri ketidaknyamanan.
(tahu penyebab nyeri, 3. Bantu pasien dan keluarga
mampu menggunakan untuk mencari dan menemukan
tehnik nonfarmakologi dukungan.
untuk mengurangi nyeri, 4. Kontrol lingkungan yang dapat
mencari bantuan). mempengaruhi nyeri seperti
2. Melaporkan bahwa nyeri suhu ruangan, pencahayaan
berkurang dengan dan kebisingan.
menggunakan 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
manajemen nyeri. 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
3. Mampu mengenali nyeri untuk menentukan intervensi.
(skala, intensitas, 7. Ajarkan tentang teknik non
frekuensi dan tanda farmakologi: napas dala,
nyeri). relaksasi, distraksi, kompres
4. Menyatakan rasa hangat/ dingin.
nyaman setelah nyeri 8. Berikan analgetik untuk
berkurang. mengurangi nyeri: ……...
5. Tanda vital dalam rentang 9. Tingkatkan istirahat.
normal. 10. Berikan informasi tentang
6. Tidak mengalami nyeri seperti penyebab nyeri,
gangguan tidur berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur.
11. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Kerusakan NOC : NIC :
integritas kulit  Tissue Integrity : Skin and  Pressure Management
berhubungan Mucous Membranes 1. Anjurkan pasien untuk
dengan lesi pada Setelah dilakukan tindakan menggunakan pakaian
kulit keperawatan selama….. yang longgar.
kerusakan integritas kulit 2. Hindari kerutan pada
pasien teratasi dengan kriteria tempat tidur.
hasil: 3. Jaga kebersihan kulit agar
1. Integritas kulit yang tetap bersih dan kering.
baik bisa 4. Mobilisasi pasien (ubah
dipertahankan posisi pasien) setiap dua
(sensasi, elastisitas, jam sekali.
temperatur, hidrasi, 5. Monitor kulit akan adanya
pigmentasi) kemerahan .
2. Tidak ada luka/lesi 6. Oleskan lotion atau
pada kulit. minyak/baby oil pada derah
3. Perfusi jaringan baik. yang tertekan .
4. Menunjukkan 7. Monitor aktivitas dan
pemahaman dalam mobilisasi pasien.
proses perbaikan kulit 8. Monitor status nutrisi
dan mencegah pasien.
terjadinya sedera 9. Memandikan pasien
berulang. dengan sabun dan air
5. Mampu melindungi hangat.
kulit dan 10. Kaji lingkungan dan
mempertahankan peralatan yang
kelembaban kulit dan menyebabkan tekanan.
perawatan alami

Ketidakefektifan NOC : NIC :


pola nafas  Respiratory status : Airway Management
berhubungan Ventilation 1. Buka jalan nafas, gunakan
dengan  Respiratory status : teknik chin lift atau jaw thrust
deformitas Airway patency bila perlu
dinding dada,  Vital sign Status 2. Posisikan pasien untuk
keletihan otot- Setelah dilakukan tindakan memaksimalkan ventilasi
otot pernafasan, keperawatan 3. Identifikasi pasien perlunya
hiperventilasi selama….ketidakefektifan pola pemasangan alat jalan nafas
nafas pasien teratasi dengan buatan
kriteria hasil : 4. Pasang mayo bila perlu
1. Mendemonstrasikan 5. Lakukan fisioterapi dada jika
batuk efektif dan suara perlu
nafas yang bersih, 6. Keluarkan sekret dengan batuk
tidak ada sianosis dan atau suction
dyspneu ( mampu 7. Auskultasi suara nafas, catat
mengeluarkan sputum, adanya suara tambahan
mampu bernafas 8. Lakukan suction pada mayo
dengan mudah, tidak 9. Berikan bronkodilator bila perlu
ada pursed lips ) 10. Berikan pelembab udara kassa
2. Menunjukkan jalan basah NACl Lembab
nafas yang paten 11. Atur intake untuk cairan
( klien tidak merasa mengoptimalkan keseimbangan
tercekik, irama nafas, 12. Monitor respirasi dan status O2
frekuensi pernafasan
dalam rentang normal , Oxygen Therapy
tidak da suara nafas 1. Bersihkan mulut, hidung dan
abnormal ) sekret trakea
2. Pertahankan jalan nafas yang
3. Tanda Tanda vital
paten
dalam rentang normal (
3. Atur peralatan oksigenasi
tekanan darah, nadi, 4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi pasien
pernafasan )
6. Observasi adanya tanda-tanda
hipoventilasi
7. Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
2. Catat adanya fuktuasi tekanan
darah
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama
pernafasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernafasan
abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Cetakan II. Jakarta :
Salemba Mahardika.
Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. 2005. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong W, editor.
Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Amin & Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc. Jogjakarata : Percetakan Mediaction Publishing Jogjakarta

Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8. Jakarta:
EGC.
Doengoes, M.E., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, EGC, Jakarta.
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Aditya Media
Erick Chandowo. 2011. Laporan Pendahuluan Luka Bakar 3. Available.on
http://www.academia.edu/7710988/LAPORAN_PENDAHULUAN_LUKA_BAKAR_3
diakses tanggal 22 Nopember 2016
https://www.academia.edu/8542579/Askep_Luka_Bakar_Combustio_,diakses
tanggal 22 Nopember 2016
Huddak & Gallo. 2006. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC.

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River

Lukman Abdul. 2011. Askep Luka Bakar Combustio. Available.on


Mansjoer,dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI. Jakarta : Media Aeuscullapius

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River

Moenadjat Y. 2003. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.

Nanda International. 2013.Aplikasi Asuhan Keperawata Berdasarkan Diagnosa Medis &


NANDA NIC- NOC Jilid 1 & 2. Jakarata:
Sjamsudiningrat, R & Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

MINGGU KE- 4 DI RUANG ZAMRUD RS LAVALETTE KOTA MALANG

Disusun Untuk Memenuhi Laporan Tugas Profesi


Departemen Bedah

Oleh:
Prima Mahartanto
NIM 180070300011008

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Prima Mahartanto Tempat Praktik : RS Lavalette

NIM : 180070300011008 Tanggal Praktik : -

A. Identitas Klien
Nama : Ny. I.M No. Rekam Medis :162079XX
Usia : 33Tahun Tgl. Masuk :

Jenis kelamin : Perempuan Tgl. Pengkajian :

Alamat : Blimbing, Malang Sumber informasi :  Primer: Tn. A


(Suami)
 Sekunder (Rekam
Medis)
No. Telepon :- Nama klg. dekat :Tn. A
yang bisa
dihubungi
Status : Menikah
pernikahan
Agama : Islam Status : Menikah

