Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

DYSPEPSIA

OLEH:

Dita Andriani D. Suyadi, S.Kep


NIM. 18315035

PRODI JURUSAN NERS PROFESI NON REGULER

STIKes YATSI TANGERANG

TA. 2018 / 2019


1. PENGERTIAN

Dyspepsia atau dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri


dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan
(Arif, 2000). Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri
ulu hati, mual,kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, sendawa (Dharmika,
2001).

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan
refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam
lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2007).

Dispepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat dari kelainan saluran
makanan bagian atas yang berupa nyeri perut bagian atas, perih, mual, yang kadang-
kadang disertai rasa panas di dada dan perut, lekas kenyang, anoreksia, kembung,
regurgitasi, banyak mengeluarkan gas asam dari mulut (Hadi, 2009).

Sedangkan menurut Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani dan Setiowulan,


(2008). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak atau sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan.

2. ETIOLOGI
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux.
Jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju
esofagus (saluran muskulo membranosa yang membentang dari faring ke dalam
lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-
inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum dapat
ditemukan. Penyebab dispepsia secara rinci adalah:

 Menelan udara (aerofagi)


 Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
 Iritasi lambung (gastritis)
 Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
 Kanker lambung
 Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
 Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
 Kelainan gerakan usus
 Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
 Infeksi Helicobacter pylory

Penyebab dispepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya
(misalnya tukak peptic, gastritis, pankreastitis, kolesistitis dan lainnya).
b. Dispepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia non ulkus (DNU),
bila tidak jelas penyebabnya.

3. TANDA DAN GEJALA


Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi
dispepsia menjadi tiga tipe :

1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus, dengan gejala :


a. Nyeri epigastrum terlokalisasi
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antacid
c. Nyeri saat lapar
d. Nyeri episodic
2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas, dengan gejala seperti :
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e. Upper abdominal boating
f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3. Dispepsia non-spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas) (Mansjoer, et al,
2007).
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat akut
atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik
berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai dengan
sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita, makan
dapat memperburuk nyeri; pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi
nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan
flatulensi (perut kembung).
Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi
respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau gejala lain yang
tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksaan.

4. PATOFISIOLOGI
DISPEPSIA

Dispepsia Organik Dispepsia Fungsional

Stres Nikotin & Alkohol

Merangsang saraf simpati Respon mukosa lambung


N. Ke-V (Nervus Vagus)

Vasodilatasi mukosa gaster Eksfeliasi


(Pengelupasan)
↑ Produksi HCL
di Lambung

HCL kontak dengan


Ansietas
Mual mukosa gaster

Perubahan pada
Muntah Nyeri
status kesehatan

Hipovolemia Nyeri Akut


Defisit Pengetahuan

Defisit Nutrisi Nausea


5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium : lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik
lainnya seperti antara lain pankreasitis kronis, DM. Pada dispepsia biasanya hasil
laboratorium dalam batas normal.
2. Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda, serologi helicobacter
pylori.
3. Endoskopi
a. CLO (Rapid urea test)
b. Patologi anatomi
c. Kultur mikroorganisme jaringan
d. PCR (Polymerase Chain Reaction)

6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori 1996,
ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra kesehatan
dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi dengan
penatalaksanaan dispepsia di masyarakat. Pengobatan dispepsia mengenal beberapa
golongan obat, yaitu:

1. Antasida 20-150 ml/hari


Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasida akan generalisir sekresi
asam lambung. Antasida biasanya mengandung Na bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2,
dan Mg triksilat. Pemberian antasid jangan terus menerus, sifatnya hanya
simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu
lebih lama, juga berkhasiat sebagai absorben sehingga bersifat nontoksik, namun
dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.
2. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif
yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan
seksresi asama lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek
sitoprotektif.

3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau
esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis respetor H2
antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.
4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari
proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah
omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.
5. Sitoprotektif
Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2). Selain
bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal.
Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang selanjutnya
memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan
sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (site protective), yang
bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).
6. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan
metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional
dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam
lambung (acid clearance) (Mansjoer et al, 2007).
7. Psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti - depresi dan cemas)
Pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang
muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi (Sawaludin,
2005). Sedangkan penatalaksanaan Non Farmakologinya adalah sebagai berikut:
 Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung.
 Menghindari faktor resiko sepeti alcohol, makanan yang pedas, obat-obatan yang
belebihan, nikotin rokok, dan stress.
 Atur pola makan.
7. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan pada klien
dengan dispepsia adalah sebagai berikut :

1. Identitas klien

Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan, Agama, Suku Bangsa, Alamat

2. Pengkajian Dasar Data Klien

Aktivitas / Istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan

Tanda : Takikardi, takipnea/hiperventilasi (respon terhadap aktivitas)

3. Sirkulasi

Gejala : Hipotensi (termasuk postural), takikardia, distritmia (hipovolemia /


hipoksemia), kelemahan, nadi perifer lemah, pngisian kapiler lambat /
perlahan (vasokontriksi),

Warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah), kelembaban
kulit / membrane mukosa, berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut,
respon psikologik)

4. Integritas Ego

Gejala : Factor stress akut atau kronik (keuangan, hubungan kerja)

Tanda : Tanda ansietas misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit,


gemetar, suara gemetar
5. Eliminasi

Gejala : Riwayat pengobatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan Gi atau


masalah yang berhubungan dengan GI,mis : luka, peptic/gaster, gastritis,
bedah gaster,iradiasi are gaster, peubahan pola defekasi/karakteristik feses

Tanda : Nyeri tekan abdomen, distensi, bunyi usus : sering hiperaktif selama
perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan. Karakter feces : diare, darah warna
gelap, kecoklatan, atau kadang – kadang merah cerah, berbusa, bau busuk
(steatorhoe). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet,
penggunaan antasida). Haluran urine : menurun, pekat

6. Makanan/Cairan

Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi p


ilorik bagian aluar sehubungan dengan luka duodenal).

Masalah menelan : cegukan. Nyeru uluh hati, sendawa bau asam, mual, muntah. Tidak
toleran terhadap makanan, cotoh makanan pedas, coklat: diet kusus untuk
penyakit ulkus sebelumnya. Penurunan berat badan.

Tanda Muntah : Warna kopi atau warna cerah, dengan atau tanpa bekuan darah.
Membrane mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk
(perdarahan kronis). Berat jenis urin menigkat.

7. Neurosensori

Gejala : Rasa berdenytu, pusing/sakit kepala karena sinar, kelemahan.

Status mental : Tingkat kesadaran dapat terganggu, agak cendrung tidur, disorientasi.
bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume
sirkulasi/oksigenasi)

8. Nyeri/Kenyamanan

Gejala : Nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih : Nyeri
hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi.
Rasa ketidaknyamanan/distress samar-samar setelah makan banyak dan
hilang dengan makan (gastritis akut).

Nyeri epigastrium kiri sampai tengah/atau menyebar ke punggung terjadi 1-


2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster).

Nyeri epigastrium terlokalisir di kanan terjadi kurang lebih 4 jam setelah


makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau makan
antasida (ulkus duodenali). Tak ada rasa nyeri (varises esofageal atau
gastritis). Factor pencetus : Makanan, rokok, alcohol, penggunaan obat –
obat tertentu (salisilat, reserpin, antibiotic, ibuprofen),stress psikologis.

Tanda : Wajah berkerut, berhati – hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit

9. Keamanan

Gejala : Alergi terhadap obat/sensitive mis ASA

Tanda : Peningkatan suhu. Spider angioma, eritema palmar (menunjukan


sirosis/hipertensi portal)

10. Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : Adanya penggunaan obat resep/dijual bebas yang mengandung ASA, alcohol,
steroid, NSAID menyebabkan perdarahan Gi. Keluhan saat ini bisa
diterima karena (mis, anemia) atau disgnosa yang tak berhubungan (mis,
trauma kepala) : flu usus, atau episode muntah berat. Masalah kesehatan
lama mis, sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makanan

Pertimbangan rencana pemulangan : Dapat memerlukan perubahan program terapi /


pengobatan.
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nausea b.d. iritasi lambung
2. Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisiologis
3. Hipovolemia b.d. kehilangan cairan aktif
4. Defisit Nutrisi b.d. ketidakmampuan mencerna makanan dan mengabsorbsi nutrien
5. Defisit Pengetahuan b.d. ketidaktahuan menemukan sumber informasi dan kurang
terpapar informasi
6. Ansietas b.d. krisis situasional

9. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa 1

1) Nausea management

a. Tanyakan pada pasien penyebab mual


b. Observasi asupan makanan dan cairan
c. Anjurkan pasien untuk makan makanan yang kering, lunak
d. Berikan obat anti mual sesuai yang diresepkan
e. Ajarkan tehnik relaksasi dan bantu pasien untuk menggunakan tehnik tersebut
selama waktu makan
f. Pada saat mual mereda anjurkan untuk makan makanan yang berlebih

2) Fluid/ Electrolit Management


a. Berikan terapi IV sesuai dengan anjuran
b. Berikan obat antimetic sesuai anjuran
c. Pantau tanda-tanda vital, bila diperlukan
d. Pantau makanan dan cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan kalori setiap
hari, jika diperlukan
e. Pantau status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab, keadekuatan nadi,
tekanan darah ortostatik) jika diperlukan
3) Medication Management
a. Memantau efektivitas modalitas administrasi pengobatan
b. Memantau pasien untuk efek terapi obat
c. Pantau tanda – tanda dan gejala dari keracunan obat
d. Memonitor efek samping obat
e. Memonitor interaksi obat nontherapeutic

2. Diagnosa 2

1) Pain management
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komperehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
d. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi, dan
interpersonal)
e. Ajarkan tentang tehnik non farmakologi
f. Evaluasi keefektifan control nyeri

2) Analgesic administration
a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemeberian
obat
b. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat
e. Evaluasi efektivitas analgesic, tanda dan gejala.

3. Diagnosa 3
1) Fluid management
a. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
b. Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik), jika diperlukan.
c. Monitor vital sign
d. Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian
e. Kolaborasikan pemberian cairan IV
f. Monitor status nutrisi
g. Dorong masukan oral
h. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
i. Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
j. Atur kemungkinan transfuse
k. Persiapan transfuse

2) Hypovolemia management
a. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
b. Pelihara IV line
c. Monitor tingkat Hb dan hematokrit
d. Monitor tanda vital
e. Dorong pasien untuk menambah intake oral
4.

4)

5) Nausea management

1.

tu Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Rencana Keperawatan

Nausea b.d. iritasi lambung NOC: NIC :

- Nausea - Nausea management


- Fluid volume, risk for dificient g. Tanyakan pada pasien peny
Setelah dilakukan tindakan keperawatan h. Observasi asupan maka
selama … mual pasien teratasi dengan cairan
kriteria hasil: i. Anjurkan pasien untuk
makanan yang kering, luna
a. Pasien menyatakan penyebab mual
j. Berikan obat anti mual s
dan muntah
diresepkan
b. Pasien mengambil langkah untuk
k. Ajarkan tehnik relaksasi
mengatasi episode mual dan muntah
pasien untuk menggunak
c. Pasien mengingesti zat gizi yang cukup
tersebut selama waktu mak
untuk mempertahankan kesehatan
l. Pada saat mual mereda
untuk makan makanan yan
d. Pasien mengambil langkah untuk
meyakinkan nutrisi yang adekuat pada
- Fluid/ Electrolit Management
saat mual reda
f. Berikan terapi IV sesua
e. Pasien mempertahankan berat badan
anjuran
dalam rentang tertentu yang
g. Berikan obat antimetic sesu
diharapkan
h. Pantau tanda-tanda v
diperlukan
i. Pantau makanan dan ca
dikonsumsi dan hitung asu
setiap hari, jika diperlukan
j. Pantau status hidrasi
membrane mukosa
keadekuatan nadi, tekan
ortostatik) jika diperlukan
- Medication Management
f. Memantau efektivitas
administrasi pengobatan
g. Memantau pasien untuk e
obat
h. Pantau tanda – tanda dan
keracunan obat
i. Memonitor efek samping ob
j. Memonitor interaksi
nontherapeutic

Nyeri Akut b.d. agen NOC : NIC :


pencedera fisiologis - Pain management
- Pain level,
g. Lakukan pengkajian nye
- Pain control,
komperehensif termasuk
- Comfort level
karakteristik, durasi,
kualitas dan faktor presipit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan h. Observasi reaksi nonve
selama …. pasien tidak mengalami nyeri, ketidaknyamanan
dengan kriteria hasil: i. Evaluasi pengalaman ny
lampau
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu
j. Pilih dan lakukan penanga
penyebab nyeri, mampu menggunakan
(farmakologi, non farmak
tehnik nonfarmakologi untuk
interpersonal)
mengurangi nyeri, mencari bantuan)
k. Ajarkan tentang teh
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
farmakologi
dengan menggunakan manajemen
l. Evaluasi keefektifan contro
nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala,
- Analgesic administration
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
f. Tentukan lokasi, kar
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
kualitas, dan derajat nye
berkurang
pemeberian obat
g. Cek instruksi dokter ten
obat, dosis, dan frekuensi
h. Cek riwayat alergi
i. Berikan analgesic tepa
terutama saat nyeri hebat
j. Evaluasi efektivitas analge
dan gejala.

Hipovolemia b.d. kehilangan NOC : NIC :


cairan aktif
- Fluid balance - Fluid management
- Hydration l. Pertahankan catatan in
- Nutritional status: Food and Fluid output yang akurat
Intake m. Monitor status hidrasi (k
Setelah dilakukan tindakan keperawatan membrane mukosa, nadi
selama…kekurangan cairan dapat teratasi tekanan darah ortosta
dengan kriteria hasil: diperlukan.
n. Monitor vital sign
a. Mempertahankan urine output sesuai o. Monitor masukan makan
dengan usia dan BB, BJ urine normal, dan hitung intake kalori ha
HT normal p. Kolaborasikan pemberian c
b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh q. Monitor status nutrisi
dalam batas normal r. Dorong masukan oral
c. Tidak ada tanda dehidrasi, elastisitas s. Dorong keluarga untuk
turgor kulit baik, membrane mukosa pasien makan
lembab, tidak ada rasa haus yang t. Tawarkan snack (jus bu
berlebihan segar)
u. Atur kemungkinan transfus
v. Persiapan transfuse

- Hypovolemia management
f. Monitor status cairan terma
dan output cairan
g. Pelihara IV line
h. Monitor tingkat Hb dan hem
i. Monitor tanda vital
j. Dorong pasien untuk m
intake oral

Defisit Nutrisi b.d. NOC : NIC :


ketidakmampuan mencerna - Nutritional status: - Nutrition management
makanan dan mengabsorbsi - Nutritional status: Food and Fluid a. Kaji adanya alergi makana
nutrien Intake b. Kolaborasi dengan ahli
- Nutritional status: Nutrient Intake menunjukkan jumlah k
- Weight control nutrisi yang dibutuhkan pa
Setelah dilakukan asuhan selama.... c. Berikan makanan yang
diharapkan ada peningkatan BB pada (sudah dikonsultasikan de
pasien dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi gizi)
dengan kriteria hasil: d. Monitor jumlah nut
a. Adanya peningkatan berat badan kandungan kalori
sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi - Nutrition monitoring
badan a. BB pasien dalam batas norm
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan b. Monitor adanya penurun
nutrisi badan
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi c. Monitor kulit kering dan
e. Menunjukkan peningkatan fungsi pigmentasi
pengecapan dari menelan d. Monitor turgor kulit
f. Tidak terjadi penurunan berat badan e. Monitor mual dan muntah
yang berarti f. Monitor kadar albumin, to
Hb, dan kadar Ht.
g. Monitor pertumbuhan
perkembangan
h. Monitor pucat, kemera
kekeringan jaringan konjun
i. Monitor kalori dan intake n

Defisit Pengetahuan b.d. NOC : NIC :


ketidaktahuan menemukan
- Knowledge : disease process - Teaching : disease process
sumber informasi dan
- Knowledge : helat behavior a. Berikan penilaian tentan
kurang terpapar informasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengetahuan pasien tanta
selama… pasien tidak mengalami masalah penyakit yang spesifik
pada nafasnya dengan kriteria hasil: b. Jelaksan patofisiologi dar
dan bagaimana hal ini ber
a. Pasien dan keluarga menyatakan
dengan anatomi dan fisiolo
pemahaman tentang penyakit, kondisi,
cara yang tepat
prognosis, dan program pengobatan.
c. Gambarakan tanda dan g
b. Pasien dan keluarga mampu
biasa muncul pada penyak
melaksanakan prosedur yang
cara yang tepat
dijelaskan secara benar.
d. Gambarakan proses penyak
c. Pasien dan keluarga mampu
cara yang tepat
menjelaskan kembali apa yang
e. Identifikasi kemungkinan
dijelaskan perawat / tim kesehatan
dengan cara yang tepat
lainnya.
f. Sedikan informasi pad
tentang kondisi, dengan
tepat
g. Diskusikan perubahan ga
yang mungkin diperluk
mencegah komplikasi di m
akan datang dan ata
pengontrolan penyakit.
h. Diskusikan pilihan ter
penanganan
i. Dukung pasien untuk meng
atau mendapatkan secon
dengan cara yang te
diindikasikan

Ansietas b.d. krisis NOC : NIC :


situasional
- Anxiety self - control - Anxiety Reduction (
- Anxiety level kecemasan)
- Coping a. Gunakan pendekatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan menenangkan.
selama… pasien tidak mengalami masalah b. Nyatakan dengan jelas
pada nafasnya dengan kriteria hasil: terhadap pelaku pasien.
c. Jelaskan semua prosedur
a. Klien mampu mengidentifikasi dan
yang dirasakan selama pro
mengungkapkan gejala cemas.
d. Temani pasien untuk m
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan
keamanan dan mengurangi
menunjukkan teknik untuk
e. Dengarkan penuh perhatia
mengontrol cemas.
f. Identifikasi tingkat kecema
c. Vital sign dalam batas normal
g. Bantu pasien mengenal si
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
menimbulkan kecemasan.
tubuh dan tingkat aktivitas
h. Dorong pasien mengu
menunjukkan berkurangnya
perasaan, ketakutan, persep
kecemasan.
i. Instruksikan pasien men
teknik relaksasi
j. Berikan obat untuk me
kecemasan.
A. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana/intervensi keperawatan oleh perawat
terhadap pasien.

B. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart.2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC

Doengoes. E. M, et al.2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC

Hadi, S.1995. Gastroenterologi Edisi 4. Bandung: Alumni

Herdman, T.H dan Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 –

2017 Edisi 10. EGC : Jakarta

Manjoer, A, et al.2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta: Medika aeusculapeus

Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.L, dan Setiowulan, W.1999. Kapita Selekta

Kedokteran. Jilid 1. Edisi 1. Jakarta: Media Aesculapius

Price & Wilson.1994. Patofisiologi, Edisi 4, Jakarta: EGC

Suryono Slamet, et al.2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2. Jakarta: FKUI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator

Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Warpadji Sarwono, et al.1996. Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai