Diajukan oleh
Mohamad Yasin
13320052
MOHAMAD YASIN
13320052
telah disetujui untuk dilaksanakan
Semarang, Juli 2016
Pembimbing I Pembimbing II
A. Latar Belakang
Tempe merupakan makanan yang dihasilkan dari proses fermentasi
kapang golonganRizhopus oligosporus. Pembuatan tempe membutuhkan
bahan baku kedelai.Melalui proses fermentasi, komponen-komponen
nutrisi yang kompleks pada kedelai dicerna oleh kapang dengan reaksi
enzimatis dan dihasilkan senyawa-senyawa yang lebih sederhana (Wisnu,
2007).
Kedelai (Glycine max (L.) Merr) merupakan sumber protein nabati
yang sangat penting dalam kehidupan. Protein yang terdapat pada kedelai
yaitu sebesar 35%, bahkan pada varietas unggul memiliki kadar protein
yang tinggi sekitar 40-43%. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung
singkong, kacang hijau, daging, dan telur ayam. Kedelai mempunyai
kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadarprotein susu
skim kering (Wisnu, 2007). Di Indonesia, sekitar 90% kedelai diolah
sebagai bahan pangan didominasi oleh tempe (sebanyak 50%) dan sisanya
diolah menjadi tahu, oncom, susu kedelai serta kecap (Faostat, 2005 dalam
Ginting dkk, 2009).
Ikan rucah merupakan limbah dari hasil tangkapan ikan laut, yaitu
ikan –ikan hasil tangkapan yang rusak dan tidak layak dikomsumsi
manusia.Para nelayan biasanya membuang ikan rucah begitu saja. Hal ini
dapat menyebabkan pencemaran pada lingkungan. Ikan rucah adalah
ikan-ikan berukuran kecil dan bernilai ekonomis rendah yang diberikan
kepada ikan budidaya dalam kondisi segar atau setelah dibekukan
(Ghufran, 2010). Ikan rucah biasanya disebut dengan ikan sampah
sehingga kurang diminati oleh para konsumen. Ikan rucah pada Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) dibuang oleh nelayan atau dijual dengan harga
yang rendah kerena kualitas ukuran ikan yang kecil dan cepat membusuk
jika dibiarkan akan menjadi limbah. Ikan rucah sering dimanfaatkan
sebagai pakan ternak atau diolah sebagai ikan asin.
Untuk terciptanya sumberdaya perikanan yang berkualitas dan
memiliki peningkatan gizi terutama proteinnya, maka sumberdaya tersebut
dapat diolah menjadi berbagai macam tepung melalui berbagai proses
pengolahan ( Haryati, dkk., 2006), salah satunya yaitu tepung ikan.
Tepung ikan adalah produk padat yang dihasilkan dengan jalan
mengeluarkan sebagian air dan sebagian lemak atau seluruhnya dalamikan
atau sisa ikan (Fauzan, 2006).
Pemanfaatan daging ikan untuk pembuatan tepung ikan ini dapat
meningkatkan konsumsi ikan pada masyarakat dan juga bertujuan untuk
membiasakan rasa ikan sejak usia dini. Negara Indonesia mempunyai
potensi yang besar dalam memproduksi tepung ikan karena mempunyai
banyak sumber ikan murah, produksi ikan pada musim-musim tertentu
berlimpah dan sebagian besar sisa hasil pengolahan ikan belum dapat
memanfaatkan sebagaimana mestinya. Dengan demikian selama ikan
masih bisa dimakan,ikan layak diolah menjadi bahan makanan yang dapat
bermanfaat dalam pembuatan berbagai produk makanan sehingga dapat
menambah kandungan nilai gizi, meningkatkan nilai ekonomisnya dan
juga dapat memperpanjang masa simpannya jika dilakukan penyimpanan
dengan baik. Penambahan tepung ikan pada pembuatan tempe ikan dalam
penelitian ini diharapkan dapat menambah nilai gizi terutama proteinnya
pada tempe ikan yang dihasilkan, serta diharapkan dapat menambah
variasi rasa atau cita rasa pada tempe ikan yang ada.Berdasarkan hal
tersebut diatas peneliti tertarik untuk mengangkatnya dalam bentuk usulan
penelitian skripsi dengan judul “Pengaruh Penambahan Tepung Ikan
terhadap Kadar Protein dan Serat Kasar pada Pembuatan Tempe Ikan”.
B. Permasalahan
Adapun masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
C. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah :
1. Mengetahui pengaruh penambahan tepung ikan pada pembuatan tempe
ikan terhadap kadar protein.
2. Mengetahui pengaruh penambahan tepung ikan pada pembuatan tempe
ikan terhadap serat kasar.
3. Sebagai wawasan implementasi hasil penelitian pada pembelajaran
Biologi SMA kelas XII berupa LKS pada materi Bioteknologi.
D. Manfaat Penelitian
1. Meningkatkan ilmu pengetahuan tentang hubungan antara kandungan
bahan pangan yang berkaitan dengan aspek kesehatan tubuh.
2. Memperkenalkan variasi produk tempe ikan dengan campuran tepung
ikan sebagai salah satu alternatif bahan campuran dalam pembuatan
tempe yang aman dan layak dikonsumsi.
3. Memberikan informasi khususnya kepada mahasiswa calon guru
biologi sebagai acuan dalam memberikan materi pelajaran biologi pada
pokok bahasan bioteknologi kepada siswa dalam ruang lingkup
Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XII semester II berdasarkan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar berikut :
SK : 5. Memahami prinsip–prinsip dasar bioteknologi serta
pada Salingtemas.
KD : 5.2 Menjelaskan dan peran bioteknologi serta implikasi
hasil-hasil bioteknologi pada Salingtemas.
4. Memberikan inspirasi kepada masyarakat dalam memanfaatkan ikan
rucah untuk menghasilkan olahan makanan yang mengandung nilai
gizi tinggi dan disukai masyarakat yaitu tempe ikan.
5. Membuka entrepreneur bagi mahasiswa dan masyarakat dalam
pembuatan tempe ikan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
6. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk
penelitian lanjutan yang relevan dan dijadikan salah satu sumber
referensi yang dapat bermanfaat bagi bidang pengolahan makanan.
E. Definisi Istilah
1. Tepung Ikan
Ikan rucah (minced fish) adalah campuran berbagai jenis ikan dari
laut yang harganya murah, terutama ikan-ikan yang berukuran kecil
(Ghufran, 2010).Dalam penelitian ini, bahan baku tepung ikan adalah ikan
rucah, tepung ikan ini dibuat sendiri oleh peneliti.
2. Protein
Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien tidak
seperti bahan makronutrien lainnya (karbohidrat, lemak).Protein ini
berperan lebih penting dalam pembentukan biomolekul daripada sumber
energi (Sudarmadji, 2007).Dalam penelitian ini, data yang didapat adalah
kandungan protein total pada pembuatan tempe ikan.
3. Serat Kasar
Serat kasar adalah kompenen sisa hasil hidrolisis suatu bahan
pangan dengan asam kuat, selanjutnya dihidrolisis dengan basa kuat
sehingga terjadi kehilangan selulosa sekitar 50% dan hemiselulosa 85%
(Rudiana, 2012).Dalam penelitian ini, data yang diambil adalah kandungan
serat kasar total pada pembuatan tempe ikan.
4. Tempe
5. Tempe Ikan
A. LANDASAN TEORI
1. Tepung Ikan
Bahan baku tepung ikan adalah jenis ikan rucah (minched fish)
yang tidak bernilai ekonomis, berkadar lemak rendah dan sisa-sisa hasil
pengolahan. Ikan difermentasikan menjadi bekasem untuk meningkatkan
bau khas. Lama penyimpananfermentasi ikan tersebut sekitar <11-12
bulan, bila lebih dapat ditumbuhi cendawan atau bakteri, serta dapat
menurunkan kandungan lisin yang merupakan asam amino esensial yang
paling esensial sampai 8% (Bagas, 2016).
2. Protein
Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien tidak
seperti bahan makronutrien lainnya (karbohidrat, lemak).Protein ini
berperan lebih penting dalam pembentukan biomolekul daripada
sumber energi.Namun demikian, apabila organisme sedang
kekurangan energi, maka protein ini dapat juga dipakai sebagai sumber
energi. Keistimewaan lain dari protein adalah strukturnya yang selain
mengandung N, C, H, O, kadang mengandung S, P, danFe
(Sudarmadji, 2007).
Pada proses fermentasi kapang Rhizopus oligosporus mempunyai
peran penting dalam aspek gizi tempe, karena kapang ini lebih banyak
mensintesa enzim protease daripada spesies kapang yang ini
(Purwaningsih, 2008).Dengan adanya aktivitas enzim protease maka
protein dapat terurai menjadi komponen penyusunnya berupa asam
amino-asam amino sehingga lebih mudah diserap oleh tubuh.
Ikan rucah merupakan limbah dari hasil tangkapan ikan laut, yaitu
ikan –ikan hasil tangkapan yang rusak dan tidak layak dikomsumsi
manusia.Para nelayan biasanya membuang ikan rucah begitu saja.Hal
ini dapat menyebabkan pencemaran pada lingkungan, salah satu cara
pemanfaatan limbah ikan rucah sebagai pengganti tepung impor yang
mahal sebagai sumber protein hewani, dapat diberikan solusi dengan
memanfaatkan ikan rucah yang diolah terlebih dahulu, persentase
protein tepung ikan rucah berkisar antara 40-65%(Hasil uji proksimat
yang telah dilakukan didapat kandungan protein tepung ikan rucah
sebanyak 44% (Yolanda,dkk.,2013).
3. Serat Kasar
Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis
oleh asam atau basa kuat, bahan-bahan kimia yang digunakan untuk
menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan
NatriumHidroksida (NaOH 3,25%). Seratkasar adalah serat tumbuhan
yang tidak larut dalam air.Serat adalah zat non gizi yang berperan
mengikat air, Selulosa dan pectin.Istilah dari serat makanan(dietary fiber)
harus dibedakan dengan istilah serat kasar (crude fiber) yang biasa
digunakan dalam analisa proksimat bahan pangan. Kandungan serat kasar
dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu proses pengolahan, misalnya
proses pengilingan atau proses pemisahan antara kulit dan kotiledon,
dengan demikian persentase serat dapat dipakai untuk menentukan
kemurnian bahan atau efisiensi suatu proses.
Menurut Tensiska (2008), beberapa jenis serat makanan dapat
diuraikan oleh bakteri melalui saluran pencernaan manusia menghasilkan
gas metana dan CO2. Serat kasar adalah kompenen sisa hasil hidrolisis
suatu bahan pangan dengan asam kuat, selanjutnya dihidrolisis dengan
basa kuat sehingga terjadi kehilangan selulosa sekitar 50% dan
hemiselulosa 85%.Sedangkan serat makanan masih mengandung
komponen yang hilang tersebut sehingga nilai serat makanan lebih tinggi
daripada serat kasar. Suatu bahan pangan bagian dari bahan pangan yang
tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang digunakan untuk
menentukan kadar serat yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan natrium
hidroksida (NaOH 3,25%) (Rudiana, 2012).
4. Tempe
Tempe adalah produk olahan kedelai hasil fermentasi jamur
Rhizopus sp. (Rusmin dan Ko, 1974).Tempe mengandung berbagai nutrisi
yang diperlukan oleh tubuh seperti protein, lemak, karbohidrat, dan
mineral. Kandungan protein yang terdapat dalam tempe lebih tinggi
dibandingkan dengan produk olahan kedelai yang lain. Hermana (1985)
dalam Ginting (2010) menyebutkan bahwa kandungan protein pada tempe
adalah sebesar 18,3 %, sedangkan kandungan tauco 10,4 %, tahu 7,9 %,
kecap 5,5%, dan susu kedelai 2,8 %. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa zat gizi tempe seperti proteindan karbohidrat, lebih mudah dicerna,
diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh. Hal ini dikarenakan jamur Rizhopus
sp. yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks
menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia (Kasmidjo,
1990).
B. KERANGKA BERPIKIR
Untuk memenuhi kehidupan gizi yang ekonomis perlu dilakukan
diverifikasi bahan pangan yang kaya gizi, yang sering dibuang dan tidak
dimanfaatkan dapat diubah menjadi produk yang dapat dijadikan produk
yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.Salah satunya yaitu Ikan Rucah,
ikan jenis ini sering dibuang karena harganya tidak ekonomis dan
bentuknya yang kecil sehingga nilai gizi yang masih dikandungnya tidak
dimanfaatkan.Maka dari itu, ikan rucah tersebut bisa diolah menjadi
tepung ikan dan bisa dimanfaatkan menjadi suatu produk. Misalnya
produk pangan berupa tempe ikan.
Tepung ikan bila ditinjau dari komposisi kimianya, cukup
berpotensi sebagai sumber gizi, yaitu mengandung protein 22,65%,
sedangkan kandungan seratnya 1,80%. Komponen lain pada tepung ikan
adalah lemak, abu, air, vitamin, karbohidrat. Melihat manfaat ini maka
perlu ditingkatkan produk makanan sebagai komponen
utama,variasipenambahan berbagai konsentrasi tepung ikan dimaksudkan
untuk mengetahui signifikan kadar protein dan serat kasar serta perlakuan
yang paling optimum untuk menghasilkan tempe ikan yang baik.
Permasalahan Nilai ekonomis ikan rucah
rendah
- Meningkatkan
kandungan Protein dan
Hasil yang Serat Kasar pada
diharapkan Tempe Ikan
- Meningkatkan Nilai
Ekonomis Ikan Rucah
1. Kedelai 1 kg
2. Ragi 2 gr
3. Tepung Ikan 30 gr
4. Air 4 liter
1. Panci 1 Buah
2. Ember 1 Buah
3. Daun Pisang/Plastik 4 Buah
4. Pengaduk kayu 1 Buah
5. Kain 1 Buah
6. Kompor Gas 1 Buah
7. Tampah besar 1 Buah
8. Keranjang 1 Buah
9. Timbangan 1 Buah
D. Variabel yang Digunakan
Variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas
Pemberian tepung ikan pada tempe ikan.
2. Variabel Terikat
Kadar protein dan serat kasar pada tempe ikan.
3. Variabel Kontrol
Dalam penelitian variabel kontrol adalah proses fermentasi (36-48
jam) .
E. Desain Eksperimen
Total
Ulangan (U) Jumlah Rata- rata
Perlakuan
Perlakuan perlakuan
1 2 3 (T)
P0
P1
P2
P3
Jumlah Umum
Rataan Umum
Jumlah
Ulangan (U) Rata-rata
Perlakuan Perlakuan
perlakuan
1 2 3 (T)
P0
P1
P2
P3
Jumlah Umum
Rataan Umum
H. Analisis dan Interpretasi Data
Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan Analisis Sidik Ragam
(ANSIRA) untuk dapat percobaan Rancangan Acak Lengkap(RAL)
dengan banyaknya ulangan yang sama untuk memudahkan pengujian,
maka data dapat dianalisis secara kuantitatif dengan rumus seperti berikut :
Keterangan :
*
: nyata (F hitung > F 5%)
**
: sangat nyata (F hitung > F 1%)
r : ulangan
t : banyaknya perlakuan
F hitung : frekuensi hitung
JKP : jumlah kuadrat perlakuan
JKG : jumlah kuadrat galat
JKU : jumlah perlakuan umum
Untuk menghitung :
n = (t) x (t)
𝐽𝐾 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
KT Perlakuan =
𝑡−1
𝐽𝐾 𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡
KT Galat =
𝑡 (𝑟−1)
2s2
𝑆𝜕 = √
r
(𝑟𝑝 )(𝑆𝑑− )
𝑅𝑝 = untukP= 2,3…….t
√2
Keterangan :
t = banyaknya perlakuan
Bulan
Kegiatan Oktober November Desember
No.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I Persiapan
1. Menyiapkan alat dan bahan
II Pelaksanaan
1. Proses pembuatan tepung ikan
2. Proses pembuatan tempe ikan
III Penyusunan laporan penelitian
1. Analisa data skripsi
2. Pembuatan skripsi
DAFTAR PUSTAKA