Suku : Jawa Alamat :Blimbing, Malang


Pendidikan : SMA No. Telepon :-

Pekerjaan : Wiraswasta Pendidikan : SMA

Lama bekerja : - Tahun Pekerjaan : Wiraswasta

F. Status kesehatan Saat Ini


1. Keluhan utama : Nyeri pada lengan kanan
2. Lama keluhan : Sejak 2 hari yang lalu
3. Kualitas keluhan : Menetap
4. Faktor pencetus : Luka terbuka
5. Faktor pemberat : Luka di area pergerakan tangan
6. Upaya yang telah dilakukan : Debridement cito
7. Diagnosa Medis
a. Massive tissue loss of regio humerus dextra with bone exposed
Tanggal
G. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Klien mengatakan pada tanggal 4 Juni 2019 mengantarkan saudara ke daerah
Tajinan untuk acara keluarga, kebetulan di sana ada yang menyalakan petasan gantung di
pinggir jalan, agak jauh dari rumah, pada waktu petasan menyala tiba-tiba jatuh dan
terlempar di depan rumah, kemudian petasan meledak dan mengenai lengan kanan klien.
Klien lalu dibawa ke Puskesmas Tajinan dan diberikan terapi infus 1 flash, injeksi
analgesik 1x dan di berikan balut + bidai pada lengan kanan. 30 menit setelah itu klien di
rujuk ke RS Lavalette. Di IGD RS Lavalette klien di diagnose dengan massive tissue loss +
post combustion e.c petasan et regio humerus desktra. Terapi yang sudah diberikan di IGD
adalah terapi inf. NS, debridemen luka, injeksi ketorolac, cravox 250mg, dan dikonsulkan ke
dokter bedah. Klien kemudian di lakukan operasi cito debridement pada tanggal 5 Juni 2019
di ruang OK RS Lavalette.
Pada waktu pengkajian pada tanggal 6 Juni 2019, kesadaran klien komposmentis
GCS 4-5-6, tanda-tanda vital dalam batas normal, klien mengeluhkan nyeri pada lengan
kanan bekas operasi, dan sulit digerakkan. Klien menggunakan arm-sling pada lengan
kanan dan terpasang infus NS 20 tpm.

H. Riwayat Kesehatan Terdahulu


1. Penyakit yg pernah dialami:
a. Kecelakaan (jenis & waktu) : -
b. Operasi (jenis & waktu) : Operasi gangglion
c. Penyakit :
 Kronis -
 Akut : -
d. Terakhir masuk rumah sakit :
2. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Tipe Reaksi Tindakan
- - -
3. Imunisasi:
☒ BCG ☒ Hepatitis
☒ Polio ☒ Campak
☒ DPT

4. Kebiasaan:
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya
Merokok Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kopi Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Alkohol Tidak ada Tidak ada Tidak ada
5. Obat-obatan yg digunakan:
Jenis Lamanya Dosis
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada Tidak ada

I. Riwayat Keluarga
Keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit kronis seperti diabetes melitus,
penyakit jantung, gagal ginjal, dan hipertensi.

GENOGRAM
J. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
Kebersihan : klien mengatakan rumah klien mengatakan tempat
bersih kerjanya bersih
Bahaya kecelakaan : klien mengatakan bahaya Klien mengatakan tidak ada
kecelakaan di rumah yang bahaya kecelakaan di tempat
mungkin adalah jalanan yang kerja
rusak
Polusi : klien mengatakan polusi klien mengatakan polusi
didapat dari kendaraan didapat dari asap rokok
bermotor dan asap rokok
Ventilasi : klien mengatakan ventilasi klien mengatakan ventilasi di
rumah cukup tempat kerja cukup
Pencahayaan : klien mengatakan Klien mengatakan
pencahayaan di rumahnya pencahayaan di tempat
baik, saat siang hari sinar kerjanya bagus
matahari bisa masuk ke
dalam rumah

K. Pola Aktifitas-Latihan
Rumah Rumah Sakit
Makan/minum : 0 1
Mandi : 0 1
Berpakaian/berdandan : 0 1
Toileting : 0 1
Mobilitas di tempat tidur : 0 1
Berpindah : 0 1
Berjalan : 0 1
Naik tangga : 0 1
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang lain, 4 =
tidak mampu

L. Pola Nutrisi Metabolik


Rumah Rumah Sakit
Jenis diit/makanan : Makanan rumah Diet dari rumah sakit
Frekuensi/pola : 3 kali sehari 3 kali sehari
Porsi yg dihabiskan : Satu porsi 8 x 200ml
Komposisi menu : Nasi, lauk pauk, dan sayur Diet rumah sakit
Pantangan : Tidak ada Tidak ada
Nafsu makan : Baik Kurang
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir : Tidak ada Tidak ada
Jenis minuman : Air putih dan kopi Air putih
Frekuensi/pola minum : 8 x shari
Gelas yg dihabiskan : ± 6-7 gelas setiap hari ± 1 liter
Sukar menelan (padat/cair) : Tidak ada Ya, tidak sadar
Riw. masalah penyembuhan: Klien menderita Diabetes Klien menderita diabetes
luka Melitus melitus

M. Pola Eliminasi
Rumah Rumah Sakit
BAB
Frekuensi/pola : 2 hari sekali Belum BAB selama di RS
Konsistensi : Padat, lunak Belum BAB selama RS
Warna & bau : Kuning dan berbau khas Belum BAB selama RS
Kesulitan : Tidak ada Tidak ada kesulitan
Upaya mengatasi : Tidak ada Tidak ada upaya untuk
mengatasi
BAK
Frekuensi/pola : 5 kali sehari/teratur 5-6 kali sehari
Konsistensi : Cair cair
Warna & bau : Kuning dan berbau khas Kuning, bau khas
Kesulitan : Tidak ada Tidak ada kesulitan
Upaya mengatasi : Tidak ada Tidak ada upaya untuk
mengatasi

N. Pola Tidur-Istirahat
Rumah Rumah Sakit
Tidur siang
Jam…s/d… : 13.30 s/d 14.30 Tidak tentu
Kenyamanan setelah tidur : Nyaman Kurang nyaman
Tidur malam
Jam…s/d… : 10.00 – 04.30 Tidak tentu
Kenyamanan setelah tidur : Nyaman Kurang nyaman
Kebiasaan sebelum tidur : Tidak ada Tidak ada
Kesulitan : Tidak ada Tidak ada
Upaya mengatasi : Tidak ada Tidak ada

O. Pola Kebersihan Diri


Rumah Rumah Sakit
Mandi: Frekuensi 2 kali sehari 2 kali sehari
- Penggunaan sabun : Ya Menggunakan sabun
Keramas: Frekuensi : 1 kali seminggu Tidak keramas selama RS
- Penggunaan shampoo Ya Tidak keramas selama RS
Gosok gigi: Frekuensi : 2 kali sehari 2 kali sehari
- Penggunaan odol : Ya Menggunakan odol
Ganti baju: Frekuensi : 2 Kali sehari 1 kali sehari
Memotong kuku: Frekuensi : Ya, 1 kali seminggu Klien tidak memotong kuku
selama RS
Kesulitan : Tidak ada Tidak ada
Upaya yang dilakukan : Tidak ada Tidak ada upaya untuk
mengatasi

