Anda di halaman 1dari 52

UPAYA WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM

MENANGANI KASUS EBOLA DI LIBERIA TAHUN 2014-2015

WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) EFFORTS IN HANDLING

THE EBOLA IN LIBERIA CASE 2014-2015

SKRIPSI

DI SUSUN OLEH :

YUL HANIFAH

20150510184

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2

BAB I 3

PENDAHULUAN 3

A. 4

B. Error! Bookmark not defined.

C. Error! Bookmark not defined.

D. Error! Bookmark not defined.

E. Error! Bookmark not defined.

F. Error! Bookmark not defined.

G. Error! Bookmark not defined.

H. Error! Bookmark not defined.

I. Error! Bookmark not defined.

BAB II 13

WORLD HEALTH ORGANIZATION 13

A. 14

B. 17

BAB III 22

2
VIRUS EBOLA SEBAGAI WABAH DAN ANCAMAN KEAMANAN

NEGARA DI AFRIKA BARAT 22

A. 23

B. 27

BAB IV 33

UPAYA WORLD HEALTH ORGANIZATION 33

A. 34

B. 44

i. 45

ii. 46

iii. 47

BAB V 48

PENUTUP 48

KESIMPULAN 48

DAFTAR PUSTAKA 51

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada Era Modern ini tidak menutup kemungkinan tantangan baru

dihadapi oleh organisasi-organisasi Internasional, Organisasi Internasional

merupakan organisasi permanen yang didirikan atas dasar suatu traktat

yang lebih bersifat multilateral daripada bilateral dan dengan kriteria

tujuan tertentu (Bowett 1992). Ada beberapa Organisasi Internasional

yang resmi disahkan, salah satunya World Health Organization (WHO)

Organisasi Internasional yang berbasis pada kesehatan dunia. WHO

seringkali diperbincangkan ketika adanya hal mengenai kesehatan muncul,

misalnya beberapa negara terserang penyakit mematikan seperti

HIV/AIDS dan Ebola, negara di bagian Afrika Barat yaitu Liberia

merabah penyakit yang mengakibatkan status kesehatan di Liberia menjadi

darurat, namun sebelumnya kasus ini juga terjadi di Sierra Leone dan

Nigeria beberapa waktu

silam.

Liberia merupakan

negara yang berada di

Afrika Barat, memiliki

luas sejumlah 111,369

km2 dengan pembagian

wilayah sebesar 96,320 km2 luas tanah dan 15,049 km2 merupakan luas

4
laut. Populasi di Liberia mencapai 4,299,944 dan pemerintahan Negara ini

yaitu Republik Liberia.1 Liberia berbatasan langsung dengan Sierra Leone

yang mana negara tersebut juga terserang ebola bahkan sebelum Liberia,

hal ini lah yang mengakibatkan Liberia mudah terserang virus mematikan

ini. Tidak hanya berbatasan dengan Sierra Leone, Liberia juga berbatasan

langsung dengan Guinea dan Pantai Gading.

Pada tahun 2014 kesehatan di Liberia sedang berada pada status

Emergency karena masuknya wabah penyakit mematikan bagi

penderitannya dan sangat rawan penyebarannya, virus ini bernama Ebola.

Mulanya Ebola tersebar di Negara Afrika bagian barat akan tetapi virus ini

sudah menyebar ke negara-negara tetangga seperti Sierra Leone, Liberia,

Nigeria, dan Sinegal. Penyebaran disebabkan karena virus ebola cepat

menyebar melalui kontak langsung dengan penderita, merawat penderita,

bahkan dapat menyebar melalui udara yang dihirup.

Kasus kesehatan di Liberia ini menyebabkan isu kesehatan global

menjadi salah satu isu yang menarik diperbincangkan karena dampak serta

kerugian yang dapat ditimbulkan sangat beragam, baik untuk individu,

negara, dan dunia. Isu kesehatan global merupakan masalah kesehatan

yang sifatnya melintasi batas negara sehingga dibutuhkan kesepakatan

antar negara dalam forum multilateral untuk memperhatikan masalah isu

kesehatan global tersebut. Negara di tuntut memiliki kemampuan dalam

menangani isu kesehatan global dan mampu menegosiasikan rezim

1
https://www.worldatlas.com/webimage/countrys/africa/lr.htm

5
kesehatan global dan perjanjian-perjanjian internasional yang berhubungan

dengan penanganan isu kesehatan.2

Tidak hanya menjadi isu kesehatan yang menarik untuk

diperbincangkan, akan tetapi kasus ini juga mampu mengintai

pertumbuhan perekonomian Liberia. Pasalnya pada awal tahun 2014, Dana

Moneter Internasional (IMF) memprediksi bahwa Liberia dapat

membukukan pertumbuhan sebesar 5,9%. Namun ketika Ebola masuk dan

menjadi suatu kasus besar di Liberia pada awal April 2014, Pemerintah

Ebola telah kehilangan 2% dari total pendapatan tahunan negara.

Kemudian terlepas dari kasus ekonomi, Ebola juga menjadikan status

keamanan Liberia meningkat. Dimana Maskapai penerbangan besar Aski

telah menghentikan penerbangan menuju ibukota Liberia, karena

munculnya resiko infeksi yang diakibatkan dari permainan sepakbola,

yang mana merupakan jenis olahraga yang memungkinkan antar

pemainnya bersentuhan. Dan hal itu dapat menularkan virus Ebola secara

cepat.

Didalam organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang

berdiri pada tanggal 24 Oktober 1945 terdapat organisasi yang bergerak

dalam bidang kesehatan yaitu World Health Organization atau yang sering

disingkat dengan WHO, WHO merupakan organisasi internasional yang

bertindak sebagai koordinasi kesehatan umum Internasional. WHO berdiri

2
Tabloid Diplomasi, 28 Agustus 2012. Isu Kesehatan Masuk dalam Ranah Diplomasi.
(http://www.tabloiddiplomasi.org/isu-kesehatan-masuk-dalam-ranah-diplomasi/)

6
pada tanggal 7 April 1948.3 Tujuan didirikannya WHO adalah agar semua

orang memperoleh tingkat kesehatan yang paling memungkinkan dan

paling tinggi. WHO juga memberikan bantuan kesehatan kepada negara-

negara yang membutuhkan, meningkatkan kesejahteraan, kesehatan ibu

dan anak, mendorong dan membantu pelaksanaan penelitian-penelitian

dalam bidang kesehatan, serta memiliki tugas menanggulangi kesehatan

dalam cara membantu melakukan pemberantasan terhadap penyakit-

penyakit menular disebuah negara.

3
http://www.who.int/redirect-pages/mega-menu/about-us/about/who-we-are

7
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang perlu ditanyakan

yaitu “Bagaimana upaya WHO menangani kasus Ebola yang terjadi di

Liberia pada tahun 2014-2015?”

C. KERANGKA TEORI/KONSEP

Dari penjelasan yang telah diuraikan pada latar belakang diatas,

proposal skripsi ini berfokus pada konsep Organisasi Internasional.

Menurut Teuku May Rudi dalam bukunya yang berjudul “Administrasi

dan Organisasi Internasional” menyatakan bahwa :

“Pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara dengan di dasari

struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan atau

diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara

berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya

tujuan-tujuan yang diperlukan serta di sepakati bersama baik antara

pemerintah dengan pemerintah maupun sesama kelompok non pemerintah

pada negara yang berbeda”.4

Berdasarkan pendapat diatas, dapat dipahami bahwa Organisasi

Internasional merupakan wujud dari kesepakatan internasional (beberapa

negara yang bergabung), wadah serta alat dalam mengkoordinir dan

melaksanakan kerjasama antar negara maupun bangsa.

4
Teuku May Rudi, Administrasi dan Organisasi Internasional (Bandung, Eresco, 1998), hlm. 3

8
Organisasi Internasional yang mempunyai tujuan dan maksud

untuk saling bekerjasama dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi

oleh negara-negara anggota maupun non negara anggota untuk mencapai

kepentingan bersama-sama negara anggota dan tidak merugikan negara

anggota.

Menurut Simeon Baldwin dalam buku International Organization

and Violence mengatakan keyakinan tulus bahwa Organisasi Internasional

mewakili kekuatan sosial “Working toward the solidarity of the world”5

Konsep Organisasi Internasional digunakan oleh peneliti untuk

mengklasifikasi WHO dalam menangani kasus ebola yang terjadi di

Liberia. WHO tergolong sebagai Inter Governmental Organization (IGO)

yang termasuk dalam aktor non-state dengan tujuan mencapai kesehatan

maksimal bagi seluruh rakyat didunia, dengan aktif melakukan tugasnya

salah satunya yaitu memberikan kesehatan kepada negara-negara yang

membutuhkan termasuk Liberia. IGO merupakan suatu organisasi yang

memiliki sifat terbuka ataupun tertutup dan diikuti lebih dari dua negara

serta memiliki tujuan berkerjasama demi kepentingan bersama.

Tahun 2009 dalam pelaksanaan Africa Health Infoway program

yang merupakan jaringan berbasis tehnologi untuk mendukung

pembangunan kesehatan di 53 negara Afrika. WHO menjalankan perannya

sebagai organisasi internasional yaitu dengan dukungan penyediaan data

5
Volker RittBelger, International Organization and Violence

9
bagi pekerja, pengelola kesehatan, dan para pengambil keputusan dalam

bidang kesehatan.

