Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Teori Komplementer dan Home Care Nursing Praktis”


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Home Care Nursing
Dosen pengampu : Rus Andraini, A.Kp., M.PH

Disusun oleh:
Tingkat III Keperawatan

1. Dimas Ardianto (P07220116087)


2. Hanifah Tri Lestari (P07220116097)
3. Helda Wuri Chandra Ningtias (P07220116098)
4. Miranda (P07220116105)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN

ii
KELAS BALIKPAPAN
TAHUN AJARAN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Teori Komplementer dan Home Care Nursing Praktis”. Meskipun masih
banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga berterima kasih atas beberapa pihak yang telah membantu dan
memberi tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai beberapa hal
yang bersangkutan dengan materi tersebut. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Balikpapan, 18 Agustus 2018

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

A. Latar belakang............................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................1

C. Tujuan Penulisan........................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI...........................................................................................3

A. Definisi Terapi Komplementer...................................................................3

B. Klasifikasi Terapi Komplementer..............................................................3

C. Jenis Jenis Terapi Komplementer...............................................................4

1. Herbal Medicine..................................................................................4

2. Diet Nutrion and Lifestyle change.....................................................7

3. Mind Body Intervension (Terapi Pikiran)...........................................8

4. Manual Healing (Penyembuhan Terapi Manual)................................9

5. Akupuntur & Akupresser..................................................................11

BAB III PENUTUP.......................................................................................................13

A. Kesimpulan..............................................................................................13

B. Saran.........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA 14

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan
dalam pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional
ke dalam pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal
sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks
dalam pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001). Terapi komplementer juga
ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh
bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam
kesatuan fungsi (Smith et al., 2004). Perkembangan terapi komplementer akhir-
akhir ini menjadi sorotan banyak negara. Pengobatan komplementer atau
alternatif menjadi bagian penting dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat
dan negara lainnya (Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat 627
juta orang adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang yang
mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004). Data lain menyebutkan
terjadi peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer di Amerika dari 33%
pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997 (Eisenberg, 1998 dalam Snyder &
Lindquis, 2002). Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan
pengobatan masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit
klien bertanya tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas
kesehatan seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat
untuk penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena
klien ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga
apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat
menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi komplementer.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari terapi komplementer?
2. Apa saja jenis-jenis terapi komplementer?
3. Bagaimana fokus terapi komplementer?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami definisi dari terapi komplementer.
2. Mengetahui dan memahami jenis-jenis terapi komplementer.
3. Memahami fokus terapi komplementer.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Terapi Komplementer


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit,
perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat
menyempurnakan. Pengobatan komplementer dilakukan dengan tujuan
melengkapi pengobatan medis konvensional dan bersifat rasional yang tidak
bertentangan dengan nilai dan hukum kesehatan di Indonesia. Standar praktek
pengobatan komplementer telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.

2
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer
adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang
bersangkutan, sehingga untuk Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk
pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan
tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu
digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara.
Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam sistem
pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum
tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional (Widyatuti, 2012).

B. Klasifikasi Terapi Komplementer


Terapi komplementer mengadopsi dari kearifan budaya suatu bangsa yang
berarti terapi yang didapatkan melalui proses sosial yang bukan merupakan
sistem yang baku dalam pelayanan kesehatan namun cukup kuat untuk
menentukan kepercayaan terhadap penyakit dan penyembuhannya. Sehingga
dalam penerapanya dapat dimodifikasi oleh terapis sesuai dengan
kemampuannya, tetapi hasil akhirnya adalah tindakan tersebut berefek positif
bagi kesehatan pasien. Dalam hal ini kemampuan terapis secara kognitif, afektif
dan psikomotor sangat menentukan keberhasilan terapi. Ruang lingkup tindakan
komplementer yang berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik dan ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan adalah:
1. Mind-body therapy : intervensi dengan teknik untuk memfasilitasi
kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi berpikir
yang mempengaruhi fisik dan fungsi tubuh (imagery, yogo, terapi musik,
berdoa, journaling, biofeedback, humor, tai chi, dan hypnoterapy).
2. Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan yang
mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis (cundarismo,
homeopathy, nautraphaty).
3. Terapi biologis yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasilya
misalnya herbal, dan makanan.
4. Terapi manipulatif dan sistem tubuh (didasari oleh manupulasi dan
pergerakan tubuh misalnya kiropraksi, macam-macam pijat, rolfiing, terapi
cahaya dan warna, serta hidroterapi.
5. Terapi energi : terapi yang berfokus pada energi tubuh (biofields) atau
mendapatkan energi dari luat tubuh (terapetik sentuhan, pengobatan

