TERAPAN
MODUL
PRAKTIKUM
DISUSUN OLEH:
RUMPOKO WICAKSONO
PROGRAM STUDI
ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2016
KATA PENGANTAR
Proses pengolahan pangan melibatkan berbagai fenomena fisika, terkait dengan
proses pengolahan yang diberikan, maupun sifat fisik bahan yang diolah.
Sehubungan dengan hal tersebut, mahasiswa perlu mengembangkan kompetensi
dirinya melalui penguasaan keilmuan dan wawasan fisika di bidang pengolahan
pangan atau industri pangan melalui kegiatan perkuliahan dan praktikum.
Modul praktikum ini disusun untuk memfasilitasi proses pembelajaran mahasiswa
dengan harapan agar mahasiswa lebih memahami konsep fisika di bidang
pengolahan pangan. Acara praktikum dalam modul ini masih sederhana dan jauh
dari sempurna, serta dibatasi dengan ketersediaan peralatan yang ada di
laboratorium. Meskipun demikian, upaya perbaikan diharapkan terus berjalan,
baik dari segi acara praktikum maupun dari sisi format modul yang lebih baik lagi.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak, sehingga modul ini
dapat disusun dan praktikum dapat berjalan dengan lancar.
ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM
Praktikan wajib mengikuti peraturan dan tata tertib di lingkungan laboratorium.
Praktikan harus siap 15 menit sebelum acara praktikum dimulai. Keterlambatan
selama 15 menit harus minta ijin kepada koordinator praktikum. Apabila
praktikan tidak hadir tanpa keterangan, maka dianggap tidak mengkuti praktikum
secara keseluruhan.
Praktikan wajib mengikuti kuis yang diberikan sebelum praktikum dan responsi
setelah selesai pelaksanaan semua acara praktikum. Nilai kuis dan responsi
merupakan bagian dari komponen penilaian praktkum, di samping nilai laporan
akhir.
Praktikan wajib menyerahkan laporan awal berupa data hasil pengamatan kepada
asisten praktikum tiap acara praktikum selesai.
Laporan akhir dikumpulkan paling lambat 2 minggu setelah hari pengamatan
terakhir pelaksanaan praktikum ini. Laporan dijilid dengan sampul hijau muda.
Format laporan praktikum: I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Praktikum
II. LANDASAN TEORI
METODE PRAKTIKUM
Alat dan Bahan
Prosedur Praktikum
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR
v
ACARA I
PENGUKURAN PANJANG
1
A. Pendahuluan
1
B. Alat dan Bahan
2
C. Instruksi Kerja
2
E. Hasil Pengamatan
2
F. Tugas
4
ACARA II
FLUIDA
5
A. Pendahuluan
5
B. Alat dan Bahan
6
C. Instruksi Kerja
6
D. Tugas
7
ACARA III
VISKOSITAS
8
A. Pendahuluan
8
B. Alat dan Bahan
10
C. Instruksi Kerja
10
E. Tugas
11
ACARA IV
PERPINDAHAN PANAS
12
A. Pendahuluan
12
B. Alat dan Bahan
13
D. Instruksi Kerja
13
E. Tugas
13
DAFTAR PUSTAKA
14
i
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.
Jangka sorong
1
Gambar 2.
Pipa U
6
v
ACARA I. PENGUKURAN PANJANG
Pendahuluan
Pengukuran merupakan faktor yang sangat penting dalam industri pengolahan pangan.
Industri pengolahan pangan harus mampu menerapkan proses pemantauan dan pengukuran
yang diperlukan untuk menunjukkan bahwa produk sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan, memastikan bahwa sistem manajemen mutu produk yang diterapkan cukup
efektif, dan sebagai data untuk memperbaiki sistem manajemen mutu produk secara terus
menerus.
Pengukuran panjang harus dilakukan dengan alat ukur yang tepat. Pengukuran panjang
dilakukan oleh orang dari berbagai profesi, dengan alat yang ukur yang berbedabeda sesuai
dengan kepentingannya. Namun, pada hakikatnya kegiatan yang dilakukan adalah sama,
tetapi masingmasing pekerjaan membutuhkan ketelitian yang berbeda sehingga alat ukur
yang di gunakan berbeda pula.
Salah satu alat yang cukup teliti untuk pengukuran panjang adalah jangka sorong. Berikut ini
cara penggunaan jangka sorong.
Gambar 1. Jangka sorong.
Langkah pertama, tentukan terlebih dahulu skala utama. pada gambar terlihat skala nonius
terletak di antara skala 2,2 cm dan 2,3 cm pada skala tetap. Jadi, skala tetap bernilai 2,2 cm.
Langkah kedua, menentukan skala nonius. Skala nonius yang berimpit dengan skala tetap
adalah angka 4. Jadi, skala nonius 4 x 0,01 cm = 0,04 cm
1
Langkah ketiga, menjumlahkan skala tetap dan skala nonius. Hasil pengukuran = 2,2 cm +
0,0 cm = 2,24 cm.
Praktikum ini bertujuan untuk membandingkan tingkat ketelitian beberapa alat ukur panjang.
Alat dan Bahan
Alat:
Mistar
Jangka sorong
Bahan:
Beberapa produk pangan berbentuk balok
Instruksi Kerja
Ukur panjang produk dengan mistar
Lakukan dengan 5 kali pengukuran
Tuliskan data yang didapat ke dalam tabel pengamatan
Gantilah mistar dengan jangka sorong, lalu ulangi langkah a sampai c.
Lakukan cara yang sama untuk lebar dan tinggi produk
Hasil Pengamatan
1. Hasil pengukuran panjang
Pengukuran
Mistar Jangka sorong
ke
3
4
Ratarata
Ketidakpastian pengukuran
Error
2
2. Hasil pengukuran lebar
Pengukuran
Mistar Jangka sorong
ke
Ratarata
Ketidakpastian pengukuran
Error
3. Hasil pengukuran tinggi
Pengukuran
Mistar Jangka sorong
ke
Ratarata
Ketidakpastian pengukuran
Persentase error
Gunakan persamaan berikut untuk perhitungan nilai ratarata hasil pengukuran x ,
x
ketidakpastian pengukuran (∆x) dan persentase error perhitungan ( x100%) pada tiapx
tiap data pengukuran.
x
i
x
xi
n
n
Dengan x
= ratarata hasil pengukuran
∆x
= ketidak pastian pengukuran
x
i
= jumlah data hasil pengukuran
n
= banyaknya pengulangan
3
Tugas
Bahaslah beberapa hal berikut.
Pengaruh perbedaan alat ukur terhadap ketelitian hasil pengukuran.
Cara untuk meningkatkan ketelitian dengan peralatan yang ada.
4
ACARA II. PENENTUAN MASSA JENIS ZAT CAIR
Pendahuluan
Massa jenis suatu bahan pangan merupakan salah satu indikator yang secara langsung
maupun tidak langsung turut berperan dalam suatu proses pengolahan pangan maupun mutu
suatu produk. Suatu proses pemurnian hasil industri pertanian yang memanfaatkan perbedaan
massa jenis cairan, misalnya distilasi, akan berlangsung lebih efektif jika produk yang
dipisahkan memiliki perbedaan massa jenis yang cukup besar dengan zat pengekstraknya,
misalnya pada produksi minyak atsiri. Selain itu, perubahan massa jenis suatu zat cair juga
dapat digunakan untuk memprediksi perubahan tingkat kemurnian atau mutu suatu zat.
Dasar untuk menghitung massa jenis zat cair dengan Pipa U adalah hukum hidrostatika, yang
menyatakan bahwa tekanan dalam zat cair pada bidang mendatar di mana– mana sama
besarnya. Besarnya takanan dalam zat cair adalah:
P = ρ g h + P0
(1)
dengan ρ adalah massa jenis zat cair, g adalah percepatan gravitasi, h adalah tinggi
permukaan zat cair dan P0 adalah tekanan udara luar.
Bila Pipa U diisi dengan 2 jenis zat cair (Gambar 2), maka zat cair 1 sebagai pembanding
yang diketahui massa jenis (ρ1) dan zat cair 2 yang akan ditentukan massa jenisnya (ρ2)
dimasukkan ke dalam kaki sebelahnya. Tinggi permukaan zat cair 2 adalah h2. Menurut
hukum hidrostatika, tekanan di titik A (PA) sama dengan tekanan di titik B (PB), atau:
PA = PB
(2)
Berdasarkan persamaan (1) dan persamaan (2) dapat ditulis sebagai:
ρ2 = ρ1
(3)
dengan:
ρ1 = massa jenis zat cair pembanding
ρ2 = massa jenis zat cair yang dicari
h1 = tinggi permukaan zat cair pembanding h2 = tinggi permukaan zat cair yang diselidiki
5
Praktikum ini bertujuan untuk memahami hukum hidrostatika sebagai landasan untuk
menentukan massa jenis zat cair dengan alat pipa U.
Gambar 2. Pipa U.
Alat dan Bahan
Alat:
Pipa U
Pipet
Beaker glass
Corong
Jangka sorong
Bahan:
Akuades
Minyak goreng baru
Minyak jelantah dari beberapa kali penggorengan
Instruksi Kerja
Aturlah kedudukan Pipa U sedemikian rupa sehingga letaknya tidak miring. Isilah pipa U
3
dengan akuades (ρ1 = 1 g/cm ).
Masukkan zat cair yang akan diselidiki ke dalam pipa U pada kaki yang lain.
6
Tentukan bidang batas permukaan zat cair. Ukurlah tinggi h1 dan h2.
Hitung massa jenis zat cair yang diselidiki (ρ2) dengan menggunakan persamaan (3).
Ulangi langkah 2–4 sebanyak 2 kali dengan merubah tinggi permukaan zat cair yang
diselidiki (gunakan pipet untuk memasukkan/mengeluarkan zat cair).
Keluarkan zat cair yang diselidiki sampai bersih, kemudian aturlah kembali kedudukan pipa
U, hingga permukaan air raksa menunjukkan skala yang sama (seimbang).
Tugas
Bahaslah mengapa terjadi perbedaan massa jenis minyak goreng yang diuji.
7
ACARA III. VISKOSITAS
Pendahuluan
Viskositas atau kekentalan bahan pangan dapat berpengaruh terhadap proses pengolahan
pangan yang diberikan. Secara umum, ada bahan pangan yang meningkat viskositasnya
selama proses pengolahan, misalnya saat pengadukan, dan ada juga yang viskositasnya
mengalami penurunan. Perubahan viskositas bahan selama pengolahan perlu diantisipasi
untuk menentukan proses kendali yang tepat agar produk yang dihasilkan sesuai dengan mutu
yang dikehendaki. Selain itu, perubahan viskositas juga dapat digunakan sebagai indikator
perubahan mutu suatu bahan.
Peningkatan viskositas dapat disebabkan oleh adanya kontaminasi atau penambahan dari
bahan lain, maupun karena peningkatan jumlah padatan terlarut atau karena reaksi
polimerisasi yang terjadi akibat pemanasan. Di sisi lain, adanya penambahan bahan tertentu
dapat menurunkan viskositas bahan akibat efek pengenceran atau karena terjadi hidrolisis
bahan padatan yang terkandung dalam suatu bahan.
Setiap benda yang bergerak di dalam fluida mendapat gaya gesekan yang disebabkan oleh
kekentalan fluida tersebut sebanding dengan kecepatan relatif benda tersebut terhadap fluida
atau:
FS = konstanta v
(1)
Khusus untuk benda yang berbentuk bola dan bergerak di dalam fluida yang sifatsifatnya
tetap, gaya gesekan yang dialaminya adalah:
FS = 6 π η r v
(2)
dengan FS = gaya gesek Stokes yang bekerja pada bola, η = koefisien kekentalan fluida, r =
jarijari bola dan v = kecepatan relatif bola terhadap fluida. Persamaan (2) dikenal sebagai
Hukum Stokes. Tanda negatif pada persamaan menunjukkan arah F yang berlawanan dengan
arah kecepatan v.
Pemakaian hukum Stokes memerlukan syarat–syarat sebagai berikut:
Ruang tempat fluida tidak terbatas (ukurannya cukup besar dibandingkan ukuran benda).
