BAB I Respirasi
BAB I Respirasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alat-alat pernapasan merupakan organ tubuh yang sangat penting. Jika alat
ini terganggu karena penyakit atau kelainan maka proses pernapasan akan
terganggu, bahkan dapat menyebabkan kematian. Di Indonesia, penyakit atau
gangguan saluran pernapasan akibat kerja yang disebabkan oleh debu
diperkirakan cukup banyak meskipun data yang ada masih kurang. Hasil
pemeriksaan kapasitas paru yang dilakukan di Balai HIPERKES dan
Keselamatan Kerja Sulawesi Selatan pada tahun 1999 terhadap 200 tenaga kerja
di 8 perusahaan, diperoleh hasil sebesar 45% responden yang mengalami
restriktif, 1% responden yang mengalami obstruktif dan 1% responden yang
mengalami combination (gabungan antara restriktif dan obstruktif).
Konsumsi obat generik di Tanah Air terus meningkat. Saat ini penggunaan
Obat Generik Berlogo (OGB) di Indonesia telah mencapai 60-70 persen.
Tingginya penggunaan obat generik di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
1
2
B. Tujuan Umum
C. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian obat sistem respirasi
2. Untuk mengetahui macam-macam obat pada sistem respirasi
3. Untuk mengetahui farmakokinetik dan farmakodinamik obat pada sistem
respirasi
4. Untuk mengetahui intervensi keperawatan pada obat sistem respirasi
BAB II
3
PEMBAHASAN
A. Sistem Respirasi
Fungsi sistem pernafasan adalah untuk mengambil oksigen O2 dari
atmosfer kedalam sel sel tubuh dan mentrasfer karbondioksida CO 2 yang
dihasilkan sel sel tubuh kembali ke atmosfer. Organ organ respiratorik juga
berfungsi dalam produksi wicara dan berperan dalam keseimbangan asam
basah, pertahanan tubuh melawan benda asing yang pengaturan hormonal
tekanan darah. Sisteem respirasi teridiri atas:
1. Stuktur hidung
Tulang rawan epiteluim dan lamina propia keduanya saling berkaitan, di
anggap sebagai bagian fungsional mukosa terbanyak yang berasal dari
rongga hidung.
a. Fungsi hidung dalam proses pernapasn meliputi
1) Udara di hangatkan, oleh permukaan konka dan septum nasalis
setelah melewati faring suhu lebih kurang 36o
2) Udara dilembabkan, sejumblah besar udara yang melewati hidung
bila mencapai faring kelembapanya lebih kurang 75o
3) Kotoran disaring oleh bulu bulu hidng
4) Penciuman. Pada pernapasan, biasa 5 – 10% udara pernapsan
melalui cela olfaktori.
2. Faring
Faring tekak adalah suatu saluran otot slaput kedudukan tegak lurus antara
basis krani dan vertebrae servikalis IV.
3. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan jalinan tulang rawan yang
3
dilengkapi dengan otot, membran, jaringan ikat, dan ligamentum.
Laring terdiri atas :
a. Epiglotis :katup kartilago yang menutup dan membuka
saat menelan
b. Glotis :lubang antara pita suara dan laring
4
7. Alveoli
Alveoli merupakan kantong udara yang berukuran sangat kecil dan
merupakan akhir dari bronkiolus respiratorius sehingga memungkinkan
perutukaran O2 dan CO2
B. Pengertian obat sistem pernapasan
Obat sistem pernapasan adalah obat yang bekerja dan mempengaruhi
sistem pernafasan, tujuan umum dari pemberian obat pada gangguan sistem
respirasi adalah mengurangi obstruksi dengan memperbaiki diameter saluran
napas, menghilangkan sekresi yang tertahan, memberantas infeksi dan
mengoreksi ventilasi yang abnormal. Bentuk sediaan yang tersedia bisa
berupa : tablet atau kapsul, tablet lepas lambat, sirup dan drop, balsam,
inhaler, tetes hidung, serta nebulizer.
5
1. Antihistamin
Antihistamin adalah obat dengan efek antagonis terhadap histamin.
Antihistamin terutama dipergunakan untuk terapi simtomatik terhadap
reaksi alergi atau keadaan lain yang disertai pelepasan histamin berlebih.
Antihistamin
a) Penggolongan obat
Pada garis besarnya antihistamin dibagi dalam 2 golongan besar,
yaitu menghambat reseptor H-1 dan H2 :
1) Menghambat reseptor H1
H1-blockers (antihistaminika klasik) Mengantagonir histamin
dengan jalan memblok reseptor-H1 di otot licin dari dinding
pembuluh,bronchi dan saluran cerna,kandung kemih dan rahim.
Begitu pula melawan efek histamine di kapiler dan ujung saraf
(gatal, flare reaction).
2) Menghambat reseptor H2
H2-blockers (Penghambat asma) obat-obat ini menghambat
secara efektif sekresi asam lambung yang meningkat akibat
6
2. Dekongestan
Obat ini menyebabkan konstriksi arterioral di mukosa hidung
sehingga mengurangi infiltrasi cairan dari pembuluh darah ke jaringan
sekitar yang dapat menyebabkan udem. Selain itu dekongestan juga dapat
menyebabkan relaksasi bronkus menyebabkan berkurangnya gangguan
aspirasi udara masuk ke paru-paru. Dekongestan sering diberikan melalui
aerosol untuk memperpendek onzet dan mengurangi efek samping
sistemiknya. Jika diberikan melalui oral, efeknya akan panjang tetapi
dapat menimbulkan efek samping seperti peningkaan tekanan darah dan
denyut jantung. Kombinasi dengan antihistamin hanya boleh diberikan
dalam beberapa hari untuk mengurangi fenomena rebound kongesti jika
pemberian obat dihentikan. Efek samping dan reaksi yang merugikan
8
adalah meningkatkan tekanan darah dan gula darah, jadi obat ini
merupakan kontra indikasi bagi penderita tekanan darah tinggi, Diabetes
Mellitus dan hipertiroid. Dibagi menjadi 2 macam yakni :
a) Nasal Dekongestan Sistemik
1) Indikasi
Untuk meringankan bersin-bersin hidung tersumbat.
2) Farmakokinetik
Obat ini sering dijumpai dalam bentuk tablet atau kapsul.
3) Efek Samping
i. Peningkatan tekanan darah
ii. Takikardia (Denyut jantung berlebih)
4) Contoh
i. Efedrin
Efedrin adalah alkaloid yang dikenal sebagai obat
simpatomimetik aktif pertama secara oral. Efedrin sebagai obat
adrenergik dapat bekerja ganda dengan cara melepaskan
simpanannorepinefrin dari ujung saraf dan mampu bekerja
memacu secara langsung di reseptor α dan β. Pada sistem
kardiovaskuler, efedrin meninggikan tekanan darah baik sistolik
maupun diastolik melalui vasokonstriksi dan terpacunya jantung.
Efedrin berefek bronkodilatasi tetapilebih lemah dan lebih
lambat dibandingkan epinefrin atau isoproteronol. Efedrin
memacuringan SSP sehingga menjadi sigap, mengurangi
kelelahan, tidak memberi efek tidur dandapat digunakan sebagai
midriatik. Efedrin digunakan sebagai dekongestan hidung,
bekerjasebagai vasokonstriktor lokal bila diberikan secara
topikal pada permukaan mukosa hidung,karena itu bermanfaat
dalam pengobatan kongesti hidung pada Hay fever, rinitis
alergi,influenza dan kelainan saluran napas atas lainnya. Dosis :
pada asma, oral 3-4 dd 25-50 mg(HCl), anak-anak 2-3 mg/kg
sehari dalam 4-6 dosis. Nama Paten : Asmasolon
ii. Pseudoefedrin
9
4) Contoh
i. Oksimetazolin
Mengurangi secret hidung yang menyumbat. Hal yang
harus diperhatikan: Hindari dosis melebihi yang
dianjurkan. Hati-hati sewaktu meneteskan kehidung, dosis
tepat dan masuknya kelubang hidung harus tepat, jangan
mengalir keluar atau tertahan.Tidak boleh digunakan lebih
dari 7-10 hari.
c) Mekanisme Kerja
α –agonis banyak digunakan sebagai dekongestan nasal pada
penderita rhinitis alergika atau rhinitis vasomotor dan pada
penderita infeksi saluran napas atas dengan rhinitis akut. Obat-obat
ini menyebabkan venokontriksi dalam mukosa hidung melalui
reseptor α1 sehingga mengurangi volume mukosa dan dengan
demikian mengurangi penyumbatan hidung. Reseptor α2 terdapat
pada arteriol yang membawa suplai makanan bagi mukosa hidung.
