Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TEKNOPRENEURSHIP

WARALABA DAN PEMASARAN LANGSUNG

DISUSUN OLEH :
NUR AL FAQIH IMAM JA’FAR D021171006
ANDI HASBULLAH HATTA D21113023
AMIRUDDIN D21115036
YOHANES PENDI NUARI D21116002

DOSEN PENGAMPU :
DR. RUSTAN TARAKKA, ST., MT.

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Waralaba
2.2. Sejarah Waralaba
2.3. Keuntungan dari Waralaba
2.4. Resiko Investasi dalam Waralaba
2.5. Kesepakatan Kerjasama dalam Waralaba
2.6. Kategori Waralaba
2.7. Pengertian Pemasaran Langsung
2.8. Peran Pemasaran Langsung
2.9. Bentuk-Bentuk Pemasaran Langsung
2.9. Resiko dalam Pemasaran Langsung
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah


lepas akan kegiatan ekonomi. Apalagi pada saat era globalisasi saat ini, jika
seorang wirausahawan ingin bersaing dengan dunia luar sekalipun kita harus
pandai menggunakan strategi pemasaran yang baik dan juga perencanaan yang
baik pula. Agar nantinya kita dapat bersaing dengan yang lainnya dan juga
untuk mendapatkan keuntungan yang besar pula.

Dengan demikian seorang wirausahawan dalam pengembangan bisnis pada


umumnya adalah sebagai pemilik ide usaha (proses kreatif) dan
menerjemahkan ide–ide usaha tersebut menjadi suatu kenyataan (proses
inovasi) dan sekaligus menunjang perkembangan ekonomi suatu negara.
Banyak cara untuk menjadi wirausahawan, antara lain mendirikan bisnis
sendiri atau membeli sistem bisnis yang sudah jadi. Sistem membeli sistem
bisnis yang sudah ada inilah yang disebut dengan waralaba/ franchise. Setiap
sistem bisnis memiliki kekuatan dan kelemahan, namun jika dilakukan dengan
benar apapun sistemnya akan menghasilkan kemakmuran serta kesuksesan.

Membeli sistem bisnis yang sudah jadi mempunyai kelebihan bahwa sistem
bisnis sudah tercipta dan siap pakai, si pembeli bisnis tinggal menjalankan saja
di dalam sistem yang sudah ada itu. Demikian pula pasar sudah ada, sehingga
pemilik bisnis baru ini tidak akan kesulitan dalam memasarkan produknya.
Kelemahannya adalah pemilik modal tidak akan bebas dalam menentukan
usahanya, karenasemuanya tergantung kepada pihak yang dibeli bisnisnya.
Waralaba adalah suatu pengaturan bisnis dimana sebuah perusahaan
(franchisor) memberi hak pada pihak independen (franchisee) untuk menjual
produk atau jasa perusahaan tersebut dengan peraturan yang ditetapkan oleh
franchisor.
I.2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Waralaba ?


2. Bagaimana sejarah Waralaba ?
3. Apa saja keuntungan dari Waralaba ?
4. Apa saja resiko investasi dalam Waralaba ?
5. Bagaimana kesempatan kerjasama dalam Waralaba ?
6. Apa saja kategori atau penggolongan Waralaba ?
7. Apa pengertian pemasaran langsung ?
8. Apa saja peran pemasaran langsung ?
9. Apa saja bentuk pemasaran langsung ?
10. Apa saja resiko dalam pemasaran langsung ?

I.3. TUJUAN

1. Untuk mengetahui definisi dari Waralaba


2. Untuk mengetahui sejarah Waralaba
3. Untuk mengetahui keuntungan dari Waralaba
4. Untuk mengetahui resiko dalam Waralaba
5. Untuk mengetahui bagaimana kesepakatan kerja sama dalam Waralaba
6. Untuk mengetahui kategori-kategori dalam Waralaba
7. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pemasaran langsung
8. Untuk mengetahui peran pemasaran langsung
9. Untuk mengetahui bentuk pemasaran langsung
10. Untuk mengetahui resiko dalam pemasaran langsung
BAB II

PEMBAHASAN

II.1. PENGERTIAN WARALABA (FRANCHISE)

Kata Franchise berasal dari bahasa Perancis yaitu affranchir yang berarti to
free yang artinya membebaskan. Dengan istilah franchise di dalamnya
terkandung makna, bahwa seseorang memberikan kebebasan dari ikatan yang
menghalangi kepada orang untuk menggunakan atau membuat atau menjual
sesuatu.

Adapun pengertian waralaba dari beberapa tokoh ialah sebagai berikut:

a. David J. Kaufmann memberi definisi franchising sebagai sebuah system


pemasaran dan distribusi yang dijalankan oleh institusi bisnis kecil
(franchisee) yang digaransi dengan membayar sejumlah fee, hak terhadap
akses pasar oleh franchisor dengan standar operasi yang mapan dibawah
asistensi franchisor.

b. Reitzel, Lyden, Roberts & Severance, franchise didefinisikan sebagai


sebuah kontak atas barang yang dimiliki oleh seseorang (franchisor)
seperti merek yang diberikan kepada orang lain (franchisee) untuk
menggunakan barang (merek) tersebut pada usahanya sesuai dengan
teritori yang disepakati.

c. Munir Fuady mengakatan bahwa Franchise atau yang sering disebut


Waralaba adalah suatu cara melakukan kerjasama di bidang bisnis antara
2 (dua) atau lebih perusahaan, dimana salah satu pihak akan bertindak
sebagai Franchisor dan yang lain sebagai Franchisee. Dimana di dalamnya
diatur bahwa pihak-pihak franchisor sebagai pemilik suatu merek Know-
How terkenal, memberikan hak kepada franchisee untuk melakukan
kegiatan bisnis dari/ atau atas suatu produk barang atau jasa, berdasar dan
sesuai rencana komersil yang telah dipersiapkan, diuji keberhasilannya
dan diperbaharui dari waktu ke waktu, baik atas dasar hubungan yang
ekslusif maupun nonekslusif, dan sebaliknya suatu imbalan tertentu akan
dibayarkan kepada franchisor sehubungan dengan hal itu.

Amerika melalui International Franchise Association (IFA) mendefinisikan


franchise sebagai hubungan kontraktual antara franchisor dengan franchise,
dimana franchisor berkewajiban menjaga kepentingan secara kontinyu pada
bidang usaha yang dijalankan oleh franchisee misalnya lewat pelatihan, di
bawah merek dagang yang sama, format dan standar operasional atau kontrol
pemilik (franchisor), dimana franchisee menamankan investasi pada usaha
tersebut dari sumber dananya sendiri.

II.2. SEJARAH WARALABA

Waralaba atau Franchise dimulai oleh perusahaan mesin jahit ‘Singer’ di


Amerika pada tahun 1850-an. Saat itu, Singer membangun jaringan distribusi
hampir di seluruh daratan Amerika untuk menjual produknya. Selain menjual
mesin jahit, para distributor nya juga menjual suku cadang dan memberikan
pelayanan perbaikan dan perawatan pada konsumen.3 Cara ini kemudian
banyak diikuti oleh perusahaan-perusahaan lain seperti minuman bahkan
makanan cepat saji.

Waralaba sendiri mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1970-an, dengan


mulai masuknya franchise luar negeri seperti Kentucky Fried Chicken (KFC),
Swensen, Shakey Pisa, kemudian Burger King dan Seven Eleven.