3
sentuhan, reiki, external qi gong magnet) terapi ini kombinasi antar energi
dan bioelektromagnetik.

C. Jenis Jenis Terapi Komplementer


1. Herbal Medicine
a. Pengertian pengobatan herbal
Herbal medicine merupakan cabang ilmu kedokteran yang
memanfaatkan herbal klasik yang telah teruji secara ilmiah, yang
digunakan dalam upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitative,
dengan berpedoman pada bukti klinis (evidence-based medicine).
Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh Negara di
dunia. Menurut WHO, negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika
Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer
yang mereka terima. Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi
menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer (WHO, 2003).
Penggunaan obat herbal atau lazim disebut jamu yang semakin
banyak digunakan masyarakat, mendorong pengembangannya
berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lewat program
saintifikasi tersebut, jamu diyakini bisa disandingkan dengan
pengobatan medik.
Kementerian Kesehatan mendorong pengembangan obat herbal.
Program saintifikasi jamu bukan ditujukan untuk menggeser peran
obat konvensional yang digunakan dunia kedokteran. "Ini hanya
penyeimbang dalam upaya melengkapi pelayanan kesehatan," kata
Staf Ahli Menteri Kesehatan Prof. DR. Dr. Agus Purwadianto.
b. Kelebihan dan Kelemahan obat herbal
1) Kelebihan
a) Tidak ada efek samping
Obat herbal adalah produk alami yang ditemukan di alam
dan benar-benar bebas dari semua jenis efek samping. Orang
Indonesia telah berabad-abad meminum berbagai macam jamu
tradisional dan belum pernah tercatat ada kasus efek samping
yang mematikan. Namun Anda tetap perlu berhati-hati karena
beberapa jenis jamu tradisional diproduksi tidak
secara higienis dan bahkan dicampur zat-zat kimia sehingga
berbahaya bagi tubuh. Dalam hal ini yang berbahaya bukan
jamunya, namun kontaminasi jamur dan zat tambahannya.

4
b) Bebas toksin
Obat herbal bebas racun sehingga aman dikonsumsi siapa
pun, bahkan seringkali memberikan efek meluruhkan
racundalam tubuh (detoksifikasi).
c) Mudah diproduksi
Obat herbal adalah hasil pengolahan yang sederhana atas
akar, umbi, buah, bunga, kulit kayu dan bagian
tanaman lainnya. Kesederhanaan prosesnya membuat
pengolahan obat herbal tidak memerlukan teknologi canggih
dan modal riset yang besar. Banyak obat herbal yang
diproduksi oleh usaha rumah tangga yang dipasarkan dari pintu
ke pintu. Berkat internet, kini distribusi obat herbal semakin
mudah dan mendunia.
d) Menghilangkan akar penyebab penyakit
Obat herbal tidak hanya berkhasiat menyembuhkan gejala
penyakit, tetapi juga menghilangkannya hingga ke
akar penyebabnya. Hal ini karena efek obat herbal bersifat
holistik (menyeluruh) sehingga tidak hanya berfokus pada
penghilangan penyakit tapi juga pada peningkatan sistem
kekebalan tubuh untuk melawan penyakit.
e) Bisa dibeli siapa saja dan di mana saja
Siapa pun boleh membeli obat herbal di mana pun. Anda
tidak perlu resep dokter atau pergi ke apotik untuk
membelinya. Namun, sebaiknya konsumen
berkonsultasi dengan dokter bila mengkonsumsi obat herbal
bersamaan dengan obat farmasi karena dikhawatirkan
terjadi interaksi obat.
f) Murah
Dibandingkan dengan obat-obatan farmasi, obat herbal
relatif lebih murah. Hal ini karena obat herbal tidak perlu
membayar biaya paten atau dana riset yang besar. Di masa
mendatang, harga obat-obatan herbal bahkan dapat jauh lebih
murah bila skala produksinya lebih efisien.
g) Multi-khasiat
Obat herbal dapat digunakan untuk pengobatan lebih dari
satu penyakit. Misalnya Habbatussauda (jintan hitam) bisa
membantu menghilangkan asam urat, diabetes, migren, kanker

5
sampai hepatitis. Bawang putih tidak hanya bersifat antivirus
namun juga menurunkan kadar kolesterol dan menguatkan
jantung. Banyak sekali bahan alami lainnya yang multi-khasiat
seperti itu.

2) Kelemahan:
a) Efek samping langsung atau terakumulasi, hal ini terjadi
karena obat modern terdiri dari bahan kimia yang murni baik
tunggal maupun campuran. Bahan kimia bersifat tidak
organis dan murni sehingga bersifat tajam dan reaktif (mudah
bereaksi) sedangkan tubuh kita bersifat organis dan
kompleks, sehingga bahan kimia bukan merupakan bahan
yang benar-benar cocok untuk tubuh. Penggunaan bahan
kimia untuk tubuh terpaksa dilakukan dengan berbagai
batasan dan dalam tingkat masih dapat diterima atau
ditoleransi oleh tubuh.
b) Sering kurang efektif untuk penyakit tertentu, hal ini dapat
kita lihat banyak penyakit belum ditemukan obatnya,
sehingga obat yang digunakan lebih banyak bersifat
simptomatis dan digunakan terus menerus sesuai gejalanya.
Beberapa penyakit bahkan belum diketahui sebabnya. Pasien
sering harus berulang-ulang ke klinik dan tidak mengalami
banyak kemajuan atau bahkan memburuk keadaannya.

2. Diet Nutrion and Lifestyle change


a. Pengertian
Cabang ilmu gizi yang mengatur pemberian makan pada
kelompok/perorangan dalam keadaan sehat/ sakit dengan
memperhatikan syarat gizi dan sosial ekonomi.
b. Terapi Diet
Bagian dari dietetika yang khusus memperhatikan penggunaan
makan untuk tujuan penyembuhan.
Diet adalah makanan dan minuman yang dikonsumsi orang secara
teratur setiap hari. jumlah dan jenis makanan yang dibutuhkan dalam
situasi tertentu, seperti menurunkan atau menaikkan berat badan dan
penyakit tertentu untuk mengurangi penyakit serta kesembuhan seperti
pasien : Diabetes, Gagal ginjal, Jantung, dan Hipertensi. Diet yang

6
dilakukan sangat tergantung pada usia, berat badan, kondisi kesehatan
dan banyaknya kegiatan yang dilakukan dalam sehari
c. Fungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit
1) Salah satu bentuk terapi diet
2) Penunjang pengobatan
3) Tindakan medis
d. Tujuan Terapi Diet
1) Memperoleh status gizi yang baik
2) Memperbaiki defisiensi gizi
3) Mengistirahatkan organ tubuh
4) Menyesuaikan asupan/intake dengan kemampuan tubuh
5) Mengubah berat badan bila diperlukan

3. Mind Body Intervension (Terapi Pikiran)


Menurut Simon Rego, PsyD, direktur divisi psikologi dari Albert Einstein
College of Medicine di New York Amerika Serikat, kebiasaan berpikir negatif
bisa membuat suasana hati (mood) jadi kurang nyaman. Selain itu, pikiran
negatif juga bisa memengaruhi tindakan yang mengarah pada hal yang kurang
baik untuk kesehatan, seperti tidur, makan, dan minum alkohol berlebihan.
Karena itu, pikiran negatif dapat mengarahkan seseorang pada kondisi depresi
atau gangguan kejiwaan yang biasanya ditandai dengan perasaan tertekan
atau kesedihan (everydayhealth.com, 6 Agustus 2012). Ikiran positif dapat
diraih menggunakan berbagai tehnik yang dibuat untuk meningkatkan
kapasitas kesehatan fisik maupun jiwa serta pikiran guna mempengaruhi
fungsi dan gejala tubuh.
a. Terapi Dansa
Sarana memperdalam dan memperkuat terapi karena merupakan ekspresi
langsung dari pikiran dan tubuh.
b. Terapi Pernafasan
Menggunakan segala jenis pola pernafasan untuk merelaxasi,
memperkuat atau membuka jalur emosional.
c. Imajinasi Terbimbing
Tehnik terapiutik untuk mengobati kondisi patologis dengan
berkonsentrasi pada imajinasi atau serangkaian gambar.
d. Meditasi
Praktik yang ditujukan pada diri untuk merelaxasi tubuh dan
menenangkan pikiran menggunakan ritme pernafasan yang berfokus.
e. Terapi Musik

7
Menggunakan music untuk menunjukkan kebutuhan fisik, psikologis,
kogniti dan sosial individu yang menderita cacat dan peny.
f. Usaha Pemulihan (doa)
Berbagai tehnik yang menggunakan dalam banyak budaya yang
menggabungkan pelayanan, kesabaran, cinta atau empati dengan target
doa.
g. Psikoterapi
Pengobatan kelainan mental dan emosional dengan tehnik psikologi
h. Yoga
Tehnik yang befokus pada susunan otot, postur, mekanisme pernafasan
dan kesadaran tubuh.

4. Manual Healing (Penyembuhan Terapi Manual)


a. Pengertian
Merupakan suatu gerakan pasif yang dilakukan dengan tiba – tiba
(hentakan) dengan amplitudo kecil dan dilakukan dengan kecepatan yang
sedemikian rupa sehingga pasien tidak bisa mencegah / menghentikan
gerakan yang terjadi. Manual terapi ini sangat efektif dan aman untuk
menangani kekakuan / keterbatasan gerak atau nyeri persendian karena
gangguan fungsi mekanik sendi.
Manual therapy berasal dari kata manus (tangan) dan therapy
(pengobatan) sehingga secara umum dapat didefinisikan sebagai terapi
yang terutama mempergunakan tangan. Manual therapy berfokus pada
struktur dan sistem dalam tubuh seperti tulang, persendian, jaringan
lunak, peredaran darah, limfe dan saraf. Tujuan utama dari manual
therapy adalah untuk memfasilitasi proses penyembuhan alami tubuh.
b. Efek fisiologi
Efek fisiologis manual therapy antara lain memperlancar peredaran
darah, mencetuskan hormon endhorphin dan merilekskan otot. Secara
keseluruhan proses tersebut kemudian dapat :
1) Membantu mengurangi pembengkakan pada fase kronis.
2) Mengurangi persepsi nyeri melalui mekanisme penghambatan
rangsang nyeri (gate control)
3) Meningkatkan relaksasi otot sehingga mengurangi nyeri.
4) Meningkatkan jangkauan gerak, kekuatan, koordinasi, keseimbangan
dan fungsi otot.
5) Mengurangi atau menghilangkan ketegangan saraf dan mengurangi
rasa sakit.
c. Indikasi Manual Therapy

8
1) Cedera : sprain, strain, dislokasi dan jenis trauma lain. Manual
therapy biasanya dikombinasikan dengan metode lain seperti
imobilisasi, obat dan jenis fisioterapi yang lain.
2) Nyeri punggung dan nyeri leher merupakan kedua kasus nyeri
yang paling sering dijumpai dan dapat diatasi dengan manual
therapy. Nyeri leher yang sering terjadi adalah pada bagian dasar
dan samping leher. Nyeri leher ini dapat menimbulkan nyeri
kepala. Jenis nyeri leher yang paling sering dijumpai adalah
whiplash akibat gerakan yang mendadak.
3) Arthritis yang merupakan kelompok peradangan sendi yang dapat
berupa osteoarthritis, rhematoid arthritis maupun ankylosing
spondilitis
4) Nyeri bahu dalam bentuk bahu beku (frozen
shoulder) merupakan gangguan bahu yang umumnya dapat
diperbaiki dengan manual therapy. Jenis lain nyeri bahu adalah
cedera rotator cuff (otot yang menghubungkan tendo dengan tulang
humerus) serta shoulder impingement syndrome yang terjadi akibat
penekanan tendon rotator cuff tendon dan bursa subacromial.
5) Tendinitis (radang pada tendon) yang pada umumnya diakibatkan
oleh penggunaan yang berlebihan.
6) Bursitis (radang pada bursa yang merupakan kantong berisi cairan
yang berfungsi untuk melicinkan gerakan antar jaringan). Bursa
yang mengalami peradangan umumnya berada pada area bahu,
siku, pinggang dan lutut.
7) Nyeri kepala yang meliputi tension headache (perasaan kepala
terasa penuh dan seperti diikat), migraines (nyeri berdenyut yang
sering disertai dengan mual) dan cluster headache (yang merupakan
nyeri kepala yang tajam yang dirasakan pada satu sisi kepala.
8) Carpal tunnel syndrome yang merupakan penekanan saraf
pergelangan tangan yang mengakibatkan nyeri pada area tersebut
9) Fibromyalgia yang merupakan gangguan otot dan tulang yang
sering disertai dengan nyeri, kelemahan, dan gangguan tidur.
10) Complex regional pain syndrome yang merupakan rasa nyeri yang
timbul setelah terjadi cedera pada lengan atau tungkai. Rasa nyeri
sering dideskripsikan sebagai rasa seperti terbakar.

9
11) Myofascial pain syndrome (MPS) yang merupakan kondisi kronis
yang terjadi pada satu serabut otot atau lebih yang dapat
diakibatkan oleh benturan maupun penggunaan yang berlebihan.
12) Gangguan persendian temporomandibular yang menghubungkan
rahang dengan tengkorak kepala. Gangguan ini dapat timbul karena
benturan maupun infeksi.

5. Akupuntur & Akupresser


a. Pengertian
Kata akupuntur berasal dari bahasa Yunani, yaitu acus yang berarti
jarum dan punctura yang berarti menusuk. Di dalam bahasa Inggris
menjadi to puncture, sedangkan kata asal dalam bahasa Cina adalah
cenciu. Kata tersebut kemudian diadaptasikan ke dalam bahasa Indonesia
menjadi akupuntur atau tusuk jarum.Akupuntur adalah teknik pengobatan
yang digunakan dalam pengobatan tradisional cina. Jarum-jarum yang
sangat tajam digunakan untuk menstimulasi titik-titik tertentu pada
tubuh. Titik-titik ini terdapat pada jalur-jalur energi yang disebut
"meridian". Pengobatan akupuntur dirancang untuk memperbaiki
alirandan keseimbangan energi sepanjang meridian-meridian ini.
b. Manfaat akupuntur pada pasien stroke
Terapi akupuntur dapat menyembuhkan masalah-masalah yang
timbul akibat stroke diantaranya :
1) Meningkatkan suplai darah/oksigen di daerah otak yang mengalami
kerusakan
2) Menurunkan tekanan darah pada hipertensi
3) Menurunkan kolesterol darah jika tinggi
4) Menurunkan gula darah pada kencing manis
5) Menekan radikal bebas sehingga kerusakan otak lebih lanjut dapat
dihambat
6) Merangsang pergerakan otot lengan-kaki yang lumpuh
7) Mengatasi stress, depresi dan nyeri.
8) Masalah kandung kemih, kesulitan buang air kecil, infeksi saluran
kemih, dan cystitis.
9) Gangguan pencernaan, yang meliputi mual, mulas, dan diare.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masyarakat Indonesia sudah mengenal adanya terapi tradisional seperti
jamu yang telahberkembang lama. Kenyataannya klien yang berobat di berbagai
jenjang pelayanan kesehatan tidak hanya menggunakan pengobatan Barat (obat