Pada konsep Organisasi Internasional yang tujuannya sudah

dijelaskan diatas, maka dari itu WHO dibawah nanguan PBB mendirikan

United Nations Mission for Ebola Emergency Response (UNMEER) yang

merupakan bentuk cepat tanggap terhadap pemberantasan Ebola,

UNMEER memiliki tugas untuk mencari tahu lokasi yang paling

membutuhkan bantuan serta memastikan bantuan itu sampai dengan tepat

dan aman.

D. HIPOTESA

Berdasarkan latar belakang dan kerangka teori yang telah penulis

paparkan, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa dari Upaya WHO

dalam menangani kasus Ebola di Liberia pada tahun 2014-2015 adalah

WHO sebagai Inter Govermental Organization dibawah naungan PBB

mendirikan United Nations Mission for Ebola Emergency Response atau

yang disebut UNMEER dalam menangani kasus Ebola dan didalamnya

menjalin kerjasama dengan Kanada dan Amerika Serikat dalam

pembuatan vaksin virus Ebola.

E. JANGKAUAN PENELITIAN

Didalam penelitian ini, peneliti berfokus pada tahun 2014, hal ini

dikarenakan :

10
a. Sejak diumumkannya bahwa Penyakit Ebola telah menyebar

diberbagai Negara Afrika Barat termasuk Liberia.

b. Terbentuknya rancangan rencana strategi memberantas Ebola di

Afrika Barat.

F. TUJUAN PENELITIAN

1. Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Strata-1 (S1) di

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2. Sebagai bentuk pengaplikasian dari ilmu yang didapatkan setelah

menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3. Menjelaskan bahwa penyakit Ebola merupakan salah satu masalah

penting internasional.

G. MANFAAT PENELITIAN

1. Mengetahui bagaimana WHO berperan penting dalam mengatasi

Kasus Ebola.

2. Menjadi sebuah informasi bahwa penyakit Ebola penting diperhatikan.

3. Menjadi bahan referensi dan acuan untuk penelitian yang memiliki

pembahasan yang sama di masa mendatang.

H. METODE PENELITIAN

a. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian terkait “Upaya WHO dalam

menangani kasus Ebola di Liberia pada tahun 2014” penulis

11
menggunakan metode deskriptis analitis atau studi pustaka

sebagai metode penelitian. Studi pustaka merupakan metode

pengumpulan data dan informasi melalui dokumen-dokumen

baik itu dokumen tertulis maupun foto, gambar, ataupun

dokumen eletronik yang dapat mendukung proses penulisan.

b. Teknik Pengumpulan Data

Data terkait dengan kasus yang penulis angkat bersumber

dari berbagai tempat, yaitu :

- Perpustakaan Pusat Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

- Laboratorium Hubungan Internasional Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

- Perpustakaan Kota Yogyakarta

Adapun data terkait yang penulis peroleh dari berbagai

sumber seperti; Buku, Jurnal, dan Website.

c. Metode Analisis

Selain pengumpulan data, penulis juga menggunakan tipe

penelitian deskriptif analitik yaitu memberikan gambaran

bagaimana WHO menjalakan perannya dalam menangani kasus

Ebola di Liberia. Selain metode yang penulis sebutkan, metode

pengumpulan data juga penulis peroleh dari internet kemudian

dibahas oleh dosen-dosen pembimbing.

12
I. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan yang akan penulis paparkan terdiri dari lima

bab dengan sub topik sebagai berikut:

Bab I PENDAHULUAN

Merupakan pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang,

Rumusan Masalah, Kerangka Teori, Hipotesa hingga uraian terhadap

Sistematika penulisan

Bab II WORLD HEALTH ORGANIZATION

Menjelaskan tentang profil World Health Organization yang

didalamnya juga membahas tentang sejarah berdirinya WHO dan tugas-

tugas WHO

Bab III VIRUS EBOLA SEBAGAI WABAH DAN ANCAMAN

KEAMANAN NEGARA DI AFRIKA BARAT

Menjelaskan penyebaranvirus Ebola yang menjadi wabah penyakit

internasional serta sebagai ancaman keamanan suatu negara di Afrika

Barat hingga Liberia.

Bab IV UPAYA-UPAYA WORLD HEALTH ORGANIZATION

Menjelaskan Upaya World Health Organization dalam menangani

penyebaran Ebola di Liberia yaitu pembentukan UNMEER dan

peengadaan vaksin Ebola

Bab V PENUTUP

Merupakan Penutup dari penulisan skripsi ini yang hanya ada satu

sub bab berupa kesimpulan.

13
BAB II

WORLD HEALTH ORGANIZATION

A. SEJARAH BERDIRINYA WHO

Pada tahun 1948 telah diadakan konferensi kesehatan internasional

ke-tujuh di Venezia, Italia. Dalam koferensi tersebut diratifikasi konvensi

kesehatan internasional yang berbatas hanya pada penyakit cholera.

Kemudian konferensi presiden pada tahun 1893 dan 1948 di Paris

menghasilkan konvensi tambahan mengenai penyakit cholera. Selanjutnya

pada tanggal 24 Oktober 1945 berdiri organisasi dunia Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB). PBB merupakan sebuah organisasi internasional

yang anggotanya mencakup hampir seluruh negara di dunia. Lembaga

PBB ini dibentuk untuk memfasilitasi persoalan hukum internasional,

lembaga ekonomi, pengamanan internasional, dan perlindungan sosial

bangsa-bangsa di seluruh dunia. PBB juga mensponsori konferensi

kesehatan internasional yang diselenggarakan pada tanggal 19 Juni 1946

di New York, yang mana hasil dari koferensi tersebut adalah menyetujui

konstitusi World Health Organization (WHO).

World Health Organization atau yang sering disebut WHO

merupakan Organisasi Internasional yang bersutan dengan Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) bergerak sebagai koordinator kesehatan umum

internasional. World Health Organization berdiri tepat pada tanggal 7

April 1948 kemudian pada tanggal tersebut ditetapkan sebagai Hari

14
Kesehatan Dunia, WHO bermarkas besar di Le Palais des Nations,

Jenewa, Swiss. Seakan sadar bahwa urusan kesehatan manusia secara

global merupakan urusan bersama, WHO berdiri sebagai organisasi yang

didedikasikan untuk mencegah, mengendalikan, dam mendeteksi penyakit

di dunia serta sebagai badan respon terhadap bencana emergency maupun

non emergency. Organisasi ini berpartisipasi dalam program global yang

bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit menular,

terutama TBC, HIV/AIDS, Ebola dan penyakit menular lainnya.

Penyelenggaraan WHO dilakukan oleh World Health Assembly (Majelis

Kesehatan Dunia) yang kemudian disebut dengan WHA, anggotanya

terdiri dari perwakilan seluruh negara anggota. Sedangkan tanggung jawab

pelaksanaannya dilakukan oleh suatu badan eksekutif yang dipilih oleh

WHA.6

WHO dipimpin oleh Direktur Jendral yaitu Dr. Tedros Adhanom

Ghebreyesus. Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus terpilih sebagai Direktur

Jenderal WHO untuk masa jabatan lima tahun (2017-2022) oleh Negara-

negara Anggota WHO di Seventieth World Health Assembly pada Mei

2017.7 Beliau adalah Direktur Jenderal WHO pertama yang dipilih dari

banyak kandidat oleh Majelis Kesehatan Dunia, dan merupakan orang

pertama dari Wilayah Afrika yang menjabat sebagai kepala teknis dan

administrasi WHO. Setelah diputuskan sebagai Direktur WHO pada

tanggal 1 Juli 2017, Dr Tedros menguraikan lima prioritas utama untuk

6
https://kumparan.com/potongan-nostalgia/69-tahun-yang-lalu-who-didirikan
7
https://www.who.int/dg/biography

15
Organisasi yaitu: cakupan kesehatan universal; keadaan darurat kesehatan;

kesehatan wanita, anak-anak dan remaja; dampak kesehatan dari

perubahan iklim dan lingkungan; dan perubahan WHO.

Sebelum terpilih sebagai Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros

menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Ethiopia 2012-2016. Dr Tedros

juga pernah menjabat sebagai Menteri Kesehatan Ethiopia dari 2005-2012,

di mana ia memimpin reformasi komprehensif sistem kesehatan negara itu.

Semua jalan mengarah ke cakupan kesehatan universal untuk Dr Tedros,

dan ia telah menunjukkan apa yang diperlukan untuk memperluas akses ke

perawatan kesehatan dengan sumber daya yang terbatas.

WHO mewarisi banyak persediaan serta mandat dari organisasi

sebelumnya, Organisasi Kesehatan yang merupakan agensi dari Liga

Bangsa-Bangsa (LBB). Konstitusi WHO ini menyatakan bahwa tujuan

dari didirikannya WHO ialah agar semua orang dapat mencapai tingkat

kesehatan tertinggi yang paling memungkinkan. Aktivitas WHO, juga

merupakan sisa kegiatan atau aktivitas Organisasi Kesehatan LBB (Liga

Bangsa-bangsa), kegiatannya diatur oleh sebuah Komisi Interim seperti

ditentukan dalam suatu Konferensi Kesehatan Internasional pada tahun

1946. Pergantian dilakukan melalui suatu Resolusi Majelis Umum PBB,

Pelayanan epidemiologi Office International d’Hygiène Publique Prancis

kemudian dimasukkan dalam Komisi Interim WHO pada tanggal 1 Januari

1947.

