Makalah Askep Bronkitis Pada Anak
Makalah Askep Bronkitis Pada Anak
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi sekarang ini yang banyak menimbulkan kematian adalah
saluran pernafasan baik itu pernafasan atas maupun bawah, yang bersifat akut
atau kronis salah satunya penyakit bronchitis. Bronchitis pada anak berbeda
dengan bronchitis yang terjadi pada orang dewasa. Pada
anak bronchitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran nafas lain,
namun dapat juga merupakan penyakit tersendiri (Ngastiyah, 2006).
Di Amerika Serikat, menurut National Center for health Statistics, kira-kira ada
14 juta orang menderita bronchitis. Lebih dari 12 juta orang
menderita Bronchitis pada tahun 1994, sama dengan 5% populasi Amerika. Di
dunia Bronchitis merupakan masalah dunia. Frekuensi Bronchitis lebih banyak
pada status ekonomi rendah dan pada kawasan industri.Bronchitis lebih banyak
terdapat pada laki-laki dibanding perempuan (Samer, 2007).
Menurut data statistik Belanda, tujuh kali pada pasien anak-anak dibawah usia
1 tahun masuk rumah sakit dengan diagnosis bronchitis. Jumlah pasien tersebut
meningkat dari 1500 menjadi 5000 antara tahun 1981 – 2005, dengan rata-rata
35% pasien pada usia 0 – 1 tahun. Di kelompok umur tersebut juga terjadi
peningkatan sebanyak tujuh kali di periode tersebut. Antara tahun 1981 – 2005,
pasien dengan diagnosis bronchitis meningkat dari 29 menjadi 147 per 10.000
orang usia 0 – 1 tahun, separuh pasien tersebut adalah bayi dibawah usia 4
bulan (Ploemacher, 2010).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan Asuhan Keperawatan pada anak dengan Bronchitis.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami Asuhan Keperawatan Dasar Bronchitis
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada anak denganBronchitis
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada anak denganBronchitis
d. Mampu menentukan intervensi pada anak dengan Bronchitis
e. Mampu melakukan implementasi pada anak dengan Bronchitis
f. Mampu melakukan evaluasi pada anak dengan Bronchitis
g. Mampu mendokumentasikan semua tindakan asuhan keperawatan pada anak
dengan Bronchitis
BAB II
LANDASAN TEORI
a. Spesifik
1) Asma
2) Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).
3) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi
mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.
4) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
5) Sindrom aspirasi.
6) Penekanan pada saluran napas
7) Benda asing
8) Kelainan jantung bawaan
9) Kelainan sillia primer
10) Defisiensi imunologis
11) Kekurangan anfa-1-antitripsin
12) Fibrosis kistik
13) Psikis
b. Non-spesifik
1) Asap rokok
2) Polusi udara
4. Patofisiologi
6. Komplikasi
a. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis
Kronik
b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak
dengan gizi kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan
Pneumonia
c. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi
d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau
Bronkietaksis
e. Gagal jantung kongestif
f. Pneumonia
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia
b. Laboratorium : Leukosit > 17.500.
8. Penatalaksanaan
a. Tindakan Perawatan
1) Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan
mengeluarakan lender/secret.
2) Sering mengubah posisi.
3) Banyak minum.
4) Inhalasi.
5) Nebulizer
6) Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan
tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lain.
Pasien dengan bronchitis tidak dirawat di Rumahsakit kecuali ada komplikasi
yang menurut dokter perlu perawatan di Rumahsakit, oleh karenanya perawatan
lebih ditujukan sebagai petunjuk kepada orang tua. Masalah yang perlu
diperhatikan adalah akibat batuk yang lama dan resiko terjadi komplikasi.
1) Akibat batuk yang lama
Pada bronchitis gejala batuk sangat menonjol, dan sering terjadi siang
dan malam terutama pagi-pagi sekali yang menyebabkan pasien kurang istirahat
atau tidur; pasien akan terganggu rasa aman dan nyamannya. Akibat lain adalah
terjadinya daya tahan tubuh pasien yang menurun, anoreksia, sehingga berat
badannya sukar naik. Pada anak yang lebih besar batuk-batuk yang terus
menerus akan mengganggu kesenangannya bermain, dan bagi anak yang sudah
sekolah batuk mengganggu konsentrasi belajar bagi dirinya sendiri, saudara,
maupun teman-temannya.
Untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak
bertambah banyak dengan memberikan obat secara benar dan membatasi
aktivitas anak untuk mencegah keluar banyak keringat, karena jika baju basah
akan menyebabkan batuk-batuk (karena dingin). Untuk mengurangi batuk pada
malam hari berikan obat batuk yang terakhir sebelum tidur. Anak yang batuk
apalagi bronchitis lebih baik tidak tidur di kamar yang ber AC atau memakai
kipas angin. Jika suhu udara dingin pakaikan baju yang hangat, bila ada yang
tertutup leherya. Obat gosok membuat anak merasa hangat dan dapat tidur
tenang.Bila batuk tidak segera berhenti berikan minum hangat tidak manis.
Pada anak yang sudh agak besar jika ada dahak di dalm tenggorokannya
beritahu supaya dibuang karena adanya dahak tersebut juga merangsang
batuk.Usahakan mengurangi batuk dengan menghindari makanan yang
merangsang seperti gorng-gorengan,permen,atau minum es.Jangan
memandikan anak terlalu pagi atau sore,dan memandikan dengan air hangat.
2) Terjadi komplikasi
Bronkhitis akut yang tidak diobati secara benar cenderung menjadi bronchitis
kronik, sedangkan bronchitis kronik memungkinkan anak mudah mendapat
infeksi. Gangguan pernafasan secara langsung sebagai akibat bronchitis kronik
ialah bila lendir tetap tinggal di dalam paru akan menyebabkan terjadinya
atelektasis atau bronkiektasis, kelainan ini akan menambah penderitaan pasien
lebih lama.
Untuk menghindarkan terjadinya komplikasi ini pasien bronchitis harus
mendapatkan pengobatan dan perawatan yang benar sehingga lender tidak
selalu tertinggal dalam paru. Berikan banyak minum untuk membantu
mengencerkan lendir; berikan buah dan makanan bergizi untuk mempertinggi
daya tahan tubuh
Pada anak yang sudah mengerti beritahukan bagaimana sikapnya jika ia sedang
batuk dan apa yang perlu dilakukan. Pada bayi batuk-batuk yang keras sering
diakhiri dengan muntah; biasanya bercampur lendir. Setelah muntah bayi
menjadi agak tenang. Tetapi bila muntah berkelanjutan, maka dengan keluarnya
makanan dapat menyebabkan bayi menjadi kurus serta menurunkan daya tahan
tubuh. Untuk mengurangi kemungkinan tersebut setelah bayi muntah dan
tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lain.
b. Tindakan Medis
1) Jangan beri obat antihistamin berlebih
2) Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial
3) Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari
4) Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedative
Karena penyebab bronchitis pada umumnya virus maka belum ada obat kausal.
Antibiotik tidak berguna. Obat yang diberikan biasanya untuk penurun demam,
banyak minum terutama sari buah-buahan. Obat penekan batuk tidak diberikan
pada batuk yang banyak lendir, lebih baik diberi banyak minum. Bila batuk
tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu maka perlu dicurigai adanya
infeksi bakteri sekunder dan antibiotic boleh diberikan, asal sudah disingkirkan
adanya asma atau pertusis. Pemberian antibiotic yang serasi untuk M.
Pneumoniae dan H. Influenzae sebagai bakteri penyerang sekunder misalnya
amoksisilin, kotrimoksazol dan golongan makrolid. Antibiotik diberikan 7-10
hari dan jika tidak berhasil maka perlu dilakukan foto thorak untuk
menyingkirkan kemungkinan kolaps paru segmental dan lobaris, benda sing
dalam saluran napas, dan tuberkolusis.
c. Pemeriksaan Fisik:
1) B1 (Breathing)
Adanya retraksi dan pernapasan cuping hidung, warna kulit dan
membrane mukosa pucat dan cyanosis, adanya suara serak, stridor dan
batuk. Pada anak yang menderita bronchitis biasanya disertai dengan
demam ringan, secara bertahap mengalami peningkatan distress
pernapasan, dispnea, batuk non produktif paroksimal, takipnea dengan
pernapasan cuping hidung dan retraksi, emfisema.
Gejala:
a) Takipnea (barat saat aktivitas)
b) Batuk menetap dengan sputum terutama pagi hari
c) Warna sputum dapat hijau, putih, atau kuning dan dapat banyak
sekali
d) Riwayat infeksi saluran nafas berulang
e) Riwayat terpajan polusi (rokok dll)
Tanda:
a) Lebih memilih posisi fowler/semi fowler untuk bernafas
b) Penggunaan otot bantu nafas
c) Cuping hidung
d) Bunyi nafas krekel (kasar)
e) Perkusi redup (pekak)
f) Kesulitan bicara kalimat (umumnya hanya kata-kata yang
terputus-putus)
g) Warna kulit pucat, normal atau sianosis
h) Clubing finger (jari tabuh)
2) B2 (Blood)
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan TD, Takikardi, Distensi vena jugularis, Bunyi
jantung redup(karena cairan di paru-paru), Warna kulit normal atau
sianosis
3) B3 (Brain)
Klien tampak gelisah, peka terhadap rangsang, ketakutan, nyeri dada.
4) B4 (Bladder)
Tidak ditemukan masalah, tidak ditemukan adanya kelainan.
5) B5 (Bowel)
Gejala:
a) Mual/muntah
b) Nafsu makan menurun
c) Ketidakmampuan makan karena distres pernafasan
d) Penurunan berat badan.
e) Nyeri abdomen
Tanda :
a) Turgor kulit buruk
b) Edema
c) Berkeringat
d) Palpitasi abdomial dapat menunjukkan hepatomegali
6) B6 (Bone)
Gejala:
a) Keletihan, kelelahan
b) Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas karena sulit
bernafas
c) Ketidakmampuan untuk tidur, perlu dalam posisi duduk
tinggi
d) Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas
atau latihan
Tanda:
a) Keletihan
b) Gelisah
c) Insomnia
2.Pemeriksaaan diagnostik
a. Rongent
Peningkatan tanda bronkovaskuler
b. Tes fungsi paru
Memperkirakan derajad disfungsi paru
c. Volume residu
Meningkat
d. GDA
Memperkirakan progresi penyakit (Pa02 menurun dan PaCO2 meningkat
atau normal)
e. Bronkogram
Pembesaran duktus mukosa
f. Sputum
Kultur untuk menentukan adanya infeksi,identifikasi pathogen
g. EKG
Disritmia arterial
h. EKG latihan
Membantu dalam mengkaji derajad disfungsi paru untuk program latihan
3. Prioritas perawatan
a.Mempertahankan patensi jalan nafas
b.Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas
c.Mempertahankan pola nafas yang efektif
d.Meningkatkan masukan nutrisi
e.Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi serta
mencegah infeksi
f. Mengurangi kecemasan yang dialami klieng. Memberikan informasi
tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan
4.Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Bersihan Mempertahan 1) Auskultasi 1) Beberapa derajat
jalan nafas kan jalan bunyi nafas spasme bronkus
tidak nafas paten. 2) Kaji/pantau terjadi dengan
efektif frekuensi obstruksi jalan nafas
berhubung pernafasan. dan dapat
an dengan 3) Dorong/bantu dimanifestasikan
peningkata latihan nafas dengan adanya bunyi
n abdomen atau bibir nafas.
produksi 4) Observasi 2) Tachipnoe
sekret. karakteristik batuk biasanya ada pada
5)Tingkatkan beberapa derajat dan
masukan cairan dapat ditemukan
sampai 1500-2000 selama / adanya
ml/hari proses infeksi akut.
