Laporan Akreditasi RSUD Surakarta 509
Laporan Akreditasi RSUD Surakarta 509
PENDAHULUAN
1
(tiga) tahun sekali. Proses akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya
keselamatan dan budaya kualitas di rumah sakit, sehingga senantiasa berusaha
meningkatkan mutu dan keamanan pelayanannya.
Rumah sakit tidak hanya sekedar menampung orang sakit saja melainkan
harus lebih memperhatikan aspek kepuasan bagi para pemakai jasanya, dalam hal
ini pasien. Penilaian terhadap kegiatan rumah sakit adalah hal yang sangat
diperlukan dan sangat diutamakan. Kegiatan penilaian kinerja organisasi atau
instansi seperti rumah sakit, mempunyai banyak manfaat terutama bagi pihak-
pihak yang memiliki kepentingan terhadap rumah sakit tersebut. Bagi pemilik
rumah sakit, hasil penilaian kegiatan rumah sakit ini dapat memberikan informasi
tentang kinerja manajemen atau pengelola yang telah diberikan kepercayaan untuk
mengelola sumber daya rumah sakit. Bagi masyarakat, semua hasil penilaian
kinerja rumah sakit dapat dijadikan sebagai acuan atau bahan pertimbangan
kepada siapa (rumah sakit) mereka akan mempercayakan perawatan
kesehatannya.
Akreditasi rumah sakit menunjukkan komitmen nyata sebuah rumah sakit
untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas asuhan pasien, memastikan bahwa
lingkungan pelayanannya aman dan rumah sakit senantiasa berupaya mengurangi
risiko bagi para pasien dan staf rumah sakit. Dengan demikian akreditasi
diperlukan sebagai cara efektif untuk mengevaluasi mutu suatu rumah sakit, yang
sekaligus berperan sebagai sarana manajemen.
Laporan ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi para masyarakat,
mahasiswa, dan para tenaga medis mengenai sistem akreditasi rumah sakit,
khususnya di RSUD Kota Surakarta.
2
BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
Pada minggu kedua stase IKM, kelompok kami mendapat jadwal kegiatan
di RSUD Surakarta selama 3 hari, yaitu mulai tanggal 5 Oktober sampai tanggal
7Oktober 2015. Hari pertama di RSUD Surakarta, kelompok kami mendapatkan
bimbingan mengenai sistem rujukan di Rumah Sakit. Kelompok kami melakukan
orientasi ke Instalasi Gawat Darurat, Ruang Poliklinik, Front Office (tempat
pendaftaran) dan Ruang Rekam Medik untuk mendapatkan informasi mengenai
pelaksanaan sistem rujukan internal dan eksternal di RSUD Surakarta. Di Instalasi
Gawat Darurat kami mengamati penerimaan pasien rujukan dengan kegawatan,
selain itu kami juga mengamati cara merujuk pasien dari PPK II ke PPK III. Di
tempat pendaftaran kami mengamati sistem penerimaan rujukan, terutama dari
PPK I dan rujukan balik dari PPK III. Di ruang poliklinik kami mengamati sistem
rujukan internal antar poliklinik serta rujukan eksternal baik ke PPK I maupun
PPK III. Di ruang rekam medik kami mengamati sistem filling rekam medik
rumah sakit, cara penomoran rekam medik, sistem penyimpanan serta sistem
pemusnahan data rekam medik. Setelah orientasi kami berdiskusi tentang
kelebihan dan kelemahan sistem rujukan di RSUD Surakarta dengan dokter Niken
Yuliani Untari.
Hari kedua di RSUD Surakarta kami mendapatkan bimbingan mengenai
Rekam Medis oleh Ibu Dewi Setyowati yang membahas Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis. Bimbingan selanjutnya
tentang Program Pengendalian Infeksi yang berlaku di RSUD Surakarta. Materi
PPI diberikan oleh Bapak Yudi Agung Setiawan.
Hari ketiga di RSUD Surakarta kami mendapatkan 3 bimbingan. Yang
pertama mengenai Keuangan dan sistem pembiayaan pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit, misalnya JKN dan PKMS. Materi ini disampaikan oleh Ibu Rohmah
Danarti. Selama proses bimbingan berjalan lancar dan ada sesi diskusi untuk tanya
jawab mengenai hal-hal yang belum dipahami. Bimbingan selanjutnya mengenai
K3 Rumah Sakit yang diberikan oleh Ibu Etiec Nurjanah. Selama proses
3
bimbingan berjalan lancar dan terdapat sesi diskusi untuk tanya jawab mengenai
hal-hal yang belum dipahami. Bimbingan ketiga mengenai Manajemen dan
Administrasi Rumah Sakit yang berlaku di RSUD Surakarta dan mengenai
Program Penanggulangan Bencana yang berlaku di RSUD Surakarta. Kedua
materi ini diberikan oleh dokter Sigit Hermawan dari bagian Pelayanan Medik
(Yanmed). Selama proses bimbingan berjalan lancar dan ada sesi diskusi untuk
tanya jawab mengenai hal-hal yang belum dipahami. Selama kegiatan di RSUD
Surakarta dari mulai hari pertama sampai dengan hari ketiga, kegiatan kami
berjalan dengan lancar.
4
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
5
menyebutkan bahwa Rumah Sakit wajib memberikan pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit,
kemudian pada Pasal 40 ayat (1) disebutkan bahwa dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi
secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali. Dari Undang-Undang
tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Akreditasi rumah sakit
penting untuk dilakukan dengan alasan agar mutu/kualitas diintegrasikan
dan dibudayakan kedalam sistem pelayanan di Rumah Sakit (UU RI No
44, 2009)
Sebagai salah satu subsistem dalam pelayanan kesehatan, rumah
sakit menjadi tempat rujukan bagi berbagai unit pelayanan kesehatan
dasar. Rumah sakit merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang jasa
dengan ciri-ciri padat karya, padat modal, padat teknologi, padat masalah
dan padat umpatan. Sejalan dengan lajunya pembangunan nasional maka
tuntutan akan mutu pelayanan kesehatan oleh rumah sakit juga semakin
meningkat. Hal ini ditandai dengan berbagai kritikan tentang
ketidakpuasan terhadap pelayanan rumah sakit berbagai upaya termasuk
melalui jalur hukum. Oleh karena itu upaya untuk menjaga dan
meningkatkan mutu layanan rumah sakit baik untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat baik internal maupun eksternal rumah sakit perlu
dilaksanakan.
6
2. Menyusun Renstra Akreditasi RS
3. Menyusun Peraturan Internal KARS
4. Menyusun standar akreditasi
5. Menetapkan status akreditasi RS
6. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan pembimbingan
serta pengembangan di bidang akreditasi dan mutu pelayanan RS
7. Mengangkat dan memberhentikan surveior
8. Membina kerjasama dg institusi di dlm maupun di luar
negeriyang berkaitan dg bid akreditasi dan peningkatan mutu
pelayanan RS
9. Melakukan sosialisasi dan promosi kegiatan akreditasi
10. Melakukan monitoring dan evaluasi dalam bidang akreditasiRS
11. Melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan akreditasi RS
c) Rencana Program
Mempersiapkan KARS untuk terakreditasi intemasional oleh
ISQUA
Menyusun peraturan internal KARS
1. Kebijakan dan tata laksana akreditasi RS
2. Pengangkatan dan Pemberhentian surveior
3. Tata tertib dan kode etik surveior
4. Diklat surveior
5. Tata cara pencatatan dan pelaporan
Menyusun Renstra KARS
Mempersiapkan dan menjalankan model akreditasi baru
1. Standar akreditasi
2. Tracer metodologi
3. Pedoman penyusunan dokumen akreditasi
4. Standar pelatihan surveior
5. Pembimbingan RS
Mengejar target akreditasi RS
C. Manfaat Akreditasi
1. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan Rumah
Sakit yang bersangkutan karena berorientasi pada peningkatan mutu
dan keselamatan pasien.
2. Proses administrasi, biaya serta penggunaan sumber daya akan
menjadi lebih efisien.
3. Menciptakan lingkungan internal RS yang lebih kondusif untuk
penyembuhan, pengobatan dan perawatan pasien.
4. Mendengarkan pasien dan keluarga, serta menghormati hak-hak
pasien serta melibatkan merek adalah proses perawatan.
7
5. Memberikan jaminan, kepuasan serta perlindungan kepada masyarakat
atas pemberian pelayanan kesehatan.
6. Terbentuknya budaya mutu dalam memberikan pelayanan kesehatan
pada pasien sesuai standar di RS.
7. Sebagai salah satu syarat peningkatan kelas RS.
8. Peningkatan kesejahteraan rumah sakit.
8
Sasaran lV :Pastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-
pasien operasi
Sasaran V :Kurangi risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
Sasaran VI :Kurangi risiko pasien jatuh
d. Sasaran MDGs
Sasaran I : Penurunan angka kematian bayi dan
Peningkatan kesehatan ibu
Sasaran II : Penurunan angka kesakitan HIV/AIDS
Sasaran III : Penurunan angka kesakitan TB (Sutoto,
2012)
NO BAB/POKJA STD EP
(Sutoto, 2012)
9
F. Proses Penilaian Akreditasi
Proses penilaian akreditasi meliputi :
1) Sumber data :
a. Wawancara : Pada pimpinan RS - Pada staf RS - Pada pasien dan
keluarga (minimal 4)
b. Observasi : Fasilitas, alat, prosedur tindakan, dll
c. Kelengkapan dokumen : Kebijakan/SK, pedoman, standar prosedur
operasional (SOP)/Protap, bukti pelaksanaan kegiatan, program
kerja, laporan harian, laporan bulanan/harian, dll.
2) Cara penilaian :
a. Tim penilai (surveyor) akan berada di RS selama ± 3 hari yang
terdiri dari 3 orang (manajemen, medis dan keperawatan).
b. Pimpinan RS kemudian mempresentasikan program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien RS.
c. Dilanjutkan telaah dokumen, telaah rekam medik tertutup dan telaah
rekam medik terbuka serta survey lapangan.
d. Penilaian lapangan ditekankan pada telusur pasien untuk di
wawancarai/ observasi langsung atas pelayanan kesehatan yang
telah/sedang/akan diterima pasien.
e. Dalam waktu yang bersamaan, kelengkapan dokumen akreditasi
juga di observasi dan ditanyakan pada jajaran staf dan pimpinan RS.
f. Temuan atas ketidaklengkapan dokumen/ kekurangan mutu
pelayanan harus diperbaiki saat itu setelah mendapat rekomendasi
surveyor.
g. Telusur lingkungan terhadap fasilitas Rumah Sakit.
h. Telusur KPS.
i. Presentasi FMEA, Pedoman Praktik Klinis/Clinical Pathways, Risk
Manajemen Dan IKP (Insiden Keselamatan Pasien).
j. Wawancara Pimpinan.
k. Exit Conference (Rustiyanto, 2010).
10
3) Hasil penilaian :
Terdapat 4 kriteria hasil penilaian terhadap EP :
a. Tercapai penuh ( skor 10)
Melalui wawancara baik pada pasien/keluarga dan staf
dipertahankan.
Melalui observasi bukti pelaksanaan, kegiatan/tindakan sudah
berjalan 1 - 3 bulan terakhir dari masa penilaian
c. Tidak tercapai (skor 0)
Melalui wawancara baik pada pasien/keluarga dan staf
11
Sebuah EP dinilai “tidak dapat diterapkan” jika persyaratan
dari EP tidak dapat diterapkan di RS (contohnya, RS tidak
melakukan riset, tidak ada donasi organ).
12
3. Adanya komitmen stake holder (Kemenkes, Pemda,Pemilik RS &
seluruh jajaran di RS) untuk melaksanakan akreditasi.
4. Adanya sikap proaktif dari Dinkes Propinsi untuk pembinaan ke RS
dalam persiapan akreditasi.
5. Pemberdayaan surveior yang ada di daerah untuk efisiensi biaya.
PERPANJANGAN PENINGKATAN
RS PERPANJANGAN
IZIN PENINGKATAN
KELAS
RS IZIN KELAS
IZIN MENDIRIKAN
(2 thn –IZIN MENDIRIKAN
Pemda Prop/Kab/Kota)
(2 thn – Pemda Prop/Kab/Kota) MEMENUHI STANDAR INPUT,
MEMENUHI
PROSES, STANDAR INPUT,
OUTPUT/OUTCOME
PROSES, OUTPUT/OUTCOME
13
kelompok kerja dan diadakan rapat rutinsetiap minggunya. Selain itu juga mulai
dilakukan penyusunan dokumen terkait, pengiriman delegasi untuk kegiatan
training, serta perencanaan dan realisasi pembenahan sarana dan prasarana.
Pada minggu kedua Bulan Juli hingga minggu kedua bulan Agustus
dilakukan kegiatan studi banding ke RSUD Dr. Moewardi. Untuk
mengkoordinasikan kemajuan akreditasi dan memperbaharui pengetahuan terkait
akreditasi maka dilakukan rapat koordinasi tim pada minggu keempat tiap
bulannya. Pada bulan Agustus minggu pertama dan kedua dilakukan workshop.
Agenda bulan Agustus sampai dengan September yaitu workshop patient safety
dan PPI. Deklarasi Keselamatan Pasien dilakukan pada minggu kedua bulan
Agustus. Pada bulan Agustus juga dilakukan sosialisasi dokumen dan observasi
akreditasi.
Bimbingan KARS dilakukan pada minggu kedua dan ketiga bulan Agustus
dan Oktober. Self-assesment dokumen akan dilakukan pada bulan September
selama lima minggu. Untuk bulan November masih akan dilakukan bimbingan
selama dua minggu. Sampai saat ini RSUD Kota Surakarta masih dalam tahap pra
akreditasi dimana masih banyak hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk mencapai
akreditasi.
Dalam proses akreditasi ini RSUD Kota Surakarta memiliki beberapa
kendala atau hambatan yaitu:
1. RSUD Surakarta belum memiliki pengalaman akreditasi rumah sakit.
Sebelum menjadi RSUD Surakarta pada Tahun 2009, Rumah Sakitini
masih menjadi Rumah Sakit Bersalin. Sesuai Permenkes tahun 2012, setiap
Rumah Sakit baru yang telah memperoleh izin operasional dan beroperasi
sekurang-kurangnya dua tahun wajib mengajukan permohonan Akreditasi.
Oleh karena itu, RSUD Surakarta mulai sedikit demi sedikit mewujudkan
realisasi akreditasi. Selain itu, perubahan lokasi RSUD Surakarta pada`tahun
2012 ke Ngipang menjadi salah satu kendala.
2. Sumber Daya Manusia (SDM) RSUD Surakarta yang minim
SDM RSUD Surakarta yang masih minim menjadi salah satu kendala.
Setiap individu memilki job desk masing-masing sehingga akan
mengutamakan job desk untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
Oleh karena itu, perihal akreditasi akan sedikit terkesampingkan. SDM yang
14
minim juga akan berdampak pada minimnya SDM yang sudah mengikuti
pelatihan akreditasi
3. Waktu yang terbatas untuk persiapan dokumen
Rumah Sakit tentu saja mengutamakan mutu pelayanan terhadap
konsumen. Sehingga, waktu untuk mempersiapkan dokumen terkait keperluan
akreditasi sangat terbatas. Setiap individu fokus terhadap tugasnya di
pelayanan. Maka, dibutuhkan SDM dan waktu yang lebih khusus untuk
mempersiapkan dokumen akreditasi.
4. Kurangnya sosialisasi akreditasi terhadap seluruh civitas hospitalia
Sosialisasi berkenaan dengan akreditasi masih kurang dan belum
menyeluruh. Terutama terhadap pasien yang juga termasuk dalam civitas
hospitalia. Sosialisasi akreditasi harus diberikan secara merata agar masing-
masing individu dapat berperan dalam meningkatkan kualitas pelayanan
sebagai start point untuk mencapai keberhasilan akreditasi.
5. Sulitnya menyamakan persepsi terhadap prioritas pemenuhan standar
Karena akreditasi ini merupakan pengalaman baru bagi RSUD Surakarta,
menyamakan persepsi dalam hal prioritas merupakan hal yang sulit.
Diperlukan rapat dan bimbingan untuk mensinkronisasi kesenjangan persepsi
tersebut.
Untuk membantu mengatasi kendala yang timbul, terdapat beberapa
persiapan yang dapat dilakukan untuk menghadapi akreditasi rumah sakit,
diantaranya:
1. Persiapan organisasi
a. Membentuk tim khusus akreditasi yang akan bertanggung jawab atas
terlaksananya akreditasi rumah sakit dan bertugas bertanggung jawab
terhadap direktur serta membawahi civitas hospitalia.
b. Tim akreditasi terbagi menjadi beberapa koordinator sesuai dengan
pembagian hal-hal terkait persiapan dan pelaksanaan akreditasi
c. Diperlukan tim yang berdedikasi tinggi, yang kreatif dan mampu
15
a. Mempersiapkan instrumen akreditasi, sebaiknya berpedoman pada
edisi terakhir.
b. Mempersiapkan dokumen-dokumen terkait Rumah Sakit tentang
Standar, sesuai Bidang Pelayanan masing-masing.
c. Tim Akreditasi dan Pokja mempelajari, memahami & menguasai
secara rinci Instrumen Akreditasi, Dokumen standar & dokumen penting
lainnya, agar tercapai persepsi yang tersinkronisasi.
3. Penyusunan SOP
a. Bentuk Tim Inti (1- 3 orang) sebagai Penyusun SOP.
b. Penyusunan SOP dilakukan oleh Tim Inti dibantu Staf Pokja/ Unit terkait
c. Gunakan format SOP yang standar.
d. Penomoran SOP sebaiknya sentral.
e. Sebaiknya dibuat daftar SOP secara sentral, dikelola oleh Tim Akreditasi /
Panitia Akreditasi.
e. Cara lain : dilakukan penilaian secara silang, sesuatu Pokja menilai Bidang
Pelayanan Pokja yang lain.
f. Bila Skor & Nilai tidak mencapai target, dapat dimintakan Bimbingan
Akreditasi kepada KARS
6. Persiapan Hari-H Survei
a. Permintaan tanggal survei kepada KARS, hari I survei agar dimulai
sesudah hari Senin.
b. Pada hari H-1 (Senin) dilakukan Gladi Bersih secara teliti
c. Persiapkan ruangan :ruang pertemuan surveyor & pokja, 1
surveyor 1 ruangan, ruang surveyor untuk rapat tim surveyor, ruangan2 /
16
lokasi di unit 2 pelayanan dan siapkan para staf /petugasnya, ruang
pertemuan pleno, + alat audiovisual.
d. Persiapkan usulan Jadwal Survei selama 3 hari / 4 hari, diajukan
kepada Ketua Tim Surveyor pada hari H survey.
e. Persiapan Pokja :Petugas Presentan : 1-2 orang bertugas
menjawab, menerangkan, mempresentasi hal-hal yang diminta Surveyor.
Petugas ini harus menguasai seluruh konteks Bidang Pelayanan yang
bersangkutan.
7. Kegiatan 3-4 hari Survei
a. Setiap hari : segera sesudah survei selesai, lakukan rapat koordinasi,
17
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Akreditasi Rumah Sakit adalah pengakuan terhadap Rumah Sakit yang
diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, setelah dinilai bahwa Rumah Sakit itu
memenuhi Standar Pelayanan Rumah Sakit yang berlaku untuk
meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit secara berkesinambungan.
2. Penilaian akreditasi dapat berasal dari dalam negeri melalui lembaga
KARS maupun dari luar negeri yaitu JCI dimana keduanya mengacu pada
standar: kelompok sasaran yang berfokus pada pasien, kelompok standar
manajemen rumah sakit, kelompok keselamatan pasien dan sasaran
MDGs. Hal ini sesuai dengan tujuan akreditasi, yaitu meningkatkan
keselamatan pasien rumah sakit dan meningkatkan perlindungan bagi pasien,
masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit dan rumah sakit sebagai
institusi.
3. RSUD Kota Surakarta sampai dengan saat ini berada pada tahap pra
akreditasi yaitu persiapan untuk mencapai akreditasi dimana terdapat
beberapa kendala seperti: belum adanya pegalaman akreditasi RSUD Kota
18
Surakarta, SDM yang minim, waktu yang terbatas untuk mempersiapkan
dokumen yang diperlukan, kurangnya sosialisasi akreditasi terhadap
seluruh civitas hospitalia serta, sulitnya menyamakan persepsi terhadap
prioritas pemenuhan standar
B. Saran
1. Perlu dilakukan sosialisasi yang menyeluruh terhadap civitas hospitalia
hingga pasien agar masing-masing individu dapat berperan dalam
mencapai keberhasilan akreditasi yang maksimal.
2. Diperlukan kegiatan studi banding ke rumah sakit yang lebih
berpengalaman dalam hal akreditasi serta mengundang trainer untuk
dilakukan pelatihan dan bimbingan terkait persiapan dan kegiatan
akreditasi.
3. Perlu dilakukan persamaan persepsi terkait hal-hal prioritas dalam
akreditasi agar tidak ada kesenjangan.
4. RSUD Kota Surakarta harus tetap terus mengembangkan diri demi
memberikan pelayanan kesehatan yang optimal, meningkatkan mutu
pelayanancontohnya dengan menambahkan sumber daya manusia (baik
PNS maupun non PNS) atau penambahan sarana-prasarana penunjang baik
medis maupun non-medis.
19
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI (2009). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2009 tentang
Standar pelayanan minimal rumah sakit, http://www.spm.depkes.go.id.
diakses pada tanggal 20 Agustus 2015.
Sutoto, 2012. Instrumen akreditasi rumah sakit standar akreditasi versi 2012.
Jakarta
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44, Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
20