16
B. TUGAS DAN PERAN WHO

Organisasi Internasional tidaklah lepas dari tugas-tugas yang wajib

dijalankan maupun yang datangnya emergency, begitupula didirikannya

WHO untuk menangani tugas utamanya yaitu membasmi penyakit

khususnya penyakit menular yang sudah tersebar luas hingga melibatkan

beberapa negara dan membuat perekonomian hingga keamaan negara

terganggu. Menurut komisi khusus WHO termasuk bagian dari Dewan

Ekonomi dan Sosial (Economic and Social Committe-ECOSOC) yang

bertugas memberikan informasi dan nasehat kepada Swean Ekonomi dan

Sosial tentang masalah-masalah tentang kesehatan di berbagai negara

bahkan dunia. Dalam menjalankan tugasnya, badan-badan khusus Dewan

Ekonomi dan Sosial menjalin kerjasama yang saling berkaitan dan tidak

dapat dipisahkan satu sama lainnya. Hubungan antara WHO dengan PBB

secara luas sudah ditegaskan dalam perjanjian formal antara kedua

organisasi yang diterima oleh Dewan Kesehatan yang pertama.

Pada tahun 1972, ECOSOC membuat laporan terperinci mengenai

tugas-tugas WHO yang menunjukan bahwa eksistensi WHO dalam sistem

PBB benar-benar nyata terlaksana, WHO sendiri memiliki misi mencapai

taraf kesehatan tertinggi bagi semua orang di dunia. WHO juga

mempunyai Konstitusi yang mengemukakan beberapa asas, Konstitusi itu

memberikan definisi ‘Kesehatan’ yaitu keadaan keseluruhan secara fisik,

mental dan sosial yang baik bukan hanya bebas dari penyakit.

17
Dari beberapa tujuan yang sudah dijelaskan diatas, WHO juga aktif

melaksanakan tugas-tugas diantaranya sebagai berikut:

- Menanggulangi kesehatan dengan membantu maupun

melaksanakan pembatasan terhadap penyakit-penyakit

menular.

- Memberikan bantuan kesehatan kepada negara-negara yang

perlu bantuan

- Membantu dalam peningkatan kesejahteraan serta juga

kesehatan ibu dan anak

- Mendorong dan juga membantu melakukan penelitian-

penelitian yang berhubungan dengan bidang kesehatan.

Selain dari mengatur kesehatan melalui usaha-usaha internasional

dalam mengendalikan penyebaran penyakit menular, seperti SARS,

HIV/AIDS, tuberkulosis, flu babi serta Ebola dan penyakit menular

lainnya. WHO juga mensponsori program-program yang memiliki

tujuan mencegah dan mengobati penyakit yang sudah disebutkan diatas,

mendukung perkembangan serta juga distribusi vaksin yang aman dan

juga efektif, melakukan diagnosa penyakit serta juga kelainan maupun

obat-obatan. Setelah sekitar 2 dekade (dua puluhan tahun) melawan

variola (cacar), di tahun 1980 WHO kemudian menyatakan musnahnya

penyakit cacar (variola) dan hal tersebut menjadi penyakit pertama dalam

sejarah yang dimusnahkan dengan usaha manusia.

18
Kemudian WHO menargetkan untuk memusnahkan polio dalam

kurun waktu beberapa tahun lagi. Pada 3 Oktober 2006, WHO

meluncurkan HIV/AIDS Toolkit untuk Zimbabwe dengan standar

internasional. Ditambah dengan tugasnya dalam memusnahkan penyakit,

WHO juga melaksanakan berbagai kampanye yang berhubungan dengan

kesehatan, seperti untuk meningkatkan konsumsi buah-buahan dan sayur-

sayuran di seluruh dunia juga berusaha mengurangi penggunaan

tembakau. Pada bulan Februari 2007, para ahli bertemu di kantor pusat

WHO Jenewa, Swiss untuk melaporkan bahwa usaha mereka pada

perkembangan vaksin influenza yang pandemik itu telah mencapai

kemajuan yang bagus. Lebih dari 40 percobaan klinik (clinical trial)

sudah selesai atau juga sedang berlangsung, hal ini kebanyakan

difokuskan pada orang dewasa yang sehat. Beberapa perusahaan, setelah

menyelesaikan analisis keamanan pada orang dewasa, sudah memulai

percobaan klinik pada orang lanjut usia serta juga anak-anak. Sejauh ini

semua vaksin aman dan juga bisa di terima tubuh pada segala macam

tingkat usia.

Pada website WHO juga menyebutkan bahwa untuk kesehatan

Emergencies WHO sudah mempunyai beberapa tugas, yaitu :

1. Menyiapkan Emergencies dengan mengidentifikasi, memitigasi

dan mengelola resiko.

2. Mencegah Emergencies dan mendukung pengembangan alat

yang diperlukan selama wabah terjadi.

19
3. Mendeteksi dan merespon acute health emergencies.

4. Mendukung penyampaian layanan kesehatan dalam pengaturan

yang rapuh.

Diluar dari tugas-tugas yang sudah dipaparkan tersebut, dalam

sistem PBB WHO memiliki beberapa peran penting, yaitu :

a. Menyusun kebijakan-kebijakan

Peran WHO salah satunya adalah untuk menyusun dan

menetapkan kebijakan-kebijakan mengenai kesehatan yang

nantinya diikuti oleh negara-negara dunia. Kebijakan

merupakan hal yang sangat penting untuk ditetapkan dan

diterapkan dalam organisasi internasional. Apabila tanpa

kebijakan, penanganan masalah-masalah kesehatan dapat

menjadi rancu dan tidak jelas.

b. Monitoring situs kesehatan dunia

WHO Sebagai lembaga yang berada di dalam

naungan United Nations, sudah tentu memiliki peran untuk

memonitor situasi kesehatan dunia. Program public health

surveillance merupakan upaya berkelanjutan dan sistematis dari

WHO untuk dapat menganalisis dan menginterpretasi tren-tren

kesehatan termasuk potensi wabah penyakit yang dapat

menyebar. Dengan demikian, langkah preventif dapat diambil

guna mencegah penyebaran wabah-wabah penyakit yang baru

20
ataupun menganalisis kebutuhan-kebutuhan akan kesehatan di

suatu negara/wilayah.

c. Memimpin penyelesain-penyelesain masalah terkait kesehatan

Beberapa penyakit menular seperti HIV/AIDS, SARS,

Avian Influenza, yang mana kasus tersebut membuat keamanan

negara enjadi waspada. Hal-hal kritis tersebut dikarenakan

wabah penyakit yang ditakutkan menyebar dan masalah

kesehatan inilah yang menjadi tanggung jawab WHO untuk

diselesaikan. Selain itu, WHO juga memimpin koordinasi

dengan sejumlah lembaga terkait untuk penyelesaian masalah

kesehatan tersebut. Semisal kerjasama dengan lembaga

penelitian maupun dengan negara-negara guna menciptakan

obat untuk menyembuhkan wabah penyakit maupun

penanggulan lainnya.

d. Mengagendakan riset untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

WHO mengagendakan dan mengatur riset-riset kesehatan

guna kemajuan ilmu pengetahuan. Dengan demikian,

perkembangan ilmu pengetahuan akan semakin maju di dunia,

riset yang dilakukan tentu belum sempurna. Hal ini yang dapat

menstimulus para ilmuwan untuk terus mengembangkannya

demi kemajuan ilmu pengetahuan.

e. Mengatur standar-standar dan norma-norma terkait kesehatan.

21
WHO mengatur standar-standar untuk diterapkan di negara-

negara dunia terkait kesehatan. Hal ini dilakukan guna

memastikan negara-negara dunia dapat meningkatkan taraf

kesehatan para penduduknya dengan sebaik mungkin.

f. Menyediakan dukungan teknis.

Khususnya negara yang masih tertinggal secara ekonomi,

membutuhkan bantuan dalam hal penyediaan fasilitas-fasilitas

kesehatan. Dalam hal ini peran WHO merupakan pengadaan

barang-barang tersebut, dengan koordinasi dari pemerintah

negara yang bersangkutan.

22
BAB III

VIRUS EBOLA SEBAGAI WABAH DAN ANCAMAN KEAMANAN

NEGARA DI AFRIKA BARAT

A. PENYEBARAN VIRUS EBOLA DI AFRIKA BARAT

Kasus ebola pertama kali ditemukan di Zaire yang saat ini bernama

Demokratik Kongo pada tahun 1976, penularan penyakit ini sangat cepat

dan terjadi melalui kontak langsung dengan darah serta cairan tubuh

penderita yang terinfeksi bahkan dengan cairan tubuh penderita ebola yang

telah meninggal akan menular dalam rentan waktu hanya beberapa hari.

Praktik penguburan tradisional, seperti mencuci mati akan meninggalkan

virus kepada keluarga dan anggota masyarakat yang rentan terhadap

infeksi. Adapun tanda-tanda terjangkit virus ebola sendiri diantaranya

sakit kepala, demam, nyeri sendi, diare, muntah-muntah dan dehidrasi.

Awal mulanya seorang pasien bernama Mabalo mengalami demam

tinggi dan dirawat di rumah sakit Yambuku Mission. Mabalo mengalami

gejala tersebut setelah kepulangannya dari Zaire Utara dengan diagnosa

awal yaitu menderita malaria. Kemudian salah satu suster di rumah sakit

yang merawat Mabalo menyuntik quinine (salah satu jenis obat untuk

malaria) dan mengizinkan Mabalo untuk melanjutkan istirahat di rumah.

Rumah sakit yang merawat Mabalo memiliki peralatan kesehatan yang

minimum, sehingga jarum suntik yang telah digunakan Mabalo digunakan

kembali untuk menyuntik pasien yang lain. Kemudian tidak lama setelah

23
itu, pada tanggal 8 Februari 1976 Mabalo meninggal, dan dimakamkan

menggunakan ritual tradisional oleh istri, ibu, teman-teman serta

kerabatnya. Ritualnya merupakan mengeluarkan seluruh makanan dan

kotoran dari dalam tubuhnya, sebuah ritual yang menggunakan tangan

secara langsung. Seminggu kemudian, sebanyak 21 orang dari teman dan

keluarga Mabalo serta orang-orang yang terlibat dalam ritual tersebut

mengalami demam tinggi seperti ciri-ciri malaria dan akhirnya meninggal

dunia. Setelah kematian Mabalo, rumah sakit menjadi ramai dengan

orang-orang yang terindikasi sama dengan penyakit Mabalo.

Wabah mematikan ini mulai terdeteksi di Guinea pada akhir tahun

2013 kemudian tersebar luas hingga ke Liberia dan Sierra Leone.

Berdasarkan data yang diperoleh dari WHO, jumlah korban meninggal dan

jumlah kasus terinfeksi akibat virus Ebola telah semakin meningkat, pada

tahun 2014 di Liberia telah ditemukan 4.076 kasus infeksi dan 2.316

kematian, kemudian disusul oleh Siera Leone dengan 2.950 kasus infeksi

dan 930 kasus kematian. Pada urutan ketiga, terdapat Guinea dengan 1.350

kasus infeksi dan 778 kasus kematian. Sementara itu, petugas kesehatan

juga tidak luput mengalami risiko. Di seluruh negara, petugas kesehatan

yang telah meninggal akibat terkena virus Ebola berjumlah 233 dari 416

kasus. Bahkan, PBB menyatakan bahwa lebih dari 233 petugas kesehatan

yang bekerja di Afrika Barat telah meninggal akibat Ebola8.

8
Anita K. Mc Elory, Ebola Hemorrhagic Fever: Novel Biomarker Correlates of Clinical Outcome,
OXFORD UNIVERSITY PRESS Journals, Vol. 210 Issue 4, no 210/4/558, 10 Januari 2014, hlm. 1

24
Wabah ebola merembak pada Desember 2013 di Guinea, diikuti

dengan tanda-tanda pandemi yang luar biasa sekitar bulan Maret 2014.

Upaya mengatasi ebola merupakan perang yang membutuhkan kerja sama

dan kerja keras semua pihak, PBB menjanjikan akan meningkatkan upaya

melawan virus ini dan memperkirakan akan memakan waktu lebih dari

enam bulan untuk melaksanakannya. Namun adapun kendala dari upaya

tersebut karena larangan penerbangan ke negara-negara yang tengah

terjangkiti ebola sehingga menghentikan pademi tersebut, tidak hanya itu

masalah ini juga diperparah oleh terbatasnya akses dan infrastruktur

kesehatan di Afrika Barat ada pula sebagian besar orang justru nenilih

merawat kerabat dan keluargannya yang terpapar virus di rumah

ketimbang membawa mereka ke pusat isolasi.

Mengutip pernyataan dari WHO bahwa sebelumnya ebola telah

diremehkan, namun dengan meningkatnya jumlah orang yang tewas,

upaya internasional perlu dilakukan agar korban ebola tidak terus

bertambah. WHO telah mendeklarasikan situasi emergency kesehatan

internasional dan meminta seluruh pihak berwenang untuk ikut serta

mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan. WHO telah menobatkan

virus ebola sebagai virus yang harus di waspadai oleh seluruh dunia.

Berbagai negara telah mengambil langkah-langkah pencegahan

menyebarnya virus dengan memeriksa wisatawan atau pendatang yang

mendarat dari negara Afrika Barat. Negara Kenya bahkan telah

memutuskan untuk menangkal warga negara atau wisatawan yang baru

25
mengunjungi negara-negara Afrika Barat kemudian mendarat di Kenya.

Sedangkan di Negara Sierra Leone memutuskan bahwa siapa saja yang

menyembunyikan pasien sedang terjangkit virus ebola merupakan

pelanggaran pidana berat. Pernyataan tersebut sebagai tanggapan atas

kaburnya beberapa pasien ebola dari rumah sakit di distrik Kenema, yang

merupakan pusat wabah Ebola9.

WHO telah menyatakan emergency kesehatan global atas ebola.

Namun, organisasi internasional ini mendapat kritik karena dinilai

terlambat dalam penanganan penyakit ini. Direktur Jenderal WHO saat itu,

Margaret Chan, menyatakan pihaknya tidak menduga wabah ebola akan

bergerak demikian cepat hingga lintas batas negara, menurutnya, wabah

ini bergerak lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Ebola di

Afrika Barat menyebar terlalu cepat dibandingkan upaya untuk

mengontrolnya, kegagalan untuk mencegah penyebaran ebola dapat

berakibat fatal karena jumlah korban tewas terus bertambah. Penyebaran

virus sebetulnya bisa dihentikan jika dilakukan pencegahan yang paling

mendesak di dalam negeri (dari negara yang terkena wabah) lalu

menyesuaikannya dengan dukungan cepat pihak internasional10.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa wabah

Ebola di Afrika Barat merupakan suatu peristiwa luar biasa yang

menimbulkan risiko kesehatan ke negara-negara lain yang bersebelahan

9
Siti Hidriyah, Kerjasama Internasional Dalam Pencegahan Ebola, Info Singkat Hubungan
Internasional Kajian Terhadap Isu-Isu Terkini, Vol. VI, No. 16/II/P3DI/Agustus?2014, hlm. 6
10
Ibid, hlm. 7

26
maupun yang jauh sekalipun. Komite Darurat Organisasi Kesehatan Dunia

tentang virus Ebola juga mengatakan kemungkinan konsekuensi

penyebaran internasional Ebola lebih lanjut sangat serius, karena faktor-

faktor virulensi virus, fasilitas kesehatan pola transmisi dan intensif

masyarakat serta sistem kesehatan yang lemah, sehingga menjadi paling

berisiko bagi negara lain terkena dampaknya. Ebola adalah penyakit

menular yang hingga saat ini belum ditemukan pengobatan atau obat

penyembuhnya.

WHO telah memperingatkan para pemimpin dunia, pemimpin

negara dan Kementerian Kesehatan negara, bahwasanya mereka harus

menyatakan keadaan emergency nasional, memberikan informasi tentang

situasi Ebola saat ini, dan memberi nasihat tentang langkah-langkah apa

yang diambil untuk mengatasi wabah dan pentingnya peran pemimpin

dunia, peran pimpinan negara, peran masyarakat dan Organisasi

Internasional juga penting memperhatikan suspensi perjalanan

internasional untuk mencegah penyebaran virus11.

B. KEAMANAN NEGARA

Kasus penularan Ebola di luar Afrika itu kembali mencuatkan

ketakutan WHO akan makin melebarnya wabah. Sebagai tindakan

antisipasi, sejumlah bandar udara di Amerika Serikat dan Eropa sedang

menerapkan pemeriksaan kesehatan terhadap penumpang yang datang dari

11
Mirajnews, WHO: Wabah Ebola Timbulkan Risiko Ke Negara-Negara Lain, 9 Agustus 2014

27
Afrika Barat. Kemudian bandara di New York, Atlanta, Chicago, Newark

dan Washington melakukan screening suhu tubuh untuk melacak

kemungkinan penyebaran virus terjadi dan penumpang harus melalui tahap

interview terlebih dahulu untuk mengetahui kemungkinan terpapar virus

Ebola.

Sedangkan di bandara internasional Incheon, Korea Selatan, pusat

perjalanan udara utama di Asia melakukan pemeriksaan karantina terhadap

para penumpang yang mendarat. Pihak berwenang mengatakan semua

penumpang direkam dengan kamera infra-merah untuk mendeteksi

penumpang yang menderita sakit demam. Juru bicara Kementerian Luar

Negeri Korea Selatan Han Hye-Jin mengatakan ini dilakukan karena Ebola

menjadi keprihatinan besar.12

Han Hye-Jin mengatakan pemerintah Korea Selatan bekerjasama

dengan otorita kesehatan untuk memperhatikan dan secara seksama

menentukan apakah langkah tambahan perlu dilakukan. Pusat Pencegahan

dan Pengendalian Penyakit atau CDC Korea Selatan mengatakan telah

membentuk gugus tugas Ebola dan siap untuk menghadapi kemungkinan

infeksi itu jika melanda di Korea Selatan, CDC Korea juga menghimbau

warga Korea Selatan untuk tidak berkunjung ke negara-negara Afrika di

mana wabah Ebola merebak.

Australia juga mengeluarkan peringatan perjalanan ke negara-

negara dengan tingkat penyebaran yang tinggi yaitu Guinea, Sierra Leone

12
(masukin referensi)

28
dan Liberia. Kepala Urusan Medis Australia, Chris Baggoley mengatakan

kemungkinan menyebarnya Ebola ke Australia sangat rendah, akan tetapi

semua badan perlindungan perbatasan disiagakan terhadap kemungkinan

gejala-gejala dari penumpang yang baru tiba baik lewat udara maupun

laut.

Di Hong Kong, Pusat Perlindungan Kesehatan Masyarakat

mengatakan rumah sakit umum mulai melaporkan dan menguji semua

pasien yang menderita demam, yang dalam 21 hari terakhir–telah

melakukan perjalanan ke tiga negara Afrika di mana Ebola sedang

merebak. Meskipun tidak ada penerbangan langsung dari Afrika Barat ke

Hong Kong, Menteri Kesehatan Hong Kong, Dr. Ko Wing-Man

mengungkapkan kekhawatiran bahwa Ebola masih bisa menyusup ke

kawasan itu lewat perjalanan udara.13

Kementerian Kesehatan Hong Kong mengeluarkan peringatan

menyusul rapat darurat yang diselenggarakan dengan dokter-dokter

spesialis untuk membahas rencana tak terduga seandainya penyakit itu

ditemukan di Hong Kong dimana merupakan kota yang terletak sekitar 13

ribu kilometer dari Afrika Barat. Dr. Ko Wing-Man mengatakan bagi siapa

saja yang terindentifikasi virus tersebut agar diisolasi dan Hong Kong

menyatakan bahwa 59 ruang isolasi telah disiapkan di rumah sakit

Princess Margaret bagi mereka yang diduga mengidap Ebola. Sejauh ini

kota ini menyaksikan satu kasus menakutkan, dimana seorang perempuan

13
(reference)

29
Hong Kong berusia 39 tahun yang baru-baru ini melakukan perjalanan ke

Kenya, ditempatkan di ruang isolasi rumah sakit Queen Mary setelah ia

muntah-muntah dan terkena demam. Tetapi Otoritas Rumah Sakit Hong

Kong mengatakan hasil tes virus Ebolanya negatif dan ia telah diijinkan

pulang.

Kementerian Kesehatan Singapura telah mengeluarkan pernyataan

yang menyatakan bahwa Ebola “merupakan risiko kesehatan publik yang

bertingkat rendah untuk Singapura”, sebagian karena rendahnya

konektivitas perjalanan ke Afrika Barat yang mana merupakan tempat

wabah itu kini terjadi. Meskipun demikian bandara internasional Changi

merupakan bandara tersibuk kelima di dunia dan pada tahun 2013 yang

dilalui lebih dari 52 juta penumpang pesawat.

Sementara itu otorita bandara Suvarnabhumi, Bangkok yang juga

merupakan salah satu bandara tersibuk di dunia serta disinggahi oleh lebih

dari 30 juta penumpang pesawat setiap tahun mengatakan hanya 30-50

orang setiap minggu diduga berasal dari negara-negara di mana Ebola

sedang mewabah. Sejauh ini belum ada pemeriksaan khusus Ebola bagi

penumpang pesawat. Tetapi semua rumah sakit di Thailand telah

diperintahkan untuk mengawasi pasien yang memiliki gejala seperti Ebola,

khususnya yang sebelumnya telah melakukan perjalanan ke negara-negara

di Afrika Barat. Maskapai penerbangan telah memberikan kebijakan untuk

membatalkan penerbangan ke kawasan tersebut.

30
Dr. Day mengatakan virus Ebola hanya tertular lewat kontak

langsung dengan darah, ludah dan cairan tubuh lain. Alasan yang membuat

setiap orang khawatir dengan Ebola adalah karena ini merupakan penyakit

yang mematikan bagi penderitannya. Menurutnya, penyakit ini cukup sulit

menular kecuali benar-benar adanya kontak fisik dengan penderita Ebola.

Jadi penerapan standar kesehatan publik, isolasi klinis dan karantina

tampaknya cukup untuk mengatasi wabah virus tersebut.

Sedangkan Liberia memberlakukan karantina terhadap beberapa

komunitas, menutup semua sekolah dan pasar dimana banyak orang akan

bertemu dan berkontak langsung, serta memberikan cuti selama 30 hari

kepada pegawai pemerintah yang tidak esensiil serta adanya pertemuan

publik tidak diperbolehkan. Sementara Presiden Sierra Leone

mengumumkan status emergency kesehatan publik dan memerintahkan

personil keamanan untuk memberlakukan tindakan karantina guna

mencegah penyebaran lebih jauh dari virus itu. Jumlah orang yang

meninggal karena virus tersebut di Afrika Barat telah mencapai 672 orang,

menurut data PBB.14

Maskapai penerbangan besar, Asky, menyatakan telah

menghentikan semua penerbangan ke ibukota Liberia dan Sierra Leone

karena meningkatnya kekhawatiran terhadap virus tersebut. Ini adalah

maskapai penerbangan kedua yang memutuskan hal ini, setelah terjadinya

wabah Ebola paling mematikan ini. Ebola membunuh sampai 90% orang

14
(reference)

31
yang terinfeksi, tetapi para pasien berkemungkinan lebih besar untuk

sembuh jika mendapatkan perawatan dini.

Wabah pertama kali dilaporkan di Guinea pada bulan Februari.

Kemudian menyebar ke Liberia dan Sierra Leone. Nigeria, negara

berpenduduk paling besar di Afrika, melaporkan kasus pertamanya,

pegawai pemerintah Liberia yaitu Patrick Sawyer yang terbang ke kota

utama, Lagos dengan menggunakan Asky. Menteri-menteri kesehatan

Afrika Barat sepakat mencabut larangan perjalanan yang diberlakukan

untuk mencegah penyebaran Ebola. Para Menteri kesehatan mencapai

kesepakatan dalam pertemuan di Ghana, setelah WHO mengatakan

larangan dapat menyebabkan kekurangan pasokan makanan dan

membahayakan upaya memerangi virus.

WHO mengatakan serangan virus Ebola di Afrika Barat dapat

menginfeksi lebih dari 20.000 orang. Organisasi itu mengatakan kasus

yang terjadi bisa lebih banyak dibandingkan data resmi, WHO juga

mengatakan maskapai harus melanjutkan lagi penerbangan yang

emergency di wilayah tersebut, karena larangan perjalanan akan

mengancam upaya memerangi epidemi. Baginya, Ini bukan hanya masalah

bagi Afrika Barat atau Afrika saja tetapi merupakan sebuah masalah

keamanan kesehatan global. Dalam kesepakatan para menteri

kesehatan Afrika Barat merekomendasikan negara-negara yang terinfeksi

virus harus melakukan pemeriksaan terhadap penumpang pesawat. Hal ini

32
dikarenakan kekhawatiran yang muncul adalah virus dapat menyebar ke

sekitar 10 negara, selain empat yang sudah terinfeksi.

Jumlah orang yang tewas akibat Ebola di Liberia, Sierra Leone,

Guinea dan Nigeria mencapai 1.552. dan sekitar 3.000 orang melaporkan

gejala penyakit akibat virus tersebut. Rencana aksi WHO untuk mengatasi

penyebaran Ebola, dengan anggaran $489 juta atau RP 5.7 trilliun,

membutuhkan waktu sembilan bulan dan melibatkan 750 pekerja

internasional serta 12.000 warga dari negara Afrika Barat.15

15
(reference)

33
BAB IV

UPAYA WORLD HEALTH ORGANIZATION

A. PEMBENTUKAN UNMEER

Pada tahun 2014–2015, terdapat sebuah virus yang telah menyebar

luas ke negara–negara Afrika Barat, dengan dampak paling parah terjadi di

Guinea, Liberria, dan Sierra Leone. Dari tiga negara tersebut, wilayah

mereka saling berdekatan dan memiliki sumber daya alam yang melimpah.

Akan tetapi negara–negara tersebut tidak dapat mengelola sumber daya

alamnya dengan baik karena terjadi masalah–masalah di negara tersebut.

Padahal, jika tidak ada permasalahan internal di negara tersebut dan dapat

memanfaatkan sumber daya secara baik akan meningkatkan kesejahteraan

masyarakatnya dan sebuah virus bernama Ebola dapat teratasi.

Di Guinea, meskipun memiliki sumber daya alam yang cukup

banyak termasuk berlian dan emas, Guinea menghadapi tantangan yang

beragam. Di negara ini tingkat kemiskinan dan malnutrisi sangat

memprihatinkan, terutama daerah pedesaan, dengan rata-rata 55 persen

penduduk Guinea tinggal dibawah garis kemiskinan, dan tingkat

pengangguran yang tinggi, terutama di kalangan remaja dan perempuan.