Vasokontriksi arteriol ini oleh α2 agonis dapat menyebabkan
kerusakan struktural pada mukosa tersebut. Pengobatan dengan
dekongestan nasal sering kali menimbulkan hilangnya efektivitas
pada pemberian kronik,serta rebound hyperemia dan
memburuknya gejala bila obat dihentikan. Mekanismenya belum
jelas,tetapi mungkin melibatkan desensitisasi reseptor dan
kerusakan mukosa.α1 agonis yang selektif lebih kecil
kemungkinannya untuk menimbulkan kerusakan mukosa.
3. Bronkodilator
Bronkodilator bekerja mencegah kontraksi otot polos bronkial,
meningkatkan relaksasi otot polos bronkial, dan menghambat pembebasan
mediator reaksi alergi. Sehingga bronkus dan saluran napas melebar
kembali seperti ukuran normal dan aliran udara kembali lancar. Beberapa
contoh obat bronkodilator antara lain adalah: teofilin, teobromin, dan lain-
lain. Obat yang termasuk golongan ini antara lain:
11
a. Adrenergika
Untuk Andrenergika obat ang digunakan adalah β2-simpatomimetika
(β2-mimetik). Zat ini bekerja selektif terhadap reseptor β-2
(bronchospasmolyse) dan tidak bekerja terhadap reseptor β-1
(stimulasi jantung). Kelompok β2-mimetik adalah Salbutamol,
Fenoterol, Terbutalin, Rimiterol, Prokaterol dan Tretoquinol.
Sedangkan yang bekerja terhadap reseptor β-2 dan β-1 adalah Efedrin,
Isoprenalin, Adrenalin.
b. Antikolinergika (Ipatropium, deptropin, tiazianium)
Di dalam otot polos terdapat keseimbangan antara system adrenergik
dan kolinergik. Bila reseptor β-2 sistem adrenergik terhambat, maka
sistem kolinergik menjadi dominan, sehingga terjadi penciutan
bronchi. Antikolinergik bekerja memblokir reseptor saraf kolinergik
pada otot polos bronchi sehingga aktivitas saraf adrenergk menjadi
dominan dengan efek bronchodilatasi. Obat kelompok ini akan
menimbulkan beberapa efek samping, yaitu: tachycardia, pengentalan
dahak, mulut kering, obstipasi, sukar kencing, gangguan akomodasi.
Penggunaannya sebagai inhalasi dapat meringankan efek samping.
c. Derivat xantin (Teofilin, Aminofilin, dan Kolinteofinilat)
Mempunyai daya bronchodilatasi berdasarkan penghambatan enzim
fosfodiesterase. Selain itu, Teofilin juga mencegah peningkatan
hiperaktivitas, sehingga dapat bekerja sebagai profilaksis. Kombinasi
dengan Efedrin praktis tidak memperbesar bronchodilatasi, sedangkan
efeknya terhadap jantung amat diperkuat. Oleh karena itu sediaan
kombinasi demikian tidak dianjurkan terutama bagi manula.
4. Ekspektoran
a. Indikasi
Untuk mngurangi batuk berdahak, dan melunakkan sekret bronkus
sehingga dapat dihilangkan dengan batuk.
b. Farmakokinetik
Lebih banyak ditemukan dalam bentuk sirup (cair) dan sedikit dalam
bentuk tablet.
12
c. Efek Samping
1) Mual
2) Muntah
3) Batu ginjal.
d. Contoh
1) Gliseril Guaiacolate
Merangsang iritan-reseptor di lambung, sebabkan stimulasi
parasimpatik pada saluran cerna dan saluran nafas. Sebabkan
sekresi mukus yang encer. Meningkatkan gerak cilia
Kelemahan : gangguan gastrointestinal
Obat lain: Saponin (radix polygalae, radix primulae), Obat Emetik
(radix ipekak, emetin), Amonium klorida, Kalium iodide, Minyak
atsiri (menthol, eukaliptus, thymi)
5. Mukolitik
Mukolitik adalah obat batuk berdahak yang bekerja dengan cara membuat
hancur formasi dahak sehingga dahak tidak lagi memiliki sifat-sifat
alaminya. Mukolitik bekerja dengan cara menghancurkan benang-benang
mukoprotein dan mukopolisakarida dari dahak. Sebagai hasil akhir, dahak
tidak lagi bersifat kental dan dengan begitu tidak dapat bertahan atau
berada di tenggorokan lagi seperti sebelumnya. Membuat saluran nafas
bebas dari dahak.
a. Indikasi
Untuk meringankan dan menghilangkan batuk berdahak.
b. Farmakokinetik
Mucolytic tersedia dalam bentuk tablet dan cair (sirup).
c. Efek Samping
1) Takikardia
2) Mulut kering
3) Gangguan saluran cerna
4) Retensi urine
d. Contoh
1) Bromheksin
merupakan secretolyticagent, yang bekerja dengan cara
memecah mukoprotein dan mukopolisakarida pada sputum
sehingga mucus yang kental pada saluran bronkial menjadi lebih
encer
13
2) Ambroxol
Ambroxol, yang berefek mukokinetik dan sekretolitik, dapat
mengeluarkan lendir yang kental dan lengket dari saluran
pernafasan dan mengurangi staknasi cairan sekresi. Pengeluaran
lendir dipermudah sehingga melegakan pernafasan. Sekresi
lendir menjadi normal kembali selama pengobatan dengan
Ambril. Baik batuk maupun volume dahak dapat berkurang
secara bermakna. Dengan demikian cairan sekresi yang berupa
selaput pada permukaan mukosa saluran pernafasan dapat
melaksanakan fungsi proteksi secara normal kembali.
Penggunaan jangka panjang dimungkinkan karena preparat ini
mempunyai toleransi yang baik.
a) Indikasi :
Gangguan saluran pernafasan sehubungan dengan sekresi
bronki yang abnormal baik akut maupun kronis, khususnya
pada keadaan-keadaan abnormal baik akut maupun kronis,
khususnya pada keadaan-keadaan eksaserbasi dari
penyakit-penyakit bronchitis asmatis, asma bronchial.
3) Asetilsistein
a) Farmakologi
Merupakan derivat asam amino alamiah sistein ini
berkhasiat mencairkan dahak yanng liat dengan jalan
memutuskan jembatan disulfida, sehingga rantai panjang
antara mukoprotein-mukoprotein panjang terbuka dan
lebih mudah dikeluarkan melalui batuk. Sebagi prekusor
dari glutathion, zat ini juga berdaya anti oksidan dengan
melindungi sel terhadap oksidasi dan perusakan oleh
radikal bebas. Asetilsistein juga mampu memperbaiki
gerakan bulu getar (cilia) dan membantu efek antibiotika
(doksisiklin, amoksisiklin, dan tiamfenikol).
b) Penggunaan
14
kronik dan berat akan sangat menggangu pasien. Pasien akan sulit
beristirahat dan merasa lelah, terutama pada pasien usia lanjut sehingga
diperlukan obat yang dapat mengurangi frekuensi dan intensitas batuk.
Berdasarkan tempat kerja obat, antitusif dibagi atas antitusif yang bekerja
di perifer dan antitusif yang bekerja di sentral (dibagi atas golongan
narkotik dan nonnarkotik).
a. Antitusif yang bekerja di perifer
Obat golongan ini menekan batuk dengan mengurangi iritasi lokal di
saluran napas, yaitu pada reseptor iritan perifer dengan cara anestesi
langsung atau secara tidak langsung mempengaruhi lendir saluran
napas.
1) Obat-obat anestesi
Obat anestesi lokal seperti benzokain, benzilalkohol, fenol, dan
garam fenol digunakan dalam pembuatan lozenges. Obat ini
mengurangi batuk akibat rangsang reseptor iritan di faring, tetapi
hanya sedikit manfaatnya untuk mengatasi batuk akibat kelainan
saluran napas bawah.
2) Lidokain
Obat anestesi yang diberikan secara topikal seperti tetrakain, kokain
dan lidokain sangat bermanfaat dalam menghambat batuk akibat
prosedur pemeriksaan bronkoskopi.
