Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

KELOMPOK 4

LABIOPALATOSKIZIS

DISUSUN OLEH

1. Isilmi Akmalia (17690)


2. M. Hakiki Nanda (17691)
3. Oktaviana (17695)
4. Rio Pandi (17698)
5. Sepri Diana (17700)
6. Siska Maulina (17702)

AKPER AISYIYAH PADANG


2019
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia
serta dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.
Kami sangat berharap Akhlak dalam Islam. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik saran dan usulan demi perbaikan makalah yang kami buat dimasa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana itu dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah di susun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di depan.

Padang, 24 Maret 2019

Penyusun
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
Kasus bibir sumbing dan celah langit-langit merupakan cacat bawaan yang masih
menjadi masalah di tengah masyarakat. Antara Februari - Mei 1992, IKABI cabang Padang
mengadakan pengabdian masyarakat di dua Kabupaten 50 Kota dan Solok berbentuk operasi
bibir sumbing secara gratis. Dilakukan penelitian pada 126 penderita yang dilakukan operasi.
Hardjowasito dengan kawan-kawan di propinsi Nusa Tenggara Timur antara April 1986 sampai
Nopember 1987 melakukan operasi pada 1004 kasus bibir sumbing atau celah langit-langit pada
bayi, anak maupun dewasa di antara 3 juta penduduk.

Pada dasarnya kelainan bawaan dapat terjadi pada mulut, yang biasa disebut labiopalatoskisis.
Kelainan ini diduga terjadi akibat infeksi virus yang diderita ibu pada kehamilan trimester 1. jika
hanya terjadi sumbing pada bibir, bayi tidak akan mengalami banyak gangguan karena masih
dapat diberi minum dengan dot biasa. Bayi dapat mengisap dot dengan baik asal dotnya
diletakan dibagian bibir yang tidak sumbing.

Kelainan bibir ini dapat segera diperbaiki dengan pembedahan. Bila sumbing mencakup pula
palatum mole atau palatum durum, bayi akan mengalami kesukaran minum, walaupun bayi dapat
menghisap naun bahaya terdesak mengancam. Bayi dengan kelainan bawaan ini akan mengalami
gangguan pertumbuhan karena sering menderita infeksi saluran pernafasan akibat
aspirasi.keadaan umu yang kurang baik juga akan menunda tindakan untuk meperbaiki kelainan
tersebut.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberi penyuluhan kebidanan pada orang tua bayi yang mengalami
labiopalatozkisis dengan tepat dan benar.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengurai dan melakukan konsep dasar serta manajemen kebidanan pada
bayi dengan labiopalatozkisis
b. Mampu mengidentifikasi dan mengantisipasi masalah dan melakukan analisa
data, membuat rencana manajemen, mengimplementasi rencana dan
mengevaluasi tindakan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi akibat kegagalan fusi atau
penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang dilikuti disrupsi kedua
bibir, rahang dan palatum anterior. Sedangkan Palatoskizis adalah kelainan congenital sumbing
akibat kegagalan fusi palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi dengan septum nasi.
Labioskizis atau cleft lip atau bibir sumbing adalah suatu kondisi dimana terdapatnya
celah pada bibir atas diantara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat berupa takik kecil pada
bahagian bibir yang berwarna sampai pada pemisahan komplit satu atau dua sisi bibir memanjang dari
bibir ke hidung.
Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada palatum yang terjadi karenakegagalan 2 sisi
untuk menyatu karena perkembangan embriotik.
Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau
sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa perkembangan embrional di mana
bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu.

B. Klasifikasi

Jenis belahan pada labioskizis dan labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi, bisa
mengenal salah satu bagain atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan
palatum durum, serta palatum mlle. Suatu klasifikasi membagi struktur-struktur yang terkena
menjadi beberapa bagian berikut :

1. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum durum di belahan
foramen insisivum.
2. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior terhadap
foramen.
3. Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan palatum
sekunder dan juga bisa berupa unilateral atau bilateral.
4. Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya utuh dengan
belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.

Klasifikasi dari kelainan ini diantaranya berdasarkan akan dua hal yaitu :

a. Klasifikasi berdasarkan organ yang terlibat


 Celah di bibir ( labioskizis )
 Celah di gusi ( gnatoskizis )
 Celah di langit ( palatoskizis )
 Celah dapat terjadi lebih dari satu organ misalnya terjadi di bibir dan langit langit (
labiopalatoskizis)

b. Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk

Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Beberapa
jenis bibir sumbing yang diketahui adalah :

 Unilateral Incomplete yaitu jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan
memanjang hingga ke hidung.
 Unilateral Complete yaitu jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi sisi
bibir dan memanjang hingga ke hidung.
 Bilateral Complete yaitu Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memnajang
hingga ke hidung.