Tidak terjadi terbulensi di dalam fluida, ini dicapai bila nilai v tidak besar.
8
Bila sebuah benda padat berbentuk bola dan mempunyai massa jenis ρ dilepaskan pada
permukaan zat cair tanpa kecepatan awal, bola tersebut mulamula akan mendapat percepatan.
Bola yang dijatuhkan ke dalam fluida tersebut akan mengalami gaya seberat:
(3)
dengan: W = gaya berat
r = jarijari bola
ρ = massa jenis bola
g = percepatan gravitasi bumi
Bola juga mengalami gaya apung (gaya Archimedes) sebesar:
(4)
dengan, FA = gaya apung, ρ0 = massa jenis fluida.
Gayagaya yang bekerja pada bola dapat diilustrasikan sebagi berikut sebagai berikut.
Gambar 3. Gaya yang bekerja dalam fluida.
Selanjutnya, besarnya kecepatan bola menjadi konstan, pada bola tersebut akan bertambah
besar pula, sehingga pada suatu ketika bola tersebut akan bergerak dengan kecepatan tetap,
yaitu setelah terjadi kesetimbangan antara gaya berat, gaya Archimedes, dan gaya Stokes pada
pada bola tersebut. Dengan menganalisis gayagaya yang bekerja pada bola yang bergerak
dala, zat cair, maka kecepatan bola dalam fluida dengan kecepatan tetap dapat dinyatakan
dalam persamaan:
(5)
bola, ρo = massa jenis fluida.
dengan, g = percepatan gravitasi, ρ = massa
persamaan (5) dapat diturunkan
Oleh karena kecepatannya tetap, maka v =
menjadi:
(6)
bertujuan untuk
menentukan indeks Mistar
dengan T adalah viskositas zat cair
waktu yang sebagai dasar untuk Termometer
diperlukan bola penilaian mutu
untuk menempuh bahan pangan.
jarak d. Bahan:
Akuades
Alat dan Bahan
Secara matematis
dapat dihitung besar Minyak goreng baru
Alat:
koefisien viskositas
Minyak jelantah dari beberapa kali
zat cair η yaitu Kelereng
penggorengan
sebesar:
Beaker glass
Instruksi Kerja
Stopwatch
(7) 1. Ukur diameter kelereng sebanyak 10 buah
Neraca analitik
dengan menggunakan jangka sorong dan
tentukan volumenya.
Jangka sorong
Praktikum ini
10
Timbang masingmasing kelereng tersebut, dan tentukan massa jenisnya.
Tentukan massa jenis zat cair yang akan dihitung koefisien viskositasnya (merupakan hasil
dari percobaan “Penentuan Massa Jenis Zat Cair”).
Masukkan zat cair ke dalam Beaker glass dan beri perlakuan pemanasan yang terdiri atas
o o
suhu kamar, 40 C, dan 60 C.
Buatlah tanda pada Beaker glass sejauh d sebagai jarak jatuh yang akan ditempuh kelereng.
Jatuhkan kelereng ke dalam zat cair dan catat waktu tempuh kelereng (t) untuk menempuh
jarak sejauh d.
Lakukan hal yang sama untuk kelereng dan perlakuan pemanasan yang lain.
Hitung nilai viskositas kekentalannya.
Tugas
Bahaslah mengapa terjadi perubahan viskositas minyak goreng baru dengan minyak
jelantah.
1
1
IV. PERPINDAHAN PANAS
Pendahuluan
Panas merupakan energi yang sangat penting dalam pengolahan pangan. Energi panas
digunakan untuk mengubah sifat bahan menjadi suatu produk yang diinginkan, meliputi rasa,
warna, dan aroma. Selain itu, energi panas juga penting untuk meningkatkan daya cerna
komponen gizi tertentu dalam bahan pangan, serta berhubungan langsung dengan masalah
keawetan dan keamanan pangan terkait dengan adanya aktivitas mikroorganisme.