P. Pola Toleransi-Koping Stres


1 Pengambilan keputusan: ☐ sendiri ☒ dibantu orang lain, sebutkan Suami
2 Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri, dll):
Klien mengikuti program BPJS dari pemerintah
3 Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah:
Berbicara dengan keluarga
4 Harapan setelah menjalani perawatan:
Klien berharap klien dapat segera sembuh dan tidak mengalami hal yang serupa
5 Perubahan yang dirasa setelah sakit:
Lengan kanan klien tidak bisa digunakan untuk beraktivitas

Q. Konsep Diri
1 Gambaran diri : Klien mengatakan tubuhnya masih seperti orang sehat pada umumnya,
hanya saja lengan kanannya masih sedikit terasa sakit
2 Ideal diri : Harapan klien ke depan adalah agar selalu bisa menjaga kesehatannya
lebih baik lagi
3 Harga diri : Klien mengatakan diriya masih diterima baik oleh keluarganya, dan itu
yang membuat klien percaya diri
4 Peran : Klien mengatakan peran klien sebagai ibu dan istri bisa dijalankan
dengan baik di rumah
5 Identitas diri : Klien mengatakan bahagia menjadi seorang perempuan dan ibu bagi
anak-anaknya

R. Pola Peran & Hubungan


1. Peran dalam keluarga : Klien mengatakan perannya dapat berjalan
dengan baik di rumah
2. Sistem pendukung : ☒ Suami ☐ Istri ☒ Anak
☐ Tetangga ☒ Teman ☒ Saudara
☐ Tidak ada ☐ Lain-lain
3. Kesulitan dalam keluarga : ☐ Hub. dengan ☐ Hub.
orang tua dengan
pasangan
☐ Hub. dengan ☐ Hub.
sanak dengan
saudara anak
☒ Lain-lain, Tidak ada
sebutkan
4. Masalah tentang peran/hubungan dengan : klien tidak mengalami masalah hubungan
keluarga selama perawatan di RS dengan keluarga, keluarga klien selalu
menunggu klien selama klien dirawat di RS
5. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi : Tidak ada upaya untuk mengatasi

S. Pola Komunikasi
1. Bicara : ☒ Normal ☒ Bahasa utama: Indonesia
: ☐ Tidak jelas ☒ Bahasa daerah:
Jawa
: ☐ Bicara berputar- ☒ Rentang perhatian:
putar Penuh
: ☒ Mampu mengerti ☒ Afek:
pembicaraan orang Emosi sesuai
lain
2. Tempat tinggal : ☐ Sendiri
☐ Kos/asrama
☒ Bersama orang lain, yaitu, suami dan anak
3. Kehidupan keluarga :
 Adat istiadat yang : Jawa

dianut
 Pantangan dan agama : Islam

yang dianut
 Penghasilan keluarga : ☐ < Rp. 250 rb ☐ Rp. 1 jt – 1,5 jt
: ☐ Rp. 250 rb – 500 rb ☐ Rp.1,5 jt – 2
: ☐ Rp. 500 rb -1 jt ☒ >Rp. 2 jt

T. Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit : Tidak
2. Upaya yang dilakukan pasangan :
☒ Perhatian ☐ Sentuhan ☐ Lain-lain, seperti: Click or tap here to enter text.

U. Pola Nilai & Kepercayaan


1. Apakah tuhan, agama, kepercayaan penting untuk anda : Ya
2. Kegiatan agama/kepercayaan yang dilakukan dirumah
 Jenis : Shalat wajib dan berdo’a
 Frekuensi : 5 waktu
3. Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS : Shalat
4. Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan : Tidak ada
ibadahnya

V. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Keadaan umum klien lemah
Kesadaran : Composmentis, GCS 4-5-6
Tanda Vital : TD : 110 / 70 mmHg Suhu : 37 oC
MAP : 97 mmHg RR : 18 x/menit
Nadi : 84 x/menit BB ; 65 kg
TB : 160 cm

2. Kepala & Leher


 Kepala
Inspeksi : Kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, warna rambut hitam sedikit
beruban, persebaran rambut kepala merata, bentuk kepala bulat dan
simetris, tidak ada kelainan pada wajah.
Palpasi : Tidak ada masa pada kepala, tidak ada perubahan pada kontur
tengkorak, tidak ada nyeri tekan.
 Mata
Inspeksi : Kedua mata simetris dan persebaran alis merata, tidak tampak
kantung mata, tidak ada kelainan pada kelopak mata, tidak ada
edema, tidak ada perdarahan, konjungtiva merah, sklera berwarna
putih susu, kedua pupil mata berdiameter 3-7mm,bertepi rata, dan
simetris, refleks cahaya +/+, gerakan bola mata tidak terkaji, kornea
tidak berwarna dan bertepi rata,
Palpasi : Bola mata teraba kenyal dan melenting
 Hidung
Inspeksi : Lubang hidung simetris kiri dan kanan, hidung terletak di tengah wajah,
tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada sianosis pada hidung,
jalan nafas paten, tidak tampak perforasi, tidak ada masa, tidak ada
sekret, tidak ada sumbatan, tidak ada deviasi, tidak ada perdarahan,
tidak ada polip.
Palpasi : Tidak teraba nyeri pada sinus hidung pada saat dilakukan palpasi.
 Mulut & tenggorokan
Inspeksi : Aroma nafas berbau kurang sedap, libatan nasolabial terdapat
ditengah, bibir terletak di tengah wajah, warna bibir merah muda agak
kehitaman, tidak tampak kering, tidak tampak sianosis, gigi tidak
lengkap, warna gusi merah muda, terdapat sedikit karies dentis, ada
gigi yang tanggal, tidak ada stomatitis, posisi lidah tepat ditengah,
bersih, posisi uvula tepat ditengah, tonsil tidak meradang.
 Telinga
Inspeksi : Kedua daun telinga simetris, tidak ada luka/bekas luka pada telinga
dan sekitarnya, tidak ada darah atau sekret yang keluar, gendang
telinga dalam kondisi utuh, refleks Politzer positif, serumen minimal.
Palpasi : Tidak terasa nyeri pada saat dilakukan palpasi pada daerah tragus dan
kelenjar limfe
Tajam :  Tes weber (tidak bisa)
pendengaran  Tes berbisik (whispering test)
 Tes Rinne
3. Leher
Inspeksi : Leher simetris, tidak ada bekas luka, tidak ada bendungan vena, tidak
ada kaku kuduk, tidak ada tortikolis, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe, tidak pembesaran pada kelenjar gondok
Palpasi : Tidak ada deviasi trakea, kelenjar limfe tidak teraba, jugular vein
pressure normal 5-15 cm H2O, kelenjar tiroid normal.
4. Thorak & Dada:
 Jantung
Inspeksi : Iktus kordis terlihat di ICS 5 midclavikular garis sinistra
Palpasi : Iktus kordis <1cm
Perkusi : Terdengar suara pekak sepanjang ICS 3-5 toraks sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2, tidak ada bunyi jantung tambahan (gallop,
murmur)
 Paru-paru
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, tidak ada bekas luka,
tidak ada warna kulit yang berbeda, pola napas efektif, tidak ada
retraksi interkosta, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, bentuk
dinding dada normal
Palpasi : Tidak teraba masa dan krepitasi, traktil fremitus normal
Perkusi : Terdengar resonan pada lapang paru, terdengar pekak apda ICS 3-5
sebelah kiri sternum, terdengar pekak pada hepar
Auskultasi : Terdengar ronki
Kanan Kiri
-
-
-
-
-
5. Payudara & Ketiak
Inspeksi : Payudara kanan dan kiri simetris, tidak ada produksi yang keluar dari
putting susu, tidak ada putting susu tambahan, kulit payudara tampak
halus,
Palpasi : Tidak ada pembesaran yang abnormal