C. Etiologi

Umumnya kelainan kongenital ini berdiri sendiri dan penyebabnya tidak diketahui
dengan jelas. Selain itu dikenal dengan beberapa syndrom atau malformasi yang disertai adanya
sumbing bibir, sumbing palatum atau keduanya yang disebut kelompok syndrom clefts dan
kelompok sumbing yang berdiri sendiri non syndromik clefts.
Beberapa cindromik clefts adalah sumbing yang terjadi pada kelainan kromosom
(trysomit 13, 18 atau 21) mutasi genetik atau kejadian sumbing yang berhubungan dengan akobat
toksisitas selama kehamilan (kecanduan alkohol), terapi fenitoin, infeksi rubella, sumbing yang
ditemukan pada syndrom pierrerobin, penyebab non sindromik clefts dafat bersifat multifaktorial
seperti masalah genetik dan pengaruh lingkungan.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing. Faktor tersebut antara
lain , yaitu :

1. Herediter
a) Mutasi gen

Ditemukan sejumlah sindroma atau gejala menurut hukum Mendel secara otosomal,
dominant, resesif dan X-Linked. Pada otosomal dominan, orang tua yang mempunyai kelainan
ini menghasilkan anak dengan kelainan yang sama. Pada otosomal resesif adalah kedua orang tua
normal tetapi sebagai pembawa gen abnormal. X-Linked adalah wanita dengan gen abnormal
tidak menunjukan tanda-tanda kelainan sedangkan pada pria dengan gen abnormal menunjukan
kelainan ini.

b) Kelainan Kromosom

Celah bibir terjadi sebagai suatu expresi bermacam-macam sindroma akibat


penyimpangan dari kromosom, misalnya Trisomi 13 (patau), Trisomi 15, Trisomi 18 (edwars)
dan Trisomi 21.

2. Faktor lingkungan
a) Faktor usia ibu

Dengan bertambahnya usia ibu waktu hamil daya pembentukan embrio pun akan
menurun. Dengan bertambahnya usia ibu sewaktu hamil, maka bertambah pula resiko dari
ketidaksempurnaan pembelahan meiosis yang akan menyebabkan bayi dengan kehamilan
trisomi. Wanita dilahirkan dengan kira-kira 400.000 gamet dan tidak memproduksi gamet-gamet
baru selama hidupnya. Jika seorang wanita umur 35 tahun maka sel-sel telurnya juga berusia 35
tahun. Resiko mengandung anak dengan cacat bawaan bertambah besar sesuai dengan
bertambahnya usia ibu.

b) Obat-obatan

Obat yang digunakan selama kehamilan terutama untuk mengobati penyakit ibu, tetapi
hampir janin yang tumbuh akan menjadi penerima obat. Penggunaan asetosal atau aspirin
sebagai obat analgetik pada masa kehamilan trimeseter pertama dapat menyebabkan terjadinya
celah bibir. Beberapa obat yang tidak boleh dikonsumsi selama hamil yaitu rifampisin, fenasetin,
sulfonamide, aminoglikosid, indometasin, asam flufetamat, ibuprofen dan penisilamin,
diazepam, kortikosteroid. Beberapa obat antihistamin yang digunakan sebagai antiemetik selama
kehamilan dapat menyebabkan terjadinya celah langit-langit.

c) Nutrisi

Contohnya defisiensi Zn, B6, Vitamin C, kekurangan asam folat pada waktu hamil.
Insidensi kasus celah bibir dan celah langit-langit lebih tinggi pada masyarakat golongan
ekonomi kebawah penyebabnya diduga adalah kekurangan nutrisi.

d) Daya pembentukan embrio menurun

Celah bibir sering ditemukan pada anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang mempunyai
jumlah anak yang banyak.

e) Penyakit infeksi

Contohnya seperti infeksi rubella, sifilis, toxoplasmosis dan klamidia dapat menyebabkan
terjadinya labioskizis dan labiopalatoskizis.

f) Radiasi

Efek teratogenik sinar pengion jelas bahwa merupakan salah satu faktor lingkungan
dimana dapat menyebabkan efek genetik yang nantinya bisa menimbulkan mutasi gen. Mutasi
gen adalah faktor herediter.
g) Stress Emosional

Korteks adrenal menghasilkan hidrokortison yang berlebih. Pada binatang percobaan


telah terbukti bahwa pemberian hidrokortison yang meningkat pada keadaan hamil menyebabkan
labioskizis dan labipaltoskizis.

