PENDAHULUAN
1
tetapi justru guru memposisikan diri sebagai satu-satunya sumber belajar bagi
siswa sehingga siswa diibaratkan seperti botol kosong yang hendak diisi apa
saja oleh guru. Model pembelajaran yang demikian bersifat satu arah dan
monoton sehingga membosankan siswa. Siswa lebih banyak mencatat dan
menghafal informasi dari guru dan siswa tidak memahami pengetahuan secara
utuh sehingga pengetahuan siswa bersifat verbalistik, siswa tidak memiliki
pengalaman dalam memperoleh pengetahuan sendiri sehingga pengetahuan itu
tidak bertahan lama dalam memori siswa.
Model pembelajaran konvensional sebagaimana diuraikan di atas masih dianut
oleh sebagian besar guru pada tiga SMP binaan penulis.
Hasil supervisi kegiatan belajar mengajar dengan teknik terjadwal atau
diinformasikan lebih awal sebelum supervisi dilaksanakan terhadap 7 orang
guru terungkap hal-hal sebagai berikut: guru lebih siap dari sisi administrasi
perangkat pembelajaran; menyiapkan media pembelajaran sesuai karakteristik
materi pelajaran; menyiapkan soal-soal post test; mengelola kelas secara baik;
serta meguasai materi pelajaran. Namun situasi kegiatan belajar mengajar
menjadi berubah kembali tatkala tidak ada jadwal supervisi. Hal ini terekam
ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung dan diamati sepintas dari luar
kelas ternyata pembelajaran bersifat konvensional, yaitu lebih banyak ceramah,
tanya jawab, tugas mandiri berupa meringkas materi dalam buku paket,
sehingga paradigma Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAIKEM) tidak terwujud sama sekali.
Padahal menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat (1) ditegaskan bahwa “proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan
fisik, serta psikologis peserta didik. Kemudian pada pasal 28 ayat (1)
mengamanatkan bahwa yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen
2
pembelajaran(learning agent) adalah peran pendidik sebagai fasilitator,
motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.
Mengacu pada ketentuan tersebut, jelaslah bahwa proses pendidikan dan
pembelajaran pada satuan pendidikan manapun secara yuridis formal dituntut
harus diselenggarakan secara aktif, inovatif, kreatif, dialogis, efektif dan
menyenangkan. Dalam konteks ini, PAIKEM sebagai salah satu strategi
pembelajaran yang telah dikembangkan dan sedang gencar dipromosikan
implementasinya dalam praktek dunia pendidikan di Indonesia memiliki
singgungan dan relevansi yang kuat terhadap apa yang menjadi tuntutan yuridis
formil ini (Ismail, 2008:49-50).
Proses pembelajaran yang ditampilkan oleh para guru jika tidak ada jadwal
supervisi dari pengawas sekolah adalah cenderung pada pencapaian target
kurikulum dan lebih mementingkan pada penghafalan konsep dan bukan
pemahaman. Siswa hanya duduk, mencatat dan mendengarkan apa yang
disampaikan guru dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Suasana
pembelajaran menjadi tidak kondusif karena siswa terlihat pasif.
3
mewujudkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
(PAIKEM) di tiga SMP binaan penulis.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam tulisan ini
dirumuskan sebagai berikut:
Akar permasalahan guru tidak mewujudkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif
dan Menyenangkan di SMP binaan penulis terletak pada teknik supervisi akademik yang
diterapkan oleh pengawas sekoah. Teknik supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala
sekolah selama ini adalah terjadwal dan paling banyak sekali dalam satu semester.
Untuk memecahkan masalah tersebut, penulis merubah teknik supervisi akademik yang
digunakan selama ini dengan teknik supervisi akademik berbasis intelejen kelas .
Perubahan teknik supervisi akademik ini didasarkan pada asumsi bahwa jika guru
merasa terawasi melalui rekaman tersembunyi oleh kepala sekolah melalui siswa yang
bersifat rahasia maka guru akan menyiapkan diri secara optimal seperti ada kepala
sekolah di dalam kelas sehingga terwujud Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan.
Tujuan Penulisan
Tujuan khusus penulisan best practice ini adalah: untuk memperoleh gambaran apakah
supervisi akademik dengan teknik intelejen kelas dapat mewujudkan Pembelajaran yang
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan di SMP binaan penulis.
Tujuan umum penulisan best practice ini adalah: untuk memperbaiki kualitas proses
pembelajaran di kelas sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Manfat Penulisan
Bagi siswa:jika PAIKEM terwujud maka siswa akan tergugah semangat belajarnya,
memiliki keberanian untuk bertanya dan menjawab pertanyaan guru, melakukan sesuatu
4
tindakan yang berpola terstruktur, menemukan dan mengembangkan ide-ide baru
sehingga aktifitas dan antusias belajar siswa lebih meningkat.
Bagi sekolah: dengan mewujudkan PAIKEM di sekolah maka kualitas proses belajar
mengajar di sekolah akan meningkat yang pada gilirannya akan meningkatkan mutu
lulusan di sekolah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Supervisi Akademik
Keterampilan utama dari seorang kepala sekolah adalah melakukan penilaian dan
pembinaan kepada guru untuk secara terus menerus meningkatkan kualitas proses
5
pembelajaran yang dilaksanakan di kelas agar berdampak pada kualitas hasil belajar
siswa. Untuk dapat mencapai kompetensi tersebut pengawas sekolah diharapkan dapat
melakukan pengawasan akademik yang didasarkan pada metode dan teknik supervisi
yang tepat sesuai dengan kebutuhan guru.
Berdasarkan rumusan dari beberapa pakar tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
supervisi akademik adalah kegiatan berupa bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh
supervisor, yaitu kepala sekolah atau pengawas sekolah kepada guru guna meningkatkan
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran demi peningkatan prestasi belajar
siswa.
6
Teknik supervisi kelompok
Dalam kaitan dengan tulisan ini maka penulis ingin meneliti pendekatan supervisi
akademik secara tidak langsung (non-direktif), yaitu menggunakan salah satu siswa yang
ada dalam kelas untuk merekam jalannya kegiatan belajar mengajar. Hasil rekaman
kemudian diputar oleh kepala sekolah untuk memperoleh gambaran keaslian cara
mengajar guru yang bersaangkutan jika dibandingkan dengan hasil supervisi berbasis
terjadwal.
Alasan atau dasar pertimbangan utama pemilihan supervisi akademik dengan teknik
intelejen adalah sebagai berikut:
Supervisi akademik dengan teknik terjadwal yang diterapkan selama ini ternyata tidak
dapat mengubah kebiasaan mengajar guru yang mana guru hanya siap dan tampil secara
optimal jika mendapat giliran untuk disupervisi.
Supervisi akademik dengan teknik intelejen tidak dapat mengcover keaslian kebiasaan
mengajar guru. Saat disupervisi guru berpura-pura tampil secara optimal tetapi ketika
tidak disupervisi ternyata guru kembali ke kebiasaan lama yaitu mengajar secara
konvensional.
7
Menurut Masitoh dan Laksmi Dewi (2009:259), Pendekatan PAIKEM sebagai sebuah
strategi pembelajaran, memiliki 5 (lima) kriteria yang dapat dipaparkan sebagai berikut:
Pembelajaran Aktif
Menurut Trianto (2011: 164) pembelajaran aktif adalah bahwa dalam pembelajaran
peserta didik aktif secara fisik dan mental dalam hal mengemukakan penalaran,
menemukan kaitan yang satu dengan yang lain, mengkomunikasikan ide/gagasan,
mengemukakan bentuk representasi yang tepat, dan menggunakan semua itu untuk
memecahkan masalah.
Hal yang paling utama yang menjadi keaktifan siswa di dalam kelas adalah munculnya
rasa ingin tahu, ketertarikan dan minat siswa terhadap hal yang sedang dipelajari. Untuk
itu, melalui berbagai teknik dan metode guru harus berusaha sebisa mungkin untuk
menciptakan suasana sedemikian rupa guna memicu rasa kepenasaran siswa aktif
bertanya atau mengemukakan gagasan.
Pembelajaran Inovatif
Menurut Umi Kulsum (2011: 159) seorang guru bertindak inovatif dalam hal:
Berupaya mencari bahan atau materi sendiri dari sumber-sumber yang relevan;
Pembelajaran Kreatif
Kreatif berarti menggunakan hasil ciptaan atau kreasi baru atau bahkan berbeda dengan
sebelumnya. Pembelajaran kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan,
mengimajinasikan, melakukan inovasi, dan hal-hal yang artistik lainnya.
Menurut Lif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri (2010:3), kreatifitas adalah kemampuan
untuk memberi gagasan-gagasan baru dengan menemukan banyak kemungkinan
jawaban terhadap suatu masalah.
8
Ciri khas guru yang kreatif adalah: mengembangkan kegiatan pembelajaran yang
beragam; membuat alat bantu belajar yang berguna meskipun sederhana;
memanfaatkan lingkungan; mengelola kelas dan sumber belajar dan merencanakan
proses dan hasil belajar.
Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mencapai sasaran atau minimal mencapai
kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Disamping itu, yang terpenting adalah
banyaknya pengalaman dan hal baru yang didapat baik oleh siswa maupun guru. Dan
untuk mengetahui keefektifan sebuah proses pembelajaran, maka pada setiap akhir
pembelajaran perlu dilakukan evaluasi, tapi evaluasi di sini bukan sekedar tes untuk
siswa, melainkan semacam refleksi, perenungan yang dilakukan oleh guru dan siswa,
dan didukung oleh data catatan guru.
Pembelajaran Menyenangkan
Tahapan pelaksanaan supervisi akademik dengan teknik intelejen adalah sebagai berikut:
Persiapan
Hal-hal yang dilakukan pada tahap persiapan adalah: mengidentifikasi atau menyeleksi
siswa yang dinilai mampu dan dapat menjaga kerahasian yang akan dipakai sebagai intel
untuk merekam jalannya kegiatan belajar mengajar dari nawal sampai dengan akhir.
9
Kepala sekolah menyiapkan handpond (HP) yang akan dipakai untuk merekam.
Menjelaskan kepada siswa teknis merekam dan metode yang digunakan agar tidak
diketahui oleh guru maupun teman-teman siswa lainnya.
Pelaksanaan
Siswa yang ditugaskan sebagai intel merekam jalannya kegiatan belajar mengajar. Setelah
kegiatan belajar mengajar siswa yang bertindak sebagai intel langsung menyerahkan
hasil rekaman kepada kepala sekolah. Kepala sekolah memutar kembali rekaman dan
mengikuti sambil mencatat hal-hal yang belum sempurna berdasarkan hasil rekaman.
Hasil rekaman masing-masing guru difilekan untuk menjadi dasar penilaian dan
bimbingan kepala sekolah sesuai temuan berdasarkan hasil rekaman.
Refleksi
Melakukan refleksi terhadap hasil rekaman masing-masing guru sehingga diperoleh data
yang valid dan akurat tentang kinerja guru yang bersangkutan dalam implementasi
kegiatan belajar mengajar di kelas. Hasil refleksi dibandingkan dengan hasil supervisi
akademik dengan teknik penjadwalan sebelumnya.
Hasil
Berdasarkan hasil analisis terhadap 8 orang guru yang disupervisi dengan teknik intelejen
diperoleh gambaran sebagai berikut:
Kegiatan belajar mengajar mulai dari tahap elaborasi atau pembukaa, eksplorasi sampai
pada kegiatan konfirmasi atau penutup jauh dari delapan keterampilan dasar dan
standar proses yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2016.
Kegiatan belajar mengajar masih berorientasi pada aspek kognitif dan mengabaikan
aspek sikap, baik sikap spiritual maupun sikap sosial. Pada hal esensi Kurikulum 2013
adalah keseimbangan antara pengetahuan dan sikap.
Ternyata setelah dilakukan perbandingan antara hasil supervisi akademik dengan teknik
terjadwal jauh berbeda hasilnya. Dengan demikian nampak bahwa supervisi akademik
berbasis intelejen kelas mengcover kebiasaan mengajar asli dari guru yang bersangkutan.
Artinya, jika sesorang guru diinformasikan baru disupervisi ternyata hasilnya memuaskan
10
namun hasil itu adalah bukan karena kesadaran atau budaya mengajar tetapi justru
karena motivasi untuk memperoleh nilai yang cukup tinggi sebagai indikator kinerja.
Dampak
Dampak positif dari teknik supervisi akademik berbasis intelejen adalah mengcover
budaya mengajar atau keaslian mengajar guru yang sesungguhnya. Hal ini dikarenakan
guru yang bersangkutan tidak tahu kalau dirinya lagi disupervisi sehingga tampil apa
adanya.
Kondisi ini memberi data yang akurat dan valid bagi kepala sekolah sehingga dapat
mendesain strategi pembinaan bagi guru dalam rangka meningkatkan kinerja atau
kualitas proses belajar mengajar di kelas.
Siswa yang bertindak sebagai intelejen kurang konsentrasi mengikuti kegiatan belajar
mengajar.
Data yang diperoleh bersifat audio saja sementara visual tidak nampak karena hanya
merekam suara saja.
Faktor-Faktor Pendukung
Alternatif Pengembangan
Untuk lebih akurat dalam artian dapat mengcover performance guru secara keseluruhan
baik suara maupun gambar gaya mengajar maka teknik ini diinovasi atau dikembangkan
lebih lanjut dengan kamera CCTV di kelas secara tersembunyi untuk dipantau secara
keseluruhan oleh kepala sekolah dari ruang kepala sekolah saja.
11
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Prosedur Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan supervisi akademik dengan teknik intelejen adalah sebagai berikut:
Persiapan
Hal-hal yang dilakukan pada tahap persiapan adalah: mengidentifikasi atau menyeleksi
siswa yang dinilai mampu dan dapat menjaga kerahasian yang akan dipakai sebagai intel
untuk merekam jalannya kegiatan belajar mengajar dari nawal sampai dengan akhir.
12
Pengawas sekolah menyiapkan handpond (HP) yang akan dipakai untuk merekam.
Menjelaskan kepada siswa teknis merekam dan metode yang digunakan agar tidak
diketahui oleh guru maupun teman-teman siswa lainnya.
Pelaksanaan
Siswa yang ditugaskan sebagai intel merekam jalannya kegiatan belajar mengajar. Setelah
kegiatan belajar mengajar siswa yang bertindak sebagai intel langsung menyerahkan
hasil rekaman kepada pengawas sekolah. Pengawas sekolah memutar kembali rekaman
dan mengikuti sambil mencatat hal-hal yang belum sempurna berdasarkan hasil
rekaman. Hasil rekaman masing-masing guru difilekan untuk menjadi dasar penilaian
dan bimbingan pengawas sekolah sesuai temuan berdasarkan hasil rekaman.
Refleksi
Melakukan refleksi terhadap hasil rekaman masing-masing guru sehingga diperoleh data
yang valid dan akurat tentang kinerja guru yang bersangkutan dalam implementasi
kegiatan belajar mengajar di kelas. Hasil refleksi dibandingkan dengan hasil supervisi
akademik dengan teknik penjadwalan sebelumnya.
BAB IV
Hasil
Berdasarkan hasil analisis terhadap 8 orang guru yang disupervisi dengan teknik intelejen
diperoleh gambaran sebagai berikut:
Kegiatan belajar mengajar mulai dari tahap elaborasi atau pembukaa, eksplorasi sampai
pada kegiatan konfirmasi atau penutup jauh dari delapan keterampilan dasar dan
standar proses yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2016.
13
Kegiatan belajar mengajar masih berorientasi pada aspek kognitif dan mengabaikan
aspek sikap, baik sikap spiritual maupun sikap sosial. Pada hal esensi Kurikulum 2013
adalah keseimbangan antara pengetahuan dan sikap.
Ternyata setelah dilakukan perbandingan antara hasil supervisi akademik dengan teknik
terjadwal jauh berbeda hasilnya. Dengan demikian nampak bahwa supervisi akademik
berbasis intelejen kelas mengcover kebiasaan mengajar asli dari guru yang bersangkutan.
Artinya, jika sesorang guru diinformasikan baru disupervisi ternyata hasilnya memuaskan
namun hasil itu adalah bukan karena kesadaran atau budaya mengajar tetapi justru
karena motivasi untuk memperoleh nilai yang cukup tinggi sebagai indikator kinerja.
Dampak
Dampak positif dari teknik supervisi akademik berbasis intelejen adalah mengcover
budaya mengajar atau keaslian mengajar guru yang sesungguhnya. Hal ini dikarenakan
guru yang bersangkutan tidak tahu kalau dirinya lagi disupervisi sehingga tampil apa
adanya.
Kondisi ini memberi data yang akurat dan valid bagi kepala sekolah sehingga dapat
mendesain strategi pembinaan bagi guru dalam rangka meningkatkan kinerja atau
kualitas proses belajar mengajar di kelas.
Siswa yang bertindak sebagai intelejen kurang konsentrasi mengikuti kegiatan belajar
mengajar.
Data yang diperoleh bersifat audio saja sementara visual tidak nampak karena hanya
merekam suara saja.
Faktor-Faktor Pendukung
Alternatif Pengembangan
Untuk lebih akurat dalam artian dapat mengcover performance guru secara keseluruhan
baik suara maupun gambar gaya mengajar maka teknik ini diinovasi atau dikembangkan
14
lebih lanjut dengan kamera CCTV di kelas secara tersembunyi untuk dipantau secara
keseluruhan oleh kepala sekolah dari ruang kepala sekolah saja.
BAB V
Simpulan
Supervisi akademik dengan teknik terjadwal yang diterapkan selama ini ternyata tidak
dapat mengubah kebiasaan mengajar guru yang mana guru hanya siap dan tampil secara
optimal jika mendapat giliran untuk disupervisi.
Supervisi akademik berbasis intelejen dapat mengatasi kesibukan kepala sekolah karena
supervisi dapat dilaksanakan setiap saat untuk beberapa guru secara bersamaan karena
dilakukan oleh intelejen yang sudah dilatih oleh pengawas sekolah sebelumnya.
Rekomendasi
15
Supervisi akademik berbasis intelejen diterapkan dan disempurnakan dengan
menggunakan kamera CCTV kelas sehingga rekaman data bersifat audio maupun visual
sekaligus tidak merepotkan siswa sebagai intelejen.
DAFTAR PUSTAKA
Dale, Edgar. 1969. Audio Visual Methods in Teaching,Rinehart and Winston Inc. The
Dryden Press, New York.
Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta.
Ismail, SM. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media
Group, Jakarta.
16
Lif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri. 2010. PAIKEM Gembrot: Mengembangkan
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan; sebuah Analisis Teoritis
Konseptual, Prestasi Pustaka Raya, Jakarta.
Masitoh dan Lahsmi Dewi. 2009. Strategi Pembelajaran, Rasail Media Group, Jakarta.
Shertian. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Intermedia, Jakarta.
Umi Kulsum. 2011. Pendidikan Karakter Berbasis PAIKEM, Gena Pratama Pustaka,
Surabaya.
17