Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN CHF

A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Gagal jantung, sering disebut juga gagal jantung kongestif, adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompa aadarah yang adekuat untuk
memnuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung
kongestif paling sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi
kanan. ( Brunner & Syddarth, 2002 )
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan
fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memnuhi kebutuhan etabolisme jaringan dan / atau kemampuannya hanya ada
kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal. (Arif Mansjoer,
2001)
Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi
jantung yang berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Smeltzer & Bare, 2001).
2. Etiologi
a. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup ateroslerosis koroner,
hipertensi arterial dan penyakit degeneratif atau inflamasi
b. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis
(akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel
jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan
penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung

1
karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung
menyebabkan kontraktilitas menurun.
c. Hipertensi Sistemik atau pulmunal (peningkatan after load) meningkatkan
beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut
otot jantung.
d. Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan
gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
e. Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme
biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung
(stenosis katub semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah
(tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau stenosis AV),
peningkatan mendadak after load
f. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar factor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (missal : demam,
tirotoksikosis). Hipoksia dan anemi juga dapat menurunkan suplai oksigen
ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolic dan abnormalita
elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
Grade gagal jantung menurut New York Heart Association, terbagi dalam 4
kelainan fungsional :
a. Timbul sesak pada aktifitas fisik berat
b. Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang
c. Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan
d. Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan / istirahat
3. Faktor predisposisi
a. Kelebihan Na dalam makanan
b. Kelebihan intake cairan
c. Tidak patuh minum obat
d. Iatrogenic volume overload
e. Aritmia : flutter, aritmia ventrikel

2
f. Obat-obatan: alkohol, antagonis kalsium, beta bloker
g. Sepsis, hiper/hipotiroid, anemia, gagal ginjal, defisiensi vitamin B, emboli
paru.
Setiap penyakit yang mempengaruhi jantung dan sirkulasi darah dapat
menyebabkan gagal jantung. Beberapa penyakit dapat mengenai otot jantung
dan mempengaruhi kemampuannya untuk berkontraksi dan memompa darah.
Penyebab paling sering adalah penyakit arteri koroner, yang menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke otot jantung dan bisa menyebabkan suatu
serangan jantung.
Kerusakan otot jantung bisa disebabkan oleh:
a. Miokarditis (infeksi otot jantung karena bakteri, virus atau mikroorganisme
lainnya).
b. Diabetes
c. Kelenjar tiroid yang terlalu aktif
d. Kegemukan (obesitas).
Penyakit katup jantung bisa menyumbat aliran darah diantara ruang-
ruang jantung atau diantara jantung dan arteri utama. Selain itu, kebocoran
katup jantung bisa menyebabkan darah mengalir balik ke tempat asalnya.
Keadaan ini akan meningkatkan beban kerja otot jantung, yang pada akhirnya
bisa melemahkan kekuatan kontraksi jantung.
Penyakit lainnya secara primer menyerang sistem konduksi listrik
jantung dan menyebabkan denyut jantung yang lambat, cepat atau tidak
teratur, sehingga tidak mampu memompa darah secara efektif.
Jika jantung harus bekerja ekstra keras untuk jangka waktu yang lama,
maka otot-ototnya akan membesar; sama halnya dengan yang terjadi pada otot
lengan setelah beberapa bulan melakukan latihan beban. Pada awalnya,
pembesaran ini memungkinkan jantung untuk berkontraksi lebih kuat; tetapi
akhirnya jantung yang membesar bisa menyebabkan berkurangnya
kemampuan memompa jantung dan terjadilah gagal jantung.
Tekanan darah tinggi (hipertensi) bisa menyebabkan jantung bekerja
lebih berat.Jantung juga bekerja lebih berat jika harus mendorong darah
melalui jalan keluar yang menyempit (biasanya penyempitan katup aorta).

3
Penyebab yang lain adalah kekakuan pada perikardium (lapisan tipis dan
transparan yang menutupi jantung). Kekakuan ini menghalangi
pengembangan jantung yang maksimal sehingga pengisian jantung juga
menjadi tidak maksimal. Penyebab lain yang lebih jarang adalah penyakit
pada bagian tubuh yang lain, yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan
akan oksigen dan zat-zat makanan, sehingga jatung yang normalpun tidak
mampu memenuhi peningkatan kebutuhan tersebut dan terjadilah gagal
jantung. Penyebab gagal jantung bervariasi di seluruh dunia karena penyakit
yang terjadipun tidak sama di setiap negara. Misalnya di negara tropis sejenis
parasit tertentu bisa bersemayam di otot jantung dan menyebabkan gagal
jantung pada usia yang jauh lebih muda.
4. Patofisiologi
Jantung yang normal dapat berespon terhadap peningkatan kebutuhan
metabolisme dengan menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi
untuk mempertahankan kardiak output, yaitu meliputi :
a. Respon system saraf simpatis terhadap barroreseptor atau kemoreseptor
b. Pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuaikan terhadap
peningkatan volume
c. Vaskontriksi arterirenal dan aktivasi system rennin angiotensin
d. Respon terhadap serum sodium dan regulasi ADH dan reabsorbsi terhadap
cairan
Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya volume
darah sirkulasi yang dipompakan untuk melawan peningkatan resistensi
vaskuler oleh pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendek
waktu pengisian ventrikel dari arteri coronaria. Menurunnya COP dan
menyebabkan oksigenasi yang tidak adekuat ke miokardium. Peningkatan
dinding akibat dilatasi menyebabkan peningkatan tuntutan oksigen dan
pembesaran jantung (hipertrophi) terutama pada jantung iskemik atau
kerusakan yang menyebabkan kegagalan mekanisme pemompaan.

4
5. Pathway

Disfungsi miocard beban sistol kebutuhan metabolisme

Kontraktilitas preload beban kerja jantung

Hambatan pengosongan ventrikel

Beban jantung

Gagal jantung kongestif

Gagal pompa ventrikel

Forward failuer back ward failure

Curah jantung ( COP) Tekanan vena pulmo

Suplai drh kejaringan renal flow tekanan kapiler paru

Nutrisi & O2 sel pelepasan RAA edema paru

Metabolisme sel retensi Na & air


Gg. Pertukaran gas

Lemah & letih edema


Gangguan pola nafas

Intoleransi aktifitas kelebihan volume cairan

5
6. Tanda dan Gejala
Tanda dominan :
a. Meningkatnya volume intravaskuler
b. Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat
penurunan curah jantung. Manifestasi kongesti berbeda tergantung pada
kegagalan ventrikel mana yang terjadi.
Gagal Jantung Kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak
mampu memompa darah yang dating dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi
yaitu :
a. Dispnea, Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu
pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnoe. Beberapa pasien dapat mengalami
ortopnoe pada malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea
(PND)
b. Batuk
c. Mudah lelah, Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat
jaringan dan sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan
sisa hasil katabolisme. Juga terjadi
d. karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia
yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk
e. Kegelisahan atau kecemasan, Terjadi karena akibat gangguan oksigenasi
jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung
tidak berfungsi dengan baik
Gagal jantung Kanan :
a. Kongestif jaringan perifer dan visceral
b. Oedema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasanya oedema pitting,
penambahan BB.
c. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena hepar
d. Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam
rongga abdomen
e. Nokturia

6
f. Kelemahan
7. Pemeriksaan penunjang
a. Foto torax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema
atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF
b. EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan
iskemi (jika disebabkan AMI), Ekokardiogram
c. Pemeriksaan Lab meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar
natrium yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya
kelebihan retensi air, K, Na, Cl, Ureum, gula darah
8. Pencegahan
Terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menurukan resiko
terjadinya CHF, berikut ialah cara yang bisa digunakan:
a. Hentikan rokok; rokok merupakan faktor resiko yang bisa menyebabkan
berbagai macam penyakit jantung, menghentikan dan menghindari rokok
akan mengurangi resiko terkena CHF. Perokok pasif juga memiliki resiko
terkena CHF, oleh karena itu sebisa mungkin hindari asap rokok
b. Menjaga berat badan; menjaga berat badan ideal membuat jantung lebih
sehat karena berat badan berlebih membuat jantung bekerja lebih keras.

c. Menjaga pola makan; pola makan sehat akan membuat jantung menjadi
sehat. Sebisa mungkin kurangi makanan yang mengandung kolesterol
yang bisa menyebabkan penyakit jantung koroner. Selain kolesterol,
garam juga sebisa mungkin dikurangi konsumsinya karena bisa
meningkatkan kejadian hipertensi.

d. Olahraga; olahraga teratur akan membantu jantung dalam memompa darah


secara efisien.

e. Menghindari penyakit jantung; karena pada dasarnya seluruh penyakit


jantung mampu berakhir menjadi gagal jantung maka menghindari terkena
penyakit jantung merupakan salah satu cara mencegah terjadinya gagal
jantung.

7
9. Penatalaksanaan
a. Terapi Non Farmakologis
1) Istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung

2) Oksigenasi

3) Dukungan diet : pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol


atau menghilangkan oedema.
b. Terapi Farmakologis :
1) Glikosida jantung Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot
jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Efek yang
dihasillkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena
dan volume darah dan peningkatan diurisi dan mengurangi
oedema.
2) Terapi diuretic, diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air
melalui ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek samping
hiponatremia dan hipokalemia

3) Terapi vasodilator, obat-obat fasoaktif digunakan untuk


mengurangi impadasi tekanan terhadap penyemburan darah oleh
ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan
peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel
kiri dapat diturunkan.
10. Komplikasi
Pada gagal jantung kiri dengan gangguan pemompaan pada ventrikel
kiri dapat mengakibatkan bendungan paru dan selanjutnya dapat
menyebabkan hipertrofi ventrikel kanan akibat dari pada kompensasi jantung
dan selanjutnya menimbulkan dispnea.Pada gagal jantung kanan dapat
terjadinya hepatomegaly, asites, bendungan pada vena perifer dan gangguan
gastrointestinal. Menurut Brunner & Suddarth, potensial komplikasi
mencakup syok kardiogenik, episode tromboemboli, efusi pericardium dan
tamponade pericardium.

8
B. KONSEP ASKEP
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway :
Batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot pernafasan,
oksigen, dll
2) Breathing :
Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal
3) Circulation :
Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung,
anemia, syok dll. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama
jantung, nadi apical, bunyi jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang,
perubahan dalam denyutan nadi juguralis, warna kulit, kebiruan
punggung, kuku pucat atau sianosis, hepar ada pembesaran, bunyi
nafas krakles atau ronchi, oedema
b. Pengkajian Sekunder
1) Aktifitas/istirahat
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea saat
istirahat atau aktifitas, perubahan status mental, tanda vital berubah saat
beraktifitas.
2) Integritas ego : Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung
3) Eliminasi
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada malam
hari, diare / konstipasi
4) Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB signifikan.
Pembengkakan ekstremitas bawah, diit tinggi garam penggunaan diuretic
distensi abdomen, oedema umum, dll
5) Hygiene : Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.
6) Neurosensori
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.

9
7) Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah
8) Interaksi social : penurunan aktifitas yang biasa dilakukan

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


a. Diagnosa keperawatan : Curah Jantung, Menurun
Mungkin dihubungkan dengan :
 Perubahan Kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik
 Perbahan frekuaensi, irama, konduksi listrik
 Perubahan struktural (mis, kelainan katup, aneurisme ventrikular)
b. Diagnosa keperawatan : Intoleran aktivitas
Mungkin dihubungkan dengan :
1) Ketidakseimbangan antara suplai oksigen / kebutuhan
2) Kelebihan Kelemahan umum
3) Tirah baring lama / imobilisasi
c. Diagnosa keperawatan : Kelebihan volume cairan
Mungkin dihubungkan dengan :
Menurunnya laju filtrasi glomerulus ( menurunnya curah jantung)/
meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium / air
d. Diagnosa keperawatan : pertukaran gas, kerusakan, resiko tinggi
Mungkin dihubungkan dengan :
Perubahan membran kapiler – alveolus
e. Diagnosa keperawatan : integritas kulit, kerusakan, resiko tinggi terhadap
Mungkin dihubungkan dengan :
1) Tirah baring lama
2) Edema, penurunan perfusi jaringan
f. Diagnosa keperawatan : kurang pengetahuan (kebutuhan belajar),
menegenai kondisi, program pengobatan
Mungkin dihubungkan dengan :
Kurang pemahaman / kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi
jantung / penyakit / gagal.

10
3. Renacana Asuhan Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan : Curah Jantung, Menurun
Mungkin dihubungkan dengan :
1) Perubahan Kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik
2) Perbahan frekuaensi, irama, konduksi listrik
3) Perubahan struktural (mis, kelainan katup, aneurisme ventrikular)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....X 24 jam
masalah gangguan curah jantung dapat teratasi
Kriteria :
1) Menunjukan tanda vital dalam batas yang dapat diterima
2) Ikut serta dalamaktivitas yang mengurangi beban kerja jantung
TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
 Auskultasi nadi apikal : kaji  Biasanya terjadi takikardi (meskipun
frekuensi, irama jantung pada saat istirahat) untuk
mengkonpensasi penurunan
kontraktilitas ventrikuler
 Catat bunyi jantung  S1 dan S2 mungkin lemah karena
menurunnya kerja pompa. Irama
galop umum (S3 dan S4) dihasilkan
sebagai aliran darah ke dalam
serambi yang distensi.
 Palpasi Nadi perifer  Penurunan curah jantung dapat
menunjukan menurunnya nadi
radial, popliteal, dorsalis pedis dan
postibial.
 Pantau TD  Pada GJK dini, sedang atau kronis
TD dapat meningkat sehubungan
dengan SVR.
 Kaji kulit terhadap pucat dan  Pucat menunjukan menurunnya
sianosis perfusi perifer sekunder terhadap

11
tidak adekuatnya curah jantung

 Tinggikan kaki, hindari tekanan  Menurunkan statis vena dan dapat


pada bawah lutut. Dorong olahraga menurunkan insiden trombus /
aktif/pasif. pembentukan embolus.

Kolaborasi
 Berikan oksigen tambahan dengan  Meningkatkan sediaan oksigen
kanula nasal / masker sesuai untuk kebutuhan miokard untuk
indikasi melawan efek hipoksia / iskemia.

 Berikan obat sesuai indikasi  Banyaknya obat dapat digunakan


untuk meningkatkan volume
sekuncup, memperbaiki
kontraktilitas, dan menurunkan
kongesti.

b. Diagnosa keperawatan : Intoleran aktivitas


Mungkin dihubungkan dengan :
1) Ketidakseimbangan antara suplai oksigen / kebutuhan
2) Kelebihan Kelemahan umum
3) Tirah baring lama / imobilisasi
Tujuan :
Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan
keperawatan.
Kriteria :
Frekuensi jantung 60-100 X/mnt, TD 120/80 mmHg
TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
 Periksa tanda vital sebelum dan  Hipotensi ortostatik dapat terjadi
sesudah aktivitas dengan aktivitas karena efek obat
( vasodilasi), perpindahan cairan
( diuretik ) atau pengaruh fungsi

12
jantung.
 Catat respon kardiopulmonal  Penurunan / ketidakmampuan
terhadap aktivitas, catata takikardi, miokardium untuk meningkatkan
disritmik, dispnea, berkeringat, volume sekuncup selama aktivitas,
pucat dapat menyebabkan peningkatan
segera pada frekuensi jantung.

 Kaji penyebab kelemahan contoh  Kelemahan adalah efek samping


pengobatan, nyeri, obat beberapa obat. Nyeri dan program
penuh stress juga memerlukan
energi dan menyebabkan
kelemahan.
 Evaluasi peningkatan intoleransi  Dapat menunjukan peningkatan
aktivitas dekompensasi jantung daripada
kelebihan aktivitas..

 Berikan bantuan dalam aktivitas  Pemenuhan kebutuhan perawatan


perawatan dirisesuai indikasi diri pasien tanpa mempengaruhi
stress miokard/kebutuhan oksigen
berlebihan.

c. Diagnosa keperawatan : Kelebihan volume cairan


Mungkin dihubungkan dengan :
Menurunnya laju filtrasi glomerulus ( menurunnya curah jantung)/
meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium / air
Tujuan :
Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan tindakan
keperawatan selama di rawat di RS
Kriteria :

13
Mempertahankan keseimbangan cairan seperti dibuktikan oleh tekanan darah
dalam batas normal, tidak ada distensi vena perifer/vena dan oedema
dependen.
TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
 Pantau haluaran urine, catat jumlah  Haluaran urine mungkin sedikit dan
dan warna pekat karena penurunan perfusi
ginjal.
 Pantau / hitung keseimbangan  Terapi diuretik dapat dapat
pemasukan dan pengeluaran disebabkan oleh kehilangan cairan
selama 24 jam tiba-tiba/kelebihan meskipun
edema / asites masih ada.

 Pertahankan duduk atau tirah  Posisi terlentang meningkatkan


baring dengan posisi semifowler filtrasi ginjal dan menurunkan
selama fase akut. produksi ADH sehingga
meningkatkan diuresis.
 Auskultasi bunyi nafas  Kelebihan volume cairan sering
menimbulkan kongesti paru.

 Berikan makanan yang mudah  Penurunan motilitas gaster dapat


dicerna, porsi kecil tapi sering. berefek merugikan pada digestif dan
absorpsi. Makan sedikit dan sering
meningkatkan digesti / mencegah
ketidaknyamanan abdomen.
Kolaborasi
 Pemberian obat sesuai indikasi :  Meningkatkan laju aliran urine dan
diuretik dapat menghambat reabsorpsi
natrium/klorrida pada tubulus ginjal.

d. Diagnosa keperawatan : pertukaran gas, kerusakan, resiko tinggi


Mungkin dihubungkan dengan :

14
 Perubahan membran kapiler – aalveolus
Tujuan : agar pertukaran gas dapat teratasi
Kriteria hasil : - klien tidak sesak
- tidak ada suara ronchi
TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
 Auskultasi bunyi nafas  Menyatakan adanya kongesti paru /
pengumpulan sekret menunjukan
kebutuhan untuk intervensi lanjut..
 Anjurkan pasien batuk efektif,  Membersihkan jalan nafas dan
napas dalam memudahkan aliran oksigen
 Dorong perubahan posisi sering  Membantu mencegah atelektasis
dan pneumonia.
 Pertahankan duduk di kursi / tirah  Menueunkan konsumsi oksigen /
baring dengan kepala tempat tidur kebutuhan dan meningkatkan
tinggi 20-30 derajat, posisi semi inflamasi paru maksimal.
fowler. Sokong bantal dengan
bantal.

Kolaborasi
 Berikan oksigen tambahan sesuai  Meningkatkan konsentrasi oksigen
indikasi alveolar, yang dapat memperbaiki /
menurunkan hipoksemia jaringan.

e. Diagnosa keperawatan : integritas kulit, kerusakan, resiko tinggi terhadap


Mungkin dihubungkan dengan :
1) Tirah baring lama
2) Edema, penurunan perfusi jaringan
Tujuan : integritas kulit teratasi
Kriteria hasil : - tidak ada edema
- tidak terjadi kerusakan pada kulit
TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
Mandiri

15
 Lihat kulit, catat penonjolan tulang,  Kulit beresiko karena gangguan
adanya edema, area sirkulasinya sirkulasi perifer, imobilisasi fisik,
terganggu/pigmentasi, atau dan gangguan status nutrisi.
kegemukan/kururs
 Ubah posisi sering di tempat tidur /  Memperbaiki sirkulasi
kursi  Terlalu kering atau lembab merusak
 Berikan perawatan kulit kulit dan mempercepat kerusakan.

f. Diagnosa keperawatan : kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), menegenai


kondisi, program pengobatan
Mungkin dihubungkan dengan :
Kurang pemahaman / kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung /
penyakit / gagal.
Tujuan : agar pengetahuan bertambah
Kriteria hasil : - klien paham dengan penyakitnya
TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
 Diskusikan fungsi jantung normal.  Pengetahuan proses penyakit dan
Meliputi informasi sehubungan harapan dapat memudahkan
dengan perbedaan pasien dari ketaatan pada program pengobatan
fungsi normal. Jelaskan perbedaan
antara serangan jantung dan GJK. .
 Kuatkan rasional pengobatan  Pasien percaya bahwa pengubahan
program pascapulang dibolehkan
bila merasa baik dan bebas gejala
atau merasa lebih sehat yang dapat
menigkatkan resiko eksaserbasi
gejala. Pemahaman program, obat,
dan pembatasan dapat meningkatkan
kerjasama untuk mengontrol gejala.
 Diskusikan obat, tujuan dan efek  Pemahaman kebutuhan terapeutik
samping. Berikan instruksi verbal dan pentingnya upaya pelaporan

16
dan tertulis efek samping dapat mencegah
terjadinya komplikasi obat.
 Anjurkan makan diet pada pagi hari  Memberikan waktu adekuat untuk
efek obat sebelum waktu tidur untuk
mencegah/membatasi
mengehentikan tidur.
 bHa ulang tanda/gejala yang  Pemantauan sendiri meningkatkan
memerlukan perhatian medik tanggung jawab pasien dalam
cepat, edema, napas pendek, oemeliharaan kesehatan dan alat
peningkatan kelelahan, batuk, mencegah komplikasi, contoh
hemoptisis, demam edema paru, pneumonia.

17
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilyn C.2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta:
EGC
Hudak, Gallo. 1997. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik Edisi IV. Jakarta:
EGC
Price, Sylvia. 1999. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit Edisi
1. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. dan Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal-Bedah Vol. 2 Edisi 8. Jakarta : EGC

18

Anda mungkin juga menyukai