Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“HEMOROID”

Dosen Pembimbing : Maria Paulina, S.Kep. Ns. M. Kep

Disusun oleh : Kelompok

1. Rakhel Maharani PYB (170103071)

2. Ray Hannif Fadillah (170103072)

3. Refianti Putri Kusuma (170103073)

4. Reza Wardhana Safitri (170103074)

5. Siti Suciati Nurkhasanah (170103087)

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA


PURWOKERTO

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA

sehingga makalah “HEMOROID” ini dapat tersusun hingga selesai. Karena


keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah yang kami tulis ini dapat memberikan tambahan


wawasan bagi teman-teman mahasiswa keperawatan dan semoga bisa menjadi
bahan referensi untuk pembelajaran kita bersama.

Purwokerto, Maret 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. 2


Daftar Isi........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Hemoroid................................................................................. 6
B. Anatomi dan fisiologi bagian Rektum ................................................. 6
C. Etiologi Hemoroid ............................................................................... 8
D. Manifestasi Klinis Hemoroid ............................................................... 9
E. Patofisiologi Hemoroid ........................................................................ 9
F. Pemeriksaan Diagnostik Hemoroid..................................................... 11
G. Penatalaksanaan Hemoroid ................................................................. 12
H. Komplikasi Hemoroid.......................................................................... 13
I. Pathway Keperawatan Hemoroid ........................................................ 14
J. Asuhan Keperawatan ........................................................................... 15
1. Pengkajian ............................................................................... 15
2. Pemeriksaan Fisik ................................................................... 15
3. Diagnosa Keperawatan ........................................................... 16
4. Intervensi ................................................................................ 17
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 24

B. Saran ..................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal.
Hemoroid sangat umum terjadi pada usia lima puluhan, lima puluh persen
individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena yang terkena.
Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang
meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan
hormon menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita,
hemoroid yang disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang
berarti akan hilang beberapa waktu setelah melahirkan. Hemoroid diklasifikasikan
menjadi dua tipe. Hemoroid internal yaitu hemoroid yang terjadi diatas stingfer
anal sedangkan yang muncul di luar stingfer anal disebut hemoroid eksternal.
(Brunner & Suddarth, 1996)
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar
35% penduduk. Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun
wanita. Insiden penyakit ini akan meningkat sejalan dengan usia dan mencapai
puncak pada usia 45-65 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa,
tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman. Berdasarkan hal
ini maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai penyakit hemoroid.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu penyakit hemoroid?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi bagian rektum?
3. Apa saja etiologi dari penyakit hemoroid?
4. Apa manifestasi klinis penyakit hemoroid?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada penderita hemoroid?
6. Komplikasi apa yang dapat timbul dari penyakit hemoroid?
7. Bagaimana pengkajian fokus pada pasien yang menderita hemoroid?
8. Bagaimana pathways keperawatan penyakit hemoroid?

4
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian dari hemoroid
2. Memahami anatomi dan fisiologi bagian rektum
3. Mengetahui etiologgi dari penyakit hemoroid
4. Mengetahui manifestasi klinis pada penyakit hemoroid
5. Memahami penatalaksanaan bagi penderita hemoroid
6. Mengetahui komplikasi apa saja yang dapat timbul dari penyakit hemoroid
7. Memahami pengkajian fokus yang harus dilakukan ketika menghadapi
pasien dengan hemoroid
8. Memahami pathways keperawatan dari penyakit hemoroids

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI HEMOROID
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di
daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Di bawah atau diluar
linea dentate pelebaran vena yang berada di bawah kulit (subkutan)
disebut hemoroid eksterna yang dapat menonjol keluar dari rektum.
Sedangkan diatas atau di dalam linea dentate, pelebaran vena yang berada
di bawah mukosa (submukosa) disebut hemoroid interna (Sudoyo, 2006).
Hemoroid adalah vena-vena yang berdilatasi, membengkak di
lapisan rektum (Potter, 2006).
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. Anatomi
Bagian utama usus besar yang terakhir disebut sebagai rektum dan
membentang dari kolon sigmoid hingga anus (muara ke bagian luar
tubuh). Satu inci terakhir dari rektum disebut sebagai kanalis ani dan
dilindungi oleh otot sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum
dan kanalis ani adalah sekitar 15cm (5,9 inci).

Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan
berdasarkan pada suplai darah yang diterima. Arteria mesenterika superior

6
mendarahi belahan kanan (sekum, kolon asendens, dan duapertiga
proksimal kolon transversum) dan arteria mesenterika inferior mendarahi
belahan kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon asendens, kolon
sigmoid dan bagian proksimal rektum). Suplai darah tambahan ke rectum
berasal dari arteri hemoroidalis media dan inferior yang dicabangkan dari
arteria iliaka interna dan aorta abdominalis.
2. Fisiologi
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui
vena mesenterika superior, vena mesenterika inferior, dan vena
hemoroidalis superior (bagian sistem portal yang mengalirkan darah ke
hati). Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena
iliaka sehingga merupakan bagian sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis
antara vena hemoroidalis superior, media, dan inverior, sehingga tekanan
portal yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya aliran balik ke
dalam vena dan mengakibatkan hemoroid.

Propulasi feses ke dalam rektum menyebabkan terjadinya distensi


dinding rektum dan merangsang refleks defekasi. Defekasi dikendalikan
oleh sfingter ani eksterna dan interna. Sfingter interna dikendalikan oleh
sistem saraf otonom, sedangkan sfingter eksterna dikendalikan oleh sistem
saraf voluntary. Refleks defekasi terintegrasi pada medula spinalis segmen
sakral kedua dan keempat.Serabut parasimpatis mencapai rektum melalui

7
saraf splangnikus panggul dan menyebabkan terjadinya kontraksi rektum
dan relaksasi sfingter interna. Pada waktu rektum yang teregang
berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga menyebabkan sudut
dan anulus anorektal menghilang. Otot sfingter interna dan eksterna
berelaksasi pada waktu anus tertarik keatas melebihi tinggi masa feses.
Defekasi dipercepat dengan tekanan intraabdomen yang meningkat
akibat kontraksi voluntar otot dada dengan glotis yang tertutup, dan
kontraksi otot abdomen secara terus-menerus (maneuver dan peregangan
valsalva). Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi voluntar otot sfinfter
eksterna dan levator ani. Dinding rektum secara bertahap menjadi relaks,
dan keinginan defekasi menghilang.
Air tetap terus diabsorpsi dari massa feses, sehingga feses menjadi
keras, dan menyebabkan lebih sukarnya defekasi selanjutnya. Bila massa
feses yang keras ini terkumpul disatu tempat dan tidak dapat dikeluarkan,
maka disebut sebagai impaksi feses. Tekanan pada feses yang berlebihan
menyebabkan timbulnya kongesti vena hemoroidalis interna dan eksterna,
dan hal ini merupakan salah satu penyebab hemoroid (vena varikosa
rektum). (Price, 2005)

C. ETIOLOGI HEMOROID
Faktor risiko terjadinya hemoroid antara lain faktor mengedan pada
buang air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak
memakai jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban sambil membaca,
merokok), peningkatan tekanan intra abdomen, karena tumor (tumor usus,
tumor abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan
perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare
akut yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang
makan makanan berserat (sayur dan buah), kurang olahraga/imobilisasi.
(Sudoyo, 2006)
Faktor penyebab hemoroid dapat terjadi karena kebiasaan buang
air besar tidak tentu dan setiap kali berak mengedan terlalu keras, terlalu

8
lama duduk sepanjang tahun, infeksi, kehamilan dapat merupakan faktor-
faktor penyebab hemoroid. (Oswari, 2003).
Faktor predisposisi terjadinya hemoroid adalah herediter, anatomi,
makanan, pekerjaan, psikis, dan senilitas. Sedangkan sebagai faktor
presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan
peningkatan tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang.Umumnya
faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan.
(Mansjoer, 2000).
D. MANIFESTASI KLINIS HEMOROID
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan sering
menyebabkan perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi.
Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan
edema yang disebabkan oleh thrombosis. Thrombosis adalah pembekuan
darah dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut
dan nekrosis. Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai
hemoroid ini membesar dan menimbulkan perdarahan atau prolaps.
(Smeltzer, 2002).
E. PATOFISIOLOGI HEMOROID
Hemoroid terjadi karena aktivitas yang meningkatkan tekanan
intravena sehingga terjadi distensi dan penggelembungan vena. Faktor
predisposisinya meliputi duduk lama, mengejan saat defekasi, konstipasi,
makanan rendah serat, kehamilan, dan obesitas.
Faktor penyebab faktor-faktor hemoroid adalah mengedan saat
defekasi, konstipasi menahun, kehamilan dan obesitas. Keempat hal diatas
menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal lalu di transmisikan ke
derah anorektal dan elevasi yang tekanna yang berulang-ulang
mengakibatkan vena hemoroidalis mengalami prolaps. Hasil di atas
menimbulkan gejala gatal atau priritus anus akibat iritasi hemoroid dengan
feses, perdarahan akibat tekanan yang terlalu kuat dan feses yang keras
menimbulkan perdarahan, dan ada udema dan peradangan akibat infeksi
yang terjadi saat ada luka akibat perdarahan.