3) Demulcent
Obat ini bekerja melapisi mukosa faring dan mencegah kekeringan
selaput lendir. Obat ini dipakai sebagai pelarut antitusif lain atau
sebagai lozenges yang mengandung madu, akasia, gliserin dan
anggur. Secara obyektif tidak ada data yang menunjukkan obat ini
mempunyai efek antitusif yang bermakna, tetapi karena aman dan
memberikan perbaikan subyektif obat ini banyak dipakai.
b. Antitusif yang bekerja sentral
Obat antitusif sentral bekerja dengan cara menekan refleks batuk
dengan meningkatkan ambang rangsang pusat refleks batuk di medula
oblongata sehingga kepekaan pusat refleks batuk terhadap rangsangan
16
g. Farmakokinetik
Obat Batuk Antitusif dikenal juga Obat batuk untuk batuk tidak
berdahak (batuk kering). Obat-obat kelompok ini bekerja sentral
pada susunan saraf pusat menekan pusat batuk dan menaikkan
ambang rangsang batuk.
7. Kortikosteroida
Kortikosteroid efektif untuk asma, terutama bermanfaat pada serangan
asma akibat infeksi virus/bakteri untuk melawan reaksi peradangan atau
reaksi alergi lambat.
Kortikosteroid dapat mengurangi inflamasi pada mukosa bronkus
(mengurangi edema dan sekresi mucus pada saluran pernapasan). Daya
bronchodilatasinya mempertinggi kepekaan β-2, sehingga dapat melawan
efek mediator seperti peradangan dan gatalgatal. Untuk mengurangi
hiperreaktivitas bronchi, zat-zat ini dapat diberikan per-inhalasi atau per-
oral.
Dalam keadaan gawat dan status asmathicus (kejang bronchi), obat ini
diberikan secara i.v. (per-infus) lalu disusul dengan pemberian oral.
Penggunaan oral untuk jangka lama dapat menekan fungsi anak ginjal.
a. Macam pemberian obat kortikosteroid.
1) Kortikosteroid Inhalasi. Kortikosteroid inhalasi dianjurkan sebagai
profilaksi asma pada pasien yang menggunkan stimultan beta-2
agonis lebih dari satu kali sehari. Kortikosteroid inhalasi
mempunyai efek samping lebih kecil dibandingkan dengan
pemberian secara sistemik.
2) Kortikosteroid Oral. Pada asma kronik lanjut, ketika respons
terhadap obat-obat antiasma yang lain relative kecil, pemberian
kortikosteroid oral dibutuhkan. Kortikosteroid oral biasanya berupa
dosis tunggal pada pagi hari untuk mengurangi gangguan terhadap
sekresi kotisol.
b. Farmakokinetik
19
11) Nasehatkan kiien yang senng mengalami serangan asma akut untuk
mengenakan gelang pengenal atau tanda pengenal
12) Anjurkan kiien yang bermaksud untuk hamil untuk meminta
nasehat medis terlebih dulu sebelum memakai preparat teofilin.
Efek teofilin pada janin belum diketahui sepenuhnya.
d) Evaluasi
1) Evaluasi efektifitas bronkodilator. Klien dapat bernapas tanpa
menngi dan tanpa efek samping.
2) Evaluasi kadar teofilin serum untuk memastikan kadarnya berada
dalam batas-batas yang dapat diterima.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem Pernafasan terdiri atas saluran nafas dan pusat-pusat pernafasan.
Saluran nafas terbagi atas saluran nafas bagian atas yang terdiri dari laring,
nasofaring, rongga hidung dan saluran nafas bagian bawah yang terdiri dari atas
alveolus,bronchus, bronchiolus dan trachea. Pusat-pusat Pernafasan berfungsi
mengatur ritme pernafasan. Pusat batuk berhubungan dengan pusat pernafasan.
Gangguan Sistem Pernafasan terjadi depresi pusat pernafasan, hambatan pada
saluran nafas, radang saluran nafas dan emfisema, pleuritis, asma dan tumor.
Apabila pusat pernafasan mengalami depresi karena keracunan obat depresan
seperti morfin, barbiturat, anestesi atau bahan industri umumnya diberi
pernafasan buatan. Penderita gangguan sistem pernafasan pada umumnya
mengalami kesulitan mengeluarkan dahak sehingga diberi obat mukolitik seperti
bromheksin, fluimucil dls.
23
DAFTAR PUSTAKA
Lestari Siti. 2016. Modul Bahan Cetak Ajar : Farmakologi Dalam Keperawatan.
Kemenkes: Pusdik SDM Kes Kemenkes.
Nuryati. 2017. Bahan Ajar Rekam Medis Daan Informasi Kesehatan: Farmakologi.
Kemenkes: Pusdik SDM Kes Kemenkes.