Istilah franchise selanjutnya menjadi istilah yang akrab dengan masyarakat,


khusunya masyarakat bisnis Indonesia, istilah ini kemudian diindonesiakan
dengan istilah Waralaba yang diperkenalkan pertama kali oleh Lembaga
Pendidikan dan Pengembangan Manajemen (LPPM). Waralaba sendiri
berasal dari kata Wara yang berarti lebih atau istimewa dan Laba yang
memiliki arti untung. Maka dapat disimpulkan bahwa waralaba berarti usaha
yang memberikan laba/untung yang lebih istimewa.
Adapun asosiasi resmi yang diakui pemerintah dalam bidang waralaba ialah
Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) yang merupakan anggota dari
International Franchise Asocistion (IFA)

II.3. KEUNTUNGAN DARI WARALABA

Keuntungan utama dari waralaba ialah wiraswastawan tidak perlu pusing


dengan hal-hal yang berkaitan dengan memulai usaha baru. Pemberi franchise
(Franchisor) akan memberikan rencana bisnis dengan arah yang jelas.

Penerima franchise diberikan nasihat atau sebuah lokasi usaha yang telah
ditetapkan. Dalam franchise eceran, seperti Mc Donald, analisis lokasi
dilakukan untuk menjamin bahwa bisnis akan mencapai tujuan yang
ditetapkan. Penilaian keadaan lalu lintas, demografi, pertumbuhan bisnis di
suatu daerah, persaingan, dan lain-lain merupakan bagian integral dari
keputusan di mana akan menempatkan usaha. Sering franchise melibatkan
nama yang telah mapan yang akan memberikan pengakuan langsung dari
penerima franchise di pasar. Hal ini tidak menjamin keberhasilan, tetapi
memberi dorongan untuk memulai usaha dengan citra positif.

Keuntungan lainnya ialah, pemberi usaha (Franchisor) dapat memperluas


usahanya dengan cepat dan praktis tanpa meminjam atau menanggung resiko
financial.

Masing-masing penerima franchise individu tidak akan mampu memasang


iklan secara luas. Akan tetapi, dengan pengabungan (pooling) di mana
kontribusi diberikan oleh tiap-tiap penerima hak berdasarkan volume
penjualan, organisasi keseluruhan bisa mengadakan periklanan besar-besaran
untuk memperkuat nama franchise. Penerima franchise individu kemudian
bisa melakukan promosi di daerah mereka sesuai persetujuan yang ada.

II.4. RESIKO INVESTASI DALAM WARALABA

Usaha franchising melibatkan banyak risiko yang harus diketahui oleh para
wiraswastawan sebelum memulai melaksanakan usaha waralaba. Tentunya
kita mendengar banyak pemakai franchise yang membuka usaha waralaba
sukses namun hal itu tidak menjamin semuanya mengalami hal yang sama.
Usaha ini membutuhkan kerja keras karena keputusan usaha seperti penarikan
tenaga kerja, penjadwalan dan sebagainya menjadi tanggung jawab pemakai
franchise.

Berikut adalah beberapa cara untuk meminimalisasi resiko kegagalan


tersebut.

1. Melakukan evaluasi diri. Wiraswastawan harus mengevaluasi diri


apakah cocok untuk memasuki usaha franchising.
2. Meneliti Franchise. Wiraswastawan yang akan melakukan franchising
harus meneliti dan memilih franchising dibidang manakah yang cocok
dan sanggup untuk dia jalani

II.5. KESEPAKATAN KERJASAMA DALAM WARALABA

Dalam perjanjian waralaba harus mempunyai syarat-syarat sebagain berikut:

1. Kesepakatan kerjasama sebaiknya tertuang dalam suatu perjanjian


waralaba yang disahkan secara hukum.
2. Kesepakatan kerjasama ini menjelaskan secara rinci segala hak, kewajiban
dan tugas dari franchisor dan franchise.
3. Masing-masing pihak yang bersepakat sangat dianjurkan, bahkan di
beberapa negara menjadi syarat, untuk mendapatkan nasihat dari ahli
hukum yang kompeten, mengenai isi dari perjanjian tersebut dan dengan
waktu yang dianggap cukup untuk memahaminya.
4. Tiga prinsip dari suatu perjanjian waralaba :
a. Harus jujur dan jelas.
b. Tiap pasal dalam perjanjian harus adil.
c. Isi dari perjanjian dapat dipaksakan berdasarkan hukum.

Secara garis besar pada umumnya perjanjian waralaba memuat sebagai berikut.

1. Hak yang diberikan oleh franchisor pada franchise. Hak yang diberikan
meliputi antara lain penggunaan metode atau resep khusus, penggunaan
merek atau nama dagang, jangka waktu hak tersebut dan perpanjangannya,
wilayah kegiatan dan hak yang lain sehubungan dengan pembelian
kebutuhan operasi bila ada.
2. Kewajiban dari franchisee sebagai imbalan atas hak yang diterima dan
kegiatan yang dilakukan oleh franchisor pada saat franchisee memulai
usaha maupun selama menjadi anggota dari system waralaba.
3. Hal yang berkaitan dengan kasus penjualan hak franchisee kepada pihak
lain. Bila franchisee tidak ingin meneruskan sendiri usaha tersebut dan
ingin menjualnya kepada pihak lain maka suatu tata cara perlu disepakati
sebelumnya.
4. Hal yang berkaitan dengan pengakhiran perjanjian kerja sama dari masing-
masing pihak.

II.6 KATEGORI WARALABA

Pada umumnya, waralaba dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut :

a. Distributorships (Product Franchise)

Dalam waralaba ini, franchisor memberikan lisensi kepada franchisee untuk


menjual barang-barang hasil produksinya. Pemberian lisensi ini bersifat
ekslusif ataupun nonekslusif. Seringkali terjadi franchisee diberi hak ekslusif
untuk memasarkan di suatu wilayah tertentu.

b. Chain Style Business

Jenis waralaba inilah yang paling dikenali masyarakat. Dalam jenis ini,
franchisee mengoperasikan suatu kegiatan bisnis dengan memakai nama
franchisor. Sebagai imbalan dari penggunaan nama franchisor, maka
franchisee harus mengikuti metode-metode standar pengoperasian dan berada
di bawah pengawasan franchisor dalam hal bahan-bahan yang digunakan,
pilihan tempat usaha, desain tempat usaha, jam penjualan, persyaratan para
karyawan dan lain-lain.

c. Manifacturing atau Processing Plants


Dalam waralaba jenis ini, franchisor memberitahukan bahan-bahan serta tata
cara pembuatan suatu produk, termasuk di dalamnya formula-formula
rahasianya. Franchise memproduksi, kemudian memasarkan barang-barang itu
sesuai standar yang telah ditetapkan franchisor.

Berdasarkan jumlah usaha yang berhak dimiliki franchise, ada beberapa format
waralaba, yaitu sebagai berikut :

a. Single Unit Franchise

Format ini adalah format yang paling sederhana dan paling banyak digunakan
karena kemudahannya. Franchisor memberikan hak kepada franchisee untuk
menjalankan usaha atas nama usahanya serta dengan panduan prosedur yang
telah ditetapkan sebelumnya.Franchisee hanya diperkenankan untuk
menjalankan usahanya pada sebuah cabang atau unit yang telah disepakati.

b. Area Franchise

Dada format ini, franchisee memperoleh hak untuk menjalankan usahanya


dalam sebuah wialayah tertentu, misalkan pada sebuah provinsi atau kota,
dengan jumlah unit usaha/ cabang yang lebih dari satu.

c. Master franchise

Format master franchise memberikan hak kepada franchisee untuk


menjalankan usahanya di sebuah wilayah atau sebuah Negara dan bukan hanya
membuka usaha. Franchisee dapat menjual lisensi kepada sub-franchisee
dengan ketentuan yang telah disepakati.

II.7. PENGERTIAN PEMASARAN LANGSUNG

Adapun beberapa definisi dari pemasaran langsung (Direct Marketing)


menurut beberapa ahli ialah sebagai berikut10:

a. Blech, dikutip oleh Kennedy memberikan definisi tentang pemasaran


langsung, yaitu “Direct marketing is a system of marketing by which
organization communicate directly with the target consumer to generate
a response or transaction.”
b. Sedangkan menurut Saladin pemasaran langsung adalah system
pemasaran yang melalui sebuah media iklan atau lebih guna
mendapatkan respons dan atau transaksi yang bisa diukur di suatu lokasi.

Sedangkan Pemasaran langsung (direct marketing) menurut Principles of


Marketing (Kotler – Gary Armstrong. 1996: 53) adalah pemasaran yang
menggunakan berbagai media iklan untuk berinteraksi langsung dengan
konsumen, biasanya menelepon konsumen untuk mendapat respons
langsung.

Pemasaran langsung menurut Direct Marketing menurut Principle of


Advertising & IMC (Duncan 2002 : 573) adalah Ketika Perusahaan ingin
menjalin komunikasi langsung dengan pelanggan, mereka mengguanakan
strategi komunikasi langsung dimana lebih bisa berinteraksi, database yang
memicu proses komunikasi pemasaran menggunakan media untuk
mendorong respon pelanggan.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran


langsung ialah bentuk dari pemasaran yang menggunakan media iklan atau
promosi untuk mendapatkan respon atau transaksi yang dapat diukur.

II.8. PERAN PEMASARAN LANGSUNG

Peran dari pemasaran langsung atau direct marketing adalah dapat


terbangunnya hubungan antara konsumen dan penjual atau produsen. Direct
marketing adalah sebuah strategi yang digunakan untuk membentuk dan
meneruskan personal dan penengah dialog dengan konsumen.

II.9. BENTUK-BENTUK PEMASARAN LANGSUNG

Bentuk-bentuk pemasaran langsung yaitu :

a. Penjualan Tatap Muka.


Yaitu penjualan dengan langsung bertemu dengan calon pembeli. Ini bisa
dilakukan untuk individu tunggal atau kelompok. Ada sejumlah produk dan
jasa yang dikenal sangat intensif dalam menggunakan pendekatan ini, di
antaranya adalah: penjualan oleh agen asuransi, saham dan sejumlah produk
yang di kenal dipasarkan secara MLM. Selain itu banyak juga produk lain
yang dipasrakan dalam format tatap langsung dengan mengelar demo
penggunaan, misalnya seperti produk kompor atau produk-produk home
appliance lainnya.

b. Pemasaran Direct Mail.

Direct marketing juga bisa dilakukan melalui email, dan karenanya sering
disebut direct mail, yaitu berupa pengiriman penawaran kepada individu-
individu baik melalui surat konvensional maupun elektronik. Untuk
pengiriman surat konvensioanal, pemilik brand atau pemasar seringkali
bekerjasama dengan kantor pos, DHL atau TIKI-JNE. Bisa juga dilakukan
melalui Fax atau varian-varian teknologi baru seperti voice mail.

c. Telemarketing.

Yang berikutnya dan cukup nge-trend adalah telemarketing di mana ini


menjadi saluran favorite pemasaran langsung untuk menawarkan barang atau
jasa pada target pelanggan, baik itu yang murni digawangi oleh pemasar
maupun yang sudah diotomatisasi.

d. Pemasaran Melalui Katalog.

Pemasaran melalui catalog sangat sering kita jumpai sehari-hari. Mulai dari
produk kosmetik hingga peralatan dapur. Produsen atau penjual menawarkan
dan memaparkan barang nya melalui catalog yang biasanya terbit sekali
sebulan.

e. Saluran Online.

Ada lagi saluran pemasaran online di mana para pemasar menjalankan


kegiatan pemasaran langsungnya secara online, baik itu dalam format etalasi,
iklan yang didesain untuk penawaran langsung, maupun penetrasi di group-
group atau social media. Ke depan, situasinya mungkin lebih berkembang
lagi.

II.10. RESIKO DALAM PEMASARAN LANGSUNG

Direct marketing merupakan system pemasaran yang bersifat sangat


interaktif dan terukur. Tujuan dari komunikasi dari pemasaran langsung yaitu
unutk memperoleh tanggapan atau respon dari konsumen yang bersangkutan.
Dari respon yang didapat, pemasar bisa mengukur potensi pembelian yang
diharapkan dan melakukan treatment sebagaimana situasi dan kondusi yang
berkembang. Pada ujungnya akan terjadi transaksi pembelian.

Teknik pemasaran ini dalam perkembangannya menarik minat banyak


produsen dan pemasar untuk menekuninya. Alasannya sangat logis. Faktor-
faktor seperti kesibukan, macetnya jalanan dan termasuk panjangnya antrian
di pusatpusat perbelanjaan pada momen-momen tertentu menjadi pintu
masuk yang terbuka untuk menawarkan solusi pada mereka. Penjualan
langsung yang tidak merepotkan. Dari hal-hal itu, sudah ada beberapa
keuntungan yang bisa didapatkan para pelanggan, di antaranya adalah hemat
waktu dan hemat biaya.

Bagi pemasar, adalah untuk selektif dan mengasah intuisi mereka yang dalam
hal lain tentunya didukung observasi dan data-data dalam memilih calon
pembeli. Obyektifnya adalah untuk mendapatkan pelanggan baru yang
kemudian terus awet menjalin relasi jangka panjang.

Bagi direktur dan manajer pemasaran ini adalah tanggung jawab tersendiri
untuk membekali pemasar-pemasar dengan kemampuan pemasaran yang
diperlukan. Ini penting karena salah satu constraint terbesar dalam pemasaran
langsung adalah merasa terganggunya orang atas penjualan yang agresif,
yang menggangu privacy orang, atau yang tidak melakukan penawaran pada
tempat atau situasi yang tidak semestinya.
Resiko lain yang bisa berdampak lebih buruk pada brand adalah jika sampai
terjadi penipuan yang dilakukan oleh pemasar langsung. Salah satu catatan
negative dalam konteks ini adalah terjadinya eksploitasi oleh pemasar pada
pembeli implusif yang kurang mengerti nature dari produk yang ditawarkan.
Maka dari itu, sangatlah penting untuk membekali para ujung tombak
pemasaran langsung ini dengan skill-skill yang memadai, integritas dan
tentunya juga harapan akan kesejahteraan yang sesuai dengan jerih payah dan
performa mereka.
BAB III

KESIMPULAN

Membeli sistem bisnis yang sudah jadi mempunyai kelebihan bahwa sistem bisnis
sudah tercipta dan siap pakai, si pembeli bisnis tinggal menjalankan saja di dalam
sistem yang sudah ada itu. Demikian pula pasar sudah ada, sehingga pemilik bisnis
baru ini tidak akan kesulitan dalam memasarkan produknya. Kelemahannya adalah
pemilik modal tidak akan bebas dalam menentukan usahanya, karenasemuanya
tergantung kepada pihak yang dibeli bisnisnya. Waralaba adalah suatu pengaturan
bisnis dimana sebuah perusahaan ( franchisor ) memberi hak pada pihak independen
( franchisee ) untuk menjual produk atau jasa perusahaan tersebut dengan peraturan
yang ditetapkan oleh franchisor.
‘DAFTAR PUSTAKA

Khairandy, Ridwan, 2000. Perjanjian Franchise Sebagai Sarana Alih Teknologi.


Pusat studi hukum UII Yogyakarta bekerjasama dengan Yayasan Klinik Haki.
Jakarta

Fuady, Munir, 2005, Pengantar Hukum Bisnis. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung

Setiawan, Dede, 2007. Franchise Guide Series – Ritel. Dian Rakyat.

Arifiah, Nurin Dewi, 2008. Pelaksanaan Perjanjian Bisnis Waralaba Serta


Perlindungan Hukumnya bagi Para Pihak (Studi di Apotek K-24 di
Semarang). Universitas Dipenegor. Semarang

Azhar, Tengku Keizerina Devi, 2005. Perlindungan Hukum dalam Franchise.

Moerdiyanto, 2009. Diktat Kuliah Menejemen Pemasaran. Universitas Negeri


Yogyakarta. Yogyakarta

Madelson, M, 1997. Franchising: Petunjuk Praktis Bagi Franchisor dan


Franchise. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai