Anda di halaman 1dari 3

dinoramandhaashari

anime

Tag Archives: Arsitektur


Jalan-jalan Arsitektur Masjid Raya Medan
Posted on February 17, 2014

Masjid Al Mashun Medan atau lebih dikenal


dengan Masjid Raya Medan terletak di jantung kota Medan tepat nya di Jalan
Sisingamangaraja . Meski umurnya sudah lebih dari satu abad (berdiri tahun 1906), tapi
bangunan dan seluruh ornamennya masih saja utuh dan kuat. Warisan kerajaan Islam Melayu
Deli sampai sekarang masih sebagai kebanggaan masyarakat muslim Medan dan Sumatera
Utara , bahkan menjadi salah satu keunikan sejarah Islam masyarakat Melayu di Sumatera
maupun di Malaysia . Masjid Raya Medan juga sebagai salah satu masjid bersejarah di
Indonesia.

Makanya, Masjid Raya Medan ini selalu ramai dikunjungi umat baik untuk beribadah atau
sekedar ber itikaf siang atau malam, apalagi kalau saat-saat bulan Ramadhan , pintu Masjid
Raya Medan ini nyaris tidak ditutup selama 24 jam.

Masjid Raya Medan yang menjadi identitas Kota Medan ini, memang bukan sekedar
bangunan antik bersejarah biasa, tetapi juga menyimpan keunikan tersendiri mulai dari gaya
arsitektur, bentuk bangunan, kubah, menara, pilar utama hingga ornamen-ornamen kaligrafi
yang menghiasi tiap bagian bangunan tua ini. Masjid ini dirancang dengan perpaduan gaya
arsitektur Timur Tengah, India dan Eropa abad 18.

Adalah salah satu peninggalan Sultan Ma’moen Al Rasyid Perkasa Alam – penguasa ke 9
Kerajaan Melayu Deli yang berkuasa 1873 – 1924 . Masjid Raya Medan (Al- Mashun)
sendiri didirikan pada 1906 pada tanah seluas 18.000m2, berkapasitas 1.500 jamaah. Pertama
kali dipakai pada Jum’at 25 Sya’ban 1329 H ( 10 September 1909).

Peninggalan Sulthan Ma’moen lainnya yang sampai sekarang masih utuh bahkan menjadi
andalan objek wisata sejarah Medan adalah Istana Maimoon yang selesai dibangun 26
Agustus 1888 dan mulai dipakai 18 Mei 1891, dan berbagai bangunan tua lainnya seperti
residen pejabat kesulthanan, masjid dan ruang pertemuan yang tersebar di berbagai pelosok
bekas wilayah kesulthanan Melayu Deli- kini wilayah Kodya Medan, Kodya Binjai, Kab.
Langkat dan Kab Deli Serdang.

Pada awalnya Masjid Raya Al Mashun ( Masjid Raya Medan) di rancang oleh Arsitek
Belanda Van Erp yang juga merancang istana Maimun, namun kemudian proses-nya
dikerjakan oleh JA Tingdeman. Van Erp ketika itu dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah
Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah.
Sebagian bahan bangunan Masjid diimpor antara lain: marmer untuk dekorasi diimpor dari
Italia, Jerman dan kaca patri dari Cina dan lampu gantung langsung dari Prancis.

JA Tingdeman, sang arsitek merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam
corak bangunan campuran Maroko, Eropa dan Melayu dan Timur Tengah. Denah yang
persegi delapan ini menghasilkan ruang bagian dalam yang unik tidak seperti masjid masjid
kebanyakan. Di ke empat penjuru masjid masing masing diberi beranda dengan atap tinggi
berkubah warna hitam, melengkapi kubah utama di atap bangunan utama masjid. Masing
masing beranda dilengkapi dengan pintu utama dan tangga hubung antara pelataran dengan
lantai utama masjid yang ditinggikan, kecuali bangunan beranda di sisi mihrab.

Bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan
menara. Ruang utama, tempat sholat, berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi
berhadapan lebih kecil, terdapat ‘beranda’ serambi kecil yang menempel dan menjorok
keluar. Jendela-jendela yang mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu dengan kaca-kaca
patri yang sangat berharga, sisa peninggalan art nouveau periode 1890-1914, yang dipadu
dengan kesenian Islam. Seluruh ornamentasi di dalam mesjid baik di dinding, plafon, tiang-
tiang, dan permukaan lengkungan yang kaya dengan hiasan bunga dan tumbuh-tumbuhan. di
depan masing-masing beranda terdapat tangga. Kemudian, segi delapan tadi, pada bagian
luarnya tampil dengan empat gang pada keempat sisinya, yang mengelilingi ruang sholat
utama .

Gang-gang ini punya deretan jendela-jendela tak berdaun yang berbentuk lengkungan-
lengkungan yang berdiri di atas balok. Baik beranda dan jendela-jendela lengkung itu
mengingatkan disain bangunan kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan.
Sedangkan kubah mesjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah bersegi
delapan. Kubah utama dikitari empat kubah lain di atas masing-masing beranda, dengan
ukuran yang lebih kecil. Bentuk kubahnya mengingatkan kita pada Mesjid Raya Banda Aceh
. Di bagian dalam masjid, terdapat delapan pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang
tinggi untuk menyangga kubah utama pada bagian tengah. Adapun mihrab terbuat dari
marmer dengan atap kubah runcing. Gerbang mesjid ini berbentuk bujur sangkar beratap
datar. Sedangkan menara mesjid berhias paduan antara Mesir, Iran dan Arab.

Masjid Raya Medan, dikag umi orang karena bentuknya unik, tidak kaya bangunan masjid
biasa yang bentuknya segi empat. Masjid ini berbentuk bundar segi delapan dengan 4 serambi
utama – di depan , belakang, dan samping kiri kanan , yang sekaligus menjadi pintu utama
masuk ke masjid.raya medan.

Selain dari bentuk kubah , rencana , kurva (atap) , hiasan bulan sabit pada puncaknya,adalah
pengaruh dari seni Islam yang jelas terlihat dalam ornamentasi , baik itu di dinding , langit-
langit, tiang, dan permukaan yang melengkung dan memiliki banyak sekali dekorasi bunga
dan tanaman yang berliku dan dicat dengan cat minyak. Ini adalah sebuah dekorasi floristik
selain itu juga ditata untuk mengingatkan Tumpal dan motif mekara, dalam motif dekorasi ini
juga melukis dengan gaya naturalistic , terkecuali motif bunga dan motif geometris ,
kombinasi antara Polygonal , Oktagonal dan dekorasi lingkaran juga sangat menarik.

Ayo kunjungi Masjid Raya Medan ini….

Anda mungkin juga menyukai