Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS KUALITAS AIR PADA SUMBER MATA AIR DI DESA TUNABESI,


KECAMATAN IO KUFEU, KABUPATEN MALAKA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Penilaian Mata Kuliah Metode Penelitian

PASKALIS KIIK
1606050017

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan memiliki manfaat nyata bagi keberlangsungan hidup organisme baik berupa
manfaat tangible maupun intangible. Secara teoritis, fungsi ekologis hutan berperan
penting dalam menjaga kestabilan ekosistem. Salah satu fungsi hutan adalah menjaga tata air
yang ada di bumi. Ekosistem hutan yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik
berpengaruh nyata terhadap siklus hidrologis. Hutan berperan penting dalam mengintersepsi
hujan, meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah, mengurangi laju erosi tanah, mengurangi
limpasan permukaan, mempertahankan debit air sungai dan meningkatkan kelembapan nisbi
tanah.

Mata air merupakan air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata
air yang berasal dari dalam tanah hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya
sama dengan air tanah dalam. Berdasarkan keluarnya (muncul kepermukaan tanah) mata air,
dapat dibedakan menjadi: mata air rembesan, yaitu mata air yang keluar dari lereng-lereng
dan mata air umbul, yaitu mata air keluar dari suatu daratan ( Agustiningsih dkk, 2012).

Manan (1976) menyebutkan bahwa hutan memiliki tiga pengaruh penting terhadap
karakteristik hidrologis yaitu menahan tanah, dimana tanah hutan menahan air lebih banyak
dan meningkatkan kapasitas infiltrasi. Ketersediaan air baik secara kuantitas maupun kualitas
berkaitan erat dengan kualitas hutan atau dengan kata lain kualitas dan kuantitas air
merupakan salah satu indikator kondisi hutan.

Air memiliki banyak fungsi, sebagai pelarut umum, air digunakan oleh organisme untuk
reaksi- reaksi kimia dalam proses metabolisme serta menjadi media transportasi nutrisi dan
hasil metabolisme. Bagi manusia, air memiliki peranan yang sangat besar bukan hanya
untuk kebutuhan biologisnya, yaitu bertahan hidup. Air tawar diperlukan manusia untuk
keperluan masak dan minum, mencuci, mengairi tanaman, untuk keperluan industri dan lain
sebagainya sehingga tidak terpungkiri terkadang keterbatasan persediaan air untuk
pemenuhan kebutuhan menjadi pemicu timbulnya konflik sosial di masyarakat (Wiryono,
2013).
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak,
bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar
tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain.
Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan
memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi akan datang. Aspek
penghematan dan pelestarian sekarang maupun generasi akan datang. Aspek penghematan
dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air (effendi, 2015).

Manusia membutuhkan air dalam semua aspek kehidupan, untuk memasak, mandi,
mencuci dan kebutuhan lainnya. Secara biologi air berperanpada semua proses dalam tubuh
manusia, misalnya pencernaan, metabolisme,transportasi, mengatur keseimbangan suhu
tubuh (Guyton, 1987). Kekuranganair di atas akan menyebabkan gangguan fisiologis, bahkan
mengakibatkan kematianapabila kekurangan tersebut mencapai 15% dari berat tubuh. Namun
apabilaair itu tidak jernih misalnya tercemar bahan organik, air akan merupakan mediayang
baik bagi kuman penyakit. Pada air tercemar bahan anorganik (khemis)akan menyebabkan
gangguan fisiologis secara menahun bahkan ada yang bersifattoksis (Rahayu, 2004).
Air sebagai elemen yang melimpah diatas bumi dengan jumlah sebesar 40 juta mil-
kubik dibagian permukaan dan didalam tanah, ternyata tidak lebih dari 0,5 % (0,2 juta mil –
kubik yang secara langsung dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Karena dari jumlah
40 juta mil-kubik, 97% terdiri dari laut dan jenis air lain yang berkadar garam tinggi, 2,5%
berbentuk salju dan es-abadi yang didalam keadaan mencair baru dapat dipergunakan secara
langsung oleh manusia (Suriawiraria, 2008).
Kualitas air dari mata air akan sangat tergantung dari lapisan mineral tanah yang
dilaluinya. Hal ini menunjukkan karakter-karakter khusus dari mata air tersebut.
Kebanyakan airyang bersumber dari mata air kualitasnya baik sehingga umumnya digunakan
sebagai sumber air minum oleh masyarakat sekitarnya. Sebagai sumber air minum
masyarakat, maka harus memenuhi beberapa aspek yang meliputi kuantitas, kualitas dan
kontinuitas. Khusus dari segi kualitas harus memenuhi syarat kualitas fisik, kimia,
mikrobiologi dan radioaktivitas (WHO, 2004). Kualitas fisik yang dimaksud mencakup
beberapa parameter yaitu kekeruhan, warna, rasa dan bau. Rasa dan bau dapat berasal dari
keadaan alamiah air yang mengandung bahan kimia organik dan anorganik dan dapat pula
karena adanya proses biologik seperti mikroorganisme air (Irianti dan Sasimartoyo, 2006).

