Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 57, pengawas
sekolah melaksanakan salah satu fungsi yaitu supervisi terhadap kepala
sekolah dan guru. Supervisi pengawas sekolah meliputi supervisi manajerial
dan supervisi akademik.
Supervisi akademik adalah fungsi supervisi yang berkenaan dngan aspek
pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional guru dalam
meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan di sekolah. Sedangkan
supervisi manajerial adalah fungsi supervis yang berkenaan dengan aspek
pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efesiensi dan
efektifitas sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan,
penilaian dan pengembangan kompetensi sumber daya manusia kependidikan
dan sumber daya lainnya.
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuan mengelola proses pembelajaran demi mencapai
tujuan pembelajaran. Supervisi akademik ini lebih menekankan pada
pembinaan profesionalisme guru, yakni pembinaan yang lebih diarahkan pada
upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan profesional guru dalam
mengelola kegiatan belajar mengajar di kelas menjadi lebih berkualitas. Esensi
supervisi akademik antara lain, perbaikan kualitas proses pembelajaran di kelas
dengan cara memberdayakan semua sumber daya yang ada di dalam kelas,
seperti: guru (pengelola pembelajaran), siswa (obyek sekaligus subyek
pembelajaran), sarana dan fasilitas kelas yang memadai guna mewujudkan
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM)
belum sepenuhnya diterapkan oleh guru di sekolah.
Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru umumnya masih bersifat
konvensional, yaitu lebih banyak ceramah dan sesekali diselingi tanya jawab,
pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered) dan siswa lebih banyak
mendengar dan mencatat informasi jadi dari guru. Proses belajar mengajar
tidak menggiring siswa untuk aktif mencari dan menemukan pengetahuan

1
tetapi justru guru memposisikan diri sebagai satu-satunya sumber belajar bagi
siswa sehingga siswa diibaratkan seperti botol kosong yang hendak diisi apa
saja oleh guru. Model pembelajaran yang demikian bersifat satu arah dan
monoton sehingga membosankan siswa. Siswa lebih banyak mencatat dan
menghafal informasi dari guru dan siswa tidak memahami pengetahuan secara
utuh sehingga pengetahuan siswa bersifat verbalistik, siswa tidak memiliki
pengalaman dalam memperoleh pengetahuan sendiri sehingga pengetahuan itu
tidak bertahan lama dalam memori siswa.
Model pembelajaran konvensional sebagaimana diuraikan di atas masih dianut
oleh sebagian besar guru pada tiga SMP binaan penulis.
Hasil supervisi kegiatan belajar mengajar dengan teknik terjadwal atau
diinformasikan lebih awal sebelum supervisi dilaksanakan terhadap 7 orang
guru terungkap hal-hal sebagai berikut: guru lebih siap dari sisi administrasi
perangkat pembelajaran; menyiapkan media pembelajaran sesuai karakteristik
materi pelajaran; menyiapkan soal-soal post test; mengelola kelas secara baik;
serta meguasai materi pelajaran. Namun situasi kegiatan belajar mengajar
menjadi berubah kembali tatkala tidak ada jadwal supervisi. Hal ini terekam
ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung dan diamati sepintas dari luar
kelas ternyata pembelajaran bersifat konvensional, yaitu lebih banyak ceramah,
tanya jawab, tugas mandiri berupa meringkas materi dalam buku paket,
sehingga paradigma Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAIKEM) tidak terwujud sama sekali.
Padahal menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat (1) ditegaskan bahwa “proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan
fisik, serta psikologis peserta didik. Kemudian pada pasal 28 ayat (1)
mengamanatkan bahwa yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen

2
pembelajaran(learning agent) adalah peran pendidik sebagai fasilitator,
motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.
Mengacu pada ketentuan tersebut, jelaslah bahwa proses pendidikan dan
pembelajaran pada satuan pendidikan manapun secara yuridis formal dituntut
harus diselenggarakan secara aktif, inovatif, kreatif, dialogis, efektif dan
menyenangkan. Dalam konteks ini, PAIKEM sebagai salah satu strategi
pembelajaran yang telah dikembangkan dan sedang gencar dipromosikan
implementasinya dalam praktek dunia pendidikan di Indonesia memiliki
singgungan dan relevansi yang kuat terhadap apa yang menjadi tuntutan yuridis
formil ini (Ismail, 2008:49-50).
Proses pembelajaran yang ditampilkan oleh para guru jika tidak ada jadwal
supervisi dari pengawas sekolah adalah cenderung pada pencapaian target
kurikulum dan lebih mementingkan pada penghafalan konsep dan bukan
pemahaman. Siswa hanya duduk, mencatat dan mendengarkan apa yang
disampaikan guru dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Suasana
pembelajaran menjadi tidak kondusif karena siswa terlihat pasif.

Suasana pembelajaran yang demikian semestinya tidak terjadi karena telah


dilakukan workshop pada awal tahun pelajaran dimana dalam workshop itu para
guru dibimbing oleh narasumber menyiapkan perangkat pembelajaran, menyusun
RPP, membahas media dan model atau strategi pembelajaran yang cocok dengan
karakteristik materi pelajaran.

Berbekal hasil workshop dan bimbingan khusus oleh pengawas sekolah


diharapkan akan terwujud pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan. Namun apa yang terjadi? Ketika tidak disupervisi baik oleh
kepala sekolah maupun pengawas sekolah ternyata para guru melaksanakan
pembelajaran yang bersifat konvensional dan membosankan siswa. Ini merupakan
masalah yang perlu dipecahkan karena suasana pembelajaran yang demikian
mempengaruhi konsentrasi dan motivasi belajar siswa yang secara langsung
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.Atas dasar itu penulis mengambil
tindakan mengubah teknik supervisi akademik yang diterapkan selama ini, yaitu
teknik supervisi akademik terjadwal diganti dengan teknik supervisi akademik
berbasis intelejen.

Berdasarkan kenyataan di atas penulis mengadakan penelitian untuk mengetahui


teknik supervisi akademik berbasis intelejen sebagai salah satu upaya

3
mewujudkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
(PAIKEM) di tiga SMP binaan penulis.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam tulisan ini
dirumuskan sebagai berikut:

“Apakah teknik supervisi akademik berbasis intelejen kelas dapat mendorong


guru untuk mewujudkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan di SMP binaan penulis”?

Strategi Pemecahan Masalah

Akar permasalahan guru tidak mewujudkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif
dan Menyenangkan di SMP binaan penulis terletak pada teknik supervisi akademik yang
diterapkan oleh pengawas sekoah. Teknik supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala
sekolah selama ini adalah terjadwal dan paling banyak sekali dalam satu semester.

Untuk memecahkan masalah tersebut, penulis merubah teknik supervisi akademik yang
digunakan selama ini dengan teknik supervisi akademik berbasis intelejen kelas .
Perubahan teknik supervisi akademik ini didasarkan pada asumsi bahwa jika guru
merasa terawasi melalui rekaman tersembunyi oleh kepala sekolah melalui siswa yang
bersifat rahasia maka guru akan menyiapkan diri secara optimal seperti ada kepala
sekolah di dalam kelas sehingga terwujud Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan.

Tujuan Penulisan

Tujuan khusus penulisan best practice ini adalah: untuk memperoleh gambaran apakah
supervisi akademik dengan teknik intelejen kelas dapat mewujudkan Pembelajaran yang
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan di SMP binaan penulis.

Tujuan umum penulisan best practice ini adalah: untuk memperbaiki kualitas proses
pembelajaran di kelas sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Manfat Penulisan

Manfaat penulisan best practice ini adalah:

Bagi guru: meningkatkan kemampuan guru tentang model/strategi pembelajaran


berbasis PAIKEM sehingga dapat menerapkannya secara optimal dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas.

Bagi siswa:jika PAIKEM terwujud maka siswa akan tergugah semangat belajarnya,
memiliki keberanian untuk bertanya dan menjawab pertanyaan guru, melakukan sesuatu

4
tindakan yang berpola terstruktur, menemukan dan mengembangkan ide-ide baru
sehingga aktifitas dan antusias belajar siswa lebih meningkat.

Bagi sekolah: dengan mewujudkan PAIKEM di sekolah maka kualitas proses belajar
mengajar di sekolah akan meningkat yang pada gilirannya akan meningkatkan mutu
lulusan di sekolah.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Supervisi Akademik

Keterampilan utama dari seorang kepala sekolah adalah melakukan penilaian dan
pembinaan kepada guru untuk secara terus menerus meningkatkan kualitas proses

5
pembelajaran yang dilaksanakan di kelas agar berdampak pada kualitas hasil belajar
siswa. Untuk dapat mencapai kompetensi tersebut pengawas sekolah diharapkan dapat
melakukan pengawasan akademik yang didasarkan pada metode dan teknik supervisi
yang tepat sesuai dengan kebutuhan guru.

Menurut Mulyasa (2003:11), supervisi akademik merupakan suatu proses yang


dirancang secara khusus untuk membantu guru meningkatkan pengetahuan dan
kemampuannya guna memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua, peserta didik
dan sekolah serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang efektif.

Berdasarkan rumusan dari beberapa pakar tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
supervisi akademik adalah kegiatan berupa bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh
supervisor, yaitu kepala sekolah atau pengawas sekolah kepada guru guna meningkatkan
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran demi peningkatan prestasi belajar
siswa.

Tujuan Supervisi Akademik

Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuannya


mencapai tujuan pembelajaran yang harus dicapai peserta didik.

Pengembangan kemampuan guru mencapai tujuan pembelajaran selain ditekankan pada


peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru mengajar, juga pada peningkatan
komitmen (commitment) kemauan (willingness) dan motivasi (motivation) guru, kualitas
pembelajaran akan lebih meningkat (Sudjana, 2011:56).

Pendekatan Supervisi Akademik

Menurut Sahertian (2000:44-52), pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan


supervisi akademik, yaitu: pendekatan langsung (direktif), pendekatan tidak langsung
(non-direktif) dan pendekatan kolaboratif.

Teknik Supervisi Akademik

Menurut M. Ngalim Purwanto (2004;4) teknik supervisi dikelompokan menjadi dua


kelompok, yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok.

Teknik supervisi individual

Teknik-teknik supervisi yang dikelompokan sebagai teknik supervisi individual meliputi:


kunjungan kelas, obeservasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antar kelas, dan
menilai diri sendiri.

6
Teknik supervisi kelompok

Teknik supervisi kelompok meliputi: kepanitian, kerja kelompok, laboratotium kurikulum,


membaca terpimpin, demonstrasi pembelajaran, simulasi pembelajaran, darmawisata,
kuliah/studi, diskusi panel, perpustakaan jabatan, organisasi profesional, buletin
supervisi dan pertemuan guru.

Dalam kaitan dengan tulisan ini maka penulis ingin meneliti pendekatan supervisi
akademik secara tidak langsung (non-direktif), yaitu menggunakan salah satu siswa yang
ada dalam kelas untuk merekam jalannya kegiatan belajar mengajar. Hasil rekaman
kemudian diputar oleh kepala sekolah untuk memperoleh gambaran keaslian cara
mengajar guru yang bersaangkutan jika dibandingkan dengan hasil supervisi berbasis
terjadwal.

Alasan atau dasar pertimbangan utama pemilihan supervisi akademik dengan teknik
intelejen adalah sebagai berikut:

Supervisi akademik dengan teknik terjadwal yang diterapkan selama ini ternyata tidak
dapat mengubah kebiasaan mengajar guru yang mana guru hanya siap dan tampil secara
optimal jika mendapat giliran untuk disupervisi.

Supervisi akademik dengan teknik intelejen tidak dapat mengcover keaslian kebiasaan
mengajar guru. Saat disupervisi guru berpura-pura tampil secara optimal tetapi ketika
tidak disupervisi ternyata guru kembali ke kebiasaan lama yaitu mengajar secara
konvensional.

Kesibukan kepala sekolah dan keterbatasan tenaga mengebabkan frekwensi supervisi


terhadap guru hanya sekali dalam satu semester, itupun tidak semua guru mendorong
perlu adanya inovasi teknik supervisi akademik yang berlangsung setiap saat tanpa
kehadiran kepala sekolah.

Berdasarkan pertimbangan kondisi tersebut maka penulis mencoba menerapkan teknik


supervisi akademik berbasis intelejen kelas. Teknik ini dapat mengcover keaslian
kebiasaan mengajar guru karena guru dalam keadaan tidak tahu jika dia lagi disupervisi
oleh kepala sekolah. Disisi lain supervisi akademik tetap berjalan tanpa mengganggu
tugas kepala sekolah karena pelaksanaannya oleh siswa yang sudah dibekali secara
teknis oleh kepala sekolah.

Konsep Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM)

PAIKEM adalah suatu pendekatan mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran


dan media pengajaran yang sesuai dan disertai penataan lingkungan sedemikian rupa
sehingga proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif dan mengenangkan.

7
Menurut Masitoh dan Laksmi Dewi (2009:259), Pendekatan PAIKEM sebagai sebuah
strategi pembelajaran, memiliki 5 (lima) kriteria yang dapat dipaparkan sebagai berikut:

Pembelajaran Aktif

Menurut Trianto (2011: 164) pembelajaran aktif adalah bahwa dalam pembelajaran
peserta didik aktif secara fisik dan mental dalam hal mengemukakan penalaran,
menemukan kaitan yang satu dengan yang lain, mengkomunikasikan ide/gagasan,
mengemukakan bentuk representasi yang tepat, dan menggunakan semua itu untuk
memecahkan masalah.

Hal yang paling utama yang menjadi keaktifan siswa di dalam kelas adalah munculnya
rasa ingin tahu, ketertarikan dan minat siswa terhadap hal yang sedang dipelajari. Untuk
itu, melalui berbagai teknik dan metode guru harus berusaha sebisa mungkin untuk
menciptakan suasana sedemikian rupa guna memicu rasa kepenasaran siswa aktif
bertanya atau mengemukakan gagasan.

Pembelajaran Inovatif

Menurut Umi Kulsum (2011: 159) seorang guru bertindak inovatif dalam hal:

Menggunakan bahan atau materi baru yang bermanfaat dan bermartabat;

Menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran dengan gaya baru;

Memodifikasi pendekatan pembelajaran konvensional menjadi pendekatan inovatif yang


sesuai dengan keadaan siswa, sekolah, dan lingkungan;

Melibatkan perangkat teknologi pembelajaran.

Di sisi lain, siswa bertindak inovatif dalam hal:

Mengikuti pembelajaran inovatif dengan aturan yang berlaku;

Berupaya mencari bahan atau materi sendiri dari sumber-sumber yang relevan;

Menggunakan perangkat teknologi maju dalam proses belajar.

Pembelajaran Kreatif

Kreatif berarti menggunakan hasil ciptaan atau kreasi baru atau bahkan berbeda dengan
sebelumnya. Pembelajaran kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan,
mengimajinasikan, melakukan inovasi, dan hal-hal yang artistik lainnya.

Menurut Lif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri (2010:3), kreatifitas adalah kemampuan
untuk memberi gagasan-gagasan baru dengan menemukan banyak kemungkinan
jawaban terhadap suatu masalah.

8
Ciri khas guru yang kreatif adalah: mengembangkan kegiatan pembelajaran yang
beragam; membuat alat bantu belajar yang berguna meskipun sederhana;
memanfaatkan lingkungan; mengelola kelas dan sumber belajar dan merencanakan
proses dan hasil belajar.

Pembelajaran Efektif

Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mencapai sasaran atau minimal mencapai
kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Disamping itu, yang terpenting adalah
banyaknya pengalaman dan hal baru yang didapat baik oleh siswa maupun guru. Dan
untuk mengetahui keefektifan sebuah proses pembelajaran, maka pada setiap akhir
pembelajaran perlu dilakukan evaluasi, tapi evaluasi di sini bukan sekedar tes untuk
siswa, melainkan semacam refleksi, perenungan yang dilakukan oleh guru dan siswa,
dan didukung oleh data catatan guru.

Pembelajaran Menyenangkan

Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat dinikmati siswa.


Siswa merasa nyaman, aman, dan asyik. Perasaan yang mengasyikkan mengandung
unsur dorongan keinginantahuan yang disertai upaya mencari tahu sesuatu.

Menurut Umi Kulsum (2011:63), ciri-ciri pokok pembelajaran yang menyenangkan


adalah: adanya lingkungan yang rileks, menyenangkan, tidak membuat tegang, aman,
menarik, dan tidak membuat siswa ragu melakukan sesuatu meskipun keliru untuk
mencapai keberhasilan yang tinggi; terjaminnya ketersediaan materi pelajaran dan
metode yang relevan; terlibatnya semua indera dan aktivitas otak kiri dan kanan; adanya
situasi belajar yang menantang bagi siswa untuk berpikir jauh ke depan dan
mengeksplorasi materi yang sedang dipelajari dan adanya situasi belajar emosional yang
positif ketika para siswa belajar bersama, dan ketika ada humor, dorongan semangat,
waktu istirahat, dan dukungan yang antusias.

Pelaksanaan Strategi Pemecahan Masalah

Tahapan pelaksanaan supervisi akademik dengan teknik intelejen adalah sebagai berikut:

Persiapan

Hal-hal yang dilakukan pada tahap persiapan adalah: mengidentifikasi atau menyeleksi
siswa yang dinilai mampu dan dapat menjaga kerahasian yang akan dipakai sebagai intel
untuk merekam jalannya kegiatan belajar mengajar dari nawal sampai dengan akhir.

9
Kepala sekolah menyiapkan handpond (HP) yang akan dipakai untuk merekam.
Menjelaskan kepada siswa teknis merekam dan metode yang digunakan agar tidak
diketahui oleh guru maupun teman-teman siswa lainnya.

Pelaksanaan

Siswa yang ditugaskan sebagai intel merekam jalannya kegiatan belajar mengajar. Setelah
kegiatan belajar mengajar siswa yang bertindak sebagai intel langsung menyerahkan
hasil rekaman kepada kepala sekolah. Kepala sekolah memutar kembali rekaman dan
mengikuti sambil mencatat hal-hal yang belum sempurna berdasarkan hasil rekaman.
Hasil rekaman masing-masing guru difilekan untuk menjadi dasar penilaian dan
bimbingan kepala sekolah sesuai temuan berdasarkan hasil rekaman.

Refleksi

Melakukan refleksi terhadap hasil rekaman masing-masing guru sehingga diperoleh data
yang valid dan akurat tentang kinerja guru yang bersangkutan dalam implementasi
kegiatan belajar mengajar di kelas. Hasil refleksi dibandingkan dengan hasil supervisi
akademik dengan teknik penjadwalan sebelumnya.

Hasil atau Dampak yang Dicapai dari Strategi yang Dipilih

Hasil

Berdasarkan hasil analisis terhadap 8 orang guru yang disupervisi dengan teknik intelejen
diperoleh gambaran sebagai berikut:

Umumnya guru mengajar dengan metode/model/strategi yang masih bersifat


konvensional. Paradigma Pembelajaran Aktif, inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
belum sepenuhnya terwujud.

Kegiatan belajar mengajar mulai dari tahap elaborasi atau pembukaa, eksplorasi sampai
pada kegiatan konfirmasi atau penutup jauh dari delapan keterampilan dasar dan
standar proses yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2016.

Penilaian akhir (post test) sama sekali tidak dilaksanakan

Kegiatan belajar mengajar masih berorientasi pada aspek kognitif dan mengabaikan
aspek sikap, baik sikap spiritual maupun sikap sosial. Pada hal esensi Kurikulum 2013
adalah keseimbangan antara pengetahuan dan sikap.

Ternyata setelah dilakukan perbandingan antara hasil supervisi akademik dengan teknik
terjadwal jauh berbeda hasilnya. Dengan demikian nampak bahwa supervisi akademik
berbasis intelejen kelas mengcover kebiasaan mengajar asli dari guru yang bersangkutan.
Artinya, jika sesorang guru diinformasikan baru disupervisi ternyata hasilnya memuaskan

10
namun hasil itu adalah bukan karena kesadaran atau budaya mengajar tetapi justru
karena motivasi untuk memperoleh nilai yang cukup tinggi sebagai indikator kinerja.

Dampak

Dampak positif dari teknik supervisi akademik berbasis intelejen adalah mengcover
budaya mengajar atau keaslian mengajar guru yang sesungguhnya. Hal ini dikarenakan
guru yang bersangkutan tidak tahu kalau dirinya lagi disupervisi sehingga tampil apa
adanya.

Kondisi ini memberi data yang akurat dan valid bagi kepala sekolah sehingga dapat
mendesain strategi pembinaan bagi guru dalam rangka meningkatkan kinerja atau
kualitas proses belajar mengajar di kelas.

Kendala-Kendala Yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Strategi yang Dipilih

Kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi teknik supervisi berbasis intelejen


adalah sebagai berikut:

Siswa yang bertindak sebagai intelejen kurang konsentrasi mengikuti kegiatan belajar
mengajar.

Data yang diperoleh bersifat audio saja sementara visual tidak nampak karena hanya
merekam suara saja.

Faktor-Faktor Pendukung

Faktor-faktor yang mendukung pemilihan teknik ini adalah:

Tersedianya fasilitas rekaman yang memadai

Tersedianya tenaga intelejen (siswa) yang sudah memiliki ketrampilan untuk


mengendalikan tugas yang diberikan

Alternatif Pengembangan

Untuk lebih akurat dalam artian dapat mengcover performance guru secara keseluruhan
baik suara maupun gambar gaya mengajar maka teknik ini diinovasi atau dikembangkan
lebih lanjut dengan kamera CCTV di kelas secara tersembunyi untuk dipantau secara
keseluruhan oleh kepala sekolah dari ruang kepala sekolah saja.

11
BAB III

METODE PELAKSANAAN

Prosedur Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan supervisi akademik dengan teknik intelejen adalah sebagai berikut:

Persiapan

Hal-hal yang dilakukan pada tahap persiapan adalah: mengidentifikasi atau menyeleksi
siswa yang dinilai mampu dan dapat menjaga kerahasian yang akan dipakai sebagai intel
untuk merekam jalannya kegiatan belajar mengajar dari nawal sampai dengan akhir.

12
Pengawas sekolah menyiapkan handpond (HP) yang akan dipakai untuk merekam.
Menjelaskan kepada siswa teknis merekam dan metode yang digunakan agar tidak
diketahui oleh guru maupun teman-teman siswa lainnya.

Pelaksanaan

Siswa yang ditugaskan sebagai intel merekam jalannya kegiatan belajar mengajar. Setelah
kegiatan belajar mengajar siswa yang bertindak sebagai intel langsung menyerahkan
hasil rekaman kepada pengawas sekolah. Pengawas sekolah memutar kembali rekaman
dan mengikuti sambil mencatat hal-hal yang belum sempurna berdasarkan hasil
rekaman. Hasil rekaman masing-masing guru difilekan untuk menjadi dasar penilaian
dan bimbingan pengawas sekolah sesuai temuan berdasarkan hasil rekaman.

Refleksi

Melakukan refleksi terhadap hasil rekaman masing-masing guru sehingga diperoleh data
yang valid dan akurat tentang kinerja guru yang bersangkutan dalam implementasi
kegiatan belajar mengajar di kelas. Hasil refleksi dibandingkan dengan hasil supervisi
akademik dengan teknik penjadwalan sebelumnya.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan hasil analisis terhadap 8 orang guru yang disupervisi dengan teknik intelejen
diperoleh gambaran sebagai berikut:

Umumnya guru mengajar dengan metode/model/strategi yang masih bersifat


konvensional. Paradigma Pembelajaran Aktif, inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
belum sepenuhnya terwujud.

Kegiatan belajar mengajar mulai dari tahap elaborasi atau pembukaa, eksplorasi sampai
pada kegiatan konfirmasi atau penutup jauh dari delapan keterampilan dasar dan
standar proses yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2016.

Penilaian akhir (post test) sama sekali tidak dilaksanakan

13
Kegiatan belajar mengajar masih berorientasi pada aspek kognitif dan mengabaikan
aspek sikap, baik sikap spiritual maupun sikap sosial. Pada hal esensi Kurikulum 2013
adalah keseimbangan antara pengetahuan dan sikap.

Ternyata setelah dilakukan perbandingan antara hasil supervisi akademik dengan teknik
terjadwal jauh berbeda hasilnya. Dengan demikian nampak bahwa supervisi akademik
berbasis intelejen kelas mengcover kebiasaan mengajar asli dari guru yang bersangkutan.
Artinya, jika sesorang guru diinformasikan baru disupervisi ternyata hasilnya memuaskan
namun hasil itu adalah bukan karena kesadaran atau budaya mengajar tetapi justru
karena motivasi untuk memperoleh nilai yang cukup tinggi sebagai indikator kinerja.

Dampak

Dampak positif dari teknik supervisi akademik berbasis intelejen adalah mengcover
budaya mengajar atau keaslian mengajar guru yang sesungguhnya. Hal ini dikarenakan
guru yang bersangkutan tidak tahu kalau dirinya lagi disupervisi sehingga tampil apa
adanya.

Kondisi ini memberi data yang akurat dan valid bagi kepala sekolah sehingga dapat
mendesain strategi pembinaan bagi guru dalam rangka meningkatkan kinerja atau
kualitas proses belajar mengajar di kelas.

Kendala-Kendala Yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Strategi yang Dipilih

Kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi teknik supervisi berbasis intelejen


adalah sebagai berikut:

Siswa yang bertindak sebagai intelejen kurang konsentrasi mengikuti kegiatan belajar
mengajar.

Data yang diperoleh bersifat audio saja sementara visual tidak nampak karena hanya
merekam suara saja.

Faktor-Faktor Pendukung

Faktor-faktor yang mendukung pemilihan teknik ini adalah:

Tersedianya fasilitas rekaman yang memadai

Tersedianya tenaga intelejen (siswa) yang sudah memiliki ketrampilan untuk


mengendalikan tugas yang diberikan

Alternatif Pengembangan

Untuk lebih akurat dalam artian dapat mengcover performance guru secara keseluruhan
baik suara maupun gambar gaya mengajar maka teknik ini diinovasi atau dikembangkan

14
lebih lanjut dengan kamera CCTV di kelas secara tersembunyi untuk dipantau secara
keseluruhan oleh kepala sekolah dari ruang kepala sekolah saja.

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI OPERASIONAL

Simpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan teknik supervisi akademik berbasis intelejen dapat


disimpulkanbeberapa hal sebagai berikut :

Supervisi akademik dengan teknik terjadwal yang diterapkan selama ini ternyata tidak
dapat mengubah kebiasaan mengajar guru yang mana guru hanya siap dan tampil secara
optimal jika mendapat giliran untuk disupervisi.

Supervisi akademik dengan teknik intelejen dapat mengcover keaslian kebiasaan


mengajar guru karena guru yang disupervisi tidak tahu kalau dirinya lagi disupervisi.

Supervisi akademik berbasis intelejen dapat mengatasi kesibukan kepala sekolah karena
supervisi dapat dilaksanakan setiap saat untuk beberapa guru secara bersamaan karena
dilakukan oleh intelejen yang sudah dilatih oleh pengawas sekolah sebelumnya.

Rekomendasi

Mengacu pada hasil simpulan di atas maka penulis mengarankan agar:

15
Supervisi akademik berbasis intelejen diterapkan dan disempurnakan dengan
menggunakan kamera CCTV kelas sehingga rekaman data bersifat audio maupun visual
sekaligus tidak merepotkan siswa sebagai intelejen.

Hasil supervisi dipresentasikan secara berkala kepada guru-guru untuk dilakukan


perbaikan secara terus-menerus.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah


Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis Tahun 1997/1998. Tugas dan Fungsi
Pengawas Satuan Pendidikan.

Dale, Edgar. 1969. Audio Visual Methods in Teaching,Rinehart and Winston Inc. The
Dryden Press, New York.

Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta.

Ismail, SM. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media
Group, Jakarta.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 118/1996 Tentang Jabatan


Fungsional Pengawas dan Angka Kreditnya.

16
Lif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri. 2010. PAIKEM Gembrot: Mengembangkan
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan; sebuah Analisis Teoritis
Konseptual, Prestasi Pustaka Raya, Jakarta.

Masitoh dan Lahsmi Dewi. 2009. Strategi Pembelajaran, Rasail Media Group, Jakarta.

Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi,


PT. Remaja Rosada Karya, Bandung.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

Purwanto, M. Ngalim.2004.Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praksis, Remaja Rosada Karya,


Bandung.

Shertian. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Intermedia, Jakarta.

Trianto, M.Pd. 2011. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan


Implementasinya dalam KTSP, Bumi Aksara, Jakarta.

Umi Kulsum. 2011. Pendidikan Karakter Berbasis PAIKEM, Gena Pratama Pustaka,
Surabaya.

17

Anda mungkin juga menyukai