E-mail : desrihastutie@ymail.com
S
uasana Alun-alun Bandung, yang disesaki PKL. Keterbatasan pemerintah
mengangkat ekonomi rakyat kecil, membuat toleransi itu terpaksa diberikan.
Rasanya sudah hafal, di mana ada keramaian, di situ ada pedagang asongan dan
kaki lima. Kota manusiawi memang memberi ruang bagi mereka, semisal jalan
yang friendly untuk gerobak lewat atau pedagang pikul. Hanya terpikir, bagaimana
penataan yang lebih baik, sehingga estetika kota tidak dikorbankan ?
Penataan ruang adalah proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ruang.
Di DKI Jakarta, pelaksanaannya dilakukan oleh gubernur dengan memperhatikan
pertimbangan departemen, lembaga dan badan pemerintah, serta berkoordinasi
dengan pemerintah daerah sekitarnya, sesuai ketentuan UU. Tujuannya untuk
meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar, bersih,
sebagai sarana pengamanan lingkungan, menciptakan keserasian lingkungan alam
dan lingkungan binaan yang berguna bagi kepentingan masyarakat. Manfaat
penyediaan ruang terbuka hijau adalah menumbuhkan kesegaran, kenyamanan,
keindahan lingkungan, menurunkan polusi dan mewujudkan keserasian lingkungan.
Ruang Terbuka Hijau ( RTH ) kota bermanfaat mengisi hijau tumbuhan dan
pemanfaatannya bagi kegiatan masyarakat. Berdasarkan tata letaknya, RTH kota
bisa berwujud ruang terbuka kawasan pantai ( coastal open space ), dataran banjir
sungai ( river flood plain ), ruang terbuka pengaman jalan bebas hambatan (
greenways ) dan ruang terbuka pengaman kawasan bahaya kecelakaan di ujung
landasan bandar udara. Menurut Dinas Tata Kota, RTH kota meliputi ;
RTH makro, seperti kawasan pertanian, perikanan, hutan lindung, hutan kota
dan landasan pengaman bandar udara.
RTH medium, seperti kawasan area pertamanan ( city park ), sarana olahraga,
pemakaman umum.
RTH mikro, yaitu lahan terbuka yang ada di setiap kawasan permukiman yang
disediakan dalam fasilitas umum seperti taman bermain ( play ground), taman
lingkungan ( community park ) dan lapangan olahraga.
Secara sistem, RTH kota adalah bagian kota yang tidak terbangun, yang berfungsi
menunjang keamanan, kesejahteraan, peningkatan kualitas lingkungan dan
pelestarian alam. Umumnya terdiri dari ruang pergerakan linear atau koridor dan
ruang pulau atau oasis ( Spreigen, 1965 ). Atau path sebagai jalur pergerakan
dan room sebagai tempat istirahat, kegiatan atau tujuan ( Krier, 1975 ). Dapat
berbentuk buatan manusia dan alam yang terjadi akibat teknologi, seperti koridor
jalan dan pejalan kaki, bangunan tunggal dan majemuk, hutan kota, aliran sungai,
dan daerah alamiah yang telah ada sebelumnya. Ringkasnya, totalitas kesatuan
yang memiliki keterkaitan dan dapat digunakan sebagai sistem orientasi.
Lingkungan & warga kota, saling menjaga. Saling membutuhkan.
Ruang terbuka penting bagi kesehatan, kesejahteraan, keamanan. Penampilannya
dapat menimbulkan semangat dan kebanggaan. Menurut klasifikasinya terbagi atas
; utility open space, green open space, corridor open space, multiuse clasification (
De Chiara, 1982 ). Ruang terbuka kota banyak menentukan pola bentuk dan
tatanan ruang kota untuk tujuan kesehatan, kenyamanan, peningkatan kualitas
lingkungan dan pelestarian alam. Secara rinci sistem ruang terbuka kota diuraikan
sebagai berikut ;
Ruang terbuka terkait produksi ( lahan kehutanan, pertanian, produksi mineral,
sumber air, komersial dan rekreasi ).
Ruang terbuka untuk preservasi sumber daya alam dan manusia ( rawa untuk
habitat tertentu, hutan satwa, bentukan geologi, batu karang, tempat2
bersejarah dan pendidikan )
Ruang terbuka untuk kesehatan dan kesejahteraan umum ( lahan untuk
melindungi kualitas air, ruang penimbunan sampah buangan, ruang untuk
memperbaiki kualitas udara, area rekreasi, area untuk menyajikan efek visual
yang menarik ( bukit, pegunungan, lembah, danau, pantai ).
Ruang terbuka sebagai koridor ( kabel tegangan tinggi, jaringan pipa, bantaran
sungai, jalur kereta api ).
Kota, tak hanya kumpulan gedung dan sarana fisik. Kota adalah kesatuan antara
lingkungan fisik dan warga kota. Keduanya berinteraksi selama proses
berkembangnya kota. Perubahan2 yang bersifat positif akan bermanfaat bagi warga
kota. Kebanyakan kota di negara berkembang dibangun dengan latar belakang
agraris. Lahan pertanian di perkotaan sudah banyak yang berubah fungsi menjadi
kawasan permukiman. Sisanya, merupakan ruang RTH produktif yang menghidupi
dan memenuhi sebagian kebutuhan hasil pertanian warga kota.
RTH umumnya didominasi tanaman dan tumbuhan yang banyak berpengaruh pada
kualitas udara kota. Tanaman dapat menciptakan iklim mikro, yaitu penurunan
suhu sekitar, kelembaban yang cukup, kadar oksigen yang bertambah karena
adanya proses asimilasi dan evapotranspirasi dari tanaman. Tanaman juga
menyerap ( mengurangi ) karbondioksida di udara hasil kegiatan industri,
kendaraan bermotor, dsb. Menurut riset Gerakis, 1 hektar RTH dapat menghasilkan
0,6 ton oksigen untuk konsumsi 1500 orang per hari. Kota yang baik seyogyanya
membuat warga kota sehat dengan kenyamanan dan kualitas lingkungan yang
dimilikinya.
Menunjang tata guna dan pelestarian alam. Kualitas air menurun dan kian
keringnya sumber2 air bawah tanah dapat diperbaiki dengan pengembangan
sistem RTH yang terencana, seperti ; recharging basin, recharging sink hole,
mengeleminir banjir, perbaikan daerah aliran sungai ( DAS ) dan perluasan area
peresapan air.
Menunjang tata guna dan pelestarian tanah. Penetapan peruntukan yang kurang
bijaksana menyebabkan ekosistem terganggu. Pola RTH dalam sistem tata
ruang kota dapat digunakan sebagai alat pengendali tata guna tanah secara
luas dan dinamis. Pengembangan RTH dapat memperbaiki kondisi tanah itu
sendiri secara alamiah, sehingga perlu diadakan program2 perbaikan tanah
kritis, pencegahan erosi, peningkatan kualitas lingkungan ( permukiman,
industri, jalur transportasi, dsb ).
Menunjang pelestarian plasma nutfah. Dengan mengembangkan RTH maka
program penghijauan pada ruang2 terbuka kota. Berbagai jenis tanaman yang
diterapkan memberi keanekaragaman hayati, sekaligus mengundang satwa liar,
terutama burung. Selama ini, mereka jarang ditemui di lingkungan perkotaan.
RTH dapat melestarikan keanekaragaman flora, fauna, dalam upaya pelestarian
plasma nutfah.
Ruang publik & ruang terbuka. Apa sih bedanya ?
Memanjang ( koridor ), umumnya memiliki batas pada sisinya, seperti jalan, sungai,
dsb.
Membulat, umumnya mempunyai batas pada sekelilingnya, seperti lapangan
upacara, area rekreasi, lapangan olahraga.
Menurut sifatnya, ruang terbuka terdiri dari ;
Meningkatkan lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar, indah, bersih dan
sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan.
Menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna
untuk kepentingan rakyat.
RTH bagi pengembangan kota berperan sbb ;
Pohon : batang berkayu, percabangan jauh dari tanah, berakar dalam dan tinggi di
atas 3 meter.
Perdu : batang berkayu, percabangan dekat tanah, berakar dangkal, tinggi 1-3
meter.
Semak : batang tidak berkayu, percabangan dekat tanah, berakar dangkal, tinggi
50-100 cm.
Penutup tanah : batang tidak berkayu, berakar dangkal, tinggi 20 – 50 cm.
Rerumputan.
Segi ekologis, tanaman dilihat dari tempat hidupnya di ;
Dataran rendah
Dataran tinggi
Lereng
Gurun
Danau
Pantai.
Fungsi tanaman : anti erosi, bising, debu, silau .. and much more
Tanaman selain bernilai estetis juga meningkatkan kualitas lingkungan. Berbagai fungsi
tanaman dapat dikategorikan sbb :
Kontrol pandangan. Tanaman dapat menahan silau yang ditimbulkan oleh sinar
matahari, lampu jalan, dan sinar lampu kendaraan. Pohon atau perdu yang padat
sebaiknya diletakkan di sisi atau median jalan. Di median jalan tol, dilarang
menanam pohon, sebaiknya tanaman semak agar sinar lampu kendaraan dari arah
berlawanan bisa dikurangi. Peletakan pohon, perdu, semak, ground cover dan
rumput dapat menahan pantulan sinar dari perkerasan, hempasan air hujan dan
menahan jatuhnya sinar matahari ke daerah yang membutuhkan keteduhan.
Tanaman tinggi diperlukan untuk menghalangi cahaya yang sangat terang.
Tanaman rendah untuk menghalangi refleksi dari kaca jendela rumah. Tanaman
dapat dipakai sebagai dinding, atap dan lantai ( komponen pembentuk ruang ).
Atap dibentuk oleh tajuk pohon yang membentuk kanopi, atau tanaman merambat
pada pergola. Lantai bisa dibentuk dari rumput atau penutup tanah ( ground
covers ). Pandangan dari arah atau ke arah ruang yang diciptakan, dapat
dikendalikan dengan pengaturan tanaman. Tanaman bisa digunakan untuk
membatasi pandangan ( ruang pribadi/ privacy space ). Ruang pribadi dibentuk
dengan penempatan tanaman pembatas pandangan setinggi 1,5 – 2 meter.
Tanaman dapat pula dimanfaatkan untuk menghalangi pandangan terhadap hal2
yang tidak menyenangkan untuk dilihat, seperti timbunan sampah, tempat
pembuangan sampahdan galian tanah.
Pembatas fisik. Tanaman dapat dipakai sebagai penghalang pergerakan manusia
dan hewan, juga mengarahkan pergerakan.
Pengendali iklim. Faktor iklim yang mempengaruhi kenyamanan manusia adalah
suhu, radiasi matahari, angin, kelembaban, suara dan aroma. Tanaman menyerap
panas sinar matahari dan memantulkannya, sehingga menurunkan suhu dan iklim
mikro. Bayang2 tajuk pohon menciptakan iklim mikro. Tanaman menahan,
menyerap dan mengalirkan tiupan angin sehingga menimbulkan iklim mikro.
Perhatikan tinggi pohon, bentuk, jenis, kepadatan dan lebar tajuk. Tanaman
mengurangi kecepatan angin 40 – 50 %. Tanaman dapat menyerap suara bising di
daerah yang membutuhkan ketenangan. Perhatikan tinggi pohon, lebar tajuk dan
komposisi tanaman. Contoh, pada topografi lembah, tanaman Coniferous mereduksi
75 % suara mobil dan 80 % suara truk. Pada topografi datar, tanaman semak
mereduksi 75 % suara mobil dan 50 % suara truk. Tanaman sebagai filter,
menyaring debu, bau dan memberi udara segar.
Pencegah erosi. Pembentukan muka tanah, pemotongan dan penambahan muka
tanah ( cut and fill ), penggalian tanah untuk danau buatan bisa menimbulkan efek
negatif pada lahan. Tanah menjadi rapuh dan mudah tererosi oleh air hujan dan
hembusan angin kencang. Akar tanaman dapat mengikat tanah sehingga menjadi
kokoh dan tahan terhadap pukulan air hujan serta tiupan angin. Juga menahan air
hujan yang jatuh secara tidak langsung ke permukaan tanah. Untuk jenis tanaman
merambat, maksimal kemiringan tanah 45 derajat ( perhatikan karakter akar dan
tanah ).
Habitat satwa. Tanaman menjadi sumber makanan bagi hewan dan tempat
berlindungnya, sehingga secara tidak langsung membantu pelestarian kehidupan
satwa.
Nilai estetis. Nilai ini diperoleh dari perpaduan antara warna ( daun, batang, bunga
), bentuk fisik tanaman ( batang, percabangan, tajuk ), tekstur tanaman, skala dan
komposisi tanaman. Nilai estetis tanaman diperoleh dari satu tanaman, sekelompok
tanaman sejenis, kombinasi tanaman berbagai jenis atau kombinasi antara tanaman
dengan elemen lanskap lainnya. Bayangan tanaman terhadap dinding, lantai,
perbedaan bentuknya saat tertiup angin dan bergulirnya waktu, bisa terlihat indah.
Tanaman yang diletakkan pada tepi atau sekeliling kolam, bayangannya akan
tercermin di air ( refleksi ) menghasilkan pemandangan menarik. Keindahan itu
meningkatkan kualitas lingkungan.