9
Mengedan saat defekasi,Konstipasi menahun,
Kehamilan, Obesitas

Peningkatan tekanan intra abdominal

Transmisi ke daerah Anorektal

Elevasi tekanan yang berulang

Venaheroidalis mengalami prolaps

Hemoroid

Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis atas : derajat


1, bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus,
hanya dapat dilihat dengan anorektoskop. Derajat 2, pembesaran hemoroid
yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara
spontan. Derajat 3, pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi
ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari. Derajat 4, prolaps hemoroid
yang permanen. Rentan dan cenderung untuk mengalami thrombosis dan
infark. (Sudoyo, 2006)

10
Faktor penyebab faktor-faktor hemoroid adalah mengedan saat
defekasi, konstipasi menahun, kehamilan dan obesitas. Keempat hal diatas
menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal lalu di transmisikan ke
derah anorektal dan elevasi yang tekanna yang berulang-ulang
mengakibatkan vena hemoroidalis mengalami prolaps. Hasil di atas
menimbulkan gejala gatal atau priritus anus akibat iritasi hemoroid dengan
feses, perdarahan akibat tekanan yang terlalu kuat dan feses yang keras
menimbulkan perdarahan, dan ada udema dan peradangan akibat infeksi
yang terjadi saat ada luka akibat perdarahan.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok
dubur).
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium
awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak
terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba
apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput
lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa
padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
2. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy.
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak
menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat
kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan
penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,
penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang.
Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol
ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka
ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan
lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan
keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas
harus diperhatikan.

11
3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan
keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses
keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan
fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa
terhadap adanya darah samar.
4. Rontgen (colon inloop) dan/atau kolonoskopi.
Pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan
penunjang
G. PENATALAKSANAAN HEMOROID
Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan
hygiene personal yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama
defekasi. Diet tinggi serat yang mengandung buah dan sekam mungkin
satu satunya tindakan yang diperlukan; bila tindakan ini gagal, laksatif
yang berfungsi mengabsorpsi air saat melewati usus dapat
membantu.Rendam duduk dengan salep, dan supositoria yang
mengandung anestesi, astringen (witch hazel) dan tirah baring adalah
tindakan yang memungkinkan pembesaranberkurang.
Terdapat berbagai tipe tindakan nonoperatif untuk hemoroid.
Fotokoagulasi inframerah, diatermi bipolar, dan terapi laser adalah teknik
terbaru yang digunakan untuk melekatkan mukosa ke otot yang
mendasarinya.Injeksi larutan sklerosan juga efektif untuk hemoroid
berukuran kecil dan berdarah. Prosedur ini membantu mencegah prolaps.
Hemoroidektomi kriosirurgi adalah metode untuk mengangkat hemoroid
dengan cara membekukan jaringan hemoroid selama waktu tertentu
sampai timbul nekrosis. Meskipun hal ini relatif kurang menimbulkan
nyeri, prosedur ini tidak digunakan dengan luas karena menyebabkan
keluarnya rabas yang berbau sangat menyengat dan luka yang ditimbulkan
lama sembuhnya. Metode pengobatan hemoroid ini tidak efektif untuk
vena trombosis luas, yang harus diatasi dengan bedah lebih luas.

12
Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk
mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Selama
pembedahan, sfingter rektal biasanya didilatasi secara digital dan
hemoroid diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi dan
kemudian dieksisi. Setelah prosedur operatif selesai, selang kecil
dimasukkan melalui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan
darah; penempatan Gelfoan atau kasa Oxygel dapat diberikan diatas luka
kanal. (Smeltzer, 2002)

H. KOMPLIKASI HEMOROID
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdarahan,
thrombosis, dan strangulasi.Hemoroid strangulasi adalah hemoroid yang
prolaps dengan suplai darah dihalangi oleh sfingter ani. (Price, 2005)
Komplikasi hemoroid antara lain :
1. Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat sehingga pasien takut
mengejan dan takut berak. Karena itu, tinja makin keras dan
makin memperberat luka di anus.
2. Infeksi pada daerah luka sampai terjadi nanah dan fistula (saluran
tak normal) dari selaput lendir usus/anus.
3. Perdarahan akibat luka, bahkan sampai terjadi anemia.
4. Jepitan, benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar
dubur sehingga tidak bisa masuk lagi. Sehingga, tonjolan menjadi
merah, makin sakit, dan besar. Dan jika tidak cepat-cepat
ditangani dapat busuk. (Dermawan, 2010).

13
I. PATHWAYS KEPERAWATAN

(Price, 2005) (Sudoyo, 2006)

14
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien : -
b. Keluhan utama
c. Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat
BAB. Ada benjolan pada anus atau nyeri pada saat defekasi.
d. Riwayat penyakit
- Riwayat penyakit sekarang
- Pasien di temukan dalam beberapa minggu hanya ada benjolan
yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang
keluar menetes.
- Riwayat penyakit dahulu
Apakah pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya,
sembuh / terulang kembali. Pada pasien dengan hemoroid bila
tidak di lakukan pembedahan akan kembali RPD, bisa juga di
hubungkan dengan penyakit lain seperti sirosis hepatis.
- Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluaga yang menderita penyakit tersebut
- Riwayat sosial
Perlu ditanya penyakit yang bersangkutan.
2. Pemeriksaan Fisik
Menurut Doenges tahun 2000 pengkajian fokus
keperawatan hemoroidectomy meliputi:
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, malaise.
2. Sirkulasi
Tanda:Takikardi (nyeri ansietas), pucat (kemungkinan adanya
perdarahan)
3. Eliminasi
Gejala :Riwayat adanya hemoroid, ketidakmampuan defekasi
(konstipasi), rasa tidak puas waktu defekasi.

15
Tanda : Konstipasi (kerasnya) terdapat goresan darah atau nanah,
keluar darah sesudah atau sewaktu defekasi, perdarahan biasanya
berwarna merah segar karena tempat perdarahan yang dekat.
Hemoroid interna seringkali berdarah waktu defekasi, sedangkan
hemoroid eksterna jarang berdarah.
4. Makanan/ cairan
Gejala : Anoreksia, mual dan muntah
5. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Terjadi saat defekasi, duduk dan berjalan
Tanda : Terus menerus atau berjangka waktu, tajam atau berdenyut
6. Keamanan
Gejala : Gangguan dalam terapi obat yang mengakibatkan
konstipasi
Tanda : konstipasi
7. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga hemoroid, pola defekasi buruk
Rencana pemulangan : perubahan pola makan yang buruk dengan
tinggi
serat, dapat memerlukan bantuan dalam pengobatan dan aktifitas
perawatan diri dan pemeliharaan, perubahan rencana diit.

3. Diagnosa Keperawatan
Pre Operatif
1. Resiko kekurangan nutrisi (defisiensi zat ) berhubungan
dengan pecahnya vena plexus hemmoroidalis ditandai dengan
perdarahan yang terus - menerus waktu BAB.
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya massa
anal atau anus, yang ditandai benjolan didaerah anus, terasa
nyeri dan gatal pada daerah anus.
3. Personal hygene pada anus kurang berhubungan dengan
massa yang keluar pada daerah eksternal.

16
Postoperasi
1. Nyeri berhubungan dengan adanya jahitan pada luka operasi
dan terpasangnya cerobong angin.
2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan pertahanan
primer tidak adekuat
3. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang
informasi tentang perawatan dirumah.
4. Intervensi
- Preoperatif

No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


keperawatan kriteria hasil

1. Resiko 
Setelah dilakukan Observasi tanda-  Tanda – tanda
kekurangan tindakan tanda anemis anemis adanya
nutrisi keperawatan kekurangan zat besi
berhubungan selama x 24 jam, (Hb turun)
dengan resiko
pecahnya kekurangan  Diet rendah sisa  Dapat mengurangi
vena plexus nutrisi terpenuhi. atau serat selama perangsangan pada
hemmoroidal terjadinya daerah anus sehingga
is ditandai KH: perdarahan tidak terjadi
dengan  Tidak terdapat perdarahan.
perdarahan anemis,
yang terus - perdarahan  Berikan penjelasan Pendidikan tentang
menerus terhenti tentang pentingnya diet, membantu
waktu BAB. BB tidak turun. diet kesembuhan keikut sertaan pasien
penyakitnya dalameningkatkan
keadaan
penyakitnya.

 Pasien dengan
 Beri kompres es
pecahnya vena
pada daerah

17
terjadinya plexus hemoriodalis
perdarahan perlu obat yang
dapat membantu
 Beri obat atau pencegahan terhadap
terapi sesuai perdarahan yang
dengan pesanan memerlukan
dokter penilaian terhadap
respon secara
periodik.

2. Defisit 
Setelah dilakukan Berikan sit bath  Meningkatkan
personal tindakan dengan larutan kebersihan dan
hygene pada keperawatan permagan 1/1000% memudahkan
anus selama x 24 jam, pada pagi dan sore terjadinya
berhubungan terjaganya hari. Lakukan penyembuhan
dengan kebersihan anus. digital(kembalikan prolaps.
massa yang KH: ke tempat semula

keluar pada - Tidak ada setelah di
daerah tanda-tanda bersihkan)
eksternal. infeksi.
 
- Tidak terasa 
Obsevasi keluhan Peradangan pada
gatal-gatal pada dan adanya tanda- anus menandakan
daerah anus. tanda perdarahan adanya suatu infeksi
 rasa gatal pada anus. pada anus
anus berkurang
 Beri penjelasan
 Pengetahuan tentang
cara membersihkan cara membersihkan
anus dan menjaga anus membantu
kebersihanya keikutsertaan pasien
dalam mempercepat
kesembuhannya.

18
- Post-operatif

No. Diagnosa Tujuan dan Intervenasi Rasional


keperawatan kriteria hasil

1. Nyeri 
Setelah dilakukan Beri posisi tidur  Dapat menurunkan
berhubungan tindakan yang tegangan abdomen
dengan keperawatan menyenangkan dan meningkatkan
adanya selama x 24 jam, pasien. rasa kontrol.
jahitan pada gangguan rasa
luka operasi nyaman  Ganti balutan  Melindungi pasien
dan terpenuhi. setiap pagi sesuai dari kontaminasi
terpasangnya tehnik aseptik silang selama
cerobong KH: penggantian balutan.
angin.  Tidak terdapat Balutan basah
rasa nyeri pada bertindak sebagai
luka operasi,. penyerap
 pasien dapat kontaminasi
melakukan eksternal dan
aktivitas ringan. menimbulkan rasa
 skala nyeri 0-1. tidak nyaman.
 klien tampak
rileks.  Latihan  Menurunkan masalah
jalan
sedini mungkin yang terjadi karena
imobilisasi.

 Observasi 
daerah Perdarahan pada
rektal apakah ada jaringan, imflamasi
perdarahan lokal atau terjadinya
infeksi dapat
meningkatkan rasa
nyeri.

19
 Cerobong 
anus Meningkatkan
dilepaskan sesuai fungsi fisiologis anus
advice dokter dan memberikan rasa
(pesanan) nyaman pada daerah
anus pasien karena
tidak ada sumbatan.

 Berikan penjelasan
 Pengetahuan
tentang tujuan tentang manfaat
pemasangan cerobong anus dapat
cerobong anus membuat pasien
(guna cerobong paham guna
anus untuk cerobong anus untuk
mengalirkan sisa- kesembuhan
sisa perdarahan lukanya.
yang terjadi
didalam agar bisa
keluar).

2. Resiko  Observasi
Setelah dilakukan  Respon
tanda autonomik
terjadinya tindakan vital tiap 4 jam meliputi TD,
infeksi pada keperawatan respirasi, nadi yang
luka selama x 24 berhubungan
berhubungan jam,resiko infeksi denagan keluhan /
dengan teratasi. penghilang nyeri .
pertahanan KH: Abnormalitas tanda

primer tidak Tidak terdapat vital perlu di
adekuat tanda-tanda observasi secara
infeksi (dolor, lanjut.
kalor, rubor,
tumor,  
Observasi balutan Deteksi dini
fungsiolesa). setiap 2 – 4 jam, terjadinya proses
 radang luka periksa terhadap infeksi dan /

20
mengerin perdarahan dan pengawasan
 hasil LAB : bau. penyembuhan luka
- leukosit oprasi yang ada
- trombosit sebelumnya.

 Ganti balutan  Mencegah meluas


dengan teknik dan membatasi
aseptik penyebaran luas
infeksi atau
kontaminasi silang.

 Bersihkan  Mengurangi/
area
perianal setelah mencegah
setiap defekasi kontaminasi daerah
luka.

 Mengurangi
 Berikan diet rendah ransangan pada anus
serat/ sisa dan dan mencegah
minum yang cukup mengedan pada
waktu defikasi.

3. Kurang  Diskusikan
Setelah dilakukan Pengetahuan tentang
pengetahuan tindakan pentingnya diet berguna untuk
yang keperawatan penatalaksanaan melibatkan pasien
berhubungan selama 3 x 24 diet rendah sisa. dalam merencanakan
dengan jam,kurangnya diet dirumah yang
kurang pengetahuan sesuai dengan yang
informasi teratas. dianjurkan oleh ahli
tentang gizi.
perawatan KH:
dirumah.  Klien  Demontrasikan
tidak  Pemahaman akan
banyak bertanya meningkatkan kerja

21
tentang perawatan area sama pasien dalam
penyakitnya. anal dan minta program terapi,
 Pasien dapat pasien meningkatkan
menyatakan atau mengulanginya penyembuhan dan
mengerti tentang proses perbaikan
perawatan terhadappenyakitnya
dirumah. .
 Keluarga  Berikan
klien  Meningkatkan
rendam
paham tentang duduk sesuai kebersihan dan
proses penyakit. pesanan kenyaman pada
Klien daerah anus (luka
menunjukkan atau polaps).
wajah tenang
 Bersihkan area anus
 Melindungi area anus
dengan baik dan terhadapkontaminasi
keringkan kuman-kuman yang
seluruhnya setelah berasal dari sisa
defekasi. defekasi agar tidak
terjadi infeksi.

 Melindungi daerah
 Berikan balutan
lukadari kontaminasi
luar.

 Pengenalan dini dari


 Diskusikan gejala
gejala infeksi dan
infeksi luka untuk
intervensi segera
dilaporkan
dapat mencegah
kedokter.
progresi situasi
serius.

 Diskusikan
 Mencegah mengejan
mempertahankan
saat difekasi dan

22
difekasi lunak melunakkan feces.
dengan
menggunakan
pelunak feces dan
makanan laksatif
alami.

 Jelaskan pentingnya
 Menurunkan tekanan
menghindari intra abdominal yang
mengangkat benda tidak perlu dan
berat dan tegangan otot.
mengejan.

23
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hemoroid adalah pembesaran bantalan vaskular dari anal kanal.
Hemoroid terdiri dari dua jenis yaitu hemoroid interna yang terletak di atas
linea dentata dan hemoroid eksterna yang terletak di bawah linea dentata.
Diagnosis ditegakan dengan anamnesa, inspeksi, colok dubur dan penilaian
anoskop. Bila perlu dilakukan pemeriksaan proktosigmoidoskopi untuk
menyingkirkan kemungkinan radang dan keganasan. Manifestasi klinis
hemoroid yaitu perdarahan lewat anus berwarna merah segar dan tidak
tercampur dengan feses. Penatalaksaan hemoroid yaitu dengan konservatif,
membuang nekrosis jaringan, dan terapi operatif.

B. SARAN
Hemoroid sudah dikenal selama berabad-abad dan diduga masih
termasuk salah satu penyakit yang umum ditemukan. Namun sayangnya
frekuensi paasti dari hemoroid sulit diketahui. Seseorang yang menderita
hemoroid cenderung malu mengutarakan penyakitnya dan takut
membayangkan tindakan yang mungkin akan dilakukan, maka dengan adanya
makalah ini diharapkan dapat memberikaan gambaran bagi kita sebagai calon
perawat atau tenaga kesehatan untuk dapat memberikan penanganan yang tepat
bagi pasien hemoroid sesuai standar prosedur pelayanan kesehatan yang
profesional.

24
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Sudarth.2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol.2.


Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Kowalak, Welsh dan Mayer. 2012. Buku Ajar Patofisiologi. EGC. Jakarta

Manjsoer, Arif, dkk.2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed.3 Jilid 2. Media


Ascupius. Jakarta

Price, Sylvia Anderson. 2005.Patofisiologi : Konsep Klinis proses-proses


penyakit Ed.6 Vol.1 .EGC. Jakarta

25

Anda mungkin juga menyukai