Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan bagian dari kebutuhan manusia yang sangat

mendasar dan disamping itu setiap individu berhak untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan bagi dirinya secara maksimal. Oleh karena itu kesehatan

merupakan salah satu faktor dalam menentukan indeks pembangunan sumber

daya manusia/Human Development Index disamping faktor pendidikan dan

pendapatan (Depkes RI, 2012).


Dewasa ini di zaman modern dengan adanya peningkatan derajat

ekonomi yang juga terjadi pada masyarakat sangat berpengaruh terhadap gaya

hidup sehari-hari, misalnya pola aktifitas dan pekerjaan, namun tanpa disadari

bahaya yang mengancam kesehatan juga tidak dapat di hindari

(Sjamsuhidayat, 2015).
Dalam kehidupan manusia dibutuhkan keadaan yang seimbang

(homeostasis) yang dilakukan oleh organ tubuh kita, salah satunya adalah

ginjal. Ginjal merupakan organ vital yang berperan dalam mempertahankan

volume dan komposisi cairan ekstrasel dalam batas-batas normal. Bila fungsi

ini terganggu, maka akan timbul ketidakseimbangan yang salah satu

akibatnya akan timbul batu.


Batu perkemihan dapat timbul pada berbagai tingkat dari sistem

perkemihan (ginjal, ureter, dan kandung kemih). Bila terjadi pada kandung

kemih dapat menyebabkan penyumbatan dan pengosongan kandung kemih

1
2

tidak sempurna, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada

ginjal yang merupakan jalur akhir dari penyakit urinarius.


Kasus batu ginjal semakin sering didapati, di Amerika Serikat 5-10%

penduduknya menderita penyakit batu ginjal. Penyakit urolitiasis merupakan

tiga penyakit terbanyak dibidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan

pembesaran prostat (Purnomo, 2011).


Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dari Perhimpunan Nefrologi

Indonesia (Pernefri) 2013, angka kejadian batu ginjal di Indonesia adalah

37.636 kasus baru dengan jumlah kunjungan 58.959 orang. Sebanyak 10%

masyarakat di negara Indonesia memiliki risiko untuk menderita batu ginjal

dan 50% pada mereka yang pernah menderita, batu ginjal akan timbul

kembali di kemudian hari. Di Indonesia sendiri dicurigai adanya fenomena

gunung es dimana jumlah kasus yang tidak terdeteksi jauh lebih banyak dari

pada yang terdeteksi akibat kurangnya pengetahuan masyarakat dan

jangkauan pelayanan kesehatan yang masih rendah (RISKESDAS, 2013).


Gejala awal terbentuknya batu jarang dirasakan oleh penderita, mungkin

hanya perubahan dalam pola perkemihan, namun bila tidak ditindak lanjuti

maka dapat menimbulkan keadaan yang parah, seperti nyeri di bagian perut

bagian belakang, pendarahan pada urin, mual atau muntah, kehilangan nafsu

makan, hingga pembengkakan di perut. Batu ginjal cenderung terjadi pada

pria. Namun wanita pun memiliki kemungkinan mengalami gangguan ginjal,

yaitu infeksi saluran kemih yang diawali dengan gejala meningkatnya hasrat

untuk buang air kecil hingga pendarahan pada urin (Brooker, 2009).
Urolitiasis dapat terjadi pada pelvis ginjal, ureter, kandung kemih, prostat

dan uretra yang menimbulkan atau memperlihatkan gejala yang agak berbeda.
3

Serta juga dapat mengakibatkan kelainan patologik yang menunjukkan gejala

dan tanda akut, batu mungkin terbentuk tanpa menimbulkan gejala atau

kerusakan ginjal yang bermakna, hal ini terutama terjadi pada batu besar yang

tersangkut di pelvis ginjal. Makna klinisnya batu terletak pada kapasitasnya

menghambat aliran urin, obstruksi aliran urin, atau menimbulkan dampak

trauma yang menyebabkan ulserasi dan perdarahan, pada kasus ini terjadi

peningkatan predisposisi infeksi bakteri. Jika disertai dengan infeksi dapat

menimbulkan pionefrosis, urosepsis, abses ginjal, abses perinefrik, abses

paranefrik, ataupun pielonefritis. Pada keadaan yang lanjut dapat terjadi

kerusakan ginjal, dan jika mengenai kedua sisi mengakibatkan gagal ginjal

permanen (Purnomo, 2011).


Tujuan dari manajemen urolitiasis adalah untuk meringankan gejala dari

penderita, untuk meningkatkan status fungsional. Penanganan untuk penderita

batu ginjal (urolitiasis) adalah dengan cara simptomatik (obatobatan) dan

pembedahan dilakukan jika ukuran batu besar yang tidak memungkinkan

untuk dikeluarkan dengan tindakan simptomatik maupun litotripsi.


Dengan fenomena tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk membuat

Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan mengangkat judul “Asuhan Keperawatan

Klien Dengan Urolitiasis Di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan”

B. Rumusan Masalah

Sebagaimana yang telah diuraikan pada latar belakang, maka rumusan

masalah pada karya tulis ilmiah ini adalah bagaimanakah asuhan keperawatan

klien dengan urolitiasis di RSUD dr. Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan?


4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk menggambarkan asuhan keperawatan klien dengan

urolitiasis di RSUD dr. Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan.

2. Tujuan khusus

a. Mengkaji klien dengan urolitiasis di RSUD Dr. Kanudjoso

Djatiwibowo Balikpapan.

b. Menegakkan diagnosa keperawatan klien dengan urolitiasis di

RSUD Dr. Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan

c. Menyusun perencanaan keperawatan klien dengan urolitiasis di

RSUD Dr. Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan klien dengan urolitiasis di

RSUD Dr. Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan.

e. Mengevaluasi asuhan keperawatan klien dengan urolitiasis di RSUD

Dr. Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan pengalaman belajar

dilapangan dan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang asuhan

keperawatan klien dengan urolitiasis.


5

2. Bagi tempat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau

saran dan bahan dalam merencanakan asuhan keperawatan di RSUD Dr.

Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan.

3. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah keluasan ilmu

dibidang keperawatan dalam asuhan keperawatan klien dengan urolitiasis

dan sebagai literatur dalam pembuatan karya tulis ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai