Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN ALAT TES

INTELEGENSI WECHSLER INTELLIGENCE SCALE FOR


CHILDREN (WISC) UNTUK ANAK TUNARUNGU

Mudhar1), Ana Rafikayati2)


Universitas Adi Buana Surabaya12)
mudhar.bps@gmail.com1), ana.rafikayati@gmail.com2)

Abstrak

Anak tunarungu dikenal rata-rata memiliki IQ di bawah rata-rata. Setelah


dianalisis lebih lanjut hasil tersebut diperoleh dikarenakan tes yang diberikan
bersifat verbal (verbal test). Padahal pada anak tunarungu, mereka mengalami
kesulitan dalam memahami bahasa verbal. Oleh karena itu, diperlukan
pengembangan alat tes intelegensi untuk anak tunarungu yang disesuaikan dengan
karakteristik anak tunarungu. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan
karakteristik alat inteligensi untuk anak tunarungu. Penelitian ini menggunakan
penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 4
guru anak tunarungu, 2 psikolog, dan 5 anak tunarungu. teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Sedangkan analisis datanya menggunakan teknik flow analysis
(Miles & Huberman) yang terdiri atas 3 tahap, yaitu: (1) reduksi data, (2)
penyajian data, and (3) verifikasi. Hasil menunjukkan bahwa karakteristik alat tes
inteligensi untuk anak tunarungu adalah (1) instruksi harus singkat, (2)
menggunakan kata yang mudah dipahami, (3) menggunakan paraphrase, (4)
instruksi harus dalam bentuk visual (yang dapat dibantu dengan gambar dan
video), (5) menggunakan Bahasa isyarat, dan (6) menggunakan demonstrasi.
Rekomendasi dari penelitian ini adalah agar segera dikembangkan alat tes
inteligensi yang sesuai dengan karakteristik anak tunarungu.

Kata Kunci: alat tes inteligensi, WISC, anak tunarungu

A. Pendahuluan bahan tersebut (Spearman dalam


Inteligensi adalah perwujudan Nur‘aeni, 2012: 24).
dari suatu daya dalam diri manusia Pintner dan Patterson (1917)
yang mempengaruhi kemampuan dalam (Vernon, 2005) menyatakan
seseorang di berbagai bidang. bahwa berdasarkan hasil
Intelegensi berperan dalam penelitiannya terhadap kelompok
menyimpan dan mengikat kembali anak tunarungu, diketahui bahwa IQ
suatu informasi, menyusun konsep- anak tunarungu berada pada level
konsep, menangkap adanya tunagrahita. Hal serupa juga
hubungan-hubungan dan membuat ditemukan ketika mereka melakukan
kesimpulan, mengolah bahan-bahan penelitian kembali pada tahun 1924,
dan menyusun suatu kombinasi dari IQ anak tunarungu berada di bawah
anak mendengar (normal) pada