6. Punggung & Tulang Belakang


Inspeksi : Tidak ada kelianan bentuk pada tulang belakang
7. Abdomen
Inspeksi : Abdomen berbentuk datar, warna kulit sesuai, kulit elastis, bentuk
simetris, tidak ada gerakan peristaltik usus yang tampak dari luar,
umbilikus tidak menonjol, tidak tampak darm contour.
Auskultasi : Bising usus 18 x/menit, tidak tampak pulsasi pembuluh darah disekitar
umbilikus, tidak ada bising pada pembuluh darah aorta, femoral, dan
renalis
Perkusi : Terdengar timpani, tidak ada nyeri pada perkusi ginjal, tidak ada
shifting dullness, tidak ada undulating fluid wave.
Palpasi :  Palpasi hepar: hepar tidak teraba
 Palpasi titik McBurney: tidak mengeluh nyeri pada waktu ditekan dan
tidak ditemukan rebound tenderness.
 Palpasi pankreas: tidak teraba pembesaran pankreas
8. Genetalia & Anus
Inspeksi : Tidak terkaji
Palpasi : Tidak terkaji
9. Ekstermitas
 Atas
Inspeksi : Persebaran warna kulit merata, jumlah jari lengkap 5 kanan dan kiri,
panjang lengan dan tangan proporsional, terdapat luka pada lengan
kanan dekat bahu, luka bakar derajat 3, panjang ±7cm, lebar ±8 cm,
dalam ±0,5 cm, tidak ada eksudat, tidak ada tunneling dan
undermining
Palpasi : Tidak teraba masa, tidak ada edema, CRT <3 detik, ekstremitas
hangat, tidak terdapat kontraktur pada jari, tidak ditemukan
pembesaran pada bagian distal sendi interphalangeal, tidak ditemukan
pembengkakan dan deformitas pada daerah ulnar, tidak ada nyeri dan
bengkak pada siku.
 Bawah
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan, tidak ada kalus, tidak ada tulang kaki yang
menonjol, tidak ada deformitas, tidak ada luka decubitus pada tumit,
lutut dan patela sejajar
Palpasi : Tidak ada nyeri, pembengkakan, dan nyeri tekan pada tendon Achiles,
tidak ada edema pada daerah pretibial,
 Skor Kekuatan Otot
3 5
5 5

10. Sistem Neorologi


Tidak ada gangguan
11. Kulit & Kuku
 Kulit
Inspeksi : Tidak ada lesi warna kulit, tidak tampak berminyak
Palpasi : Kulit teraba agak kering, suhu teraba hangat, CRT <2 detik pada saat
di cubit di bagian dada, tidak ada piting edema
 Kuku
Inspeksi : Dasar kuku berwarna merah muda cerah, sudut antara kuku dan
pangkalnya normal, tidak ada lesi
Palpasi : CRT< 2 detik

Pemeriksaan Risiko Jatuh – Morse Fall Scale


Skala
No. Pengkajian Nilai Keterangan
Tidak Ya
1 Riwayat jatuh:
Apakah pernah jatuh dalam 3 bulan terakhir 0 25 0
2 Diagnosa sekunder:
Apakah memiliki lebih dari satu diagnose 0 15 0
penyakit?
3 Alat bantu jalan:
 Bedrest/dibantu perawat 0 0
 Kruk/tongkat/walker 15
 Berpegangan pada benda-benda sekitar 30 0
4 Terapi intravena: Klien
Apakah saat ini terpasang infus? 0 20 20 terpasang
infus di
ekstremitas kiri
atas
5 Gaya berjalan/cara berpindah:
 Normal/bed rest/ immobile (tidak dapat 0 0 0
bergerak sendiri)
 Lemah (tidak bertenaga) 10
 Gangguan/tidak normal 20
(pincang/diseret)
6 Status mental
 Menyadari kondisi dirinya 0 0 0
 Mengalami keterbatasan daya ingat 15
Total Nilai 20

Pengkajian Luka
W. Hasil Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
SATUA NILAI
PEMERIKSAAN HASIL METODE
N RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hematologi Lengkap
Hemoglobin 12,5 g/dL 14,0 – 17,5
Eritrosit 4,53 10^6/µL 4,50 – 5,90
Hematokrit 35,1 % 40,0 – 52,0
Leukosit H 16.200 ribu/uL 4.400 – 11.300
MCV L 77,5 fL 80 – 97
MCH L 27,6 pg 26,5 – 33,5
MCHC 35,6 g/dL 31,5 – 35,0
RDW-CV 12,7 % 10,0 – 15,0

Hitung Jenis
Eosinofil L 0 % 2.0-4.0
Basofil 0 % <1
Neutrofil H 81,4 % 50,0-70,0
Limfosit L 11,7 % 35,0-40,0
Monosit 6,9 % 2,0-8,0
Jumlah Trombosit 356.00 ribu/uL 150.000-
0 440.000
Laju Endap Darah 16 mm/jam < 25

BT-CT
Masa perdarahan 2’00” menit 1,00-5,00
Masa Pembekuan 10’30” menit 5,00-15,00

X. Terapi
1. Cravox
2. Santagesik
3. Topazol
4.
5.

Y. Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya


Tidak dikaji
Z. Kesimpulan
Klien mengalami kerusakan pada integritas kulit disebabkan oleh petasan gantung di
sekitar rumahnya. Hal ini berdampak pada aktivitas sehari-hari klien karena klien tidak
bisa menggerakan lengan kanannya secara bebas. Luka terbuka pada lengan kanan juga
menyebabkan klien rawan mengalami infeksi. Pada waktu pengkajian pada tanggal 6
Juni 2019 klien mengeluhkan nyeri pada lengan kanan bekas operasi.

