Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

Tentang Konsep Pendidikan Sexsualitas Pada Balita

Disusun Oleh :

Kelompok 2

 Azi Arustiadi 17681


 Feby Yusti Elvisa 17686
 Sepri Diana 17700
 Sri Wahyuni Annica 17703
 Yusra Fandoni 17708

AKADEMI KEPERAWATAN AISYIYAH PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena
limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya saya mampu untuk
menyelesaikan makalah saya dengan judul “Makalah Konsep Tentang
Pendidikan Sexsualitas Pada Balita” ini.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan
nabi agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan
petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah
pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna
dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam
semesta.

Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari
pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi
kembali. Karena kami sangat menyadari, bahwa makalah yang telah kami
buat ini masih memiliki banyak kekurangan.

Saya ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak


yang telah mendukung serta membantu saya selama proses penyelesaian
makalah ini hingga rampungnya makalah ini.

Demikianlah yang dapat saya haturkan, saya berharap supaya makalah


yang telah saya buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap
pembacanya.

Padang,25 maret 2019

Penyusun,

Kelompok 2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….…..i

Latar Belakang………………....…………………………………...……ii

BAB II PEMBAHASAN………………………………………..………ii

Pengertian…………………………………….…………………………iv

Karakteristik……………………………...………………………………v

Resiko Penyalahgunaan Seksualitas Pada Anak……………………..…vi

BAB III PENUTUP………………………………………………….…vii

DAFTAR PUSTAKA……………………………………….…………viii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Akhir-akhir ini masyarakat merasakan perlu diperluasnya pengetahuan


tentang sex education, dengan latar belakang bermacam-macam; guna
memelihara tegaknya nilai-nilai moral, guna mengatasi gangguan-
gangguan psikis dikalangan remaja, guna memberi pengetahuan orang
tua dalam menghadapi perkembangan anak-anak dan lain sebagainya.

Kesadaran orang tua dan pendidik akan pendidikan seks kepada para
remaja masih sangat minim dan kurang jelas. Salah satunya adalah
menyembunyikan urusan seksual dari anak-anak pada saat mereka
membutuhkan bimbingan yang murni, yaitu umur tujuh hingga empat
belas tahun, sehingga mereka tidak mengatahui apa-apa tentang masalah
seksual sampai mereka menginjak usia puber. Padahal dalam islam,
seorang anak mumayiz harus dikenalkan pada kaidah-kaidah yang
berkaitan dengan pendidikan seksual, untuk mempersiapkan anak
menghadapi perubahan dalam pertumbuhannya.

Proses tahapan perkembangan anak (Anticipatory Guidance dalam hal ini


orang tua harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan anak dalam setiap
pertumbuhannya sejak masih bayi sampai ia dewasa.Dalam proses
tahapan perkembangan anak sangat di perlukan peran orang tua untuk
mengetahui tahap-tahap perkembangan anaknya.
BAB II

PEMBAHASAN

A.Konsep Tentang Pendidikan Sexsualitas PadaBalita

1.Pengertian

Pendidikan seks kepada balita merupakan sebuah proses pendidikan


tentang masalah-masalah seks yang harus diketahui oleh anak sejak dini.
Pada saat ini yang diperlukan oleh anak adalah penanaman dan
penguatan nilai-nilai agama. Adapun masalah seksual yang diajarkan
kepada anak pada usia ini sebatas pengenalan dan penguatan dirinya
sebagai laki-laki atau perempuan. Sehingga kelak saat dia dewasa sadar
dan mampu bertanggung jawab atas dirinya. Pada usia ini anak sudah
memiliki semua unsur-unsur yang ideal untuk diajari tentang sesuatu.
Anak mulai mengembangkang diri untuk lebih mengetahui terhadap
identitas dirinya dan lingkungannya. Kemudian setelah bertambah
umurnya dia akan lebih banyak bertanya tentang sesuatu yang ingin ia
ketahui. Contohnya : anak mulai dibiasakan memakai kerudung atau rok
untuk anak perempuan agar setelah besar mampu terbiasa berpakaian
yang menutup aurat. Sujiono,Yuliani Nuraini.2009
2.Karakteristik

a) Pada masa ini anak mulai menguatkan rasa identitas gender


danmembedakan perilaku sesuai dengan gender yang didefinisikan
secara sosial.
b) Proses pembelajaran terjadi melalui, interaksi anak dengan orang
dewasa,boneka yang diberikan, pakaian yang dikenakan, permainan
yang dilakukan,dan respon yang dihargai.
c) Anak mulai meniru tindakanorang tua yang berjenis kelamin sama,
mempertahankan dan memodifikasi perilaku yang didasarkan umpan
balik orang tua
d) Ekspolorasi seksual meliputi; mengelus diri sendiri, manipulasi
genital,memeluk,boneka, hewan peliharaan, atauorang
sekitarnya, percobaan sensual lainnya, anak sudah bisa diajarkan
perbedaan perilaku yang bersifatpribadi atau publik, dan pertanyaan
dari mana bayi berasal yang diamati harus dijelaskan dengan
terbuka, jujur dan sederhana. Maharani,Farida Dewi dkk.2015

3.Resiko Penyalahgunaan Seksualitas Pada Anak

Berkaitan dengan maraknya kasus child sexual abuse, dalam studinya


Hapsari, M. I. (2008). menyebutkan lima factor resiko atau factor
kerentanan anak terhadap sexual abuse, yaitu:

1. Usia

Data dari U.S. Department of Health and Human Services tahun 1996
menunjukkan 10% korban CSA berada pada rentang usia 0-3 tahun.
Presentase meningkat pada usia 4-7 tahun yaitu 28.4%. usia 8-11 tahun
sejumlah 25.4%, dan anak usia 12 tahun ke atas sejumlah 35.9%.
sejumlah pihak meyakini bahwa umur sebagai factor resiko memiliki
perbedaan pada laki-laki dan perempuan, dimana pada perempuan
resiko muncul lebih awal dan berlangsung lebih lama.

2. Cacat

Menurut Westcott and Jones, cacat fisik, terutama pada anak buta, tuli,
dan retardasi mental berasosiasi dengan meningkatnya factor resiko.
Tiga factor yang berkontribusi dalam meningkatnya kerentanan
tersebut adalah: ketergantungan, perawatan institusional, dan kesulitan
komunikasi.

3. Status Sosial-Ekonomi.

Meskipun status social-ekonomi rendah merupakan factor resiko yang


kuat untuk kekerasan fisik dan penelantaran, hal ini hanya memiliki
dampak yang sedikit pada CSA.Penelitian survey menunjukkan bahwa
tidak ada efek social-ekonomi, namun sejumlah kasus CSA dilaporkan
berasal dari kelas social-ekonomi rendah.

4. Ras dan Etnis

Ras dan etnis tampaknya tidak menjadi faktor risiko untuk CSA,
meskipun penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mereka dapat
mempengaruhi ekspresi gejala.Dua studi menemukan bahwa anak
perempuan Latin lebih buruk dalam masalah emosional dan perilaku
daripada Afrika-Amerika atau perempuan kulit putih.

5. Konstelasi Keluarga

Finkelhor menyebutkan bahwa konstelasi keluarga khususnya dengan


ketiadaan salah satu atau kedua orang tua merupakan factor resiko
yang signifikan. Lebih lanjut Mullen menyatakan bahwa kehadiran
ayah tiri dalam rumah meningkatkan resiko pada anak perempuan,
tidak hanya kekerasan dari ayah tiri, tetapi juga dari orang lain
sebelum datangnya ayah tiri. Gangguan parental, terutama penyakit
ibu, ibu alkoholisme, ketiadaan ibu, konflik perkawinan yang serius,
penyalahgunaan zat oleh orang tua, isolasi sosial, dan orangtua
menghukum, semuanya telah dikaitkan dengan risiko meningkatnya
kerentanan pada beberapa studi.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pendidikan seks kepada balita merupakan sebuah proses pendidikan


tentang masalah-masalah seks yang harus diketahui oleh anak sejak
dini. a)Pada masa ini anak mulai menguatkan rasa identitas gender
danmembedakan perilaku sesuai dengan gender yang didefinisikan
secara sosial.b)Proses pembelajaran terjadi melalui, interaksi anak
dengan orang dewasa,boneka yang diberikan, pakaian yang dikenakan,
permainan yang dilakukan,dan respon yang dihargai.c)Anak mulai
meniru tindakanorang tua yang berjenis kelamin sama,
mempertahankan dan memodifikasi perilaku yang didasarkan umpan
balik orang tuad)Ekspolorasi seksual meliputi; mengelus diri sendiri,
manipulasi genital,memeluk,boneka, hewan peliharaan, atauorang
sekitarnya, Putnam (2003) menyebutkan lima factor resiko atau factor
kerentanan anak terhadap sexual abuse, yaitu: 1. Usia,2.cacat,3.status
social ekonomi,4.ras dan etnis,5.konstelasi keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Hapsari, M. I. (2008). Penerapan Pendidikan Seks di Paud (Kelompok


Belajar danTaman Kanak-Kanak) Sebagai Upaya Pencegahan dan
PenangananPerilaku Seksual yang Bermasalah Pada Anak. [Naskah
Publikasi Purwokerto: Universitas Muhammadiyah Purrwokerto.

Maharani,Farida Dewi dkk.2015.Anak Adalah Anugerah:Stop Kekerasan


Anak.Jakarta:Kementerian Komunikasi Dan Informasi Republik
Indonesia.

Sujiono,Yuliani Nuraini.2009.Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia


Dini.Jakarta:Indeks.

Anda mungkin juga menyukai