Konsep Supervisi
Supervisi merupakan bagian dari fungsi pengarahan yang berperan untuk
mempertahankan agar segala kegiatan yang telah terprogram dapat dilaksanakan
dengan baik dan lancar. Supervisi secara langsung memungkinkan manajer
keperawatan menemukan berbagai hambatan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan diruangan dan bersama dengan staf keperawatan mencari jalan
pemecahannya. Supervisi biasanya dilakukan oleh atasan terhadap bawahan atau
konsultan terhadap pelaksana. Menurut Keliat,2012 dalam wirawan dkk, 2013
manajer keperawatan atau kepala ruang memiliki tanggung jawab dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan yang efektif serta aman kepada sejumlah pasien
dan memberikan kesejahteraan fisik, emosional dan kedudukan bagi perawat.
Supervisi dalam keperawatan bukan hanya sekedar kontrol, tetapi lebih dari itu
kegiatan supervisi mencakup penentuan kondisi-kondisi atau syarat-syarat
personal maupun material yang diperlukan untuk tercapainya tujuan asuhan
keperawatan secara efektif dan efisien (Marquis &Huston, 2010).
B. Pelaksana Supervisi
Supervisi keperawatan dilaksanakan oleh personil atau bagian yang
bertanggung jawab antara lain Nursalam (2011).
1. Kepala Ruang
a. Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanana keperawatan pada
klien di ruangan perawatan.
b. Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan
pelayanan kesehatan di rumah sakit
c. Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksankan praktik
keperawatan di ruang perawat sesuai dengan yang didelegasikan
2. Pengawasan keperawatan (Supervisor)
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit pelaksana
fungsional (UPF) mempunyai pengawasan yang bertanggung jawab
mengawasi jalannya pelayanan keperawatan. Supervisor juga bertanggung
jawab dalam mensupervisi pelayanan kepada kepala ruangan yang ada di
istalansinya
3. Kepala seksi keperawatan
Beberapa UPF digabung dalam satu pengawasan kepala seksi yang
bertugas mengawasi istalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung
dan seluruh perawat secara tidak langsung
4. Kepala Bidang Keperawatan
Kepala bidang keperawatan bertanggung jawab melakukan supervisi baik
secara langsung atau tidak langsung melalui para pengawas keperawatan.
Kepala bidang keperawtan juga harus dapat mengusahakan seoptaimal
mungkin kondisi kerja yang aman dan nyaman, efektif dan efisien.
F. Proses Supervisi
Proses supervisi dalam manajemen keperawatan terbagi menjadi tiga yaitu
(Nursalam, 2014) :
a. Prasupervisi
1. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.
2. Supervisor menetapkan tujuan dan kompetensi yang akan dinilai.
b. Pelaksanaan Supervisi
1. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau
instrumen yang telah disiapkan.
2. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan
3. Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan
dan klarifikasi permasalahan.
c. Pascasupervisi-3F
1. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan memvalidasi
data sekunder.
a. Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.
b. Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat.
2. Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair).
a. Supervisor mengklarifikasi masalah yang ada.
b. Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat.
3. Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi (sesuai hasil
laporan supervisi).
4. Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan.
a. Terdapat dua reinforcement yaitu reinforcement positif atau
reward diberikan pada yang melakukan perilaku positif atau
diinginkan mendapatkan penghargaan sehingga dapat
meningkatkan kekuatan respon atau merangsang pengulangan
perilakunya. Ke dua reinforcement negative atau hukuman adalah
situasi yang terjadi ketika perilaku yang diinginkan terjadi untuk
menghindari konsekuensi negative dari hukuman (Roussel et al,
2003)
b. Ada dua follow up perbaikan yaitu short-term follo-up adalah
intervensi jangka pendek melibatkan pasien setelah melalui
sebuah episode dari penyakit akut dan long-term follow-up
diberikan pada pasien mendapatkan intervensi jangka panjang
atau tindak lanjut, rencana individual lebih formal dapat
dilakukan bersama dengan orang-orang di sekitarnya untuk
memperluas pemantauan dan mengulangi perilaku positif. (Cohen
and Toni, 2005).
H. Kompetensi perawat
Level Karir dan Kompetensi Perawat di Rumah Sakit (PMK NO. 40 tahun
2017). Penyusunan kompetensi perawat klinik didasarkan pada tiga ranah
kompetensi yang mencakup :
1. Praktik professional, etis, legal, dan peka budaya adalah kemampuan perawat
untuk melaksanakan tindakan keperawatan sesuai standar profesi
keperawatan, berdasarkankode etik keperawatan, mentaati peraturan
perundang-undangan yang berlaku sertamemperhatikan budaya dan adapt
istiadat klien / pasien
2. Manajemen dan pemberian asuhan keperawatan adalah serangkaian
kemampuandalam mengelola dan memberikan asuhan keperawatan kepada
klien / pasien
3. Pengembangan pemberian asuhan keperawatan / pengembangan profesional
adalahkemampuan perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan diri sertakeilmuan keperawatan.
Marquis & Huston. (2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan teori &
aplikasi. Edisi 4. Jakarta: EGC
Siagian, S.P. (2009). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara
Suroso, J., 2012. Penataan sistem jenjang karir untuk meningkatkan kepuasan
kerja dan kinerja perawat di rumah sakit. Eksplanasi , 6 (2): 123-131.
Pemeran role play
Karu: anjeli
PP1: Ida
PA1: Rise
PA2: ervina
Pasien: Nisa
Ida : sudak bu
Anjeli : baik, pagi ini saya akan melakukan supervisi. Jadi, tujuan untuk
dilakukannya supervise adalah untuk mempelajari dan memperbaiki tindakan
yang akan dilakukan kepada pasien kita.
Ida : untuk supervisi sendiri tindakan apa yang akan dilakukan supervisi?
Anjeli : pada hari ini, saya akan melakukan supervisi terhadap tindakan
perawatan, sesuai jadwal apakah benar pasien yang bernama Ny. Rina kamar no 8
akan dilakukan tindakan perawatan luka dan menggangti balutan?
Ida : memang benar bu hari ini jadwal perawatan luka dan mengganti balutan pada
pasien atas nama Ny, Rina kamar no. 08
Ida : baik bu
Pasien: saya masih pusing dan luka saya masih terasa sakit
Ida : baik bu kami akan merawat luka dan menggant balutan, tujuannya luka pada
tubuh ibu bisa cepat sembuh dan tidak terjadi infeksi, bagaimana buk apa
diperbolehkan?
Pasien: ya silahkan bu
Ida : ibu kami sudah merawat dan mengganti balutan, apakah sudah merasa lebih
nyaman dan apakah nyerinya masih terasa?
Anjeli : baiik tadi saya sudah melakukan penilaian terhadap hasil kerja perawatan
luka pada hari ini. Untuk secara prosedur perawatan luka secara keseluruhan
sudah baik, tapi tadi ada hal-hal yang harus diperhatikan bersama
Anjeli : dalam pemasangan tadi kurangnya interaksi atau komunikasi pada pasien,
nah tujuan untuk komunikasi kepada pasien dalam melakukan tindakan yaitu
pengalihan distraksi atau pengalihan rasa nyeri pasien. Yang kedua untuk
membuka balutan pasien seharusnya pelan-pelan dikarenakan apabila terlalu kasar
bisa menyebabkan pasien merasa kesakitan, mungkin ada yang ingin
diklasifikasi?
Ida : iya bu saya menyadari akan hal itu dan nantik akan kami perbaiki
Anjeli : iya bagus, interaksi dan komunikasi dalam hal ini komunikasi terapeutik
sangat penting dilakukan dan untuk semuanya sangat bagus sekali apa yang kalian
lakukan pada hari ini pertahankan terus dan sepertinya hanya itu yang bisa saya
sampaikan, wassalamualaikum Wr. Wb