AA. Perencanaan Pulang


 Tujuan pulang:
Klien pulang ketempat tinggalnya di Blimbing, Malang
 Transportasi pulang
Kendaraan Pribadi
 Dukungan keluarga:
Dukungan anak, suami dan saudara dekat
 Antisipasi bantuan biaya setelah pulang:
Biaya pengobatan menggunakan JKN kesehatan
 Antisipasi masalah perawatan diri setalah pulang:
Rutin melakukan perawatan luka, nutrisi sesuai anjuran, melakukan aktivitas sesuai
anjuran, mengkonsumsi obat secara teratur.
 Pengobatan:
Terapi sesuai resep dari dokter
 Rawat jalan ke:
Poli luka
 Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah:
Klien dan keluarga memperhatikan kondisi luka klien, jangan sampai terjadi infeksi
 Keterangan lain:
Rutin mengkonsumsi obat yang diresepkan
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


. keperawatan
1 DS: Cedera fisik akibat Nyeri Akut
 Klien mengatakan nyeri petasan
pada daerah lengan kanan ↓
sehabis operasi pada Luka di daerah lengan
tanggal 5 Juni 2019 kanan
 Klien mengatakan lengan ↓
kanan nya masih sulit untuk Kerusakan kulit
digerakkan ↓
DO: Nyeri akut
 Ekspresi wajah nyeri (+)
 TD = 110/70
 RR = 20x/menit
 Terdapat luka bekas operasi
di daerah lengan kanan
 Pengkajian Nyeri
P= cedera fisik
Q= seperti tertusuk
R= Regio lengan kanan
S= Skala nyeri 4
T= Hilang timbul
2 DS: Cedera fisik akibat Kerusakan
 Klien mengatakan pada petasan Integritas Jaringan
tanggal 4 Juni ke tempat ↓
saudaranya untuk acara Luka di daerah lengan
keluarga, didepan rumah kanan
ada orang yang menyalakan ↓
petasan gantung dan Kerusakan kulit dengan
terkena lengan kanan klien, dalam luka ± 0,5 cm,
sudah dilakukan operasi cito panjang luka ± 8 cm,
debridement pada 5 Juni lebar luka ± 7 cm
2019 ↓
DO: Kerusakan integritas
 Terdapat luka bekas operasi jaringan
pada tanggal 5 Juni 2019 di
daerah lengan kanan
 Diagnosa medis: Massive
tissue loss of regio humerus
dextra with bone exposed
 Dalam luka ± 0,5 cm
 Panjang luka ± 8 cm
 Lebar luka ± 7 cm
3 Faktor Risiko: Risiko Infeksi
 Terdapat luka terbuka bekas
operasi
 Leukosit 16.200 u/L
 Hemoglobin 12,5 g/dL
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN DENGAN PRIORITAS

Ruang : Zamrud
Nama Pasien : Ny. I.M
Diagnosis Medis : Massive tissue loss of regio humerus dextra with bone exposed

No
TANGGAL TANGGAL TANDA
. DIAGNOSA KEPERAWATAN
MUNCUL TERATASI TANGAN
Dx
1 Jumat, 05 Nyeri akut b.d agen cedera fisik d.d ekspresi Jumat, 12
April 2019 wajah nyeri April 2019
2 Jumat, 05 Kerusakan integritas jaringan b.d kerusakan Jumat, 05
April 2019 jaringan pada lengan kanan April 2019
3 Jumat, 05 Risiko infeksi Jumat, 05
April 2019 April 2019
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

A. Diagnosis Keperawatan No.1


Nyeri akut b.d agen cedera fisik d.d ekspresi wajah nyeri

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam NOC: tingkat nyeri dipertahankan
dan ditingkatkan sesuai dengan target yang ditentukan.

NOC: Tingkat nyeri


No Indikator 1 2 3 4 5 Keteranga
. n
1 Nyeri yang dilaporkan 4⟼5 1 = berat; 2 =
cukup berat; 3 =
sedang; 4 =
ringan; 5 = tidak
ada
2 Ekspresi wajah nyeri 4⟼5 1 = berat; 2 =
cukup berat; 3 =
sedang; 4 =
ringan; 5 = tidak
ada

IC: Manajemen Nyeri


Indikator 1: Nyeri yang dilaporkan
1.1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intentsitas beratnya nyeri dan
faktor pencetus
1.2. Gunakan strategi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
sampaiakan penerimaan pasien terhadap nyeri
1.3. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan (misalnya suhu ruangan, pencahayaan, bising)
1.4. Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam misalanya (farmakolgoiki,
non-farmakologi, interpersonal) untuk memfasilitasi penurunan nyeri, sesuai
dengan kebutuhan
1.5. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
Indikator 2: Ekspresi wajah nyeri
2.1. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan
2.2. Pastikan perawatan analgesik dilakukan dengan pemantauan yang tepat
2.3. berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan peresepan analgesik
2.4. beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan pasien saat ini
berubah signifikan dari pengalaman nyeri sebelumnya.
B. Diagnosis Keperawatan No.2
Kerusakan integritas jaringan b.d kerusakan jaringan pada lengan kanan

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam NOC: Penyembuhan luka:
sekunder dipertahankan dan ditingkatkan sesuai dengan target yang ditentukan.

NOC: Penyembuhan luka: sekunder


No Indikator 1 2 3 4 5 Keteranga
. n
1 Granulasi 3⟼5 1 = Tidak ada; 2 =
terbatas; 3 =
sedang; 4 = besar;
5 = sangat besar
3 Ukuran luka berkurang 3⟼5 1 = Tidak ada; 2 =
terbatas; 3 =
sedang; 4 = besar;
5 = sangat besar

IC: Perawatan luka


Indikator 1: Granulasi
1.1. Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka
1.2. pertahankan teknik balutan steril ketika melakukan perawatan luka, dengan
tepat
1.3. periksa luka setiap kali perubahan balutan
1.4. bantu pasien dan keluarga untuk mendapatkan pasokan bahan untuk
membersihkan luka
1.5. anjurkan pasien dan keluarga mengenai cara penyimpanan dan pembuangan
balutan dan pasokan/suplai alat dan bahan membersihkan luka
Indikator 2: Ukuran luka berkurang
2.1. Ukur luas luka yang sesuai
2.2. Rujuk pada ahli diet, dengan tepat
2.3. Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengenal tanda dan gejala infeksi
2.4. Dokumentasikan lokasi luka, ukuran, dan tampilan
C. Diagnosis Keperawatan No.3
Risiko infeksi

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam NOC: Pemulihan pembedahan:
penyembuhan dipertahankan dan ditingkatkan sesuai dengan target yang ditentukan.

NOC: Pemulihan pembedahan: penyembuhan


No Indikator 1 2 3 4 5 Keteranga
. n
1 Penyembuhan luka 4⟼5 1 = deviasi berat
dari kisaran
normal; 2 =
deviasi yang
cukup besar dari
kisaran normal; 3
= deviasi sedang
dari kisaran
normal; 4 =
deviasi ringan dari
kisaran normal; 5
= tidak ada deviasi
dari kisaran
normal

IC: Perlindungan infeksi


Indikator 1: Penyembuhan luka
1.1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
1.2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
1.3. Periksa kondisi setiap sayatan bedah atau luka
1.4. Tingkatkan aspan nutrisi yang sukup
1.5. Anjurkan asupan cairan, dengan tepat
1.6. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik yang diresapkan
1.7. Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana cara menghindari infeksi
EVALUASI TINDAKAN

Nama Klien :
Diagnosa Medis :
Tanggal Pengkajian :

TTD &
No.
Tgl Dx. Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien Nama
Kep
Terang
13 1 Subjektif
Mei

201
9 Objektif

EVALUASI HARIAN

A. Evaluasi Hari Ke-2

Jam Subjektif Objektif Assessment Planning Implementation Evaluation


  Diagnosa Subjective
Keperawatan 
Objective

Assessment

Planning

  Subjective

Objective

Assessment

Planning
EVALUASI PROSES

No
Hari/ Tanda
Dx
Tanggal/ Evaluasi tanga
Ke
Jam n
p
1 Subjektive

Objective
 Df
NOC: Lo
Score
No Indikator
Awl Tgt Akr
1
2
3
Assesment

Planning
SATUAN ACARA EDUKASI (SAE)
DENGAN TOPIK Click or tap here to enter text.
DI Choose an item.

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Profesi Ners


Departemen Keperawatan Bedah

Oleh:
Prima Mahartanto
NIM. 180070300011008

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN JURUSAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
SATUAN ACARA EDUKASI

A. STEP 1: Establishing Trust

AKTIVITAS IMPLEMENTASI
Perawat Perawat : Selamat sore pak, perkenalkan nama saya
memperkenalkan diri prima, Saya perawat dari Puskesmas Karang
Rejo
Pasien : Mari mas, silahkan masuk
Perawat : Terima kasih pak
Perawat menjelaskan Perawat : Baik pak, dua hari yang lalu kan bapak
perannya berkunjung ke puskesmas karang rejo, dan
mendapatkan perawatan kaki diabetes, nah pak
kami dari puskesmas ada kegiatan untuk edukasi
senam kaki pada penderita diabetes
Pasien : Oh begitu mas
Informed consent dan Perawat : Apakah bapak bersedia?”
Pasien : baik mas saya bersedia
kontrak
Perawat : Baik, kalau bapak bersedia, kita akan berdiskusi
berapa waktu yang kita butuhkan?
Pasien : berapa lama ya mas, bagaimana kalau 20
sampai 30 menit ya mas?
Perawat : Sekitar 20 Menit ya pak?
Pasien : Iya mas
Menciptakan interaksi Perawat : Dalam berdiskusi ini, bapak terbuka saja ya pak.
yang “trust-honest” Serta bapak tidak usah khawatir, semua
informasi yang Bapak sampaikan akan saya
jamin kerahasiaannya
Pasien : baik mas

BB. STEP 2: Assess Patient’s Needs

AKTIVITAS IMPLEMENTASI
Menyusun list masalah Perawat : Jadi bagaimana Bapak masalah apa yang terjadi
yang akan dijadikan selama menderita diabetes melitus atau kencing
topic edukasi manis ini?
Pasien : Sebenarnya banyak sih Mas, mulai dari saya
sering pusing dan lemas, dan kaki saya ini lemas
dan sering tidak terasa kalau ada luka
Perawat : oh begitu pak, apakah ada lagi keluhan yang
bapak rasakan?
AKTIVITAS IMPLEMENTASI
Pasien : Untuk saat ini sepertinya masih itu yang
terpikirkan mas

CC. STEP 3: Setting Priorities and Time Frame

AKTIVITAS IMPLEMENTASI
Mengarahkan klien untuk Perawat : Baiklah pak kalau begitu kita akan mencoba
menentukan topik yang mendiskusikan masalah diatas dengan
dinilai perlu untuk pendekatan senam kaki diabetes ya pak.
Pasien : Iya mas, saya sangat ingin kaki saya ini normal
segera diatasi
seperti orang sehat mas

Menyusun deadline Perawat : Iya Pak, namun karena kondisi Bapak sekarang
pencapaian jadi berkurang ya, Kita lakukan latihan senam
kaki ini secara bertahap saja pak, tidak usah
terburu-buru yang penting rutin dilakukan.
Bagaimana kalau kita targetkan dalam minggu ini
bapak sudah mulai rutin mempraktekkan senam
kaki diabetes yang nanti akan saya ajarkan?
Pasien : Iya mas, Semoga dalam waktu 1 minggu saya
sudah paham bagaimana cara senam kaki
diabetes dan rutin melaksanakannya

DD. STEP 4: Delivering The Education Contents

AKTIVITAS IMPLEMENTASI
Memberikan edukasi Metode diskusi
kepada klien mengenai Perawat : Baiklah pak, sebelum kita memulai senam kaki
topik yang telah diabetes-nya, disini saya akan menjelaskan
disepakati terlebih dahulu tentang apa itu kaki diabetes ya
pak
Pasien : Iya mas
Perawat : Jadi begini pak, untuk kaki diabetes itu adalah
komplikasi dari penyakit diabetes melitus , kaki
AKTIVITAS IMPLEMENTASI
diabetes ini disebabkan karena berkurangnya
sensitivitas pada kaki dan berkurangnya aliran
darah
Pasien : oh begitu ya mas
Perawat : Lalu untuk
Pasien : Iya mas
Perawat : Baiklah pak sekarang akan saya ajarkan
bagaimana senam kaki diabetes itu ya, senam ini
terdiri dari 10 langkah sebagai berikut pak
Pasien : Ooo sepuluh langkah ya mas
Perawat : iya pak kita mulai untuk langkah pertama yaitu
duduk tegak dikursi dengan kaki menyentuh
lantai, perhatikan seluruh telapak kaki
menyentuh lantai dan tidak bersandar pada kursi
Perawat : Gerakan ke dua – Gerakan telapak kaki keatas,
tekuk jari-jari kaki seperti cakar ayam dan
lakukan gerakan ini sebanyak sepuluh kali
Perawat : Gerakan ke tiga - Angkat telapak kaki ke atas
dengan posisi tumit dilantai, lalu angkat tumit
dengan jari-jari-jari kaki dilantai lakukan gerakan
ini sebanyak sepuluh kali
Perawat : Gerakan ke empat - Angkat telapak kaki dengan
posisi tumit dilantai, dan lakukan gerakan
memutar sebanyak sepuluh kali”
Perawat : Gerakan ke lima - Angkat tumit dengan posisi
jari-jari dilantai, lakukan gerakan memutar
sebanyak sepuluh kali dari dalam keluar
Perawat : Gerakan ke enam - Angkat salah satu lutut kaki
dan luruskan, gerakan jari-jari ke depan
sebanyak sepuluh kali
Perawat : Gerakan ke tujuh - Angkat salah satu lutut kaki
dan luruskan, gerakan jari-jari kaki kearah wajah,
lakukan gerakan ini sebanyak sepuluh kali
Perawat : Gerakan ke delapan - Angkat kedua kaki dan
luruskan pertahankan posisi tersebut, arahkan
jari-jari kaki kearah kaki sebanyak sepuluh kali
Perawat : Gerakan ke sembilan - Angkat kedua kaki dan
luruskan, arahkan jari-jari kaki kearah depan
menjauhi wajah lakukan sebanyak sepuluh kali
Perawat : Gerakan ke sepuluh - Angkat salah satu kaki dan
AKTIVITAS IMPLEMENTASI
luruskan, tuliskan angka dari satu sampai
sembilan di udara
Langkah terakhir, letakkan sehelai koran di
lantai, bentuk koran menjadi bola dengan kedua
kaki, buka bola tersebut menjadi lembaran
seperti semula menggunakan kedua jari-jari kaki,
bagi lembaran koran menjadi dua, robek bagian
koran yang lain menjadi bagian yang kecil-kecil,
masukkan bagian koran yang kecil-kecil tersebut
kebagian koran yang lain. Bentuk koran menjadi
bola dan masukkan bola tersebut ke dalam
tempat sampah
Perawat : Mudah kan pak untuk mempraktekkan senam
kaki diabetes
Pasien : Iya mas

Perawat memberi Pasien : Ternyata bisa pakai cara seperti itu ya mas, saya
kesempatan kepada baru memahami, terima kasih banyak pak atas
klien untuk bantuannya
Perawat : Sama-sama pak, Mungkin ada yang Bapak
menyampaikan feedback
tanyakan?
Pasien : Saya rasa sudah cukup itu saja Mas
Perawat : Bagus kalau begitu. Bagaimana Pak bisa
diulangi lagi penjelasan saya tentang senam kaki
diabetes tadi?
Pasien : Senam kaki ini tadi terdiri dari 10 langkah kan
mas?
Perawat : Untuk langkah pertama tadi bagaimana pak?
Pasien : Kita duduk tegak dengan kaki dilantai yang rata
mas
Perawat : Bagus sekali pak, sekarang langkah kedua
bagaimana pak?
Pasien : Langkah kedua kita ini yang seperti ceker ayam
tadi
Perawat : Gerakan ketiga pak?
Pasien : Angkat telapak kaki dengan posisi tumit dilantai
Perawat : Gerakan ke empat pak?
Pasien : Angkat telapak kaki dengan posisi tumit dilantai
lalu lakukan gerakan telapak kaki yang memutar
tadi mas
AKTIVITAS IMPLEMENTASI
Perawat : Gerakan ke lima?
Pasien : Angkat tumit dengan jari dilantai lalu juga
gerakan memutar ini mas
Perawat : Gerakan ke enam?
Pasien : Ini yang mengangkat salah satu kaki lalu jari-jari
kaki diarahkan kedepan kan?
Perawat : Iya pak, lalu gerakan ke tujuh bagaimana?
Pasien : Sama diangkat seperti tadi juga mas satu
kakinya tetapi, jari-jarinya kearah wajah
Perawat : Gerakan ke delapan?
Pasien : Kalau ini yang kedua kaki diangkat dan jari
diarahkan kewajah sepuluh kali kan
Perawat : Gerakan ke sembilan?
Pasien : Ini juga mengangkat kaki, tapi arahnya jari
kakinya menjauhi wajah mas
Perawat : Gerakan ke sepuluh?
Pasien : Ini yang menulis angka di udara dan merobek-
robek koran tadi kan mas?
Perawat : Iya pak, bagus sekali pak. Nanti tinggal
dipraktikkan secara rutin ya.
Pasien : Siap pak, terima kasih banyak

EE. STEP 5: Evaluation - Reevaluation - Follow Up Strategies

AKTIVITAS IMPLEMENTASI
Perawat mengevaluasi Perawat : Kira-kira apakah akan ada hambatan saat
implementasi materi mempraktikkan di rumah nanti Pak?
Pasien : Sepertinya tidak ada mas, tetapi mungkin saya
edukasi oleh klien
agak kurang kuat pada saat mengangkat kaki
tadi
Perawat : Begitu ya pak, memang pada saat pertama
latihan kaki kita masih terasa lemah, tetapi bapak
bisa melakukan latihan tersebut secara bertahap
Pasien : Baiklah mas, nanti saya akan berlatih pelan-
pelan

Perawat melakukan Perawat : Kalau begitu, bagaimana kalau kita buat rencana
rencana tindak lanjut mingguan, kira-kira kalau bapak berlatih setiap
AKTIVITAS IMPLEMENTASI
atau modifikasi setiap hari apakah bapak bisa?”
Pasien : Iya mas, nanti saya usahakan. Misalnya kalau
pembelajaran
dua hari sekali juga boleh ya mas?
Perawat : Sebenarnya boleh juga sih pak, tetapi harus
dilakukan secara rutin agar latihan yang bapak
lakukan bisa meningkatkan kesehatan kaki
bapak
Pasien : Oh begitu ya mas, baiklah kalau begitu nanti
saya akan usahakan untuk berlatih senam kaki
ini setiap hari, tetapi kalau tidak bisa saya
berlatih dua hari sekali juga boleh kan mas
Perawat : Iya pak, bisa dilakukan bertahap latihan senam
kaki diabetesnya

Terminasi sesi edukasi Perawat : Baik Pak, dari proses evaluasi saya lihat bapak
sudah memahami apa yang saya ajarkan, saya
kira pertemuan kita cukup ya pak
Pasien : Iya mas, terima kasih banyak sudah mau datang
ke rumah saya
Perawat : Iya pak, sama-sama
LAMPIRAN MATERI

A. Apa itu
LAPORAN RESUME KASUS

MINGGU KE- 4 DI RUANG ZAMRUD RS LAVALETTE KOTA MALANG

Disusun Untuk Memenuhi Laporan Tugas Profesi


Departemen Bedah

Oleh:
Prima Mahartanto
NIM 180070300011008

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
NAMA : Prima Mahartanto
NIM : 180070300011008

A. RESUME KASUS PADA NY. R DENGAN ASMA+DM


Nama Pasien : Ny. R Hari/Tanggal :
No. Rekam Medis Pasien : 170219XX Diagnosa Medis : Asma + DM

S O A P I E
 Klien  Nafas Diagnosa Tujuan IC: Manajemen jalan Subjective
mengatakan spontan Keperawata Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Klien mengatakan masih
nafas
sesak sejak  RR = 24 n selama 3x24 jam diharapkan NOC:
NOC 1: Frekuensi sesak
sore karena x/menit Bersihan status pernafasan: kepatenan jalan
asap  Menggunaka jalan nafas nafas dipertahankan dan dapat pernafasan
pembakaran n O2 NRBM tidak efektif ditingkatkan sesuai dengan target yang 1.1. Memposisikan Objective
sampah di 10 lpm b.d terpajan ditentukan Indikator Trgt Awl Akr
pasien setengah
dekat  TD 147/94 asap; Frekuensi 5 3 3
rumahnya mmHg spasme jalan NOC: Status pernafasan: kepatenan duduk pernafasan
 Klien  Suhu 36,5OC nafas; riwayat jalan napas 1.2. Memberikan terapi Irama 5 4 4
mengatakan  Kesadaran asma pernafasan
nebulizer
mempunyai CM No Outcome 1 2 3 4 5
riwayat asma 1. Frekuensi 3⟼5 combivent:pulmicor
 GCS 4-5-6 Assessment
dan dm pernafasan t
 Klien  Masalah bersihan jalan
NOC 2: Irama pernafasan
mengatakan 2 Irama 4⟼5 2.1. Memberikan nafas belum teratasi
mengkonsums pernafasan
i metformin motivasi pasien
500mg dan Planning
untuk bernafas  Lanjutkan intervensi
glibenclamide IC: Manajemen jalan nafas
NOC 1: Frekuensi pernafasan pelan, dalam,
1.1. Posisikan pasien untuk berptar, dan batuk
memaksimalkan ventilasi 2.2. Memberikan terapi
1.2. Kelola pemberian bronkodilator oksigen dengan
1.3. Ajarkan bagaimana
konsentrasi 10 lpm
menggunakan inhaler sesuai
melalui NRBM
resep, sebagaimana mestinya 2.3. Memonitor irama
NOC 2: Irama pernafasan pernafasan dan
2.1. Motivasi pasien untuk bernafas saturasi oksigen
NAMA : Prima Mahartanto
NIM : 180070300011008

pelan, dalam, berptar, dan batuk


2.2. Kelola udara atau oksigen yang
dilembabkan
2.3. Posisikan untuk meringankan
sesak nafas
2.4. Monitor status pernafasan dan
oksigenisasi, sebagaimana
mestinya
NAMA : Prima Mahartanto
NIM : 180070300011008

D. RESUME KASUS PADA TN. N.S DENGAN CHF


Nama Pasien : Ny. N.S Hari/Tanggal :
No. Rekam Medis Pasien : 190666XX Diagnosa Medis : CHF

S O A P I E
 Klein  Klien Diagnosa Tujuan IC: Manajemen Nyeri Subjective
mengataka tampak Keperawata Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NOC 1: Nyeri yang  Klien mengatakan masih
n nyeri memegang n 3x24 jam diharapkan NOC: Click or tap here to dilaporkan
terasa nyeri dada kiri dan
dada sejak i dadanya Nyeri akut enter text. dipertahankan dan dapat ditingkatkan 1.1. Melakukan
pukul 22.00  P= sesuai dengan target yang ditentukan pengkajian nyeri seperti tertusuk ke
tanggal 02 Congestive 1.2. Mengatur
belakang
Juni 2019 heart NOC: Click or tap here to enter text. lingkungan agar
 Klein failure nyaman bagi
mengataka  Q = seperti No Outcome 1 2 3 4 5 klien Objective
n memiliki ditusuk di 1. Nyeri yang dilaporkan 4⟼5 1.3. Mengajjarkan Indikator Trgt Awl Akr
riwayat dada 2. Ekspresi wajah nyeri 4⟼5 teknik nafas Nyeri 5 4 4
penyakit tembus ke dalam yang
CHF MRS belakang IC: Manajemen Nyeri NOC 2: Ekspresi wajah dilaporkan
di ruang  R = dada NOC 1: Nyeri yang dilaporkan nyeri Ekspresi 5 4 4
Ruby RS sebelah kiri 1.1. Lakukan pengkajian nyeri secara 2.1. Mengobservasi wajah
Lavalette 1  S = skala adanya petunjuk nyeri
komprehensif yang meliputi lokasi, nonverbal
bulan yang nyeri 4
lalu  T = hilang karakteristik, onset/durasi, frekuensi, mengenai
 Klien rutin timbul ketidaknyamana
kualitas, intentsitas beratnya nyeri dan n Assessment
mengkonsoi
obat faktor pencetus 2.2. memberikan  Masalah belum teratasi
farmcrol, 1.2. Gunakan strategi terapeutik untuk analgesik sesuai
soyacholin, dengan resep Planning
mengetahui pengalaman nyeri dan dokter
imocard,  Lanjutkan intervensi
clopidogrel sampaiakan penerimaan pasien terhadap
nyeri
1.3. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (misalnya suhu
NAMA : Prima Mahartanto
NIM : 180070300011008

ruangan, pencahayaan, bising)


1.4. Pilih dan implementasikan tindakan yang
beragam misalanya (farmakolgoiki, non-
farmakologi, interpersonal) untuk
memfasilitasi penurunan nyeri, sesuai
dengan kebutuhan
1.5. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
NOC 2: Ekspresi wajah nyeri
2.1. Observasi adanya petunjuk nonverbal
mengenai ketidaknyamanan
2.2. Pastikan perawatan analgesik dilakukan
dengan pemantauan yang tepat
2.3. berikan individu penurun nyeri yang
optimal dengan peresepan analgesik
2.4. beritahu dokter jika tindakan tidak
berhasil atau jika keluhan pasien saat ini
berubah signifikan dari pengalaman nyeri
sebelumnya.
NAMA : Prima Mahartanto
NIM : 180070300011008

E. RESUME KASUS PADA TN. X DENGAN


Nama Pasien : Ny. R Hari/Tanggal :
No. Rekam Medis Pasien : 170219XX Diagnosa Medis : Click or tap here to enter text.

S O A P I E
  Suhu Diagnosa Tujuan IC: Subjective
Keperawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NOC 1:
Click or tap 3x24 jam diharapkan NOC: Click or tap here to enter
here to enter text. dipertahankan dan dapat ditingkatkan sesuai Objective
text. dengan target yang ditentukan
Assessment
NOC: Click or tap here to enter text.
Planning
No Outcome 1 2 3 4 5
1. 3 ⟼5

IC:
NOC 1:
NAMA : Prima Mahartanto
NIM : 180070300011008

Anda mungkin juga menyukai