3) Memberikan cara
untuk mengatasi dan
mengontrol dispoe
dan menurunkan
jebakan udara.
4) Batuk dapat
menetap tetapi tidak
efektif, khususnya
pada lansia, penyakit
akut atau kelemahan
5).Hidrasi membantu
menurunkan
kekentalan sekret
mempermudah
pengeluaran.
5. Impelementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan
perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi
prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap
intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan
perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk
mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan
masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya
kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit (Doenges Marilynn E,
2003, Rencana Asuhan Keperawatan)
6. Evaluasi
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien
terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang
diharapkan telah dicapai,
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap
tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam
hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon
pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan.
Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan
nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi
adekuat, infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan
berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna,
2002, Proses Keperawatan).
7. Penkes
Menurut Ngastiyah (2006), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu
diusahakan agar batuk tidak bertambah parah.
a.Membatasi aktivitas anak
b.Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada
yang tertutup lehernya
c. Hindari makanan yang merangsang
d.Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan
anak dengan air hangat
e. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
f. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
g. Jangan mengkonsumsi makanan seperti telur ayam, karena bisa
menambah produksi lendirnya. Begitu juga minuman bersoda bisa jadi
pencetus karena saat diminum maka sodanya akan naik ke hidung dan
merangsang daerah saluran pernapasan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus
lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik.
Etiologi biasanya berhubungan dengan :
1. Rokok
2. Infeksi
3. Polusi
4. Faktor genetik
5. Faktor sosial ekonomi
6. Lingkungan kerja
Manifestasi Klinis:
1. Batuk
2.Haemaptoe
3.Sesak nafas (dispnue)
4 Demam berulang
5.Kelainan fisis
6. Kelainan faal paru
Komplikasi:
1. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau
Bronkietaksis
2. Kegagalan jantung untuk berfungsi
3. Empisema paru
4. Abses metastasis diotak
B. Saran
Bagi tenaga kesehatan supaya lebih memahami tanda dan gejala bronchitis pada
bayi/anak sehingga tidak terjadi kesalahan dalam memberikan pelayanan
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, 2003, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made
Kariasa; editor, Monica Ester, Edisi 3, Jakarta : EGC
Dona L. Wong, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4, Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
D3 KEPERAWATAN
AKPER AISYIYAH PADANG
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena limpahan
rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah kami
dengan judul “Makalah Askep Bronkitis Pada Anak” ini.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung
kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT
untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah
agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi
seluruh alam semesta.
Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca untuk
makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena kami sangat
menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki banyak
kekurangan.
Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang
telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini
hingga rampungnya makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah yang telah
kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.
Kelompok v
Daftar Isi
Kata Pengantar ...........................................................................................................ii
Daftar Isi....................................................................................................................iii
Bab 1 Pendahuluan ....................................................................................................1
A. Latar Belakang………………………………………………………………..1
B. Tujuan…………………………………………………………….……………2
Bab 2…………………………………………………………………………………2
LandasanTeori…………………………………………………………………….3
A,Konsep Dasar Penyakit………………………………………………………3
1.Pengertian……………………………………………………………………4
2. Klasifikasi…………………………………………………………………...4
3.Etiologi………………………………………………………………………5
4.Patofisiologi………………………………………………………………….5
5.Tanda Dan Gejala……………………………………………………………6
6.Komplikasi…………………………………………………………………...6
B.Konsep Asuhan Keperawatan ………………………………………………..7
1,Dasar Data Pengkajian Pasien ………………………………………………7
2.Pemeriksaan Diagnostik ..............................................................................8
3.Prioritas Keperawatan ....................................................................................8
4.Diagnosa keperawatan……………………………………………………….9