Sekitar 17,5 persen dari populaasi atau sekitar 1,9 juta orang memakan

makanan yang tidak aman dan tidak sehat, lalu kurang dari 100.000 anak

dibawah usia 5 tahun menderita gizi buruk, kemudian diikuti 230.000

anak-anak menderita malnutrisi akut sedang. Secara keseluruhan, tingkat

34
kekurangan gizi kronis mencapai 25,9% secara nasional, Guinea rentan

terhadap bencana alam yang berulang, yang mengakibatkan melemahkan

ketahanan pangan. Sebagian besar orang di Guinea mengandalkan

pertanian subsisten dan tidak tercakup dalam program jaringan pengaman

nasional, sehingga sangat retan terhadap dampak banjir dan bencana alam

lainnya serta merabwahnya sebuah penyakit, seperti epidemi Ebola.

Korupsi yang merajalela di kalangan pejabat pemerintahan

membantu menjelaskan mengapa negara kaya semacam ini memiliki

tingkat kemiskinan yang tinggi. Pejabat senior pemerintah telah

mengumpulkan kekayaan pribadi yang sangat besar dari ledakan minyak,

Investigasi pencucian uang mengungkapkan korupsi sistemik di

pemerintahan. Pemerintah menginvestigasikan banyak proyek

infrastruktur samar yang telah menaikkan harga dan nilai sosial yang kecil,

dengan mengorbankan kesejahteraan warganya.

Sedangkan di negara Liberia, setelah mengalami 2 perang sipil

selama 30 tahun terakhir, rakyat di Liberia mulai membangun kembali

kehidupan mereka. Sekitar 80 persen penduduk hidup dalam kemiskinan

dan penyakit yang merajalela. Kemiskinan di Liberia disebabkan oleh

korupsi dan konflik pemerintah, korupsi di pemerintah merupakan

penyebab utama. Menurut Transparancy Internasional, gaji publik yang

rendah dan kurangnya pelatihan yang layak menciptakan insentif untuk

korupsi. Negara ini juga gagal memanfaatkan sumber daya alamnya secara

produktif, meskipun berlimpahan dengan kekayaan mineralnya seperti

35
bijih besi, kayu, berlian, karet dan emas. Namun pengelolaan sumber daya

alam mengalami masalah korupsi dan tata kelola menjadi buruk. Jika

pengelolaan sumber daya alam ini tidak rusak, negara ini dapat

menggunakan mineral sebagai cara untuk mendatangkan dana yang

banyak.

Penyebab lain kemiskinan di Liberia adalah bahwa selama perang,

lebih dari 200.000 orang kehilangan nyawa mereka. Banyak diantaranya

anak-anak di Liberia dipaksa untuk berperang dan hanya sedikit yang

mempunyai kesempatan untuk menyesuaikan diri kembali dengan

kehidupan sipil normal. Hal ini mengakibatkan mereka beralih kejahatan

dan kehidupan yang miskin. Infrastruktur jalan yang rusak dan keadaan

petani yang buruk mengakibatkan negara ini bergantung pada impor.

Libria juga mengalami kondisi ketahanan pangan yang buruk.

Selanjutnya negara Sierra leone telah menjadi negara yang diliputi

perang sipil dan kemiskinan sejak 1961. Meskipun negara ini menjadi

salah satu dari sedikit negara di dunia yang memiliki sumber daya alam

berharga seperti berlian dan mineral langka, negara ini terus menderita

kemiskinan yang ekstrem. Kemiskinan di negara ini disebabkan oleh

beberapa faktor antara lain; korupsi di dalam pemerintahan, infrastruktur

yang tidak memadai, kurangnya pendidikan dan hak-hak sipil yang tidak

terpenuhi. Salah satu faktor paling mendasar yang menyebabkan

kemiskinan di Sierra Leone korupsi di pemerintahan, pemerintah sangat

tidak kompeten dalam menyediakan kebutuhan warganya yang paling

36
dasar, karena kebutuhan ini telah dirampas untuk pejabat pemerintahan

sendiri. Negara ini tidak memiliki perawatan kesehatan yang mendasar,

penyediaan makanan dan minuman yang tidak memadai, dan perumahan

yang kondusif secara struktural. Korupsi sangat jelas di sektor kesehatan,

dimana obat -obatan dan barang-barang terkait kesehatan lainnya kurang

tersedia. Dana, baik dari dalam Sierra Leone sendiri dan dari bantuan

negara-negara pendonor, telah digunakan untuk melayani kebutuhan

pejabat pemerintah dan elite politik, seharusnya dana tersebut

dipergunakan untuk memperbaiki kehidupan sehari-hari bagi warga

miskin, seperti memberikan perawatan kesehatan gratis, gaji untuk

pekerja, dan pendidikan gratis malah hilang di kalangan pemerintahan

untuk kepentingan pribadi.

Selain itu, uang yang ditujukan untuk membangun jalan dan

jembatan agar memungkinkan transportasi barang dan layanan dasar

masuk ke kantong pejabat pemerintah. Kurangnya jalan beraspal dan tidak

adanya jalan raya, membuat Sierra Leone kesulitan untuk melakukan

kegiatan perdagangan. Industri berlian, menjadi slah satu sumber

pendapatan utama pemerintah Sierra Leone, namun efek jatuh-bangun

hampir tidak ada, warga kelas bawah dan pedesaan masih mengalami

hubungan kerja eksploitatif dan kemiskinan yang terus menerus

dikalangan pertambangan.

Menyebar luasnya wabah Ebola di tiga negara tesebut dapat

dikaitan dengan keadaan negara – negara tesebut saat ini, dari tiga negara

37
tersebut tidak ada negara yang tidak miskin. Baik Guinea, Liberia dan

Sierra Leone memiliki sistem pemerintahan yang buruk terjadi korupsi di

mana-mana, kemiskinan, dan gizi buruk. Padahal tiga negara ini memiliki

sumber daya alam yang melimpah tetapi tidak bisa dimanfaatkan secara

baik. Faktor-faktor diatas mengakibatkan rendahnya sistem kesehatan

yang ada di tiga negara tersebut, padahal sistem kesehatan disuatu negara

sangatlah penting untuk membendung suatu penyakit yang sedang

menyerang. Jika tidak adanya tenaga kerja kesehatan ahli, obat-obatan,

dan alat-alat kesehatan yang memadai suatu wabah dapat menyebar luas di

negara.

Tenaga kesehatan merupakan salah satu pengaruh terbesar dalam

pengendalian virus Ebola. Hal ini dibuktikan bahwa, negara-negara Afrika

yang sebelumnya terkena dampak dari adanya Ebola secara efektif

mengendalikan wabah mereka dengan segaera menyebarkan tenaga-tenaga

kesehatan terampil. Tiga negara yang paling terpengaruh dengan adanya

Ebola sebelumnya tidak pernah menghadapi wabah sebesar itu. Oleh

karena itu, tiga negara tersebut tidak memiliki pengalaman dan sumber

daya dalam menanggulangi wabah mematikan itu secara cepat dan tepat.

Sebagai contoh, meskipun negara Nigeria tidak memiliki sistem kesehatan

yang sangat maju, mereka segera memobilisasi tenaga kesehatan mereka

untuk mencegah penyebaran wabah Ebola ini.

Di Guinea hanya memiliki tenaga kerja kesehatan (dokter, perawat,

bidan, dokter gigi, apoteker, dan psikiater) kurang dari 1,5 per 10.000

38
penduduk, dengan total tiga tempat tidur sakit per 10.000 penduduk,

Belanja pemerintah per kapita untuk kesehatan US $ 9 pertahun. Di

Liberia memiliki tenaga kerja kesehatan 3,7 per 10.000 penduduk dan

sekitar delapan tempat tidur rumah sakit per 10.000 penduduk.

Pengeluaran pemerintah untuk kesehatan US $13. Sedangkan di Sierra

Leone memiliki tenaga kerja kesehatan 2,2 per 10.000 penduduk dan

sekitar empat tempat tidur rumah sakit per 10.000 penduduk, belanja

pemerintah untuk kesehatan US $ 12. Infrastruktur sistem kesehatan

masyarakat dari ketiga negara tidak memiliki unsur utama elemen yang

dibutuhkan untuk mengendalikan wabah, termasuk tenaga kerja kesehatan

yang kuat.

Kekurangan petugas kesehatan kemungkinan disebabkan oleh

perang sipil yang terjadi. Kondisi kerja yang buruk dan gaji yang rendah

membuat para petugas layanan kesehatan melarikan diri ke negara lain

saat wabah Ebola dimulai. Surveilans, fasilitas diagnostik dan investigasi

kasus penting untuk mengendalikan wabah, hal ini tidak ada gunanya

tanpa tenaga kesehatan terlatih. Alasan tersebut yang membuat masyarakat

internasional mengirim staf asing untuk mendukung pembangunan unit

perawatan, unit pasien, dan menyediakan sistem surveilans. Tidak bisa

dipungkiri bahwa, petugas kesehatan memiliki risiko terinfeksi dan

mengalami kematian yang sangat tingi, karena mereka selalu berhubungan

langsung dengan para korban Ebola. Hal ini mengakibatkan, timbulnya

dampak yang tidak langsung terhadap staf kesehatan lainnya, yang ikut

39
cemas dan takut untuk menghadapi penolakan dari keluarga dan

masyarakat mereka. Kemudian menyebabkan beban tambahan, kelelahan,

tingkat perputaran yang cepat dan pengelolaan petugas kesehatan yang

buruk. Perawat adalah yang paling terlibat dan terhubung langsung dengan

masyarakat, akan sangat berguna jika melatih meraka untuk menyebarkan

pesan efektif. Orang yang awalnya terkena Ebola kemudian sembuh dapat

direkrut untuk berbagi pengalaman dan membantu mengendalikan wabah

Ebola kedepannya.