h) Trauma

Celah bibir bukan hanya menyebabkan gangguan estetika wajah, tetapi juga dapat
menyebabkan kesukaran dalam berbicara, menelan, pendengaran dan gangguan psikologis
penderita beserta orang tuanya. Permasalahan terutama terletak pada pemberian minum,
pengawasan gizi dan infeksi. Salah satu penyebab trauma adalah kecelakaan atau benturan pada
saat hamil minggu kelima. Bila terdapat gangguan pada waktu pertumbuhan dan perkembangan
wajah serta mulut embrio, akan timbul kelainan bawaan. Salah satunya adalah celah bibir dan
langit-langit. Kelainan wajah ini terjadi karena ada gangguan pada organogenesis antara minggu
keempat sampai minggu kedelapan masa embrio.

D. Patofisiologi

Labio/palatoskizis terjadi karena kegagalan penyatuan prosesus maksilaris dan


premaksilaris selama awal usia embrio. Labioskizis dan palatoskizis merupakan malformasi yang
berbeda secara embrional dan terjadi pada waktu yang berbeda selama proses perkembangan
embrio. Penyatuan bibir atas pada garis tengah selesai dilakukan pada kehamilan antara minggu
ketujuh dan kedelapan.
Fusi palatum sekunder (palatum durum dan mole) terjadi kemudian dalam proses
perkembangan, yaitu pada kehamilan antara minggu ketujuh dan keduabelas. Lalam proses
migrasi ke posisi horisontal, palatum tersebut dipisahkan oleh lidah untuk waktu yang singkat.
Jika terjadi kelambatan dalam migrasi atau pemindahan ini, jika atau lidah tidak berhasil turun
dalam waktu yang cukup singkat,bagian lain proses perkembangan tersebut akan terus berlanjut
namun palatum tidak pernah menyatu. Kelainan sumbing selain mengenai bibir juga bisa
mengenai langit-langit. Berbeda pada kelainan bibir yang terlihat jelas secara estetik, kelainan
sumbing langit-langit lebih berefek kepada fungsi mulut seperti menelan, makan, minum, dan
bicara.
Pada kondisi normal, langit-langit menutup rongga antara mulut dan hidung. Pada bayi
yang langit-langitnya sumbing barrier ini tidak ada sehingga pada saat menelan bayi bisa
tersedak. Kemampuan menghisap bayi juga lemah, sehingga bayi mudah capek pada saat
menghisap, keadaan ini menyebabkan intake minum/makanan yg masuk menjadi kurang dan
jelas berefek terhadap pertumbuhan dan perkembangannya selain juga mudah terkena infeksi
saluran nafas atas karena terbukanya palatum tidak ada batas antara hidung dan mulut, bahkan
infeksi bisa menyebar sampai ke telinga.
E. Tanda dan Gejala

Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu :

a. Terjadi pamisahan Langit-langit


b. Terjadi pemisahan bibir
c. Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit
d. Infeksi telinga
e. Berat badan tidak bertambah
f. Pada bayi terjadi regurgitasi nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air susu dari hidung.

F. Komplikasi
a. Gangguan bicara
b. Terjadinya atitis media
c. Aspirasi
d. Distress pernafasan
e. Resiko infeksi saluran nafas
f. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat
g. Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh atitis media rekureris sekunder akibat
disfungsi tuba eustachius.
h. Masalah gigi
i. Perubahan harga diri dan citra tubuh yang dipengaruhi derajat kecacatan dan jaringan
paruh
j. Kesulitan makan

G. Penatalaksanaan

Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi ini
dilakukansetelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang meningkat, dan bebas dari
infeksi oral pada saluran napas dan sistemik. Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk
melakukanoperasi bibir sumbing dilakukan hukum Sepuluh ( rules of Ten) yaitu, Berat badan
bayi minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, dan usianya minimal 10 minggu dan kadar
leukositminimal 10.000/ui.

1) Perawatan

a. Menyusu ibu
Menyusu adalah metode pemberian makan terbaik untuk seorang bayi dengan
bibir sumbing tidak menghambat pengahisapan susu ibu. Ibu dapat mencoba sedikit menekan
payudara untuk mengeluarkan susu. Dapat juga mnggunakan pompa payudara untuk
mengeluarkan susu dan memberikannya kepada bayi dengan menggunakan botol setelah
dioperasi, karena bayi tidak menyusu sampai 6 minggu.

b.Menggunakan alat khusus

 Dot domba Karena udara bocor disekitar sumbing dan makanan dimuntahkan melalui
hidung, bayi tersebut lebih baik diberi makan dengan dot yang diberi pegangan yang
menutupi sumbing, suatu dot domba (dot yang besar, ujung halus dengan lubang besar),
atau hanya dot biasa dengan lubang besar.
 Botol peras Dengan memeras botol, maka susu dapat didorong jatuh di bagian belakang
mulut hingga dapat dihisap bayi.
 Ortodonsi Pemberian plat/ dibuat okulator untuk menutup sementara celah palatum
agar memudahkan pemberian minum dan sekaligus mengurangi deformitas palatum
sebelum dapat dilakukan tindakan bedah definitive.

c. Tepuk-tepuk punggung bayi berkali-kali karena cenderung untuk menelan banyak udara.
d. Periksalah bagian bawah hidung dengan teratur, kadang-kadang luka terbentuk pada bagian
pemisah lubang hidung.
e. Suatu kondisi yang sangat sakit dapat membuat bayi menolak menyusu. Jika hal ini terjadi
arahkan dot ke bagian sisi mulut untuk memberikan kesempatan pada kulit yang lembut tersebut
untuk sembuh.
f.Setelah siap menyusu, perlahan-lahan bersihkan daerah sumbing dengan alat berujung kapas
yang dicelupkan dalam hydrogen peroksida setengah kuat atau air.
2.Pengobatan

a. Dilakukan bedah elektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan
selanjutnya. Bayi akan memperoleh operasi untuk memperbaiki keainan, tetapi waktu yang tepat
untuk operasi tersebut bervariasi.
b. Tindakan pertama dikerjakan untuk menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule often yaitu
umur > 10 mgg, BB > 10 pon/ 5 Kg, Hb > 10 gr/dl, leukosit > 10.000/ui .
c. Tindakan operasi selanjutnya adalah menutup langitan/palatoplasti dikerjakan sedini mungkin
(15-24 bulan) sebelum anak mampu bicara lengkap seingga pusat bicara otak belum membentuk
cara bicara. Pada umur 8-9 tahun dilaksanakan tindakan operasi penambahan tulang pada celah
alveolus/maxilla untuk memungkinkan ahli ortodensi mengatur pertumbuhan gigi dikanan dan
kiri celah supaya normal.
d. Operasi terakhir pada usia 15-17 tahun dikerjakan setelah pertumbuhan tulang-tulang muka
mendeteksi selesai.
e. Operasi mungkin tidak dapat dilakukan jika anak memiliki kerusakan horseshoe yang lebar.
Dalam hal ini, suatu kontur seperti balon bicara ditempel pada bagian belakang gigi geligi
menutupi nasofaring dan membantu anak bicara yang lebih baik.
f. Anak tersebut juga membutuhkan terapi bicara, karena langit-langit sangat penting untuk
pembentukan bicara, perubahan struktur, juga pada sumbing yang telah diperbaik, dapat
mempengaruhi pola bicara secara permanen.

3.Perinsip perawatan secara umum;


a. Lahir : bantuan pernafasan dan pemasangan NGT (Naso Gastric Tube) bila perlu
untuk membantu masuknya makanan kedalam lambung.
b. Umur 1 minggu : pembuatan feeding plate untuk membantu menutup langit-langit dan
mengarahkan pertumbuhan, pemberian dot khusus.
c. Umur 3 bulan : labioplasty atau tindakan operasi untuk bibir, alanasi (untuk hidung) dan
evaluasi telingga.
d. Umur 18 bulan - 2 tahun : palathoplasty; tindakan operasi langit-langit bila terdapat
sumbing pada langit-langit.
e. Umur 4 tahun : dipertimbangkan repalatorapy atau pharingoplasty.
f. Umur 6 tahun : evaluasi gigi dan rahang, evaluasi pendengaran.
g. Umur 11 tahun : alveolar bone graft augmentation (cangkok tulang pada pinggir alveolar
untuk memberikan jalan bagi gigi caninus). perawatan otthodontis.
h. Umur 12-13 tahun : final touch, perbaikan-perbaikan bila diperlukan.
i. Umur 17-18 tahun : orthognatik surgery bila perlu.

H. Konsep Asuhan Keperawatan


1. PENGKAJIAN
a. Mata, telinga, hidung dan tenggorokan
▬ Pemisahan abnormal bibir atas
▬ Pemisahan gusi bagian atas
▬ Kerusakan gigi-geligi
▬ Kerusakan wicara
▬ Mudah tersedak
▬ Peningkatan otitis

b. Respirasi
▬ Kegawatan pernapasan disertai aspirasi
▬ Kemungkinan dispnea

c. Muskuloskeletal
▬ Gagal bertumbuh

d. Gastrointestinal
▬ Kesulitan pemberian makan
e. Psikososial
▬ Gangguan ikatan antara orang tua-bayi
▬ Gangguan citra tubuh

2. DIAGNOSA KEPERWATAN
a. Prabedah
1) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan gangguan dalam
pemberian makan
2) Risiko infeksi yang berhubungan dengan kelainan
3) Risiko perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan stres akibat hospitalisasi
4) Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan pembedahan

b. Post-bedah
1) Ketidakefektifan jalan napas yang berhubungan dengan efek anestesia, edema pascaoperasi,
serta produksi lendir yang berlebihan
2) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan teknik
pemberian makan yang baru dan perubahan diet pascaoperasi
3) Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan insisi bedah
4) Nyeri yang berhubungan dengan pembedahan
5) Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan di rumah.
1. INTERVENSI
Pra-Bedah
No Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
1 Setelah diberikan asuhan · Tempatkan dot botol di dalam · Meletakkan dot botol dengan
keperawatan selama ...x24 mulut bayi, pada sisi berlawanan cara ini dapat menstimulasi tindakan ”
jam diharapkan berat dari celah, ke arah belakang lidah. stripping” bayi (menekan dot botol
badan seimbang dengan melawan lidah dan atap mulut untuk
kriteria hasil : mengeluarkan susu).
· Bayi · Posisikan bayi tegak atau · Posisi ini mencegah tersedak
mempertahankan status semi-Fowler, namun tetap rileks dan regurgitasi per nasal.
nutrisi yang ditandai oleh selama pemberian makan.
kenaikan berat badan · Serdawakan bayi setelah
bulanan (1/2 hingga 1 kg) setiap pemberian 15 hingga 30 ml · Bayi perlu disendawakan
susu, tetapi jangan pindahkan dot dengan frekuansi yang sering karena
botol terlalu sering selama kelainan tersebut dapat menyebabkan
pemberian makan. menelan udara lebih banyak sehingga
menimbulkan rasa tidak nyaman.
Melepas dot botol terlalu sering dapat
melelahkan, atau membuat bayi
frustasi sehingga menyebabkan
pemberian makan tidak komplet.
· Pemberian makan yang lebih
· Coba untuk memberi makan lama dapat melelahkan bayi sehingga
selama kira-kira 45 menit atau dapat menyebabkan pencapaian berat
kurang untuk setiap kali makan. badan yang sangat kurang.
· Posisi tegak mengurangi risiko
aspirasi; menggunakan sebuah spuit
· Apabila bayi tidak makan dan slang karet lunak yang mampu
tanpa tersedak atau teraspirasi, menampung cairan di bagian belakang
letakkan dalam posisi tegak, dan mulut bayi dapat mengurangi aspirasi
beri makan dengan menggunakan melalui celah.
spuit serta slang karet lunak.

2 Setelah diberikan asuhan · Beri minum bayi sebanyak 5- · Air dapat membersihkan pasase
keperawatan selama ...x24 10 ml air, setelah setisp nasal dan palatu, serta dapat mencegah
jam diharapkan tidak pemberian makan. susu mengumpul di saluran eustasia,
terjadi infeksi dengan yang pada gilirannya dapat mencegah
kriteria hasil : pertumbuhan bakteri yang dapat
· Bayi tidak mengarah pada terjadinya infeksi.
menunjukkan tanda-tanda · Merontokkan dan melepaskan
infeksi yang ditandai oleh matero yang berkerak dalam botol,
suhu tubuh kurang dari · Buang formula atau susu dapat menjaga agar celah tersebut
37,80 C dan tidak ada yang mengering dengan bersih dan bebas dari bakteri sehingga
tanda-tanda draynase menggunakan aplikator yang mengurangi risiko infeksi.
telinga, batuk, ronchi berujung kapas basah. · Mengatur posisi bayi dengan
kasar di lapangan paru, cara ini dapat mencegah aspirasi yang
atau iritabilitas dapat menimbulkan pneumonia.
· Setelah setiap pemberian
makan, letakkan bayi di ayunan
bayi atau baringkan bayi di
tempat tidurnya dengan posisi
miring kanan dengan kepala · Kekambuhan otitis media yang
tempat tidur ditinggikan 300. terjadi akibat saluran eustasia yang
· Kaji bayi untuk menentukan tidak normal dapat dikaitkan dengan
bila ada tanda infeksi, termasuk celah bibir.
drainase telinga yang berbau dan
demam. Beri obat antibiotik
sesuai program.
3 Setelah diberikan asuhan · Beri kesempatan pada orang · Kesempatan ini meningkatkan
keperawatan selama ...x24 tua untuk menggendong serta ikatan dan mempersiapkan orang tua
jam diharapkan : memeluk bayi, dan dapat dalam perawatan bayi di rumah.
Orang tua mengajukan mempraktikkan tugas pemberian
pertanyaan yang tepat perawatan sebelum pemulangan.
tentang kondisi bayi, dapat · Anjurkan orang tua untuk · Mempersiapkan anggota
melibatkan perawatan bayi mempersiapkan anggota keluarga, keluarga untuk kedatangan bayi
ke dalam gaya hidup termasuk saudara kandung dan memungkinkan mereka beradaptasi
normal mereka, serta kerabat lain, untuk menyambut dengan penampilan bayinya, dan
mengekspresikan perasaan kehadiran bayi di rumah. memungkinkan orang tua berfokus
mereka tentang Nasihatkan mereka untuk pada kebutuhan bayi yang mendesak.
penampilan bayi menjelaskan ke seluruh anggota
keluarga, tentang penampilan
bayi dengan menggunakan istilah
sederhana, memperlihatkan
kepada mereka gambar, dan
meminta mereka mengunjungi
bayi di rumah sakit.
· Anjurkan orang tua untuk
memperlakukan bayi layaknya
anggota keluarga yang normal,
dan menjadwalkan kegiatan
perawatan mereka ke dalam · Orang tua perlu memiliki
rutinitas sehari-hari. pemikiran bahwa bayi mereka
merupakan individu yang normal, yang
menderita celah bibir bukan sebagai
individu yang sedang sakit sehingga
· Anjurkan orang tua untuk dapat memberi perawatan di rumah
meminta bantuan dari anggota yang adekuat, dan menjaga kebutuhan
keluarga yang lain atau dari keluarga.
teman saat memberi makan dan · Meminta bantuan orang lain
perawatan bayi. dalam perawatan bayi dan pemberian
makan dapat memberi orang tua
· Rujuk orang tua ke kelompok kesempatan beristirahat, serta berfokus
pendukung yang tepat serta pusat pada kebutuhan mereka sendiri.
kraniofasial, jika ada. · Kelompok pendukung memberi
kesempatan pada orang tua untuk
berbagi perasaan dan pengalaman
dengan orang tua lain, yang juga
memiliki situasi sama, dapat
mengurangi kecemasan dan
meningkatkan keterampilan koping
serta keterampilan penyelesaian
masalah. Pusat kraniofasial memiliki
pangalaman dalam memberi perawatan
bagi anak-anak dengan celah bibir.

4 Setelah diberikan asuhan · Kaji pemahaman orang tua · Pengkajian ini merupakan dasar
keperawatan selama ...x24 tentang kelainan anak dan untuk penyuluhan.
jam diharapkan tidak kebutuhan pembedahan.
adanya ansietas dengan · Jelaskan kepada orang tua
kriteria hasil : prosedur pembedahan, termasuk · Penjalasan yang demikian
· Orang tua prosedur pembedahan itu sendiri, mempersiapkan orang tua tentang
mengalami penurunan rasa lama pembedahan, serta prosedur perioperasi dan hasil yang
cemas yang ditandai oleh penampilan anak yang diharapkan diharapkan sehingga dapat mengurangi
mengekspresikan saat pascaoperasi. kecemasan.
pemahaman tentang · Demonstrasikan kepada orang
kebutuhan pembedahan tua teknik pemberian makan yang
dan berpatisipasi dalam benar, untuk dipraktikkan setelah
perawatn pra dan pasca pembedahan (meletakkan slang · Mendemonstrasikan teknik
bedah anak atau bayi pada mukosa bukal dan pemberian makan yang benar dan
mengalirkan cairan sedikit demi pengguanaan restrain lengan
sedikit melalui spuit); minta membantu orang tua mengenal
mereka mempraktikkan teknik perawatan pascaoperasi sehingga dapat
tersebut. Juga demonstrasikan mengurangi rasa cemas.
pengunaan restrain yang benar
pada lengan sehingga mencegah
bayi atau anak menyentuh dan
mengganggu insisi.

Post-bedah
NO Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Dx Hasil
1 Setelah diberikan · Kaji status pernapasan · Tanda distres
asuhan keperawatan bayi atau anak setiap 4 jam pernapasan ini dapat
selama ...x24 jam untuk mendeteksi suara napas mengindikasikan
diharapkan jalan nafas yang abnormal, sianosis, pneumonia, yang
efektif dengan kriteria retraksi, mendengkur, atau membutuhkan terapi
hasil : pernapasan cuping hidung. antibiotik.
· Bayi atau anak · Atur ulang posisi bayi
tetap bebas dari atau anak setiap 2 jam.
komplikasi pernapasan Setelah pembedahan celah · Pengaturan-kembali
yang ditandai oleh bibir, bayi atau anak dapat posisi dapat meningkatkan
memepertahankan diletakkan dengan baik di drainase sekresi paru.
pernapasan lancar, serta ayunan bayi atau dalam posisi
frekuensi teratur terlentang atau miring dengan
kepala ditinggikan.
· Tempatkan bayi atau anak
dalam tenda lembap, sesuai
program. Pertahankan bayi · Udara yang sejuk
diselimuti dan ganti sprei dan yang dilembapkan
dengan teratur. membantu mencairkan
sekresi sehingga dapat
membantu bayi atau anak
bernapas dengan lebih
mudah. Menutupi tubuh
dengan selimut dapat
mencegah anak dari
menggigil.
· Pertahankan bayi atau · Posisi tegak
anak dalam posisi tegak mengurangi risiko tersedak
selama pemberian makan. dan aspirasi.

2 Setelah diberikan · Apabila bayi atau anak · Mengisap dot botol


asuhan keperawatan telah menjalani perbaikan menyebabkan terlalu
selama ...x24 jam celah bibir, beri mereka banyak tekanan pada alur
diharapkan berat badan makan melalui spuit dan slang jahitan; penggunaan garpu
seimbang dengan karet lunak yang ditempatkan atau sedotan dapat merusak
kriteria hasil : di dalam pipi dan jauh dari alur jahitan.
· Bayi atau anak alur jahitan. Jangan gunakan
dapat mempertahankan dot botol. Seiring anak
nutrisi adekuat yang mengalami kemajuan dari diet
ditandai oleh dapat cair murni, gunakan sendok
beradaptasi terhadap untuk pemberian makan,
diet dan metode bukan garpu.
pemberian makan yang · Mula-mula anjurkan
baru, serta terus pemberian makan dengan
mengalami peningkatan frekuensi yang sering dalam · Bayi atau anak
berat badan porsi kecil; kemudian membutuhkan pemberian
lanjutkan dengan asupan makan dengan porsi lebih
cairan sesuai-usia. kecil, sambil beradaptasi
terhadap metode
pemberian makan.

3 Setelah diberikan · Lakukan perawatan alur · Perawatan alur


asuhan keperawatan sutura berikut ini setelah jahitan yang tepat
selama ...x24 jam pemberian makan, dan sesuai menjamin tercapainya
diharapkan integritas kebutuhan : kebersihan, mencegah
kulit baik dengan - Bersihkan garis sutura pemisahan sutura,
kriteria hasil : dengan menggunakan larutan mengurangi risiko infeksi,
· Bayi atau anak salin dan aplikator berujung dan mengurangi jumlah
tidak menderita kapas basah. materi berkerak di sekitar
kerusakan pada - Oleskan salep antibiotik alur jahitan, yang mungkin
integritas kulit yang sesuai program untuk mengakibatkan
ditandai oleh insisi tetap melembabkan mulut dan pembesaran jaringan parut.
utuh, tidak ada tanda mencegah pemisahan sutura.
infeksi dan tanda - Pantau tanda dan gejala
pemulihan infeksi.
- Beri sedikit air setelah
pemberian makan untuk
membersihkan mulut dari
setiap sisa susu, yang dapat
menyebabkan pertumbuhan
bakteri.
· Restrain lengan
· Pasang restrain lengan, mencegah bayi atau anak
sesuai program. Evaluasi menggaruk alur jahitan
sirkulasi dan latihan atau meletakkan objek
pergerakan sendi (ROM) dalam mulutnya sampai
setiap 2 jam. insisi memulih. Evaluasi
memastikan sirkulasi yang
adekuat, dan latihan ROM
mencegah kekakuan dan
kontraktur otot.
· Duduk di tempat
duduk bayi atau berbaring
miring atau telentang
setelah pembedahan celah
· Setelah pembedahan celah bibir, mencegah anak
bibir, posisikan bayi atau anak menggesekkan bibirnya
dengan baik, berbaring miring pada linen tempat tidur,
atau telentang-bukan posisi mengurangi risiko ruptur.
telungkup-pertahankan kepala · Menangis
tempat tidur ditinggikan. menyebabkan tegangan
pada alur jahitan, yang
dapat menyebabkan ruptur.

· Antisipasi perlunya anak


mengurangi menangis.

4 Setelah diberikan · Kaji bayi atau anak untuk · Bayi atau anak
asuhan keperawatan mengetahui iritabilitas, mungkin terlalu muda
selama ...x24 jam kehilangan selera makan, dan usianya untuk
diharapkan nyeri kegelisahan setiap 2 jam mengespresikan rasa tidak
berkurang dengan setelah pembedahan. nyaman melalui kata-kata;
kriteria hasil : petunjuk perilaku adalah
· Bayi atau anak satu-satunya indikasi nyeri
dapat mempertahankan · Beri obat analgesik, · Obat analgesik dapat
tingkat kenyamanan sesuai program. mengurangi nyeri.
yang ditandai oleh · Lakukan aktivitas · Aktivitas pengalihan
tangisan dan iritabilitas pengalihan, misalnya, memfokuskan kembali
yang berkurang permainan, kartu, videotapes, perhatian anak,
dan membaca buku untuk mengurangi persepsinya
anak yang lebih besar. terhadap nyeri.

5 Setelah diberikan · Ajarkan orang tua tentang · Menggunakan


asuhan keperawatan teknik pemberian makan sendok makanan padat, dan
selama ...x24 jam berikut ini : spuit berujung karet untuk
diharapkan : - Gunakan sendok, bukan cairan dapat mengurangi
· Orang tua garpu, untuk memberi makan risiko trauma pada alur
mengekspresikan lunak, serta spuit berujung jahitan. Menggunakan
pemahaman tentang karet atau mengkuk (jika sedotan dapat
instruksi perawatan pra memungkinkan) untuk membahayakan alur
bedah dan pasca bedah memberi bayi atau anak jahitan.
di rumah dan cairan.
mendemonstrasikan - Jangan biarkan anak
prosedur perawatan di menggunakan sedotan.
rumah · Perawatan alur
· Ajarkan orang tua cara jahitan dapat memastikan
merawat alur jahitan : kebrsihan sehingga
- Gunakan larutan salin dan mengurangi risiko infeksi,
aplikator berujung kapas dan mengurangi
untuk membersihkan alur pembentukan kerak yang
jahitan. dapat menyebabkan
- Oleskan salep antibiotik jaringan parut membesar;
sesuai program untuk infeksi membutuhkan
menutup insisi. intervensi medis.
- Periksa area insisi bedah
untuk melihat tanda infeksi,
misalnya, kemerahan,
pembengkakan, dan drainase
purulen, dan laporkan temuan
tersebut kepada dokter.
- Beri air sedikit-sedikit
setelah pemberian makan,
untuk membuang sisa susu
yang menempel, mengingat
ini merupakan media yang
baik bagi pertumbuhan
bakteri dan infeksi.
· Sampaikan kepada orang
tua bahwa mereka harus · Restrain lengan
mempertahankan lengan bayi mencegah bayi atau anak
atau anak terfiksasi. Jelaskan menggaruk alur jahitan,
bahwa mereka harus melepas atau memasukkan benda di
restrain secara berkala, dalam mulutnya.
mempertahankan agar bayi Melepaskan restrain
atau anak tetap diawasi. memungkinkan ROM dan
· Setelah pembedahan celah mencegah gangguan neuro
bibir, instruksikan orang tua vaskular.
untuk mengatur posisi bayi · Mengatur posisi bayi
atau anak pada ayunan bayi, atau anak melalui cara ini,
atau dalam posisi miring atau mencegahnya
telentang-jangan menekan menggosokkan bibir ke
daerah abdomen-dengan linen tempat tidur.
kepala tempat tidur
ditinggikan.
· Beri tahu oranng tua
untuk mengantisipasi
perlunya bayi atau anak · Menangis yang lama
mengurangi tangisan. menyebabkan tegangan
· Jelaskan kepada orang tua pada alur jahitan.
pentingnya perawatan tidak · Inspeksi telinga dan
lanjut, termasuk perlunya evaluasi pendengaran
inspeksi telinga dan evaluasi sangat penting, karena
pendengaran setiap 2-4 bulan perkembangan saluran
dan pemeriksaan rutin serta eustaki yang abnormal
imunisasi. dapat mempredisposisi
bayi atau anak pada
serangan otitis media yang
lebih sering, yang dapat
mengarah pada kehilangan
pendengaran. Pemeriksaan
rutin dan imunisasi
membantu
mempertahankan kesehatan
optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E., Marilyn. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.EGC : Jakarta.

Betz, Cecily, dkk. 2009. Buku Saku Keperawatan Pedriatik. Jakarta ; EEC.

Hidayat, Aziz Alimul. 2010. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Nelson. 2009. Ilmu Kesehatan Anak bagian 2. Jakarta; Fajar Interpratama.

Ngastiyah. 2011. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC.

Speer, Kathleen Morgan. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Wilkinson, J.M, 2014. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC. EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai