Anda di halaman 1dari 22

A.

Konsep Supervisi
Supervisi merupakan bagian dari fungsi pengarahan yang berperan untuk
mempertahankan agar segala kegiatan yang telah terprogram dapat dilaksanakan
dengan baik dan lancar. Supervisi secara langsung memungkinkan manajer
keperawatan menemukan berbagai hambatan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan diruangan dan bersama dengan staf keperawatan mencari jalan
pemecahannya. Supervisi biasanya dilakukan oleh atasan terhadap bawahan atau
konsultan terhadap pelaksana. Menurut Keliat,2012 dalam wirawan dkk, 2013
manajer keperawatan atau kepala ruang memiliki tanggung jawab dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan yang efektif serta aman kepada sejumlah pasien
dan memberikan kesejahteraan fisik, emosional dan kedudukan bagi perawat.
Supervisi dalam keperawatan bukan hanya sekedar kontrol, tetapi lebih dari itu
kegiatan supervisi mencakup penentuan kondisi-kondisi atau syarat-syarat
personal maupun material yang diperlukan untuk tercapainya tujuan asuhan
keperawatan secara efektif dan efisien (Marquis &Huston, 2010).

Kepala ruangan sebagai ujung tombak tercapainya tujuan pelayanan


keperawatan di rumah sakit harus mempunyai kemampuan melakukan supervisi
untuk mengelola asuhan keperawatan. Supervisi yang dilakukan kepala ruangan
berperan untuk mempertahankan segala kegiatan yang telah dijadwalkan dapat
dilaksanakan sesuai standar. Supervisi memerlukan peran aktif semua perawat
yang terlibat dalam kegiatan pelayanan keperawatan sebagai mitra kerja yang
memiliki ide, pendapat dan pengalaman yang perlu didengar, dihargai, dan di
ikut sertakan dalam proses perbaikan pemberian asuhan keperawatan dan
pendokumentasian asuhan keperawatan.
Peran perencana terlihat pada kemampuan supervisor dalam menyusun
rencana sebelum melakukan supervisi. Rencana yang dibuat membutuhkan
kemampuan dalam pengambilan keputusan mengenai siapa yang disupervisi, apa
yang disupervisi, kapan, dimana, dan bagaimana pelaksanaan supervisi akan
dilakukan. Peran pengarah ditunjukkan pada saat memberikan arahan kepada
perawat pelaksana untuk melakukan tindakan sesuai standar. Peran sebagai
pelatih dibutuhkan saat supervisor melatih perawat pelaksana dalam melakukan
tindakan keperawatan, dan peran sebagai penilai ditunjukkan pada saat
supervisor melakukan penilaian terhadap hasil kerja perawat. Seorang supervisor
dalam merancang pekerjaan perlu memperhatikan berbagai kebutuhan manusia
seutuhnya yang harus dipenuhi (Siagian,2009).
Kegiatan supervisi yang tidak dilakukan dengan baik akan memberikan
dampak bagi kinerja perawat pelaksana juga terjadinya pemberian layanan
kesehatan yang menurun atau tidak optimal sehingga dapat muncul
kecenderungan akan adanya kejadian yang tidak diharapkan atau nyaris cedera
yang bertentangan dengan pasient safety. Sesuai dengan penelitian (Nainggolan,
2010 Dalam Dini dkk, 2017) penurunan kinerja perawat akan mempengaruhi
mutu pelayanan kesehatan.

B. Pelaksana Supervisi
Supervisi keperawatan dilaksanakan oleh personil atau bagian yang
bertanggung jawab antara lain Nursalam (2011).
1. Kepala Ruang
a. Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanana keperawatan pada
klien di ruangan perawatan.
b. Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan
pelayanan kesehatan di rumah sakit
c. Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksankan praktik
keperawatan di ruang perawat sesuai dengan yang didelegasikan
2. Pengawasan keperawatan (Supervisor)
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit pelaksana
fungsional (UPF) mempunyai pengawasan yang bertanggung jawab
mengawasi jalannya pelayanan keperawatan. Supervisor juga bertanggung
jawab dalam mensupervisi pelayanan kepada kepala ruangan yang ada di
istalansinya
3. Kepala seksi keperawatan
Beberapa UPF digabung dalam satu pengawasan kepala seksi yang
bertugas mengawasi istalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung
dan seluruh perawat secara tidak langsung
4. Kepala Bidang Keperawatan
Kepala bidang keperawatan bertanggung jawab melakukan supervisi baik
secara langsung atau tidak langsung melalui para pengawas keperawatan.
Kepala bidang keperawtan juga harus dapat mengusahakan seoptaimal
mungkin kondisi kerja yang aman dan nyaman, efektif dan efisien.

Peran dan fungsi supervisior dalam supervisi adalah mempertahankan


keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen sumber daya yang tersedia,
dengan lingkup tanggung jawab antara lain:

a. menetapkan dan mempertahankan standar pratik keperawtan


b. menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan
c. mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan
keperawatan dan kerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait
d. manajemen anggaran

C. Manfaat dan Tujuan Supervisi


Manfaat dan tujuan supervisi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Azwar,
2010; Suarli & Bahtiar, 2009 dalam Anggeria, 2018):
a. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas
kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana
kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.
b. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi
kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang
dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan
sarana) yang sia-sia dapat dicegah.
D. Model Supervisi Keperawatan
Beberapa model supervisi dapat diterapkan dalam kegiatan supervisi antara
lain (Suyanto, 2009dalam Anggeria, Maria, 2018)
a. Model konvensional
Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan
masalah dan kesalahan dalam pemberian asuahan keperawatan. Supervisi
dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan memata-matai staf dalam
mengerjakan tugas. Model ini sering tidak adil karena hanya melihat sisi
negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan perawat pelaksana
sehingga sulit terungkap sisi positif, hal yang baik ataupun keberhasilan
yang telah dilakukan.
b. Model ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan sehingga
tidak hanya mencari kesalahan atau masalah saja. Oleh karena itu,
supervisi yang dilakukan dengan model ini memilki karasteristik yaitu:
dilakukan secara berkesinambungan, dengan prosedur, instrumen dan
standar supervisi yang baku, menggunakan data yang objektif sehingga
dapat diberikan umpan balik dan bimbingan .
c. Model klinis
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana
dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan
kinerjanya dalam pemberian asuahn keperawatan meningkat. Supervisi
dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan
yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan
standar keperawatan.
d. Model artistik
Supervisi model artistik dilakukan dengan pendekatan personal untuk
menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat
pelaksana yang disupervisi. Sehingga akan tercipta hubungan saling
percaya sehingga hubungan antara perawat dan supervisor akan terbuka
dam mempermudah proses supervisi.
E. Jenis-jenis Supervisi
1. Supervisi umum dan pengajaran:
a. Supervisi Umum adalah supervisi yang dilakukan terhadap kegiatan
yang berhubungan dengan usaha perbaikan pengajaran
b. Sedang Pengajaran: kegiatan kepengawasan yang berfungsi memperbaiki
kondisi untuk mencapai tujuan pembelajaran
2. Supervisi Klinis: Proses Supervisi adalah bimbingan yang berdasarkan
atas observisi dan analisis data secara teliti dan objektif.
3. Pengawasan melekat dan fungsional

F. Proses Supervisi
Proses supervisi dalam manajemen keperawatan terbagi menjadi tiga yaitu
(Nursalam, 2014) :
a. Prasupervisi
1. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.
2. Supervisor menetapkan tujuan dan kompetensi yang akan dinilai.
b. Pelaksanaan Supervisi
1. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau
instrumen yang telah disiapkan.
2. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan
3. Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan
dan klarifikasi permasalahan.
c. Pascasupervisi-3F
1. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan memvalidasi
data sekunder.
a. Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.
b. Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat.
2. Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair).
a. Supervisor mengklarifikasi masalah yang ada.
b. Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat.
3. Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi (sesuai hasil
laporan supervisi).
4. Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan.
a. Terdapat dua reinforcement yaitu reinforcement positif atau
reward diberikan pada yang melakukan perilaku positif atau
diinginkan mendapatkan penghargaan sehingga dapat
meningkatkan kekuatan respon atau merangsang pengulangan
perilakunya. Ke dua reinforcement negative atau hukuman adalah
situasi yang terjadi ketika perilaku yang diinginkan terjadi untuk
menghindari konsekuensi negative dari hukuman (Roussel et al,
2003)
b. Ada dua follow up perbaikan yaitu short-term follo-up adalah
intervensi jangka pendek melibatkan pasien setelah melalui
sebuah episode dari penyakit akut dan long-term follow-up
diberikan pada pasien mendapatkan intervensi jangka panjang
atau tindak lanjut, rencana individual lebih formal dapat
dilakukan bersama dengan orang-orang di sekitarnya untuk
memperluas pemantauan dan mengulangi perilaku positif. (Cohen
and Toni, 2005).

G. Jenjang Karir Keperawatan


Herwati.,dkk, 2017 mengatakan bahwa jenjang karir keperawatan adalah
adanya suatu proses kehidupan dan juga pengembangan profesional dalam bidang
keperawatan yang mana hal ini dilakukan terus menerus. Perawat merupakan
salah satu tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit dan memegang peran penting
dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Pelayanan kesehatan dapat
berhasil berkat adanya pastisipasi yang berasal dari perawat yang mana para
perawat tersebut memberikan perawatan yang berkualitas agi pasiennya (Potter &
Perry, 2005). Hal tersebut sangat berkaitan erat dengan perawat yang mana
bertugas selama 24 jam untu memberikan pelayanan pada pasien. Selain itu dalam
hal ini rumah sakit juga memerlukan untuk melakukan suatu pengelolaan sumber
daya manusia (SDM) perawat, yakni dengan memperhatikan pengembangan karir
perawat.
Pengembangan karir perawat merupakan suatu perencanaan dan juga
penerapan dari karir seorang perawat yang mana dapat digunakan untuk
penempatan perawat ke jenjang yang disesuaikan dengan keahlian masing-masing
perawat, selain itu juga dengan menyediakan kesempatan yang lebih baik dan
disesuaikan dengan kemampuan sekaligus potens yang dimiliki (Suroso, 2011).
Selain itu dalam hal jenjang karir keperawatan pada unit rawat inap yang ada di
RS secara umum belum terlaksana dengan optimal. Jenjang karir keperawatan
memiliki beberapa karakteristik yakni motif, sikap, konsep diri, pengetahuan dan
keterampilan. Pada umumnya keterampilan dan juga pengetahuan inilah yang
dapat dikembangkan dan juga ditingkatkan melalui suatu program pelathan yang
digunakan sebagai kompetensi dasar ataupun persyaratan.

H. Kompetensi perawat

Level Karir dan Kompetensi Perawat di Rumah Sakit (PMK NO. 40 tahun
2017). Penyusunan kompetensi perawat klinik didasarkan pada tiga ranah
kompetensi yang mencakup :

1. Praktik professional, etis, legal, dan peka budaya adalah kemampuan perawat
untuk melaksanakan tindakan keperawatan sesuai standar profesi
keperawatan, berdasarkankode etik keperawatan, mentaati peraturan
perundang-undangan yang berlaku sertamemperhatikan budaya dan adapt
istiadat klien / pasien
2. Manajemen dan pemberian asuhan keperawatan adalah serangkaian
kemampuandalam mengelola dan memberikan asuhan keperawatan kepada
klien / pasien
3. Pengembangan pemberian asuhan keperawatan / pengembangan profesional
adalahkemampuan perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan diri sertakeilmuan keperawatan.

Pengelompokan perawat klinik dibagi menjadi lima kategori yaitu:

a. Perawat Klinis I (PK I)


Perawat Klinis I (Novice) memiliki latar belakang pendidikan D-III
Keperawatan dengan pengalaman kerja > 1 tahun dan menjalani masa aklinis
level I selama 3-6 tahun atau Ners dengan pengalaman kerja > 1 tahun dan
menjalani masa klinis level I selama 2-4 tahun. Pearwat Klinis I harus mempunyai
sertifikat pra klinis.
Perawat klinis I adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan
melakukan asuhan keperawatan dasar dengan penekanan pada keterampilan teknis
keperawatan dibawah bimbingan. PK I memiliki kompetensi sebagai berikut:
1) Melakukan asuhan keperawatan dasar (pengkajian, menetapkan diagnosis
keperawatan, menetapkan intervensi dan melaksanakan tindakna keperawatan
serta evaluasi) dengan lingkup keterampilan ehnik dasar.
2) Menerapkan prinsip etik, legal, dan peka budaya dalam asuhan keperawatan.
3) Melakukan komunikasi terapeutik di dalam asuhan keperawatan
4) Menerapkan caring dalam keperawatan
5) Menerapkan prinsip keselamatan klien.
6) Menerapkan prinsip pengendalian dan pencegahan infeksi.
7) Melakukan kerjasama tim dalam asuhan keperawatan
8) Menerapkan prinsip mutu dalam tindakan keperawatan
9) Melakukan proses edukasi kesehatan pada klien terkait dengan kebutuhan
dasar.
10) Mengumpulkan data kuantitatif untuk ekgaitan pembuatan laporan kasus
klien
11) Mengumpulkan data riset sebagai anggota tim penelitian.
12) Menunjukkan sikap memperlakukan klien tanpa mebedakan suku, agama,
ras dan antar golongan
13) Menunjukan sikap penghargaan dan keyaknianan terhadap pasien
14) Menunjukkan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga
15) Menujukan sikap asertif
16) Menunjukkan sikap empati
17) Menunjukkan sikap etik
18) Menunjukkan kepatuhan terhadap penerapan standar dan pedoman
keperawatan.
19) Menunjukkan tanggung jawab terhadap penerapan asuhan keperawatan
sesuai kewenangannya
20) Menunjukkan sikap kerja yang efekif dan efisien dalam pengelolaan klien.
21) Menunjukkan sikap saling percaya dan menghargai antara anggota tim
dalam pengelolaan asuhan keperawatan.

b. Perawat Klinis II (PK II)


Perawat klinis II (advance beginner) memiliki latar belakang pendidikan D-
III Keperawatan dengan pengalaman kerja > 4 tahun dan menjalani masa klinis
level II selama 6-0 tahun atau Ners dengan pengalaman kerja > 3 tahun dan
menjali masa klinis level II selam 4-7 tahun. Perawat klinis II harus mempunyai
sertifikat PK I.
Perawat klinis II adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan
melakukan asuhan keperawatan holistik pada klien secara mandiri dan mengelola
klien/sekelompok klien secara tim serta memperoldeh bimbingan untuk
penanganan masalah lanjut/kompleks. PK II memiliki kompetensi sebagai berikut:
1) Melakukan asuhan keperawatn dengan tahapan dan pendekatan proses
keperawatan pada klien dengan tingkat ketergantungan partial dan total care.
2) Menerapkan prinsip kepemimpinan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
3) Menerapkan konsep pengelolaan asuhan keperawatan pada sekelompok klien
4) Mengidenifikasi tingkat ketergantungan klien untuk menentukan intervensi
keperawatan.
5) Menetapkan jenis intervensi keperawatan sesuai tingkat ketergantungan klien.
6) Menerapkan prinsip etik, legal dan peka budaya dalam pemberian asuhan
keperawatan
7) Menggunakan komunikasi terapeutik yang sesuai dengan karakteristik dan
masalah klien.
8) Menerapkan caring yang sesuai dengan karakteristik dan masalah klien.
9) Melakukan kajian insiden keselamatan klien dan manajemen risiko klinis.
10) Melakukan kajian terhadap kejadian dan risiko infeksi pada klien
11) Melakukan kerja sama antar tim
12) Menerapkan pengendalian mutu dengan satu metode tertentu sesuai kebijakan
rumah sakit setempat
13) Mengimplementasikan pengendalian mutu asuhan keperawatan
14) Merumuskan kebutuhan belajar klien dan keluarga secara holistik sesuai
dengan masalah kesehatan klien
15) Menyusun rancangan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar klien
dan keluarga
16) Melakukan proses edukasi kesehat pada klien dan keluarga
17) Mengevaluasi ketercapaian edukasi kesehatan dan rencana tindak lanjut.
18) Melaksanakan preceptrorsip pada tenaga perawat dibawah bimbingannya dan
praktikan
19) Melakukan diskusi refleksi kasus untuk emningkatkan kualitas pemberian
asuhan keperawatan
20) Menggunakan hasil penelian dalam pemberian asuhan keperawatan.
21) Membantu pelaksanaan riset keperawatan deskriptif.
22) Melakukan survey keperawatan
23) Menunjukkan sikap memperlakukan klien tanpa membedakan suku, agama,
rasa dan angara golongan
24) Menunjukkan sikap penghargaan dan keyakinan terhadap pasien
25) Menunjukkan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga
26) Menujukan sikap asertif
27) Menunjukkan sikap empati
28) Menunjukkan sikap etik
29) Menunjukkan kepatuhan terhadap penerapan standa dan pedoman
keperawatan
30) Menunjukkan tanggung jawab terhadap penerapan asuhan keperawatan sesuai
kewenangnnya
31) Menunjukkan sikap kerja yang efektif dan efisien dalam pengelolaan klien
32) Menunjukkan sikap saling percaya dan menghargai antara anggota tim dalam
pengelolaan asuhan keperawatan.
c. Perawat Klinis III (PK III)
Perawat klinis III (competent) memiliki latar belakang pendidikan D-III
Keperawatan dengan pengalaman kerja > 10 tahun dan menjalani masa klinis
level III selama 9-12 tahun atau Ners dengan pengalaman kerja >7 tahun dan
menjalani masa klinis level III selama 6-9 tahun atau Ners Spesialis I dengan
pengalaman kerja 0 tahun dan menjalani masa klinis level III selama 2-4 tahun.
Perawat klinis III lulusan D-III Keperawatan dan Ners harus memiliki sertifikat
PK II.
Perawat klinis III adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan
melakukan asuhan keperawatan komprehensif pada area spesifik dan
mengembangkan pelayanan keperawatan berdasarkan bukti ilmiah dan
melaksanakan pembelajaran klinis. Kompetensi perawata PK III yaitu:
1) Melakukan pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan tingkat
ketergantungan partial dan total dengan masalah kompleks di area keperawatn
spesifik.
2) Menerapkan filosofi dasar keperawatan pada area keperawatan spesifik.
3) Menerapkan penyelesaian dan pengambilan keputusan masalah etik, legal
dalam asuhan keperawatan di unit keperawatan.
4) Menetapkan jenis intervensi keperawatan sesuai tingkat ketergantungan klien
pada lingkup area spesifik.
5) Menerapkan prinsi kepemimpinan dalam melaksanakan asuhan keperawatan
6) Menerapkan konsep pengelolaan asuhan keperawatan pada unit ruang rawat.
7) Menggunakan metode penugasan yang sesuai dealam pengolaan asuhan
keperwatan di unit ruang rawat.
8) Menetapkan masalah mutu asuhan keerawatan berdasarkan kajian standar dan
kebijakan mutu
9) Melaksanakan analisis akar masalah (RCA) dan membuat grading risiko
terhadap masalah klinis.
10) Mengidentifikasi kebutuhan belajar klien dan keluarga secara holistik sesuai
dengan masalah kesehatan klien di area spesifik
11) Mengidentifikasi dan memilih sumber-sumber yag tersedia untuk edukasi
kesehatan pada area spesifik.
12) Melakukan tahapan penyelesaian masalah etik, legal dalam asuhan
keperawatan.
13) Menggunakan komunikasi terapeutik yang sesuai dengan karakterisik dan
masalah klien dan keluarga pada area spesifik
14) Menetapakan caring yang sesuai dengan karakterisitik dan masalah klien di
area spesifik.
15) Menetapkan prinsip kerjasama interdisiplin
16) Melaksanakan pendengan mutu asuhan keperawatan di unit.
17) Menyusun rancangan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar klien
dan keluarga pada area spesifik.
18) Melakukan proses edukasi kesehatan pada klien dan keluarga pada area
spesifik.
19) Mengevaluasi ketercapaian edukasi kesehatan pada area spesifik dan rencana
tindak lanjut
20) Melaksanakna preceptorship dan mentroship pada area spesifik
21) Menginterpretasi hasil penelitian dalam pemberian asuhan keperawatan pada
area spesifik.
22) Menggunakan hasil penelitian dalam pemberian asuhan keperawatan pada
area spesifik
23) Melakukan riset keperawatan deskriptif analitik dan inferensial
24) Menunjukkan sikap memperlakukan klien tanpa memberdakan suku, agama,
ras dan antar golongan
25) Menunjukkan sikap pengharapan dan keyakinan terhadap pasien
26) Menunjukkan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga
27) Menunjukkan sikap asertif
28) Menunjukkan sikap etik
29) Menunjukkan sikap empati
30) Menunjukkan kepatuhan terhadap penerapan standar dan pedoman
keperawatan
31) Menunjukkan tangguna jawab terhadap peneapan asuhan keperawatan sesuai
kewenangannya
32) Menunjukkan sikap kerja yang efektif dan efisien dalam pengelolaan klien.
33) Menunjukkan sikap saling percaya dan menghargai antara anggota tim dalam
pengelolaan asuhan keperawatan.

d. Perawat Klinis IV (PK IV)


Perawat klinis IV (Proficient) memiliki latar belakang pendidikan Ners
dengan pengalaman kerja >13 tahun dan menjalani masa klinis level IV selama 9-
12 tahun atau Ners Spesialis I dengan pengalaman kerja >2 tahun dan menjalani
masa klinis level IV selama 6-9 tahun. Pearwat klinis IV harus mempunyai
sertifikat PK III.
Perawat klinis IV adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan
melakukan asuhan keperawatan pada masalah klien yang kompleks di area
spesialistik dengan pendekaatan tata kelola klinis secara interdisiplin,
multidisiplin, melakukan riset untuk mengmbangkan praktik keperawatan serta
mengembangkan pembelajaran klinis. Kompetensi perawat klini IV yaitu:
1) Melakukan pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan tingkat
ketergantungan total dengan masalah kompleks di area spessialistik.
2) Menetapkan jenis intervensi keperaatan pada lingkup masalah klien yang
kompleks di area spesialistik
3) Menerapkan tata kelola klinis dalam pelayanan keperawatan
4) Melakukan evaluasi efektifitas metode penugasan yang sesuai dalam
pengelolaan asuhan keperawatan di unit.
5) Menerapkan indikator keberhasilan intervensi keperawatan.
6) Menetapkan pengelolaan asuhan klien dengan masalah kompleks pada area
spesialistik
7) Menetapkan upaya perbaikan mutu
8) Melakukan tahapan penyelesaian masalah etik, legal dalam asuhan
keperawatan dalam berbagai lingkup pelayanan keperawatan.
9) Menggunakan komunikasi terapeutik yang sesuai dengan karakteristik klien
dengan masalah kompleks di area spesialistik.
10) Menerapkan prinsip caring yang sesuai dengan karakteristik dan masalah
klien dengan kasus spesialstik.
11) Melaksanakan risiko klinis menggunakan pendekatan healthcare Failure
Mode and Effect Analysis atau Analisis Efek dan Mode Kegagalan di
pelayanan kesehatan (HFMEA).
12) Menerapkan prinsip kerjasama secara inter disiplin/interprofesional.
13) Melakukan upaya perbaikan mutu asuhan keperawatan dengan
memberdayakan sumber terkait.
14) Melakukan pengendalian mutu asuhan keperawatan di beberapa unit
15) Menyusun rancangan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar klien
dan keluarga pada area spesialistik.
16) Melakukan proses edukasi kesehatan pada klien dan keluarga pada area
spesialistik.
17) Mengevaluasi ketercapaian edukasi kesehatna pada area spesialistik dan
rencana tindak lanjut.
18) Melaksanakan preceptorship dan mentorship pada area spesialistik.
19) Menganalisis hasil penelitian dalam pemberian asuhan keperawatan pada area
spesialistik
20) Menggunakan hasil penelitian dalam pemberian asuhan keperawatan pada
area spesilistik.
21) Menunjukkan sikap memperlakukan klien tanpa mebedakan suku, agama, ras,
dan antar golongan
22) Menunjukkan sikap pengharapan dan keyakinan terhadap pasien
23) Menunjukkan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga
24) Menunjukkan sikap sertif
25) Menunjukkan sikap empati
26) Menunjukkan sikap etik
27) Menunjukkan kepatuhan terhadap penerapan standar dan pedoman
keperawatan
28) Menunjukkan tanggung jawab terhadap penerapan asuhan keperawatn sesuai
kewenangannya
29) Menunjukkan sikap kerja yang efektif dan efisien dalam pengelolaan klien.
30) Menunjukkan sikap saling percaya dan menghargai antar anggota tim dalam
pengelolaan asuhan keperawatan.

e. Perawat Klinis V (PK V)


Perawat klinis V (Expert) memiliki latar belakang pendidikan Ners Spesialis I
dengan pengalaman kerja > 4 tahun dan mempunyai sertifikat PK IV atau Ners
Spesialis II (Konsutan) dengan pengalaman kerja 0 tahun. Perawat klinis V
menjalani masa klinis level 5 sampai memasuki usia pensiun.
Perawat klinis V adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan
memberikan konsultasi klinis keperawatan pada area spesialistik, melakukan tata
kelola klinis secara transdisiplin, melakukan riset klinis untuk pengemabgan
praktik, profesi dan kependidikan keperawatan. Kompetensi perawat klinis V
yaitu:
1) Menerapkan prinsip caring yang sesuai dengan karakteristik dan masalah
yang kompleks di area spesialistik.
2) Merumuskan strategi penanganan akar masalah dan risiko klinis secara lintas
disiplin.
3) Menganalisis potensi risiko klinis dari intervensi keperawatan.
4) Menerapakan prinsi dan model kerjasama secara interdisiplin/interprofesional
dalam pelayanan kesehatan, trandisiplin.
5) Menetapkan metode penugasan berdasarkan bukti ilmiah.
6) Merumuskan indikator kinerja kuncu pengelolaan asuhan klien dengan
masalah kompleks pada area spesialistik sebagai acuan penilaian.
7) Mengembangkan metoda perbaikan mutu asuhan keperawatan berdasakan
bukti ilmiah.
8) Menggunakan filosofi dasar keperawatan sebagai dasar keputusan dalam
pemberian asuhan keperawatan spesialistik
9) Menyediakan pertimbangan klinis sebgaai konsultan dalam asuhan
keperawatan klien dengan masalah klien yang kompleks di area spesialistik
10) Melakukan pembinaan tata laku dan pertimbangan etik profesi, legal dalam
lingkup pelayanan keperawata.
11) Menggunakan komunikasi terapeutik yang sesuai dengan karakteristik,
masalah klien yang kompleks dia rea spesialistik sebagai konsultan.
12) Menyusun strategi penanganan akar masalah dan risiko klinis secara lintas
disiplin.
13) Menggunakan model kerjasama secara interdisiplin/interprofesional dalam
pelayanan kesehatan, transdisiplin.
14) Melakukan pemberian konsultasi klinsi dalam asuahan keperawatan pada
klien dengan masalah kompleks pada area spesialistik.
15) Mengembangkan berbagai alternatif intervensi keperawatan berdasarkan
bukti ilmiah.
16) Menegembangkan sistem dalam menjaga mutu asuhan keperawatan secara
keberlanjutan
17) Melaksanakan konsultasi dan edukasi kesehatan baik bagi peserta didik,
sejawat, klien, maupun mitra profesi sesuai kebutuhan.
18) Melaksanakan konsultasi dan edukasi kesehatan baik bagi peserta didik,
sejawat, klien maupun mitra profesi sesuai kebutuhan.
19) Menyediakan advokasi sebagai konsultan dalam pelaksanaan preceptorship
dan mentrship.
20) Mengevaluasi hasil penelitian untuk merumuskan intervensi keperawatan
21) Melakukan riset keperawatan semi eskperimental dan eksperimental
22) Menunjukkan sikap memperlakukan klien tanpa membedakan suku, agama,
ras, dan antar golongan
23) Menunjukkan sikap pengharapan dan keyakinan terhadap pasien.
24) Menunjukkan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga
25) Menunjukkan sikap asertif
26) Menujukkan sikap empati
27) Menunjukkan sikap etik
28) Menunjukkan kepatuhan terhadap penerapan standar dan pedoman
keperawatan
29) Menunjukkan tanggung jawab terhadap penerapan asuhan keperawatan sesuai
kewenanggannya
30) Menunjukkan sikap kerja yang efektif dan efisien dalam pengelolaan klien.
31) Menunjukkan sikap saling percaya dan menghargai antara nggota itm dalam
pengelolaan asuahan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Marquis & Huston. (2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan teori &
aplikasi. Edisi 4. Jakarta: EGC

Nurssalam. 2011. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatn


Profesional (Edisi 3). Jakarta: salemba Medika

Siagian, S.P. (2009). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara

Harmatiwi Dini D, dkk. 2017. Evaluasi Pelaksanaan Supervisi Keperawatan Di


Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul. 6(1): 47-54

Wirawan emanuel A, dkk, 2013. Hubungan Antara Supervisi Kepala Ruangan


Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit Umum
Derah Ambarawa. Volume , No. 1, 1-6

Anggeria elis, Maria. 2018. Hubungan Supervisi Dengan Pelaksanaan Asuhan


Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Lantai 10 Rumah Sakit Umum Royal
Prima Medan Tahun 2017. Vol. 3 No.2

Maherawati I. 2014. Pengaruh Supervisi Klinis Terhadap Penatalaksanaan


Universal Precaution Oleh Perawat (Literature Review). Jurnal Ilmu
Keperawatan Vol. II No.2. Universitas BSI Bandung

Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional (Edisi2). Jakarta: Salemba Medika

Roussel, Linda A, Russel C. swansburg, Richard J. Swanburg. 2003. Management


and Leadership for Nurse Administrator 4th edition. Toronto: Jones and
Barlett Publishers.

Cohen L. Elaine, Toni G. Cesta. 2005. Nursing Case Management From


Essentials to Advanced Practice Applications 4th edition. Missouri:
Elsevier Mosby

Herawati, T. M., Hariyati, R. T. S., & Afifah, E. (2017). Pengembangan


Profesional Keperawatan Berhubungan dengan Kemampuan Perawat
dalam Mengatasi Nyeri Pasien. Jurnal Keperawatan Indonesia, 20(1):
40-47.

Suroso, J., 2012. Penataan sistem jenjang karir untuk meningkatkan kepuasan
kerja dan kinerja perawat di rumah sakit. Eksplanasi , 6 (2): 123-131.
Pemeran role play

Karu: anjeli

PP1: Ida

PA1: Rise

PA2: ervina

Pasien: Nisa

Terdapat pasien di ruang .....yang post Op apendiks terdapat luka jahita


pada perut bagian bawah, luas jahitan 8cm. Pada hari yang sama kepala ruangan
akan melakukan supervisi terhadap tindakan dilakukan oleh perawat.

Anjeli : selamat pagi, apa semuanya sudah lengkap?

Ida : sudak bu

Anjeli : baik, pagi ini saya akan melakukan supervisi. Jadi, tujuan untuk
dilakukannya supervise adalah untuk mempelajari dan memperbaiki tindakan
yang akan dilakukan kepada pasien kita.

Ida : untuk supervisi sendiri tindakan apa yang akan dilakukan supervisi?

Anjeli : pada hari ini, saya akan melakukan supervisi terhadap tindakan
perawatan, sesuai jadwal apakah benar pasien yang bernama Ny. Rina kamar no 8
akan dilakukan tindakan perawatan luka dan menggangti balutan?

Ida : memang benar bu hari ini jadwal perawatan luka dan mengganti balutan pada
pasien atas nama Ny, Rina kamar no. 08

Anjeli : kalau begitu silahkan dipersiapkan peralatan terlebih dahulu

Ida : baik bu

Setelah berada di ruangan


Ida : selamamt pagi bu ?

Pasien : ya selamat pagi

Ida : bagaimana kabarnya hari ini bu?

Pasien: saya masih pusing dan luka saya masih terasa sakit

Ida : baik bu kami akan merawat luka dan menggant balutan, tujuannya luka pada
tubuh ibu bisa cepat sembuh dan tidak terjadi infeksi, bagaimana buk apa
diperbolehkan?

Pasien: ya silahkan bu

Ida : ada yang ingin ditanyakan sebelumnya bu?

Pasien: tidak ada bu

Kemudian PA1 & 2 melakukan perawatan luka kepada Ny. Rina

Ida : ibu kami sudah merawat dan mengganti balutan, apakah sudah merasa lebih
nyaman dan apakah nyerinya masih terasa?

Pasien: iya nyerinya masih terasa saat pembalutannya di buka sus

Di rungan nurse station

Anjeli : baiik tadi saya sudah melakukan penilaian terhadap hasil kerja perawatan
luka pada hari ini. Untuk secara prosedur perawatan luka secara keseluruhan
sudah baik, tapi tadi ada hal-hal yang harus diperhatikan bersama

Ida : apa itu buk?

Anjeli : dalam pemasangan tadi kurangnya interaksi atau komunikasi pada pasien,
nah tujuan untuk komunikasi kepada pasien dalam melakukan tindakan yaitu
pengalihan distraksi atau pengalihan rasa nyeri pasien. Yang kedua untuk
membuka balutan pasien seharusnya pelan-pelan dikarenakan apabila terlalu kasar
bisa menyebabkan pasien merasa kesakitan, mungkin ada yang ingin
diklasifikasi?

Ida : iya bu saya menyadari akan hal itu dan nantik akan kami perbaiki

Anjeli : iya bagus, interaksi dan komunikasi dalam hal ini komunikasi terapeutik
sangat penting dilakukan dan untuk semuanya sangat bagus sekali apa yang kalian
lakukan pada hari ini pertahankan terus dan sepertinya hanya itu yang bisa saya
sampaikan, wassalamualaikum Wr. Wb

Mirane: waalaikumsalam wr.wb terima kasih bu atas kritikan dan sarannya

Anda mungkin juga menyukai