Mekanisme pindah panas dalam bahan pangan dapat terjadi secara konduksi, konveksi, dan
radiasi. Ketiga mekanisme tersebut dapat terjadi secara bersamasama dalam suatu proses
pengolahan pangan. Konduksi merupakan pindah panas yang bergerak dari satu molekul ke
molekul yang lain, yang kecepatannya dapat meningkat akibat adanya gerakan atau vibrasi
molekul. Konveksi merupakan pindah panas yang melibatkan pergerakan bahan secara curah
dari bagian bahan yang bersuhu tinggi ke bagian yang bersuhu lebih rendah. Pindah panas
secara radiasi terjadi apabila energi dipindahkan dalam bentuk gelombang elektromagnetik
yang dipancarkan oleh sumber energi. Gelombang tersebut kemudian diserap oleh permukaan
bahan pangan dan diubah menjadi energi panas.
Konduksi merupakan pindah panas yang paling diperhatikan dalam pengolahan bahan pangan
berupa padatan. Kecukupan panas dari permukaan sampai bagian terdalam bahan pangan
menjadi fokus perhatian terutama terkait dengan keamanan pangan. Misalnya, pemanasan
dianggap cukup untuk daging apabila suhu internal di bagian tengah daging mencapai 7085
o
C. Perambatan panas dari permukaan bahan hingga bagian tengah dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain tebal bahan, sifat penghantaran panas bahan (konduktivitas termal), dan
perbedaan suhu antara bagian luar dan bagian dalam bahan. Kondisi tersebut tercermin pada
hokum Fourier (1822) tentang persamaan konduksi.
Hukum Fourier menyatakan bahwa laju perpindahan panas konduksi pada suatu plat
sebanding dengan beda suhu di antara dua sisi plat dan luas perpindahan panas, tetapi
berbanding terbalik dengan tebal plat. Rumus hukum Fourier:
dengan, Q
= laju perpindahan panas (W)
k
o
= konduktivitas termal, merupakan sifat bahan (W/m C)
A
2
= luas penampang yang mengalirkan panas (m )
1
2
o
dT/dx = gradient suhu dalam arah x ( C/m)
Tanda negatif menunjukkan adanya arah aliran panas dari suhu tinggi ke suhu rendah.
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari perpindahan panas konduksi pada alat
pemasak dan bahan pangan padat.
Alat dan Bahan
Alat:
Wajan aluminium
Wajan teflon
Wajan tanah
Kompor
Bahan:
Tahu putih
Instruksi Kerja
Transfer panas pada wajan
Nyalakan kompor dengan api sedang, ukur suhu di pusat wajan pada detik ke0, 10, 20, 30,
40, 50, dan 60.
Catat suhunya dan buatlah grafik perubahan suhu terhadap waktu.
Transfer panas pada bahan pangan
Nyalakan kompor sampai suhu wajan stabil.
Letakkan potongan tahu dengan tebal dan luas tertentu di atas kompor sampai sisi bahan yang
lain terasa hangat.
Ukur suhu pada masingmasing permukaan.
Hitung jumlah panas yang ditransfer dengan menggunakan hukum Fourier (catatan:
konduktivitas bahan dihitung dengan pendekatan rumus konduktivitas untuk buah dan sayur
dengan kadar air > 60%: k = 0,148 + 0,00493 W, W adalah kadar air bahan).
Tugas
Bahaslah perbedaan material alat penggorengan dan perbedaan sifat dan ukuran bahan
bahan terhadap laju transfer panas.
1
3
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, D.C.1998. Physics (Principles with Applications). Fifth Edition, Prentice
Hall International, Inc. Translated in Indonesian Language by Yuhilza Hanum. 2001.
Fisika. Edisi Pertama. Jilid I. Erlangga, Jakarta.
Halliday, D and R. Resnick. 1978. Physics. Third Edition. John Wiley & Sons, Inc.
Translated in Indonesian Language by Pantur Silaban & Erwin Sucipto. 1985. Fisika.
Edisi kelima. Jilid I. Erlangga, Jakarta.
Tipler, P.A. 1991. Physics for Scientits and Engineers. Third Edition. Worth
Publisher, inc. Translated in Indonesian Language by Lea Prasetio and Rahmad W
Adi. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik, Edisi ketiga. Jilid I. Erlangga, Jakarta.
1
4