Secara umum wilayah NTT termasuk ke dalam kategori iklim semiarid, dimana
periode hujan hanya berlangsung 3-4 bulan dan periode kering 8-9 bulan (Bappeda NTT,
2009). Potensi hidrolagi di wilayah propinsi NTT, terutama air permukaan, tergolong kecil.
Disisi lain, laju pertumbuhan penduduk NTT sebesar 2% (pada periode 2000-2010)
mengindikasikan bahwa permintaan akan air akan semakin meningkat. Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) dalam laporannya menyebutkan bahwa neraca
keseimbangan air di region Nusa Tenggara diklasifikasikan pada tingkat kritis (Bappenas,
2010). Berdasarkan presentase rumah tangga menurut sumber air minum layak di indonesia
sebesar 41,66%. Provinsi dengan presentase tertinggi untuk sumber air minum layak
terdapat di propinsi Sulawesi Utara sebesar 61,38%. Terdapat 16 propinsi yang
presentasenya berada di atas presentase nasional yaitu salah satunya propinsi NTT sebesar
53,33%. Presentase terendah terdapat di propinsi Banten sebesar 20,40%. Terdapat 17
propinsi yang presentase rumah tangga menurut sumber air minum kurang layak dari
presentase nasional (BPS, 2012).

Berdasarkan penelitian (Aulia Faraz Umaya, 2017) menunjukkan bahwa kelima


sampel penelitian setelah dilakukan pengujian terdapat 2 mata air yaitu mata air Ulu Salu
dan mata air Bungung Tallua yang memenuhi syarat SNI dan PERMENKES ditinjau dari
sifat fisika, kimia dan biologi, sedangkan pada mata air Borrong Lasa, Bungung Tallua,
Arrangang Jati dan Kalappo tidak memenuhi syarat SNI dan PERMENKES melalui
parameter fisika,kimia dan biologi.
Dari penelitian saya berdasarkan studi pendahuluan ke lokasi setempat bahwa pada
lokasi sumber mata air yaitu sumber mata airnya di tampung dalam bak penampungan dan
sumber mata airnya yang terbuka tanpa bak penampungan. Sumber mata air yang ada pada
Desa Tunabesi, Kecamatan Io Kufeu, Kabupaten Malaka ini mudah dijangkau oleh
masyarakat setempat memungkinkan terjadi kontaminasi baik fisika, kimia maupun
mikrobiologi. Kondisi demikian jika dibiarkan tanpa penanganan, akan memberikan dampak
terutama terhadap kualitas air yang dikonsumsi oleh masyarakat Desa tunabesi, Kecamtan Io
Kufeu, Kabupaten Malaka, karena peruntukannya sebagai air bagi kebutuhan rumah tangga
berkurang kualitasnya, bahkan mungkin tidak memenuhi standar yang dipersyaratkan.

Merujuk pada latar belakang penelitian ini maka peneliti tertarik pada penelitian
dengan judul Analisis Kualitas Air Pada Sumber Mata Air Di Desa Tunabesi,
Kecamatan Io Kufeu, Kabupaten Malaka.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uaraian pada latar belakang masalah maka masalah dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kualitas air pada sumber mata air di Desa Tunabesi, Kecamtan Io
Kufeu, Kabupaten Malaka?
2. Bagaimana perbandingan perbedaan kualitas air pada sumber mata air dengan
standar baku mutu air di Desa Tunabesi, Kecamtan Io Kufeu, Kabupaten
Malaka?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kualiatas air pada sumber mata air di Desa Tunabesi,
Kecamatan Io Kufeu, Kabupaten Malaka
2. Untuk mengetahui perbandingan perbedaan kualitas air pada sumber mata air
dengan standar baku mutu di Desa Tunabesi, Kecamatan Io Kufeu, Kabupaten
Malaka

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

1. Untuk masyarakat di Desa Tunabesi, Kecamtan Io Kufeu, Kabupaten Malaka dan


instansi terkait, sebagai bahan informasi mengenai kualitas air minum sebagai bahan
masukan kepada masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar sumber air.
2. Untuk Program Studi Biologi sebagai bahan referensi sebagai bahan masukan bagi
mahasiswa tentang kualitas air di tinjau dari uji parameter fisika, kimia dan
mikrobiologi

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan judul penelitian ini, maka peneliti menduga bahwa ada sumber mata air
yang memenuhi standar baku mutu kualitas air di Desa Tunabesi, Kecamatan Io Kufeu,
Kabupaten Malaka.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah peneilitian kuantitatif yang dilakukan di Desa Tunabesi,
Kecamatan Io Kufeu, Kabupaten Malaka.
B. Waktu dan lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2019 di UPTD Laboratorium
Kesehatan Propinsi NTT dan lokasi pengambilan sampel dilakukan di empat stasiun
Sumber mata air yang terdapat pada gambar
C. Populasi dan sampel
Populasi pada penelitian ini yaitu semua sumber mata air yang ada di desa Tunabesi,
Kecamatan Io Kufeu, Kabupaten Malaka sedangkan Sampel penelitian ini yaitu 4
sumber mata air diambil secara (metode pilih).
D. Variabel penelitian
Penelitian ini hanya terdiri dari satu variabel yaitu kualitas mata air.
E. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi,
dokumentasi, tes atau pengamatan langsung dan pengujian laboratorium.
F. Instrumen penelitian
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah termometer, PH meter, DO meter,
Tabung reaksi, Tabung durham, Bunsen, Inkubator, Waterbath, Cawan petri, Oase,
Mikroskop, Pipet mikro, Preparat, Kertas saring, Corong, Erlenmeyer, Botol semprot.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : sampel lima
sumber mata air, Media LB (Lactosa Broth), Brilliant Green Lactose Bile Broth
(BGLB) , Levine’s Eosin Methylen Blue (L-EMB) Agar , EC Broth, Kristal ungu,
Lugol, Alkohol 96%, Safranin.
G. Prosedur kerja
1. Tahap Persiapan
Menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan dan memeriksanya
terlebih dahulu sebelum digunakan, kemudian penentuan titik lokasi dengan cara
observasi. Observasi dilakukan agar peneliti dapat menentukan titik pengambilan
sampel pada sumber mata air.
2. Pengambilan Sampel Air
Pengambilan sampel pada mata air dilakukan di empat sumber mata air yang berbeda,
yaitu Oe Nanua, Oe Petu, Oe Saekini, dan Oe Noha dengan cara air dimasukkan
kedalam botol yang telah di sterilkan kemudian dimasukkan kedalam Cold Box agar
sampel tidak kontan dan sampel di bawah ke lab untuk penelitian lebih lanjut.
3. Pengujian Sifat Fisik, Kimia dan Biologi Mata Air
a. Pengujian sifat fisika dengan cara mengukur suhu dengan menggunakan
termometer, melihat warna air, mencicipi rasa dan mencium bau air.
b. Pengujian sifat kimia dengan cara yang pertama untuk mengukur kadar asam
dan basa dengan memasukkan alat pH meter ke dalam botol yang sudah diisi
masing-masing 5 sampel kemudian mencatat langsung hasil yang didapatkan.
Kemudian menguji oksigen terlarut pada air dengan menggunakan DO meter
dengan cara meletakkan DO meter di atas permukaan air.
c. Pengujian sifat biologi dilakukan dengan 4 tahap yaitu uji penduga bakteri
coliform, uji penegasan bakteri coliform, uji penduga bakteri eschereria coli
dan uji penegasan bakteri eschereria coli . Uji penduga yang pertama
dilakukan adalah mengambil sample air dan menyaringnya. Setelah itu,
menyiapkan 54 tabung reaksi yang dibagi menjadi 3 seri yaitu 3 tabung
Double Strength 10 ml, 3 tabung Single Strength 1 ml dan 3 tabung Single
Strength 0,1 ml di pada setiap 5 sampel. Pada masing-masing tabung sudah
berisi media Lactosa Broth (LB) dan tabung durham di dalamnya. Masukkan
sample air kedalam masing-masing tabung dengan metode sterilisasi agar
tidak terkontaminasi. Setelah selesai Inkubasi selama 48 jam pada suhu 35˚C.
Uji Penegasan Sebelum melakukan uji penegasan, terlebih dahulu melihat
hasil uji penduga. Indikator yang dilihat tabung durham , jika pada tabung
durham mengapung, berwarna keruh dan terdapat gelembung udara, dugaan
positif ada mikroba didalam sample air. Sampel yang positif mengandung
bakteri coliform diinokulasikan ke dalam tabung BGLB Broth yang berisi
tabung durham dengan menggunakan jarum ose. Inkubasi BGLB Broth yang
telah diinokulasi selama 48 jam pada suhu 35 tabung-tabung BGLB yang
menghasilkan gas. Tabung positif ditandai dengan kekeruhan dan gas dalam
tabung durham. Gelembung yang terbentuk dihitung dan dilihat pada table
MPN. uji penduga bakteri eshereria coli Inokulasi dari setiap tabung LB yang
positif ke tabung-tabung EC broth yang berisi tabung durham dengan
menggunakan jarum ose , Inkubasi EC broth dalam sirkulasi waterbath
selama 48 jam pada suhu 45˚C . Periksa Waterbath harus dalam keadaan
bersih, air di dalamnya harus lebih tinggi dari tinggi cairan yang ada dalam
tabung yang akan diinkubasi. Periksa tabung-tabung EC broth yang
menghasilkan gas selama 24 jam , jika negatif inkubasi kembali sampai 48
jam . Tabung positif ditandai dengan kekeruhan dan gas dalam tabung
durham. Uji penegasan bakteri Escherichia coli Dari tabung-tabung EC broth
yang positif diinokulasikan kedalam cawan yang berisi media L-EMB agar
dengan menggunakan jarum oase. Inkubasi selama 24 jam pada suhu 35
Koloni Escherichia coli terduga memberikan ciri yang khas typical yaitu
hitam pada bagian tengah dengan atau tanpa hijau metalik. Lakukan uji
morfologi dengan melakukan pewarnaan gram dengan cara megambil sampel
dari cawan kemudian di goreskan ke kaca preparat yang telah di sterilkan,
kemudian Ditetesi kristal violet sampai sampel bakteri terendam (diamkan
selama 1 menit) Dicuci dengan air yang mengalir, kemudian Ditetesi lugol
sampai sampel bakteri terendam (diamkan selama 1 menit) Dicuci dengan air
yang mengalir, kemudian Ditetesi alkohol 96% ( diamkan selama 45 detik)
Dicuci dengan air yang mengalir, kemudian Ditetesi safranin sampai sampel
bakteri terendam (diamkan selama 1 menit) Dicuci dengan air yang mengalir,
kemudian Dikeringkan dengan menggunakan tissue dan diamati di mikroskop.
H. Analisis data
Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif menggunakan alat statistik yaitu
SPSS.
Agustiningsih, D,. Sasongko, S, D. Sudarno. Analisis Kualitas Air dan Strategi Pengendalian
Pencemaran Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal” Laporan Penelitian Kesehatan
Masyarakat. Semarang: Universitad Diponegoro, 2012.

Effendi, H. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Yogyakarta: Kanisius, 2003.

Irianti, S dan T.P. Sasimartoyo. Surveilans Kualitas Air Minum dari Sumber Penyediaan Air
Minum Masyarakat. Jurnal Teknik Lingkungan, Edisi Khusus, ITB Bandung, 2006.

Manan, S. 1976. Pengaruh Hutan dan Manajemen DAS. Bogor: Departemen Manajemen
Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Wiryono, 2013. Pengantar Ilmu Lingkungan. Pertelon Media. Bengkulu.

Anda mungkin juga menyukai