Komisi urusan soal-soal administrasi dan keuangan Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) atau Komisi 5 telah mengesahkan resolusi alokasi

pos anggaran senilai kira-kira 50 juta dollar Amerika Serikat (AS) untuk

perutusan urusan masalah menghadapi Emergency wabah Ebola dari

Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNMEER) yang baru saja dibentuk dan

sebagai Kantor Utusan Khusus urusan wabah Ebola.16 Ketua Majelis

Umum PBB, Sam Kutesa, menganggap bahwa pembentukan UNMEER

merupakan langkah pertama dalam upaya global untuk mengontrol

meledaknya wabah Ebola. Ketua Sam Kutesa, menyambut baik Komisi 5

yang telah cepat mengesahkan anggaran keuangan untuk aktivitas

UNMEER dan merangsang Komisi 5 supaya perlu berdasarkan pada

tenaga pendorong ini untuk memperkuat kepercayaan yang lebih besar

antara para anggota.

16
(reference)

40
Sekarang, unit-unit UNMEER telah digelarkan ke Markas

perutusan di Accra, Ghana dan ke kantor-kantor di Guniea, Liberia dan

Sierra Leone. Selain sumber anggaran keuangan untuk UNMEER, Kantor

Koordinator urusan soal-soal kemanusiaan PBB (UN OCHA) menganggap

bahwa mereka perlu memobilisasikan biaya kira-kira 1 miliar dollar AS

untuk menghadapi wabah Ebola. Sekarang, jumlah uang yang

dimobilisasikan mencapai 257 juta dollar AS. Sampai sekarang, ada kira-

kira 6.500 orang yang terkena virus Ebola dan kira-kira 3.300 orang telah

tewas sejak wabah ini meledak pada Maret 2013.17

Ebola memberikan dampak yang cukup besar bagi sosial, ekonomi

dan psikologi pada masyarakat di ketiga negara terparah, hal tersebut

melatar belakangi pemerintah-pemerintah di Afrika Barat bekerjasama

dengan WHO untuk mengembalikan rasa percaya diri dan mengembalikan

rasa aman untuk tinggal dan beraktifitas sehari-hari seperti biasa. Selain

itu WHO sebagai International Governmental Organization (IGO)

mengkoordinasi respon-respon internasional untuk dapat ikut serta dalam

menanggulangi penyebaran virus Ebola di Afrika Barat, seperti

mengfasilitasi donatur-donatur yang ingin membantu pendanaan untuk

Ebola, membawa, mengumumkan serta menberikan tingkat emergency

Ebola yang terjadi di Afrika Barat pada siding-sidang pertemuan

internasional PBB maupun pertemuan internasional yang lainnya. Upaya

yang dilakukan WHO untuk mencapai tujuan menghentikan penyebaran

17
(reference)

41
Ebola menjadi Zero-Cases (0kasus) dibagi menjadi empat bidang usaha

yaitu respon terhadap Ebola, kesiap siagaan menghadapi Ebola, pelatihan,

serta penelitian dan pengembangan vaksin dan obat-obatan.18

Untuk mencapai tujuan tersebut WHO bekerja sama dengan

pemerintah, masyarakat setempat, dan organisasi-organisasi internasional

yang lain. Sejak virus Ebola teridentifikasi pada 23 Maret 2014, WHO

mengawali upayanya dengan mengirimkan kurang lebih 2000 tenaga ahli

teknis, termasuk 562 orang dari GOARN ke Afrika Barat dan dibagi ke

beberapa wilayah dengan pembagian sebagai berikut 777 ke Guinea,

460ke Liberia, dan 668 ke Sierra Leone.19 Selain itu, 108 orang dikerahkan

untuk Nigeria, Mali, dan Senegal, diantara 2000 tenaga ahli yang dikirim

merupakan 600 ahli epidemiologi, 76 koordinator lapangan, 73 manajer

data, 242 teknisi laboratorium, 26 dokter, 110 logistik, 128 spesialis IPC

(infection preventionand control), 44 petugas komunikasi, 53 mobilisasi

sosial dan 15 antropologi.20 WHO juga memiliki 77 lapangan medis

dengan sekitar 710 staff WHO yang berada di Sierra Leone, Liberia dan

Guinea. WHO menyediakan 250 alat peraga, fasilitas panduan, dan materi

pelatihan lainnya oleh WHO IPC dan pelatih manajemen klinis untuk

pelatihan masyarakat tanggap Ebola. WHO mengkoordinir penyebaran

230 tenaga ahli untuk 26 laboratorium lapangan

melalui Emergingand Dangerous Pathogens Laboratory Network (EDPL

18
(reference)
19
ibid
20
ibid

42
N), dimana laboratorium ini mampu memeriksa sekitar 750 sample

perhari. Dalam bidang logistik WHO juga memberikan kontribusi seperti

menyediakan lebih dari 1000 tempat tidur untuk pasien Ebola, 1.42 juta

PPE,transportasi medis beserta pengendara, ketersediaan air bersih,

telekomunikasi, dan keamanan.21

Pada bulan Agustus 2014, WHO telah membantu dengan

pembangunan lima unit perawatan Ebola (ETUs) dan memberikan

dukungan teknis selama pembentukan tambahan 85 pusat perawatan

masyarakat dan 78 pusat-pusat penampungan di tiga negara yang terkena

dampak terparah. Hal ini dilakukan bekerjasama dengan MSF, Emergency,

Partners in Health, IFRC, IMC, IOM, Samaritan’s Purse, dan Save the

Children. Dukungan teknis yang diberikan oleh WHO dalam ETUs

termasuk IPC, pelatihan, saran klinis, kesehatan dan keselamatan

kerja, dan koordinasi FMT,WHO juga membantu dalam penyebaran 58

tim medis dan ahli teknis asing dari seluruh dunia.WHO juga telah

mengembangkan dan mempublikasikan hampir 60 dokumen teknis dan

pedoman bagi para ahli untuk menanggapi wabah Ebola, hal ini mencakup

berbagai topik kesehatan masyarakat dan mencakup panduan tentang

kesiapan, pengawasan, pengendalian wabah, dan evaluasi untuk Ebola dan

epidemic, pencegahan infeksi dan bimbingan control, pedoman

penggunaan alat pelindung diri (PPE) yang tepat, cara melakukan

penguburan aman dan bermartabat, panduan manajemen klinis untuk virus

21
(www.apps.who.int/ebola/our-work/response/who-activities-report).

43
demam berdarah Ebola, panduan manual untuk perawatan dan pengelolaan

pasien di unit perawatan Ebola,dan pesan-pesan kunci untuk mobilisasi

sosial dan keterlibatan masyarakat. Selain turun langsung ke

lapangan untuk menangani penyebaran Ebola,WHO juga melakukan

koordinasi untuk penambahan dana bagi donator-donatur di dunia, salah

satunya WHO bekerja sama menggalang dana dengan World Bank dan

Uni Afrika, serta negara-negara besar lainnya seperti Amerika Serikat,

Inggris, dan negara-negara di Eropa dan Asia lainnya.

B. KERJASAMA INTERNASIONAL

Sudah 40 tahun sejak tahun 1976 hingga 2015 cara penyembuhan

penyakit endemik Ebola belum dapat ditemukan vaksin dan obatnya, pada

tahun 2014 dimana virus tersebut menyebar dengan cepat antar manusia

diwilayah Afrika Barat membuat fenomena ini menjadi isu ancaman

kesehatan dalam lingkup global. Dari hari ke hari korban kematian akibat

Ebola terus bertambah, sehingga menimbulkan kepanikan terhadap

masyarakat internasional, sehingga WHO melakukan upaya penelitian dan

pengembangan pengobatan terhadap virus Ebola, berkerjasama dengan

perusahaan-perusahaan farmasi besar dunia untuk mencari vaksin dan obat

yang mampu menyembuhkan manusia dari penyakit Ebola.

Sejak Maret 2014, WHO mengkoordinasi perusahaan-perusahaan

farmasi besar di dunia untuk melakukan beberapa bidang penelitian dan

perkembangan diantaranya adalah:

44
i. Vaksinasi

Saat ini setidaknya sudah ada 15 vaksin yang sedang

dikembangkan oleh perusahaan farmasi besar dunia, khususnya

di Amerika Serikat, Rusia, Eropa dan China. Namun hanya

terdapat empat vaksin yang merupakan kandidat utama yang

bisa dilanjutkan perkembangannya dan diuji coba kemanusia,

dua diantaranya merupakan vaksin yang paling canggih yang

pernah dikembangkan dalam tempo waktu satu tahun. Dua

vaksin tercanggih tersebut adalah ChAd3-ZEBOV, yang

dikembangkan oleh Glaxo Smith Kline (GSK), yang bekerja

sama dengan US National Institute of Allergy and Infectious

Diseases (NIAID) dan rVSV-ZEBOV, yang dikembangkan oleh

New Link Genetics dan Merck Vaccines USA, bekerja sama

dengan Badan Kesehatan Masyarakat Kanada. Dua kandidat

vaksin yang lainnya adalah Ad26-EBOV dan MVA-

EBOV yang dikembangkan oleh Johnson & Johnson, berkerja

sama dengan Bavarian Nordic, serta Novavax, yang merupkan

sebuah perusahaan bioteknologi di AS, mengembangkan

protein rekombinan Ebola.22 Empat vaksin tersebut telah

dicoba dalam tiga fase diberbagai daerah, fase pertama

dilakukan pada bulan September hingga Desember 2014, fase

22
(www.who.int/medicines/emp_ebola_q_as/en/)

45
kedua dilakukan pada bulan Februari 2015, dan fase percobaan

ketigadilakukan pada bulan Maret 2015.

ii. Pengobatan

1. Obat-obatan

Saat ini telah banyak obat yang didaftarkan oleh

WHO, walaupun obat-obatan tersebut merupakan obat non-

Ebola namun penggunaannya masih dianggap sah diberikan

kepada penderita Ebola yang telah menunjukkan efikasi

terhadap virus dalam tubuh. Sebuah uji klinis dari obat

favipiravir di Toyama, Jepang, pada akhir 2014 mulai

digunakan di Guinea dan berada di bawah naungan

INSERM, MSF dan pemerintah Guinea.

Selain itu, produk lain secara khusus dikembangkan

untuk Ebola masih dalam pengembangan, termasuk

monoklonal antibodi koktail ZMapp diLeafbio, USA dan

asam ribonukleat (siRNA) di Tekmira, Amerika Serikat,

Kanada. Obat ini diuji dalam tahap kecil uji klinis di

Inggris dan Amerika Serikat, pada saat ini sedang diuji di

Sierra Leone. Komunitas ilmiah juga menguji pada

primata non-manusia berbagai obat lain yang telah

diusulkan sebagai terapi potensial dan akan mengambil

yang paling menjanjikan dalam fase awal uji klinis.

2. Darah dan Plasma

46
Selain pengobatan menggunakan obat-obatan,

WHO juga mengkoordinasi pengobatan melalui transfusi

darah yang dibutuhkan oleh penderita Ebola, darah yang

didonorkan atau disumbangkan sebagian besar merupakan

darah mantan penderita penyakit Ebola yang telah sembuh

dari gejala Ebola.

iii. Diagnosa

Gejala yang ditimbulkan penyakit Ebola sering kali mirip

seperti demam berdarah biasa, hal itu membuat

penanganan penyakit ini lambat untuk dilakukan, sehingga

virus Ebola lebih cepat menyebar ke orang-orang disekitar

penderita yang terinfeksi. Pada bulan September 2014, WHO

memperkenalkan mekanisme baru emergency di bawah

Program Prakualifikasi Ebola Virus Disease In Vitro

Diagnostic (IVDs) secara cepat. Diagnostik pertama diterima

pada bulan November 2014 WHO juga meminta produsen

untuk mengembangkan dengan cepat dan dapat digunakan

dengan mudah, serta memilih yang paling cocok untuk

digunakan di negara-negara yang terkena dampak, di mana

infrastruktur kesehatan dan tenaga terlatih yang sangat kurang.

WHO melakukan konsultasi, pada tanggal 12 Desember 2014,

di manapara ahli diagnostik dan perusahaan diagnostik

bergabung dengan WHO dan NGOs FIND dan MSF untuk

47
merencanakan percepatan pengembangan, produksi dan

penyebaran tes Ebola. Hasil dari pertemuan tersebut telah

disetujui empat diagnosa untuk penyebaran darurat oleh WHO.

48
BAB V

PENUTUP

Bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan skripsi ini dan hanya akan

terdiri dari satu bab saja, yaitu kesimpulan. Kesimpulan ini diambil dari berbagai

penjelasan yang telah disampaikan pada bagian-bagian sebelumnya, sekaligus

menjadi penutup dari skripsi ini.

KESIMPULAN

Pada Era Modern tantangan baru dihadapi oleh organisasi-organisasi

Internasional, termasuk World Health Organization (WHO) yang Organisasi

Internasional yang berbasis pada kesehatan dunia. WHO seringkali

diperbincangkan ketika adanya hal mengenai kesehatan muncul, misalnya

beberapa negara terserang penyakit mematikan seperti HIV/AIDS dan Ebola,

negara di bagian Afrika Barat yaitu Liberia merabah penyakit yang

mengakibatkan status kesehatan di Liberia menjadi darurat, namun sebelumnya

kasus ini juga terjadi di Sierra Leone dan Nigeria beberapa waktu silam. Kasus

kesehatan di Liberia ini menyebabkan isu kesehatan global menjadi salah satu isu

yang menarik diperbincangkan karena dampak serta kerugian yang dapat

ditimbulkan sangat beragam, baik untuk individu, negara, dan dunia.

Wabah ebola merembak pada Desember 2013 di Guinea, diikuti dengan

tanda-tanda pandemi yang luar biasa sekitar bulan Maret 2014. Upaya mengatasi

ebola merupakan perang yang membutuhkan kerja sama dan kerja keras semua

pihak, PBB menjanjikan akan meningkatkan upaya melawan virus ini dan

49
memperkirakan akan memakan waktu lebih dari enam bulan untuk

melaksanakannya. Namun adapun kendala dari upaya tersebut karena larangan

penerbangan ke negara-negara yang tengah terjangkiti ebola sehingga

menghentikan pademi tersebut, tidak hanya itu masalah ini juga diperparah oleh

terbatasnya akses dan infrastruktur kesehatan di Afrika Barat ada pula sebagian

besar orang justru nenilih merawat kerabat dan keluargannya yang terpapar virus

di rumah ketimbang membawa mereka ke pusat isolasi.

Kasus penularan Ebola di luar Afrika itu kembali mencuatkan ketakutan

WHO akan makin melebarnya wabah. Sebagai tindakan antisipasi, sejumlah

bandar udara di Amerika Serikat dan Eropa sedang menerapkan pemeriksaan

kesehatan terhadap penumpang yang datang dari Afrika Barat. Kemudian bandara

di New York, Atlanta, Chicago, Newark dan Washington melakukan screening

suhu tubuh untuk melacak kemungkinan penyebaran virus terjadi dan penumpang

harus melalui tahap interview terlebih dahulu untuk mengetahui kemungkinan

terpapar virus Ebola. Sedangkan Liberia memberlakukan karantina terhadap

beberapa komunitas, menutup semua sekolah dan pasar dimana banyak orang

akan bertemu dan berkontak langsung, serta memberikan cuti selama 30 hari

kepada pegawai pemerintah yang tidak esensiil serta adanya pertemuan publik

tidak diperbolehkan. Sementara Presiden Sierra Leone mengumumkan status

emergency kesehatan publik dan memerintahkan personil keamanan untuk

memberlakukan tindakan karantina guna mencegah penyebaran lebih jauh dari

virus itu.

50
Ketua Majelis Umum PBB, Sam Kutesa, menganggap bahwa

pembentukan UNMEER merupakan langkah pertama dalam upaya global untuk

mengontrol meledaknya wabah Ebola. Ketua Sam Kutesa, menyambut baik

Komisi 5 yang telah cepat mengesahkan anggaran keuangan untuk aktivitas

UNMEER dan merangsang Komisi 5 supaya perlu berdasarkan pada tenaga

pendorong ini untuk memperkuat kepercayaan yang lebih besar antara para

anggota. Unit-unit UNMEER telah digelarkan ke Markas perutusan di Accra,

Ghana dan ke kantor-kantor di Guniea, Liberia dan Sierra Leone. Selain sumber

anggaran keuangan untuk UNMEER, Kantor Koordinator urusan soal-soal

kemanusiaan PBB (UN OCHA) menganggap bahwa mereka perlu

memobilisasikan biaya kira-kira 1 miliar dollar AS untuk menghadapi wabah

Ebola.

Ebola memberikan dampak yang cukup besar bagi sosial, ekonomi dan

psikologi pada masyarakat di ketiga negara terparah, hal tersebut melatar

belakangi pemerintah-pemerintah di Afrika Barat bekerjasama dengan WHO

untuk mengembalikan rasa percaya diri dan mengembalikan rasa aman untuk

tinggal dan beraktifitas sehari-hari seperti biasa. Selain itu WHO

sebagai International Governmental Organization (IGO) mengkoordinasi respon-

respon internasional untuk dapat ikut serta dalam menanggulangi penyebaran

virus Ebola di Afrika Barat. WHO mengkoordinasi perusahaan-perusahaan

farmasi besar di dunia untuk melakukan beberapa bidang penelitian dan

perkembangan diantaranya yaitu: Vaksinasi, Pengobatan, dan Diagnosa.

51
DAFTAR PUSTAKA

52

Anda mungkin juga menyukai