Prosiding Seminar Nasional


Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan Pendidikan Karakter 132
Universitas Ahmad Dahlan 2017
umumnya. Vernon (2005) pada umunya, anak tunarungu ada
melaporkan berdasarkan hasil yang memiliki tingkat kecerdasan di
investigasi hasil penelitian tentang atas rata-rata (superior), rata-rata
tes IQ anak tunarungu pada tahun (average) dan di bawah rata-rata
1930-1967 diperoleh data bahwa (under-average).
sebagaian besar hasil penelitian Untuk saat ini, tes intelegensi
menunjukkan hasil yang sama yakni yang sering digunakan masih berupa
IQ anak tunarungu di bawah anak- alat tes intelegensi yang bersifat
anak pada umumnya terutama untuk verbal. Sehingga ketika anak
anak tunarungu berat. tunarungu dites intelegensinya,
Meskipun telah banyak hasil hasilnya berada di bawah rata-rata.
penelitian yang menyatakan bahwa Hal ini terjadi bukan karena
intelegensi anak tunarungu di bawah intelegensi mereka rendah, tetapi
rata-rata, seharusnya perlu dianalisis karena alat ukur yang dipakai tidak
kembali tentang alat ukur yang bisa mengukur intelengensi mereka
digunakan dalam mengukur IQ anak dengan tepat karena gangguan
tunarungu. Hal ini sesuai dengan perkembangan Bahasa yang dialami
pendapat Vernon (2005) yang anak tunarungu akibat kehilangan
menyatakan bahwa berdasarkan pendengaran. Efendi (2006:79)
konferensi Milan tahun 1988, menyatakan bahwa untuk mengukur
terdapat banyak penelitian bias dari intelegensi anak tunarungu dengan
para psikolog, kebiasan pengukuran tepat, seharusnya alat tes dibuat
IQ anak tunarungu ini terdiri atas dalam bentuk performance test,
bias dalam metode tes, sampel misalnya form board test, picture
subyek penelitian, dan kurangnya completion, block design dan bentuk
pengalaman dari tester. lainnya yang lebih bersifat visual.
Gargiulo (2012:410) Selain itu tester juga seharusnya
menambahkan bahwa karakteristik adalah orang yang bepengalaman
intelegensi anak tunarungu pada dalam berinteraksi dengan mereka,
umunya memiliki distribusi skor IQ sehingga penyimpangan hasil tes
yang sama seperti anak-anak tidak terjadi.
mendengar pada umumnya. Jikapun Wagino dan Rafikayati
ada kesulitan yang muncul, lebih (2013) menyatakan bahwa akibat
diasosiasikan pada bicara, membaca gangguan fungsi pendengaran, anak
dan menulis tetapi hal-hak tersebut tunarungu mengalami kesulitan
tidak terkait dengan tingkat dalam berkomunikasi secara verbal,
intelegensi. Hal ini diperkuat dengan baik secara ekspresif (bicara)
pendapat Somantri (2007:97) yang maupun reseptif (memahami
menyatakan bahwa pada umumnya, pembicaraan orang lain). Keadaan
intelegensi anak tunarungu tidak tersebut menyebabkan anak
berbeda dengan anak-anak pada tunarungu mengalami hambatan
umumnya. Jadi, seperti halnya anak dalam berkomunikasi dengan

Prosiding Seminar Nasional


Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan Pendidikan Karakter 133
Universitas Ahmad Dahlan 2017
lingkungan orang lain. Pada tes tahun. Tes ini terdiri atas 2 jenis tes,
intelegensi verbal, anak tunarungu yaitu tes verbal dan tes performance.
kurang dapat menunjukkan Tes verbal terdiri atas materi
kemampuannya karena gangguan informasi, pengertian, hitungan,
perkembangan Bahasa yang persamaan, perbendaharaan kata,
dialaminya. Hasil tes intelegensi rentangan angka. Sedangkan tes
anak tunarungu rendah bukan karena performance terdiri atas melengkapi
anak tidak bisa menjawab pertanyaan gambar, mengatur gambar,
tetapi karena anak tidak memahami rancangan balok, merakit obyek,
instruksi yang diberikan. simbol, dan mazes (Nur‘aeni, 2012:
Berdasarkan fenoma yang 26). Dalam pelaksaan tes WISC
dipaparkan, diketahui bahwa sering untuk anak tunarungu, banyak ahli
terjadi ketidaktepatan dalam menggunakan modifikasi dan
pengukukuran intelegensi pada anak adaptasi. Beberapa ahli memilih
tunarungu. Hal ini dikarenakan alat untuk hanya menggunakan tes
tes yang ada tidak mengukur performance saja dan ada juga yang
intelegensi anak secara tepat karena tetap menggunakan keduanya (verbal
sifat alat tes yang bersifat verbal dan performance) dengan beberapa
sedangkan anak tunarungu modifikasi misalnya penambahan
mengalami gangguan pada gambar. Meskipun begitu, belum ada
perkembangan Bahasa dan aturan tertentu yang dipatenkan
komunikasi verbal. Oleh karena itu, sehingga belum diketahui model tes
diperlukan pengembangan alat tes yang paling cocok digunakan untuk
intelegensi yang disesuaikan dengan anak tunarungu.
karakteristik anak tunarungu. Berdasarkan paparan tersebut,
Tes intelegensi Wechsler kebutuhan alat tes intelegensi untuk
Intelligence Scale for Children anak tunarungu belum terpenuhi. Hal
(WISC) adalah salah satu tes yang ini mendorong peneliti untuk
sering dan umum digunakan di dunia melakukan penelitian tentang
psikologi. Tes WISC adalah tes pengembangan alat tes inteligensi
intelegensi yang paling sering Wechsler Intelligence Scale for
digunakan oleh psikolog. Children (WISC) untuk anak
Berdasarkan wawancara kepada 30 tunarungu. Tujuan penelitian ini
psikolog di Himpunan Psikologi adalah untuk menggambarkan
Indonesia Jawa Timur pada tanggal karakteristik alat inteligensi untuk
16 Januari 2016 tentang alat tes anak tunarungu. Dengan alat tes
intelegensi yang digunakan, 13 orang intelegensi yang sesuai dengan
menyatakan sering menggunakan karakteristik anak, diharapkan IQ
WISC, 11 Binet Simon dan 6 orang anak tunarungu dapat terukur dengan
menggunakan alat tes lainnya. tepat dengan alat ukur yang sesuai
Tes intelegensi WISC adalah dengan karakteristik anak sehingga
tes intelegensi untuk anak usia 8-15 layanan pendidikan dapat diberikan

Prosiding Seminar Nasional


Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan Pendidikan Karakter 134
Universitas Ahmad Dahlan 2017
sesuai dengan potensi yang dimiliki keterbatasan informasi dan
dan anak tunarungu dapat kurangnya daya abstraksi, mereka
berkembang secara optimal. menjadi tertinggal dari anak-anak
pada umumnya dalam pencapaian
B. Metode Penelitian prestasi. Untuk saat ini belum ada
Penelitian ini menggunakan anak dengan gangguan pendengaran
penelitian deskriptif kualitatif. yang bergelar Doktor di Indonesia
Subjek penelitian dalam penelitian dan hanya sedikit yang merasakan
ini adalah 4 guru anak tunarungu, 2 bangku kuliah itupun rata-rata
psikolog, dan 5 anak tunarungu. jurusan yang bersifat non-verbal
Teknik pengumpulan data dalam seperti seni rupa, desain fashion,
penelitian ini menggunakan teknik desain grafis, dan jurusan-jurusan
wawancara, observasi, dan non-verbal lainnya.
dokumentasi. Sedangkan analisis Tes intelegensi Wechsler
datanya menggunakan teknik flow Intelligence Scale for Children
analysis (Miles & Huberman) yang (WISC) adalah salah satu tes yang
terdiri atas 3 tahap, yaitu: (1) reduksi sering dan umum digunakan di dunia
data, (2) penyajian data, and (3) psikologi. Tes WISC adalah tes
verifikasi. intelegensi yang paling sering
digunakan oleh psikolog. Tes
C. Hasil dan Pembahasan intelegensi WISC adalah tes
Akibat kemiskinan intelegensi untuk anak usia 8-15
kemiskinan bahasa yang dialami tahun. Tes ini terdiri atas 2 jenis tes,
sebagai dampak dari gangguan yaitu tes verbal dan tes performance.
pendengaran, anak dengan gangguan Tes verbal terdiri atas materi
pendengaran tidak bisa informasi, pengertian, hitungan,
mengoptimalkan kecerdasan mereka. persamaan, perbendaharaan kata,
Oleh karena itulah hanya sedikit dari rentangan angka. Sedangkan tes
mereka yang dapat menunjukkan performance terdiri atas melengkapi
prestasinya. Pada umumnya, anak gambar, mengatur gambar,
dengan gangguan pendengaran rata- rancangan balok, merakit obyek,
rata berpendidikan rendah dan hanya simbol, dan mazes (Nur‘aeni, 2012: 26).
sedikit yang bisa melanjutkan ke Tes WISC memiliki
pendidikan tinggi (universitas). kemampuan untuk mendeskripsikan
Rendahnya pencapaian berbagai aspek kecerdasan anak,
prestasi anak dengan gangguan seperti wawasan dan minat
pendengaran bukan berasal dari pengetahuan, daya konsentrasi dan
hambatan intelekualnya melainkan daya ingar jangka pendek, berbagai
karena pencapaian prestasi kemampuan seperti: Bahasa,
membutuhkan kemampuan matematika, berpikir logis dan
berbahasa yang baik. Akibat abstrak, visual motoric coordination,
kurangnya kemampuan bahasa, visual perception organization,

Prosiding Seminar Nasional


Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan Pendidikan Karakter 135
Universitas Ahmad Dahlan 2017
visual-spatial relationship dan field yang bersifat non-verbal.
dependence, adaptasi terhadap Jikapun terpaksa menggunakan
lingkungan dan pemahaman terhadap tes verbal, perintah atau instruksi
tes harus diisyaratkan.
norma-norma sosial (berkaitan
3. Instruksi tes dapat
dengan antisipasi masalah sosial dan divisualisaikan melalui video
ketrampilan sosial), dan kreativitas. dan mengemasnya dalam
Beberapa penelitian telah multimedia interaktif dengan
menggunakan WISC untuk software Adobe Macromedia
mengungkap gejala-gejala klinis Media Flash.
pada anak, seperti main brain Lebih lanjut, diperoleh data
disfunction/brain damage, emotional bahwa alat tes inteligensi yang tepat
disturbance, anxiety, delinquency, untuk anak tunarungu adalah alat tes
learning disabilities dan lain-lain inteligensi yang memiliki
(Sattler 1978 dalam Nanik). karakteristik sebagai berikut.
Perlu dikatahui bahwa sering 1. Instruksi harus singkat
Tes inteligensi bagi anak
terjadi ketidaktepatan dalam
tunarungu sebaiknya menggunakan
pengukukuran intelegensi pada anak
instruksi yang singkat. Hal ini
tunarungu. Hal ini dikarenakan alat
dikarenakan gangguan
tes yang ada tidak mengukur
perkembangan Bahasa yang dialami
intelegensi anak secara tepat karena
anak tunarungu. Sehingga
sifat alat tes yang bersifat verbal
berdampak pada keterampilan
sedangkan anak tunarungu
menyimak, berbicara, membaca, dan
mengalami gangguan pada
menulis anak. Dengan instruksi yang
perkembangan Bahasa dan
lebih singkat diharapkan anak dapat
komunikasi verbal. Oleh karena itu,
lebih mudah memahami perintah
diperlukan pengembangan alat tes
yang diberikan oleh tester.
intelegensi yang disesuaikan dengan
2. Menggunakan kata yang mudah
karakteristik anak tunarungu.
dipahami
Berdasarkan hasil Wagino dan Rafikayati
wawancara, observasi dan (2013) menyatakan bahwa akibat
dokumentasi terhadap subyek gangguan fungsi pendengaran, anak
penelitian, dalam hal ini psikolog, tunarungu mengalami kesulitan
guru anak tunarungu, dan anak dalam berkomunikasi secara verbal,
tunarungu diperoleh data-data baik secara ekspresif (bicara)
sebagai berikut. maupun reseptif (memahami
1. Alat tes yang sering digunakan pembicaraan orang lain). Keadaan
oleh para tester adalah alat tes
tersebut menyebabkan anak
inteligensi WISC. Menyusul
selanjunya adalah alat tes tunarungu mengalami hambatan
inteligensi Binet Simon dan alat dalam berkomunikasi dengan
tes inteligensi lainnya. lingkungan orang lain. Pada tes
2. Alat tes intelegensi yang cocok intelegensi verbal, anak tunarungu
untuk anak tunarungu adalah kurang dapat menunjukkan

Prosiding Seminar Nasional


Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan Pendidikan Karakter 136
Universitas Ahmad Dahlan 2017
kemampuannya karena gangguan diverbalisasikan (Somantri,
perkembangan Bahasa yang 2007:98).
dialaminya. Prestasi anak tunarungu
Mengingat kedaaan tersebut, seringkali lebih rendah daripada
maka dalam melakukan tes prestasi anak normal karena
inteligensi kepada anak tunarungu, dipengaruhi oleh kemampuan anak
diusahakan menggunakan Bahasa tunarungu dalam memahami
yang mudah dipahami. Pilihan kata pelajaran yang diverbalkan. Namun
(diksi) sebaiknya menggunakan kata untuk pelajaran yang tidak
yang lebih singkat dan kata yang diverbalkan, anak tunarungu
sering digunakan anak sehari-hari. memiliki perkembangan yang sama
3. Menggunakan paraphrase cepatnya dengan anak normal. Aspek
Paraphrase adalah intelegensi yang bersumber pada
pengungkapan kembali suatu konsep verbal seringkali rendah, namun
dengan cara lain dalam bahasa yang aspek intelegensi yang bersumber
sama, namun tanpa mengubah pada penglihatan dan motorik akan
maknanya. Dengan cara ini berkembang dengan cepat (Efendi,
diharapkan tester dapat 2006:81).
meningkatkan kreativitasnya dalam Dalam melakukan tes
menyampaikan instruksi dengan inteligensi kepada anak tunarungu,
Bahasa lain. Anak tunarungu perlu dilakukan penyesuaian-
memiliki hambatan dalam penyesuaian (adaptasi) sesuai dengan
memahami kalimat yang kompleks. karakteristik anak, salah satunya
Dengan paraphrase diharapkan melalui adaptasi visual. Meskipun
tester dapat menjelaskan instruksi tes anak tunarungu memiliki hambatan
dengan kalimat yang lebih sederhana dalam hal Bahasa, anak tunarungu
dan lebih dapat dipahami oleh anak tidak memiliki masalah pada
tunarungu. kemampuan visual dan motoriknya.
4. Instruksi harus dalam bentuk Mengingat kondisi tersebut, maka
visual (yang dapat dibantu perlu dilakukan adptasi pengubahan
dengan gambar dan video)
instruksi yang awalnya verbal
Anak tunarungu memahami
menjadi visual. Instruksi visual dapat
sesuatu lebih banyak dari apa yang
silakukan dengan berbagai cara
mereka lihat, bukan dari apa yang
misalnya dengan bantuan gambar
mereka dengar. Oleh sebab itu sering
atau melalui video.
kali anak tunarungu disebut sebagai
5. Menggunakan bahasa isyarat
―insan permata‖. Dengan kondisi
Akibat hambatan bahasa yang
seperti itu anak tunarungu lebih
dialami anak tunarungu, anak
banyak memerlukan waktu dalam
tunarungu menggunakan pendekatan
proses pembelajarannya terutama
komuniksi yang berbeda dngan anak
untuk mata pelajaran yang
pada umumnya, hal ini dikarenakan
akibat gangguan pendengaran, anak

Prosiding Seminar Nasional


Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan Pendidikan Karakter 137
Universitas Ahmad Dahlan 2017
tunarungu juga mengalami hambatan tepat, seharusnya alat tes dibuat
dalam berbicara. Adapun pendekatan dalam bentuk performance test,
komunikasi yang digunakan salah misalnya form board test, picture
satunya melalui Bahasa isyarat. completion, block design dan bentuk
Bahasa isyarat adalah Bahasa lainnya yang lebih bersifat visual.
yang digunakan anak tunarungu Selain itu tester juga seharusnya
dalam berkomunikasi. Dalam adalah orang yang bepengalaman
penggunaanya, tiap negara memiliki dalam berinteraksi dengan mereka,
Bahasa isyarat sendiri-sendiri sesuai sehingga penyimpangan hasil tes
dengan kesepakatan dan budaya tidak terjadi.
masng-masing negara. Di Indonesia Tes yang telah ada (dalam hal
bahasa isyarat yang umum ini WISC) perlu dikembangkan dan
digunakan adalah Sistem Isyarat dimodifikasi disesuaikan dengan
Bahasa Indonesia (SIBI). karakteristik anak tunarungu. Anak
Mengingat pendekatan tunarungu mengalami hambatan
komunikasi yang sering digunakan dalam perkembangan Bahasa,
anak adalah melalui isyarat, maka sehingga pengembangan alat tes
alat tes yang seharusnya digunakan yang baik lebih diarahkan pada tes
untuk mengukur inteligensi anak yang bersifat non-verbal.
seharusnya menggunakan Bahasa Banyak ahli telah
yang anak pahami. Pada anak menggunakan modifikasi dan
tuanrungu salah satunya dengan adaptasi dalam melaksanakan tes
bagasa isyarat. Dengan adaptasi inteligensi WISC pada anak
pengubahan instruksi dari verbal tunarungu. Misalnya beberapa ahli
menjadi isyarat diharapkan anak memilih untuk hanya menggunakan
dapat memahami instruksi yang tes performance saja dan ada juga
diberikan sehingga anak dapat yang tetap menggunakan keduanya
menjawab istruksi dengan lebih baik (verbal dan performance) dengan
sesuai dengan kemampuannya. beberapa modifikasi misalnya
6. Menggunakan demonstrasi penambahan gambar. Meskipun
Demonstrasi adalah proses begitu, belum ada aturan tertentu
tes dengan cara praktek yang dipatenkan sehingga belum
menggunakan peragaan. Pada anak diketahui model tes yang paling
tunarungu yang mengalami cocok digunakan untuk anak
gangguan dalam Bahasa verbal. Tes tunarungu.
inteligensi sebaiknya diadaptasi Dengan pengembangan
degnan tes-tes yang bersifat praktik produk alat tes intelegensi yang
atau demonstrasi. diarahkan pada pengembangan alat
Hal ini sesuai dengan tes non verbal, IQ anak tunarungu
pendapat Efendi (2006:79) yang diharapkan dapat terukur dengan
menyatakan bahwa untuk mengukur tepat dengan alat ukur yang sesuai
intelegensi anak tunarungu dengan dengan karakteristik anak sehingga

Prosiding Seminar Nasional


Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan Pendidikan Karakter 138
Universitas Ahmad Dahlan 2017
layanan pendidikan dapat diberikan Berkelainan. Jakarta: PT
sesuai dengan potensi yang dimiliki Bumi Aksara
dan anak tunarungu dapat Wagino dan Rafikayati, Ana. 2013.
berkembang secara optimal. Pelaksanaan Auditory Verbal
Therapy (AVT) dalam
D. Kesimpulan mengembangkan
Hasil menunjukkan bahwa keterampilan berbahasa anak
karakteristik alat tes inteligensi untuk tunarungu. Jurnal Pendidikan
Luar Biasa UNESA (April
anak tunarungu adalah (1) instruksi
2013),Volume 9, Nomor.1
harus singkat, (2) menggunakan kata
yang mudah dipahami, (3) Nanik. Tanpa Tahun. Penelusuran
menggunakan paraphrase, (4) karakteristik hasil tes
instruksi harus dalam bentuk visual inteligensi WISC pada anak
dengan gangguan pemusatan
(yang dapat dibantu dengan gambar
perhatian dan hiperaktivitas.
dan video), (5) menggunakan Bahasa Jurnal Psikologi Fakultas
isyarat, dan (6) menggunakan Psikologi UGM. Vol 34, No.
demonstrasi. 1;18-39.
Sarant, Z Julia dan Hughes, Kathryn.
Daftar Pustaka
2010. The effect of IQ on
Nur‘aeni. 2012. Tes Psikologi: Tes spoken language and speech
Intelegensi dan Tes Bakat. perception development in
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. children with impaired
Vernon, MsCay. Fifty years of hearing. The University of
research on the intelligence of Melbourne, Australia.
deaf and hard-of-hearing Cochlear implants
children: a review of international, Vol. 11
literature and discussion of Supplement 1, June, 2010,
implications. J. Deaf Stud. 370–74
Deaf Educ. (Summer
2005) 10 (3): 225-231.
Gargiulo, Richard M. 2012. Speial
Education in Contemporary
Society: An Introduction to
Exceptionality 4th ed.
California: Sage
Publication.Inc.
Soemantri, Sutjihati. 2007. Psikologi
Anak Luar Biasa. Bandung:
Refika Aditama.
Efendi, Mohammad. 2006. Pengantar
Psikopedagogik Anak

Prosiding Seminar Nasional


Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan Pendidikan Karakter 139
Universitas Ahmad Dahlan 2017

Anda mungkin juga menyukai