11
kimia) tetapi secara mandiri memadukan terapi tersebut yang dikenal dengan
terapi komplementer. Perkembangan terapi komplementer atau alternatif sudah
luas, termasuk didalamnya orang yang terlibat dalam memberi pengobatan
karena banyaknya profesional kesehatan dan terapis selain dokter umum yang
terlibat dalam terapi komplementer. Hal ini dapat meningkatkan perkembangan
ilmu pengetahuan melalui penelitian-penelitian yang dapat memfasilitasi terapi
komplementer agar menjadi lebih dapat dipertanggungjawabkan.

B. Saran
Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta
berpartisipasi dalam terapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai dengan
peran-peran yang ada. Arah perkembangan kebutuhan masyarakat dan keilmuan
mendukung untuk meningkatkan peran perawat dalam terapi komplementer
karena pada kenyataannya, beberapa terapi keperawatan yang berkembang
diawali dari alternatif atau tradisional terapi. Kenyataan yang ada, buku- buku
keperawatan membahas terapi komplementer sebagai isu praktik keperawatan
abad ke 21. Isu ini dibahas dari aspek pengembangan kebijakan, praktik
keperawatan, pendidikan, dan riset. Apabila isu ini berkembang dan terlaksana
terutama oleh perawat yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan tentang
terapi komplementer, diharapkan akan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
sehingga kepuasan klien dan perawat secara bersama-sama dapat meningkat
(HH, TH).

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Syaifuddin, 2003. Metode Penelitian. Pustaka. Yogjakarta : Pelajar Offset.

Harmanto. 2012. Herbal dan Jamu (Pengaruh Dan Efek Sampingnya) Jakarta :
Kumpulan Jurnal Farmasi.

12
Saputra, Koesnandi, 2008. Akupuntur Klinik. Akupunturis PAKSI Salatiga..

Ali. 2012. Konsep Diet dalam Keperawatan.


http://alcsukajaya.blogspot.com/2012/06/konsep-diet-dalam-
keperawatan.html (diakses pada tanggal 18 Agustus 2018).

Blogspot. 2013. Terapi Komplementer dalam Keperawatan.


http://rsudpurihusada.inhilkab.go.id/terapi-komplementer-dalam-
keperawatan/ (diakses pada tanggal 18 Agustus 2018).

dr. Novita Intan Arovah, MPH., Dasar-dasar Fisioterapi pada Cedera Olahraga
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-terapi-manual-
manual-therapy-pada-fisioterapi/12967/2 (diakses pada tanggal 18
Agustus 2018).

Green Magz Matoa. 2011. Kekurangan dan kelebihan Herbal.


http://www.google.kekurangan-kelebihan-herbal/matoa.org (diakses
pada tanggal 18 Agustus 2018).

Rahma. 2017. Terapi Komplementer.


https://rahmamiaa05.blogspot.com/2017/03/tugas-terapi-komplementer-
makalah.html (diakses pada tanggal 18 Agustus 2018).

13

Anda mungkin juga menyukai