Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG IKAN TERHADAP KADAR

PROTEIN DAN SERAT KASAR PADA PEMBUATAN TEMPE IKAN

Usulan Penelitian untuk Skripsi

Diajukan oleh

Mohamad Yasin

13320052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2016
Usulan Penelitian Skripsi Berjudul

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG IKAN TERHADAP KADAR


PROTEIN DAN SERAT KASAR PADA PEMBUATAN TEMPE IKAN

yang diajukan oleh

MOHAMAD YASIN

13320052
telah disetujui untuk dilaksanakan
Semarang, Juli 2016

Pembimbing I Pembimbing II

Endah Rita Sulistya Dewi,S.Si, M.Si Maria Ulfah,S.Si, M.Pd


NPP 936701099 NPP 108001296
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tempe merupakan makanan yang dihasilkan dari proses fermentasi
kapang golonganRizhopus oligosporus. Pembuatan tempe membutuhkan
bahan baku kedelai.Melalui proses fermentasi, komponen-komponen
nutrisi yang kompleks pada kedelai dicerna oleh kapang dengan reaksi
enzimatis dan dihasilkan senyawa-senyawa yang lebih sederhana (Wisnu,
2007).
Kedelai (Glycine max (L.) Merr) merupakan sumber protein nabati
yang sangat penting dalam kehidupan. Protein yang terdapat pada kedelai
yaitu sebesar 35%, bahkan pada varietas unggul memiliki kadar protein
yang tinggi sekitar 40-43%. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung
singkong, kacang hijau, daging, dan telur ayam. Kedelai mempunyai
kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadarprotein susu
skim kering (Wisnu, 2007). Di Indonesia, sekitar 90% kedelai diolah
sebagai bahan pangan didominasi oleh tempe (sebanyak 50%) dan sisanya
diolah menjadi tahu, oncom, susu kedelai serta kecap (Faostat, 2005 dalam
Ginting dkk, 2009).
Ikan rucah merupakan limbah dari hasil tangkapan ikan laut, yaitu
ikan –ikan hasil tangkapan yang rusak dan tidak layak dikomsumsi
manusia.Para nelayan biasanya membuang ikan rucah begitu saja. Hal ini
dapat menyebabkan pencemaran pada lingkungan. Ikan rucah adalah
ikan-ikan berukuran kecil dan bernilai ekonomis rendah yang diberikan
kepada ikan budidaya dalam kondisi segar atau setelah dibekukan
(Ghufran, 2010). Ikan rucah biasanya disebut dengan ikan sampah
sehingga kurang diminati oleh para konsumen. Ikan rucah pada Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) dibuang oleh nelayan atau dijual dengan harga
yang rendah kerena kualitas ukuran ikan yang kecil dan cepat membusuk
jika dibiarkan akan menjadi limbah. Ikan rucah sering dimanfaatkan
sebagai pakan ternak atau diolah sebagai ikan asin.
Untuk terciptanya sumberdaya perikanan yang berkualitas dan
memiliki peningkatan gizi terutama proteinnya, maka sumberdaya tersebut
dapat diolah menjadi berbagai macam tepung melalui berbagai proses
pengolahan ( Haryati, dkk., 2006), salah satunya yaitu tepung ikan.
Tepung ikan adalah produk padat yang dihasilkan dengan jalan
mengeluarkan sebagian air dan sebagian lemak atau seluruhnya dalamikan
atau sisa ikan (Fauzan, 2006).
Pemanfaatan daging ikan untuk pembuatan tepung ikan ini dapat
meningkatkan konsumsi ikan pada masyarakat dan juga bertujuan untuk
membiasakan rasa ikan sejak usia dini. Negara Indonesia mempunyai
potensi yang besar dalam memproduksi tepung ikan karena mempunyai
banyak sumber ikan murah, produksi ikan pada musim-musim tertentu
berlimpah dan sebagian besar sisa hasil pengolahan ikan belum dapat
memanfaatkan sebagaimana mestinya. Dengan demikian selama ikan
masih bisa dimakan,ikan layak diolah menjadi bahan makanan yang dapat
bermanfaat dalam pembuatan berbagai produk makanan sehingga dapat
menambah kandungan nilai gizi, meningkatkan nilai ekonomisnya dan
juga dapat memperpanjang masa simpannya jika dilakukan penyimpanan
dengan baik. Penambahan tepung ikan pada pembuatan tempe ikan dalam
penelitian ini diharapkan dapat menambah nilai gizi terutama proteinnya
pada tempe ikan yang dihasilkan, serta diharapkan dapat menambah
variasi rasa atau cita rasa pada tempe ikan yang ada.Berdasarkan hal
tersebut diatas peneliti tertarik untuk mengangkatnya dalam bentuk usulan
penelitian skripsi dengan judul “Pengaruh Penambahan Tepung Ikan
terhadap Kadar Protein dan Serat Kasar pada Pembuatan Tempe Ikan”.
B. Permasalahan

Adapun masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :

1. Bagaimana pengaruh penambahan tepung ikan pada pembuatan tempe


ikan terhadap kadar protein?
2. Bagaimana pengaruh penambahan tepung ikan pada pembuatan tempe
ikan terhadap serat kasar?
3. Bagaimana wawasan implementasi hasil penelitian pada pembelajaran
Biologi SMA kelas XII berupa LKS Materi Bioteknologi?

C. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah :
1. Mengetahui pengaruh penambahan tepung ikan pada pembuatan tempe
ikan terhadap kadar protein.
2. Mengetahui pengaruh penambahan tepung ikan pada pembuatan tempe
ikan terhadap serat kasar.
3. Sebagai wawasan implementasi hasil penelitian pada pembelajaran
Biologi SMA kelas XII berupa LKS pada materi Bioteknologi.

D. Manfaat Penelitian
1. Meningkatkan ilmu pengetahuan tentang hubungan antara kandungan
bahan pangan yang berkaitan dengan aspek kesehatan tubuh.
2. Memperkenalkan variasi produk tempe ikan dengan campuran tepung
ikan sebagai salah satu alternatif bahan campuran dalam pembuatan
tempe yang aman dan layak dikonsumsi.
3. Memberikan informasi khususnya kepada mahasiswa calon guru
biologi sebagai acuan dalam memberikan materi pelajaran biologi pada
pokok bahasan bioteknologi kepada siswa dalam ruang lingkup
Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XII semester II berdasarkan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar berikut :
SK : 5. Memahami prinsip–prinsip dasar bioteknologi serta
pada Salingtemas.
KD : 5.2 Menjelaskan dan peran bioteknologi serta implikasi
hasil-hasil bioteknologi pada Salingtemas.
4. Memberikan inspirasi kepada masyarakat dalam memanfaatkan ikan
rucah untuk menghasilkan olahan makanan yang mengandung nilai
gizi tinggi dan disukai masyarakat yaitu tempe ikan.
5. Membuka entrepreneur bagi mahasiswa dan masyarakat dalam
pembuatan tempe ikan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
6. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk
penelitian lanjutan yang relevan dan dijadikan salah satu sumber
referensi yang dapat bermanfaat bagi bidang pengolahan makanan.

E. Definisi Istilah

1. Tepung Ikan

Ikan rucah (minced fish) adalah campuran berbagai jenis ikan dari
laut yang harganya murah, terutama ikan-ikan yang berukuran kecil
(Ghufran, 2010).Dalam penelitian ini, bahan baku tepung ikan adalah ikan
rucah, tepung ikan ini dibuat sendiri oleh peneliti.

2. Protein
Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien tidak
seperti bahan makronutrien lainnya (karbohidrat, lemak).Protein ini
berperan lebih penting dalam pembentukan biomolekul daripada sumber
energi (Sudarmadji, 2007).Dalam penelitian ini, data yang didapat adalah
kandungan protein total pada pembuatan tempe ikan.

3. Serat Kasar
Serat kasar adalah kompenen sisa hasil hidrolisis suatu bahan
pangan dengan asam kuat, selanjutnya dihidrolisis dengan basa kuat
sehingga terjadi kehilangan selulosa sekitar 50% dan hemiselulosa 85%
(Rudiana, 2012).Dalam penelitian ini, data yang diambil adalah kandungan
serat kasar total pada pembuatan tempe ikan.

4. Tempe

Tempe merupakan makanan yang dihasilkan dari proses fermentasi


kapang golongan Rizhopus oligosporus dengan bahan baku kedelai
(Wisnu, 2007).Dalam penelitian ini, tempe divariasikan dengan tepung
ikan untuk menghasilkan tempe ikan.

5. Tempe Ikan

Tempe Ikan adalah makanan yang dihasilkan dari proses


fermentasi kapang golongan Rizhopusdenganmembutuhkan bahan baku
kedelai dan tepung ikan (Wisnu, 2007). Dalam penelitian ini, pembuatan
tempe ikan menggunakan variasi kedelai dengan tepung ikan.
II. TELAAH PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. LANDASAN TEORI
1. Tepung Ikan
Bahan baku tepung ikan adalah jenis ikan rucah (minched fish)
yang tidak bernilai ekonomis, berkadar lemak rendah dan sisa-sisa hasil
pengolahan. Ikan difermentasikan menjadi bekasem untuk meningkatkan
bau khas. Lama penyimpananfermentasi ikan tersebut sekitar <11-12
bulan, bila lebih dapat ditumbuhi cendawan atau bakteri, serta dapat
menurunkan kandungan lisin yang merupakan asam amino esensial yang
paling esensial sampai 8% (Bagas, 2016).

Tabel 1. Kandungan Gizi

Zat Gizi Kandungan


Protein 22,65%
Lemak 15,38%
Abu 26,56%
Serat 1,80%
Air 10,72%
Nilai ubah 1,5 – 3
Sumber :(Bagas, 2016)

Tepung ikan secara umum dianggap sumber protein paling baik,


karena memiliki sederet asam amino esensial.Selain itu, tepung ikan
mengandung lisin dan metionin yang tinggi karena hanya terdapat sedikit
pada sumber protein nabati (Ghufran, 2010).
Ikan rucah merupakan sumber protein hewani yang baik dan
rendah kolesterol sehingga membuat ikan sebagai bahan makanan yang
sehat dan aman untuk dikonsumsi.Ikan mengandung asam lemak tak
jenuh omega-3 dan taurin dalam jumlah yang tinggi.Oleh karena itu,
penanganan dan pengolahan ikan perlu dilakukan melalui intensifikasi
budidaya jenis ikan (Agustini, dkk., 2006).Salah satu jenis ikan yang
memerlukan pengolahan dan penanganan yang baik yaitu ikan rucah.
Ikan rucah adalah ikan-ikan berukuran kecil dan bernilai ekonomis
rendah yang diberikan kepada ikan budidaya dalam kondisi segar atau
setelah dibekukan (Ghufran, 2010). Ikan rucah biasanya disebut dengan
ikan sampah sehingga kurang diminati oleh para konsumen. Ikan rucah
pada Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dibuang oleh nelayan atau dijual
dengan harga yang rendah karena kualitas ukuran ikan yang kecil dan
cepat membusuk jika dibiarkan akan menjadi limbah. Ikan rucah sering
dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau diolah sebagai ikan asin.
Menurut Subagio, dkk.,(2003) kandungan gizi ikan rucah tidak
berbeda dengan ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, rujukannya
yaitu ikan kuniran mempunyai potensi yang baik sebagai bahan baku
produk-produk seperti:tempe ikan dan bakso ikan. Kandungan gizi ikan
rucah cukup lengkap sehingga ikan rucah dapat dimanfaatkan dengan
cara dijadikan produk olahan yang dapat meningkatkan nilai jualnya.
Tepung ikan kaya akan protein hewaniyang kandungannya
tergantung pada keadaan bahan mentah serta cara pembuatannya, yaitu
55% - 57%. Perbedaan kandungan protein dan mineral lebih jelas pada
tepung ikan daripada bahan mentahnya karena bahan mentah terdiri atas
kepala ikan, isi perut dan ikan-ikan kecil dalam proporsi yang berbeda-
beda.
Komposisi kimia tepung ikan ditentukan oleh jenis ikannya, yang
berbeda-beda antara satu tempat dengan tempat lain.Sebagai pedoman,
tepung ikan yang bermutu harus mempunyai komposisi sebagai berikut,
air6 – 10%, lemak 5 – 12%, protein 60 – 75%, dan abu 10 – 20%
(Moeljanto).

Dalam daftar komposisi bahan makanan (Persatuan Ahli Gizi Indonesia,


2005), tepung ikan memiliki komposisi zat gizi per 100g BDD sebagai
berikut:
Tabel 2. Komposisi Zat Gizi Tepung Ikan per 100g BDD

Zat Gizi Jumlah


Kalori/Energi (kkal) 316
Protein (g) 60,1
Lemak (g) 6,5
Karbohidrat (g) 22,4
Kalsium (mg) 3196
Fosfor (mg) 1976
Besi (mg) 16,6
Vitamin A (S.I) 3938,18
Vitamin B1 (mg) 0
Vitamin C (mg) 0
Air (g) 4,3
Sumber :(Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 2005).

2. Protein
Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien tidak
seperti bahan makronutrien lainnya (karbohidrat, lemak).Protein ini
berperan lebih penting dalam pembentukan biomolekul daripada
sumber energi.Namun demikian, apabila organisme sedang
kekurangan energi, maka protein ini dapat juga dipakai sebagai sumber
energi. Keistimewaan lain dari protein adalah strukturnya yang selain
mengandung N, C, H, O, kadang mengandung S, P, danFe
(Sudarmadji, 2007).
Pada proses fermentasi kapang Rhizopus oligosporus mempunyai
peran penting dalam aspek gizi tempe, karena kapang ini lebih banyak
mensintesa enzim protease daripada spesies kapang yang ini
(Purwaningsih, 2008).Dengan adanya aktivitas enzim protease maka
protein dapat terurai menjadi komponen penyusunnya berupa asam
amino-asam amino sehingga lebih mudah diserap oleh tubuh.
Ikan rucah merupakan limbah dari hasil tangkapan ikan laut, yaitu
ikan –ikan hasil tangkapan yang rusak dan tidak layak dikomsumsi
manusia.Para nelayan biasanya membuang ikan rucah begitu saja.Hal
ini dapat menyebabkan pencemaran pada lingkungan, salah satu cara
pemanfaatan limbah ikan rucah sebagai pengganti tepung impor yang
mahal sebagai sumber protein hewani, dapat diberikan solusi dengan
memanfaatkan ikan rucah yang diolah terlebih dahulu, persentase
protein tepung ikan rucah berkisar antara 40-65%(Hasil uji proksimat
yang telah dilakukan didapat kandungan protein tepung ikan rucah
sebanyak 44% (Yolanda,dkk.,2013).

3. Serat Kasar
Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis
oleh asam atau basa kuat, bahan-bahan kimia yang digunakan untuk
menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan
NatriumHidroksida (NaOH 3,25%). Seratkasar adalah serat tumbuhan
yang tidak larut dalam air.Serat adalah zat non gizi yang berperan
mengikat air, Selulosa dan pectin.Istilah dari serat makanan(dietary fiber)
harus dibedakan dengan istilah serat kasar (crude fiber) yang biasa
digunakan dalam analisa proksimat bahan pangan. Kandungan serat kasar
dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu proses pengolahan, misalnya
proses pengilingan atau proses pemisahan antara kulit dan kotiledon,
dengan demikian persentase serat dapat dipakai untuk menentukan
kemurnian bahan atau efisiensi suatu proses.
Menurut Tensiska (2008), beberapa jenis serat makanan dapat
diuraikan oleh bakteri melalui saluran pencernaan manusia menghasilkan
gas metana dan CO2. Serat kasar adalah kompenen sisa hasil hidrolisis
suatu bahan pangan dengan asam kuat, selanjutnya dihidrolisis dengan
basa kuat sehingga terjadi kehilangan selulosa sekitar 50% dan
hemiselulosa 85%.Sedangkan serat makanan masih mengandung
komponen yang hilang tersebut sehingga nilai serat makanan lebih tinggi
daripada serat kasar. Suatu bahan pangan bagian dari bahan pangan yang
tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang digunakan untuk
menentukan kadar serat yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan natrium
hidroksida (NaOH 3,25%) (Rudiana, 2012).
4. Tempe
Tempe adalah produk olahan kedelai hasil fermentasi jamur
Rhizopus sp. (Rusmin dan Ko, 1974).Tempe mengandung berbagai nutrisi
yang diperlukan oleh tubuh seperti protein, lemak, karbohidrat, dan
mineral. Kandungan protein yang terdapat dalam tempe lebih tinggi
dibandingkan dengan produk olahan kedelai yang lain. Hermana (1985)
dalam Ginting (2010) menyebutkan bahwa kandungan protein pada tempe
adalah sebesar 18,3 %, sedangkan kandungan tauco 10,4 %, tahu 7,9 %,
kecap 5,5%, dan susu kedelai 2,8 %. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa zat gizi tempe seperti proteindan karbohidrat, lebih mudah dicerna,
diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh. Hal ini dikarenakan jamur Rizhopus
sp. yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks
menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia (Kasmidjo,
1990).

5. Wawasan Implementasi Hasil Penelitian pada Pembelajaran Biologi


berupa LKS Berbasis Entrepreneurship

Pendidikan biologi dalam lingkup Sekolah Menengah Atas (SMA)


diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari
pentingnya bioteknologi bagi masyarakat.
Saat ini telah dikembangkan berbagai macam makanan layak
konsumsi untuk kebutuhan masyarakat demi tercapainya kehidupan yang
sehat.
Siswa diharapkan mampu menciptakan sebuah produk makanan
dari hasil penelitian Pengaruh Penambahan Tepung Ikan Terhadap Kadar
Protein dan Serat Kasar pada Pembuatan Tempe Ikan pada pembelajaran
Biologi SMA kelas XII melalui LKS Materi Bioteknologi.

SK : 5. Memahami prinsip–prinsip dasar bioteknologi serta pada


Salingtemas.
KD : 5.2 Menjelaskan dan peran bioteknologi serta implikasi hasil-
hasil bioteknologi pada Salingtemas.

B. KERANGKA BERPIKIR
Untuk memenuhi kehidupan gizi yang ekonomis perlu dilakukan
diverifikasi bahan pangan yang kaya gizi, yang sering dibuang dan tidak
dimanfaatkan dapat diubah menjadi produk yang dapat dijadikan produk
yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.Salah satunya yaitu Ikan Rucah,
ikan jenis ini sering dibuang karena harganya tidak ekonomis dan
bentuknya yang kecil sehingga nilai gizi yang masih dikandungnya tidak
dimanfaatkan.Maka dari itu, ikan rucah tersebut bisa diolah menjadi
tepung ikan dan bisa dimanfaatkan menjadi suatu produk. Misalnya
produk pangan berupa tempe ikan.
Tepung ikan bila ditinjau dari komposisi kimianya, cukup
berpotensi sebagai sumber gizi, yaitu mengandung protein 22,65%,
sedangkan kandungan seratnya 1,80%. Komponen lain pada tepung ikan
adalah lemak, abu, air, vitamin, karbohidrat. Melihat manfaat ini maka
perlu ditingkatkan produk makanan sebagai komponen
utama,variasipenambahan berbagai konsentrasi tepung ikan dimaksudkan
untuk mengetahui signifikan kadar protein dan serat kasar serta perlakuan
yang paling optimum untuk menghasilkan tempe ikan yang baik.
Permasalahan Nilai ekonomis ikan rucah
rendah

Penyelesaian Alternatif Pengolahan Ikan


Masalah Rucah

Modifikasi Pembuatan Tepung


Ikan Rucah sebagai Alternatif
Campuran Pembuatan Tempe
Ikan

- Meningkatkan
kandungan Protein dan
Hasil yang Serat Kasar pada
diharapkan Tempe Ikan
- Meningkatkan Nilai
Ekonomis Ikan Rucah

LKS Biologi berbasis


Wawasan Implementasi
Bioentrepreneurship pada materi
Hasil Penelitian dalam
Bioteknologi Kelas XII
Pembelajaran Biologi

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian


C. HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pemberian Tepung Ikan dapat meningkatkankadar protein dan serat kasar
pada pembuatan tempe ikan.
Hipotesis Statistika
H0 : Tidak ada pengaruh penambahan tepung ikan pada pembuatan
tempe ikan terhadap kadar protein dan serat kasar.
H1 : Ada pengaruh penambahan tepung ikan pada pembuatan tempe
ikan terhadap kadar protein dan serat kasar.

Jika F hitung > F tabel maka H1 diterima


 Perlakuan berpengaruh nyata atau signifikan jika H1 diterima pada
taraf uji 5%.
 Perlakuan berpengaruh sangat nyata atau signifikan jika H1
diterima pada taraf uji 1%.
 Perlakuan berpengaruh tidak nyata atau tidak signifikan jika H0
diterima pada taraf uji 5%.
III. METODE PENELITIAN

A. Subjek, Lokasi dan Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Biologi Universitas


PGRI Semarang pada bulan September 2016 – Desember 2016.Adapun yang
menjadi subjek penelitian adalah modifikasi tempe dengan campuran tepung
ikan rucah. Alasan peneliti memilih tepung ikan rucah, karena ikan rucah itu
sendiri nilai ekonomisnya rendah.Dan peneliti berupaya untuk meningkatkan
nilai ekonomis ikan rucah tersebut.

B. Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Kedelai 1 kg
2. Ragi 2 gr
3. Tepung Ikan 30 gr
4. Air 4 liter

C. Alat yang digunakan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Panci 1 Buah
2. Ember 1 Buah
3. Daun Pisang/Plastik 4 Buah
4. Pengaduk kayu 1 Buah
5. Kain 1 Buah
6. Kompor Gas 1 Buah
7. Tampah besar 1 Buah
8. Keranjang 1 Buah
9. Timbangan 1 Buah
D. Variabel yang Digunakan
Variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas
Pemberian tepung ikan pada tempe ikan.
2. Variabel Terikat
Kadar protein dan serat kasar pada tempe ikan.
3. Variabel Kontrol
Dalam penelitian variabel kontrol adalah proses fermentasi (36-48
jam) .

E. Desain Eksperimen

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian Eksperimental


menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk mengetahui kadar
protein dan serat kasar dengan beberapa perlakuan dan pengulangan.
Perlakuan diatur dengan pengacakan secara lengkap sehingga setiap satuan
percobaan memiliki peluang yang sama untuk mendapatkan setiap
perlakuan. Untuk RAL setiap perbedaan diantara satuan percobaan yang
mendapat perlakuan yang sama dinyatakan sebagai galat percobaan
(Gomez K.A dan Gomez A.A, 1995).

Dalam eksperimen ini dilakukan 4 kali perlakuan berbeda dan 3


kali pengulangan sehingga ada 12 unit eksperimen dan ditempatkan secara
acak. Perlakuan yang diberikan sebagai berikut:

Tabel 1. Komposisi pembuatan tempe ikan.

Perlakuan Tepung ikan (gr) Kedelai (gr) Ragi (gr)


P0 0 250 0,5
P1 5 250 0,5
P2 10 250 0,5
P3 15 250 0,5
Masing-masing unit perlakuan dan ulangan akan dilakukan
pengacakan dengan menggunakan tabel acak. Pengacakan dilakukan pada
seluruh unit dengan 4 perlakuan yaitu :

Tabel 2. Perlakuan dan Ulangan


P2U3 P1U1 P0U3
P0U1 P2U1 P3U1
P3U2 P0U2 P1U3
P1U2 P3U3 P2U2
Keterangan :
P : Perlakuan
U : Ulangan
Angka depan : Perlakuan Ke-
Angka belakang : Ulangan Ke-

F. Prosedur / Cara Kerja


Berikut cara kerja membuat tempe ikan yaitu sebagai berikut :
1. Memilih biji kedelai yang bermutu baik, kemudian cuci dengan
air bersih.
2. Merebus kedelai selama + 30 menit, kemudian direndam dalam
air perebus, lalu dibiarkan perendaman ini selama satu malam.
3. Membersihkan kulit luar (kulit ari) biji kedelai.
4. Merebus kembali biji kedelai tanpa kulit ari selama 90menit.
5. Mengangkat rebusan kedelai untuk ditiriskan pada tampah
yang telah diberi alas daun pisang.
6. Mengaduk-aduk biji kedelai sambil diratakan.
7. Menaburkan ragi tempe pada biji kedelai yang sudah dingin
dengan diaduk.
8. Menaburkan tepung ikan. Agar ragi tempe merata dengan biji
kedelai.
9. Membungkus kedelai yang telah tercampur dengan ragi tempe
dan tepung ikan dengan daun pisang/plastik.
10. Menyimpan bakal tempe tersebut untuk fermentasi selama 36-
48 jam dan hasil fermentasi tersebut menjadi tempe ikan.

G. Teknik Pengumpulan Data


Data yang diambil setelah 36-48 jam fermentasi.Dari penelitian
tersebut maka diperoleh data yang dapat dimasukkan kedalam tabel
pengamatan. Yang diamati adalah kadar protein dan serat kasar. Yang
ditunjukkan pada tabel.

Tabel 3. Pengamatan kadar Protein.

Total
Ulangan (U) Jumlah Rata- rata
Perlakuan
Perlakuan perlakuan
1 2 3 (T)
P0
P1
P2
P3
Jumlah Umum
Rataan Umum

Tabel 4. Pengamatan serat kasar

Jumlah
Ulangan (U) Rata-rata
Perlakuan Perlakuan
perlakuan
1 2 3 (T)
P0
P1
P2
P3
Jumlah Umum

Rataan Umum
H. Analisis dan Interpretasi Data
Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan Analisis Sidik Ragam
(ANSIRA) untuk dapat percobaan Rancangan Acak Lengkap(RAL)
dengan banyaknya ulangan yang sama untuk memudahkan pengujian,
maka data dapat dianalisis secara kuantitatif dengan rumus seperti berikut :

1. Analisis Varians (Anava)


Anava ini atau analisis sidik ragam merupakan suatu uji yang
dilakukan menurut distribusi F, sehingga anava ini disebut juga
sebagai uji F. Anava atau ansira ini dimaksudkan untuk menguji
hipotesis tentang pengaruh faktor perlakuan terhadap keragaman data
hasil percobaan. Untuk data percobaan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) akan dijelaskan sebagai berikut:

Tabel5.Daftar ansira dari RAL (Rancangan Acak Lengkap)

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel


F Hitung
Keragaman Bebas kuadrat Tengah 5% 1%
Perlakuan t-1 JKP JKP/t-1 KTP/KTG* F(V1.V2)
Galat t(r-1) JKG JKG/t(r-1)
Umum (r)(t)-1 JKU
Sumber: (Gomez K.A dan Gomez A.A, 1995)

Keterangan :

*
: nyata (F hitung > F 5%)
**
: sangat nyata (F hitung > F 1%)
r : ulangan
t : banyaknya perlakuan
F hitung : frekuensi hitung
JKP : jumlah kuadrat perlakuan
JKG : jumlah kuadrat galat
JKU : jumlah perlakuan umum
Untuk menghitung :

a. Faktor Koreksi (FK)


G2 dimana G2
n
X1 = Pengukuran petak ke-i

n = (t) x (t)

b. Jumlah Kuadran (JK)


𝑛
JK Umum =∑
𝑖=1
X 21 − FK
∑n 2
i−1 𝑇 1
JK Perlakuan = FK
r

JK Galat = JK Umum – JK Perlakuan


Dimana : Xi : Pengukuran
n : Banyaknya peta percobaan
Ti : Jumlah perlakuan
G = ∑x

c. Kuadrat Tengah (KT)

𝐽𝐾 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
KT Perlakuan =
𝑡−1

𝐽𝐾 𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡
KT Galat =
𝑡 (𝑟−1)

d. Untuk menghitung F (beda uji nyata perbedaan perlakuan)


Nilai F diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
𝐾𝑇 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
F=
𝐾𝑇 𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡
Hasil uji F ini menunjukkan derajat pengaruh atau signifikan
perlakuan yaitu variasi dosis pemberian tepung ikan terhadap data hasil
percobaan kadar protein dan serat kasar yang terkandung dalam tempe
ikan sebagai berikut :
1. Perlakuan berpengaruh nyata atau signifikan jika H1 (hipotesis
penelitian) diterima pada taraf uji 5%.
2. Perlakuan berpengaruh sangat nyata atau signifikan jika H1 diterima
pada taraf uji 1%, dan
3. Perlakuan berpengaruh tidak nyata atau tidak signifikan jika H0
diterima pada taraf uji 5%.

Jika hasil uji F tersebut dinyatakan signifikan, maka perlu


dilakukan pengujian selanjutnya yaitu Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD).
Prosedur uji Beda Jarak Ganda Duncan(BJGD) ini adalah :(Gomez K.A
dan Gomez A.A, 1995).
Langkah 1.Mengurutkan seluruh rataan perlakuan dengan urutan
menurun.Diperingkatkan dari hasil tertinggi ke perlakuan hasil terendah.

Langkah 2.Menghitung nilai

2s2
𝑆𝜕 = √
r

Langkah 3. Menghitung (t-1) nilai beda nyata terpendek

(𝑟𝑝 )(𝑆𝑑− )
𝑅𝑝 = untukP= 2,3…….t
√2

Keterangan :

t = banyaknya perlakuan

𝑆𝑑− = galat baku perbedaan rataan

𝑟𝑝 = nilai tabel dari lampiran F


𝑃 =jarak dalam peringkat antara pasangan rataan perlakuan yang
diperbandingkan (𝑃 = 2 untuk dua rataan dengan peringkat berikutnya dan
𝑃 = 𝑡 untuk rataan tertinggi dan terendah)
(Sumber : Gomez A.A dan Gomez A.A, 1995)
JADWAL PENELITIAN

Tabel 6. Jadwal Penelitian

Bulan
Kegiatan Oktober November Desember
No.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I Persiapan
1. Menyiapkan alat dan bahan
II Pelaksanaan
1. Proses pembuatan tepung ikan
2. Proses pembuatan tempe ikan
III Penyusunan laporan penelitian
1. Analisa data skripsi
2. Pembuatan skripsi
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, T.W., Fahmi, A.K. dan Amalia, U.2006.Diversifikasi Produk


Perikanan.Semarang.Universitas
Diponegoro.http://eprints.undip.ac.id/27404/1/161-ba-fpik-
2006.pdf.Diakses pada tanggal 2 Juni 2016.
Dharmawan Bagas.2016.Usaha Pembuatan Pakan Ikan Konsumsi.Yogyakarta :
Pustaka Baru Press.
Fauzan Latief.2006.Karaktristik Sifat Fisik Tepung Ikan serta Tepung Daging dan
Tulang.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/32665/D0
6fla.pdf?sequence=1.Diakses pada 2 Juni 2016.
Ghufran H. M.2010.Budi Daya Ikan Lele di Kolam Terpal.Yogyakarta : Lily
Publisher.
Ginting, E. 2010.Petunjuk Teknik Produk Olahan Kedelai (Materi Pelatihan
Agribisnis bagi KMPH). Balai Penelitian Kacang Kacangan dan Umbi
Umbian Malang.
Ginting, Erliana, Sri Satya Antarlina, Sri Widowati.2009.Varietas unggul Kedelai
untuk Bahan Baku Indrustri
Pangan.http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3283091.pdf.
Diakses pada tanggal 2 juni 2016.
Gomez. K.A dan Gomez A.A. 1995.ProsedurStatistik untuk Penelitian
Pertanian.Jakarta : UI Press.
Haryati, S., L. Sya’rani dan T.W. Agustini.2006.Kajian Substitusi Tepung Ikan
Kembung, Rebon, Rajungan dalam Berbagai Konsentrasi terhadap Mutu
Fisika-Kimiawi dan Organoleptik pada Mie Instan.Jurnal Pasir Laut.
Kasmidjo, R.B. 1990. Tempe :Mikrobiologi dan Kimia Pengolahan serta
Pemanfaatannya. Yogyakarta : PAU Pangan dan Gizi UGM
Moeljanto.1992.Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan.Jakarta :Penebar
Swadaya.
Persatuan Ahli Gizi Indonesia.2005.Daftar Komposisi Bahan Makanan.Jakarta.
Purwaningsih, N.E.2008.Pengaruh Komposisi Bahan Baku dan Bahan
Pembungkus terhadap Mutu Tempe Kacang.Jurnal : Vol 31. No.1.
Rudiana. 2012. Analisa Serat Kasar. Tidak diterbitkan.Universitas Djuanda
Bogor.
Rusmin, Simon and Sawn Djien Ko. 1974. Rice-Grown Rhizopus oligosporus
Inoculum for Tempeh Fermentation. Applied Microbiolgy Vol. 28, No. 3,
September 1974.
Subagio, A., Windrati, W.S., Fauzi, M. dan Witono, Y.2003.Fraksi Protein dari
Ikan Kuniran (Upenes sp) dan Mata Besar (Selar
crumenophthalmus).Prosiding Hasil-Hasil Penelitian Seminar Nasional
dan Pertemuan PATPI.Yogyakarta, 22-23 Juli 2003.
Sudarmadji, S.2007.Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan
Pertanian.Yogyakata : Liberty.
Tensiska. 2008. Serat Makanan. Jurusan Teknik Industri Pangan Fakultas
Teknologi Industri Pertanian Universitas Pandjajaran. Karya tidak
diterbitkan. Bandung.
Winarno, F.G. 2004.Kimia Pangan dan Gizi.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Wisnu Cahyadi.2007.Kedelai Khasiat dan Teknologi.Jakarta : Bumi Aksara.
Yolanda S., Santoso L., dan Harpeni L.2013. Pengaruh Substitusi Tepung Ikan
Rucah terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Gesit.E-Jurnal Rekayasa dan
Tekknologi Budidaya Perikanan.Diakses pada tanggal 2 Juni 2016.

Anda mungkin juga menyukai