LAPORAN RESMI
Materi : Drying
Kelompok : 3 / Kamis
Anggota : 1. Fitriana Gustiawanti (NIM. 21030116140128)
2. M Mu’izzurozaq N (NIM. 21030116120077)
3. Tyaga Sidharta (NIM. 21030115130183)
ii
RINGKASAN
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas
berkat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum yang
berjudul “Drying”.
Laporan ini tidak lepas dari peran serta berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ing. Suherman, S.T., M.T. selaku
dosen pembimbing materi Drying, yang telah banyak mencurahkan waktu dan
pikiran dalam membuat penulis menyelesaikan laporan praktikum ini. Asisten
Laboratorium Operasi Teknik Kimia Universitas Diponegoro, yang telah
membantu dalam penyusunan laporan. Serta seluruh pihak yang telah membantu
penyusunan laporan ini.
Laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan. Dan penulis berharap laporan
praktikum ini dapat dikembangkan lagi dan dapat bermanfaat untuk diaplikasikan.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
JUDUL ..................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
RINGKASAN ........................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................................1
1.3 Tujuan Praktikum ..........................................................................................1
1.4 Manfaat Praktikum ........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2
2.1 Pengeringan ...................................................................................................2
2.2 Laju Pengeringan ...........................................................................................3
2.3 Sorption Isoterm ............................................................................................5
2.4 Pengeringan Rak............................................................................................6
BAB III METODE PRAKTIKUM .......................................................................7
3.1 Bahan dan Alat ..............................................................................................7
3.2 Variabel .........................................................................................................7
3.3 Gambar Alat Utama.......................................................................................7
3.4 Respon ...........................................................................................................8
3.5 Data yang Diperlukan ....................................................................................8
3.6 Prosedur Percobaan .......................................................................................8
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN ...................................10
4.1 Hubungan Waktu Pengeringan dengan Moisture Content ..........................10
4.2 Hubungan Moisture Content dengan Laju Pengeringan .............................11
4.3 Pengaruh Letak Tray ...................................................................................12
4.4 Kurva Sorption Isoterm ...............................................................................13
4.5 Aplikasi Pengeringan di Industri .................................................................15
BAB V PENUTUP ................................................................................................16
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................16
5.2 Saran ............................................................................................................16
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Format tabel hubungan Drying time (hour) dengan Total moisture
content (lb) ...............................................................................................................8
Tabel 3.2 Format tabel hubungan Waktu, kandungan air rata-rata dan drying rate
..................................................................................................................................9
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.4 Hubungan moisture content dan waktu pengeringan (a) dan hubungan
laju pengeringan dengan waktu pengeringan (b) pada literatur ............................11
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mampu menyebutkan dan menjelaskan cara kerja dari alat pengering.
2. Mampu menjelaskan variabel-variabel operasi dalam pengeringan.
3. Mampu mengoperasikan alat.
4. Mampu mengambil data-data percobaan secara jujur dan mengolahnya.
5. Dapat menentukan critical moisture content pada zat padat yang dikeringkan di
dalam alat pengering.
6. Membuat grafik antara moisture content zat padat dengan kecepatan
pengeringan (drying rate dari zat yang dikeringkan).
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui tray yang efektif pada pengering rak (tray dryer).
2. Dapat mengetahui waktu dan temperatur pengeringan yang efisien.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengeringan
Pengeringan adalah operasi yang sangat kompleks yang melibatkan perpindahan panas
transien dan massa bersama dengan beberapa tingkat proses, seperti transformasi fisik atau
kimia yang pada gilirannya dapat menyebabkan kualitas dalam produk serta mekanisme
panas dan perpindahahan massa. Perubahan fisik yang mungkin terjadi meliputi penyusutan
(shrinkage), penggembungan (puffing), kristalisasi, transisi kaca (glass transition). Dalam
beberapa kasus, diinginkan atau tidak diinginkan reaksi kimia atau biokimia mungkin terjadi
menyebabkan perubahan warna, tekstur, bau atau properti lain dari produk padatan. Dalam
pembuatan katalis, misalnya kondisi pengeringan dapat menghasilkan perbedaan yang
signifikan dalam aktivitas katalis dengan mengubah luas permukaan internal.
Pengeringan terjadi dengan penguapan cairan dengan memberikan panas pada bahan
baku basah. Seperti disebutkan sebelumnya, panas mungkin disediakan oleh konveksi
(pengeringan langsung), dengan konduksi (kontak atau dengan pengeringan tidak langsung),
radiasi atau volumetris dengan menempatkan bahan basah dalam bidang frekuensi mikro
atau radio elektromagnetik. Lebih dari 85% pengeringan industri adalah jenis konvektif
dengan udara panas atau gas pembakaran langsung dengan media pengeringan. Lebih dari
99% dari aplikasi melibatkan penghilangan air. Semua mode kecuali dielektrik (microwave
dan frekuensi radio) memasok panas pada batas objek pengeringan sehingga panas harus
berdifusi ke padat terutama oleh konduksi. Cairan harus berjalan ke batas materi sebelum
diangkut pergi oleh gas pembawa (atau oleh aplikasi vakum untuk pengeringan non-
konvektif).
Transportasi uap cair dalam padatan dapat terjadi oleh salah satu atau lebih dari
mekanisme transfer massa berikut:
- Difusi cair, jika padatan basah pada suhu di bawah titik didih cairan.
- Difusi uap, jika cairan menguap dalam bahan.
- Knudsen difusi, jika pegeringan dilakukan pada suhu dan tekanan yang sangat rendah,
misalnya dalam pengeringan beku.
- Difusi permukaan (mungkin walaupun tidak terbukti).
- Perbedaan tekanan hidrostatik ketika laju penguapan internal melebihi laju
transportasi uap melalui padatan ke lingkungan.
- Kombinasi dari mekanisme di atas.
2
2.2 Laju Pengeringan
Berdasarkan pada pengeringan padatan basah pada kondisi pengeringan yang tetap.
Dalam kasus yang paling umum, setelah periode awal penyesuaian, kadar air basis kering X
menurun secara linier dengan waktu, seiring dengan dimulainya penguapan. Hal ini
dilanjutkan dengan penurunan non-linier pada X hingga waktu tertentu, setelah selang
waktu yang sangat lama, padatan mencapai keseimbangan kadar air, X* dan proses
pengeringan pun berhenti. Kadar air bebas dapat didefinisikan sebagai:
Xf= (X – x*) (2.0)
Penurunan laju pengeringan hingga nol pada Xf = 0
N = (Ms/A) . (dX/dT) atau (Ms/A) . (dXf/dt) (2.1)
3
tidak menampilkan periode laju konstan sama sekali, karena laju perpindahan panas,
internal dan massa menentukan laju alir menjadi terekspose ke permukaan penguapan.
Pada periode pengeringan laju konstan, laju pengeringan tidak tergantung pada
kandungan kebasahan. Selama periode ini, zat cair ini sedemikian basah sehingga terdapat
suatu film kontinyu pada keseluruhan permukaan, dan air itu berperilaku seakan-akan tidak
ada zat padat disitu. Jika zat padat itu tidak berpori, air yang keluar dalam periode ini
terutama adalah air permukaan yang terdapat pada permukaan zat. Dalam zat padat berpori
kebanyakan air yang dikeluarkan pada periode laju konstan berasal dari bagian dalam
(interior) zat padat. Penguapan dari bahan berpori berlangsung menurut mekanisme yang
sama seperti penguapan dari thermometer cembul basah pada dasarnya adalah suatu
pengeringan laju konstan. Dalam keadaaan dimana tidak ada radiasi atau perpindahan kalor
konduksi melalui kontak langsung dengan permukaan panas, suhu zat padat tersebut selama
periode laju konstan adalah cembul basah udara.
Selama periode laju konstan laju pengeringan persatuan luas Rc dapat ditaksir dengan
ketelitian yang memadai dari korelasi-korelasi yang dikembangkan untuk evaporasi dari
permukaan zat cair bebas. Perhitungan bisa didasarkan atas perpindahan massa persamaan
2.2 atau perpindahan kalor persamaan 2.3, sebagai berikut:
mu = (2.2)
m = (2.3)
dimana: mu = luas penguapan
A = luas permukaan
hy = koefisien perpindahan kalor
Mu = bobot molekul uap
T = suhu gas
Ti = suhu antarmuka
y = fraksi mol
yi = fraksi mol uap pada antarmuka
Xi = kalor laten pada suhu Ti
Bila udara itu mengalir sejajar dengan permukaan zat padat, koefisien perpindahan
kalor dapat ditaksir dengan dimensional.
hy = 0,0128 G0,8 (2.4)
dimana: hy = koefisien perpindahan kalor
4
laju perpindahan konstan Rc adalah:
Rc = Mv/A = hy(T-Ti) /λ(2.6) (2.6) Dalam kebanyakan
situasi ini sebagaimana disinggung terdahulu, suhu Ti dapat
diandaikan sama dengan udara cembul basah. Bila radiasi dari lingkungan panas serta
konduksi dari permukaan padat yang berada dengan kontak dengan bahan itu tidak dapat
diabaikan, maka suhu pada antarmuka itu akan lebih besar dari suhu cembul basah, yi akan
bertambah besar, dan laju pengeringan sesuai dengan persamaan 2.2 akan meningkat pula
mengikutinya. Metode untuk menafsir efek-efek ini sudah ada.
(2.7)
Bila kadar uap air dinyatakan dalam basis basah (Xbb) maka:
(2.8)
Hubungan antara Xbk dan Xbb adalah:
(2.9)
5
2.4 Pengering Rak
Sebuah contoh pengering tampak ditunjukkan pada Gambar 2.3. Pengering ini terdiri
dari sebuah ruang dari logam lembaran yang berisi dua buah sisi mendukung rak-rak. Setiap
rak mempunyai sejumlah talam dangkal, kira-kira 30 inchi2 dan tebal 2 sampai 6 inchi,
yang penuh dengan bahan yang akan dikeringkan. Udara panas disirkulasikan pada
kecepatan 7 sampai 15 ft/sekon diantara talam dengan bantuan kapas C dan motor D,
mengalir melalui panas E. Sekat-sekat G membagikan udara itu secara seragam di atas
susunan talam tadi. Sebagian udara basah diventilasikan keluar melalui pemasuk A. Rak-rak
itu disusun di atas roda truck I, sehingga pada akhir siklus pengeringan truck itu dapat
ditarik keluar dari kaar dan dibawa ke stasiun penumpahan talam.
Pengeringan talam sangat bermanfaat bila laju produksi kecil. Alat ini dapat
digunakan untuk mengeringkan segala macam bahan, tetapi karena memerlukan tenaga
kerja pemuatan dan pengosongan, biaya operasinya agak mahal. Alat ini biasanya
diterapkan untuk pengeringan bahan-bahan bernilai tinggi seperti zat warna dan zat farmasi.
Pengeringan dengan sirkulasi udara menyilang lapisan zat padat biasanya lambat, dan siklus
pengeringan pun panjang yaitu antara 4 sampai 48 jam per tumpak.
6
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.2 Variabel
a. Variabel tetap : luas permukaan buah naga (diameter 1,5 cm)
b. Variabel berubah : suhu 40 0C, 50 0C, dan 60 0C
7
Perlengkapan lain yang dibutuhkan:
1. Timbangan yang teliti
2. Krus porselen lengkap dengan tutup
3. Sendok pengambilan sampel
4. Oven atau furnace untuk penguapan
3.4 Respon
Suhu dan bahan yang digunakan
8
Tabel 3.2 Format tabel hubungan Waktu, kandungan air rata-rata dan drying rate
5. Dari hasil pengolahan data diatas, kemudian digambarkan grafik hubungan antara
drying rate dengan moisture content.
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
90
80
70
60
50
X (%)
40
40
60
30
50
20
10
0
0 10 20 30 40
t (menit)
Gambar 4.2. Hubungan waktu pengeringan dan moisture content buah naga
pada literatur (Hang, 2009)
Pada gambar 4.1. dapat terlihat hubungan antara moisture content dengan waktu
dimana menunjukkan moisture content dari ketiga variabel terus menurun dengan seiring
bertambahnya waktu. Hal ini menunjukkan berjalannya proses drying pada ketiga variabel
10
dan menunjukkan berkurangnya kandungan air dalam buah. Sedangkan ditinjau dari
perbandingan ketiga variabel, buah naga pada suhu 60 0C mengalami penurunan moisture
content paling banyak dalam waktu 45 menit, kemudian diikuti oleh variable suhu 50 0C
kemudian suhu 40 0C. Hal ini dikarenakan semakin tinggi suhu pengeringan maka kadar
air semakin rendah. Kadar air akhir suatu bahan pangan apabila mulai mencapai
kesetimbangannya, maka akan membuat waktu pengeringan juga ikut naik atau dengan
kata lain lebih cepat (Wiyono, 2006).
Sedangkan apabila dibandingkan dengan kurva moisture content vs waktu dari
literatur, pada awal periode laju pengeringan menurun pertama air dibawa ke permukaan
dengan aksi kapilaritas sehingga air dekat permukaan mulai surut. Selama air dihilangkan
atau diuapkan maka akan dicapai titik dimana air tidak cukup untuk mempertahankan atau
menjaga air tetap melakukan aksi kapilaritasnya secara kontinu melalui pori. Sehingga laju
pengeringan tiba-tiba menurun dan mulai memasuki periode laju pengeringan menurun
kedua. Kemudian laju pengeringan dipengaruhi oleh difusi air dari dalam bahan ke
permukaan (Hang, 2009).
Hubungan X vs N
0.012
0.01
N (g/(cm2.menit)
0.008
0.006 40 degC
0.004 50 degC
60 degC
0.002
0
50 55 60 65 70 75 80 85 90
X
11
Gambar 4.4 Hubungan moisture content dan waktu pengeringan (a) dan hubungan laju
pengeringan dengan waktu pengeringan (b) pada literatur
Pada gambar 4.3 adalah grafik yang menunjukkan hubungan moisture content
terhadap laju pengeringan berdasarkan hasil percobaan pada suhu 40℃, 50℃, dan 60℃,
sedangkan gambar 4.4 merupakan kurva laju pengeringan yang diambil dari literature.
Pada gambar 4.4 terdapat dua gambar yaitu kurva hubungan moisture content dengan
waktu pengeringan dan kurva hubungan laju pengeringan dengan waktu pengeringan, dari
kedua gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu pengeringan maka
moisture content semakin kecil, dan semakin lama waktu pengeringan maka laju
pengeringan akan semakin kecil, sehingga dari dua gambar tersebut dapat disimpulkan
bahwa hubungan moisture content dengan laju pengeringan itu searah, yaitu semakin kecil
moisture content maka semakin kecil laju pengeringan yang terjadi. Hal ini dikarenakan
saat awal proses pengeringan moisture content bahan tinggi yang mengindikasikan terdapat
perbedaan tekanan uap air bahan dan sekeliling, namun saat terjadi penurunan moisture
content beda tekanan uap air menurun sehingga kecepatan pengeringan ikut menurun
(Singh dan Pandley, 2012). Sedangkan pada gambar 4.3 tidak sesuai dengan teori, karena
terjadi fluktuatif (penurunan dan kenaikan). Namun menurut penelitian Muchammad
Taufik, pada umumnya laju pengeringan menurun dibagi dua tahap, yaitu periode laju
menurun pertama dan kedua. Pada awal periode laju pengeringan menurun pertama, air
dibawa ke permukaan dengan aksi kapilaritas sehingga air dekat permukaan mulai surut.
Selama air dihilangkan atau diuapkan maka akan mencapai titik dimana air tidak cukup
mempertahankan atau menjaga air tetap melakukan aksi kapilaritasnya secara kontinyu
melalui pori. Sehingga laju pengeringan tiba-tiba menurun dan mulai memasuki periode
laju pengeringan kedua. Kemudian laju pengeringan dipengaruhi oleh difusi air dari dalam
bahan ke permukaan. Pada Gambar 4.3 tidak menunjukkan terjadinya laju pengeringan
secara konstan, yang disebabkan oleh laju perpindahan panas, internal dan massa yang
menentukan laju alir menjadi tereksposke permukaan penguapan (Taufiq, 2004).
90
80
tray 1
X (%)
70
tray 2
60 tray 3
50 tray 4
0 20 40 60
t (menit)
12
0.009001
0.008001
0.007001
0.006001 Series1
X (%)
0.005001
Series2
0.004001
0.003001 Series3
0.002001
Series4
0.001001
0.000001
0 10 20 30 40 50
t (menit)
13
Gambar 4.8 Grafik Sorption Isotherm Buah Naga
(Molina dkk, 2014).
Gambar 4.11 menunjukkan kurva isoterm pada Buah Naga. Dengan memplotkan
humadity pada gambar 4.11 dapat diketahui moisture content pepaya pada saat dilakukan
percobaan. Percobaan drying dilakukan pada hari kamis, 31 maret 2019, diketahui
berdasarkan data BMKG suhu pada hari itu adalah 31°C (81.8°F) dengan relative
humidity 80% dan suhu pengeringan adalah 40°C, 50°C, dan 60°C (104°F, 122°F 140°F).
Dilihat dari psikometrik chart ditarik garis dari suhu 81,8°F lalu ditarik sampai memotong
garis relative humidity 80 % sehingga didapatkan relative humidity suhu 40°C, 50°C, dan
60°C berturut turut 38 %, 24% dan 15% , lalu dari grafik sorption isotherm kita
mendapatkan hubungan Rh dengan kadar air dalam basis kering, dimana pada suhu
40°C,50°C, dan 60°C berturut turut 4%, 6 %, dan 9 %.
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Semakin tinggi suhu udara pengering, maka moisture content pada bahan semakin
rendah.
2. Semakin tinggi suhu udara pengering, laju pengeringan bahan semakin tinggi juga.
3. Tray 4 menghasilkan moisture content yang terendah.
4. Dilihat dari psikometrik chart didapatkan relative humidity suhu 40°C, 50°C, dan
60°C berturut turut 38 %, 24% dan 15% , lalu dari grafik sorption isotherm kita
mendapatkan hubungan Rh dengan kadar air dalam basis kering, dimana pada suhu
40°C,50°C, dan 60°C berturut turut 0.04 g H2O/g basis kering, 0.06 g H2O/g basis
kering, 0.09 g H2O/g basis kering.
5. Salah satu aplikasi pengeringan dalam industri adalah pengawetan suatu produk
makanan.
5.2 Saran
1. Usahakan ukuran sampel seragam
2. Posisi bahan pada tray dryer selama operasi berlangsung diusahakan selalu pada
posisi yang sama
3. Buah yang digunakan memiliki tingkat kematangan yang sama
4. Penimbangan bahan sebelum dan sesudah pengeringan dilakukan secara teliti
15
DAFTAR PUSTAKA
Badger, W.L. and Banchero, J.T. Introduction to chemical engineering. Treyball. R.E. Mass
transfer operation.
Hang, Le Thi Thuy and Cuu, Pham Van. 2009. Dragon Fruit Drying with Thickness of 30
mm. Energy Depertment, University of Science and Technology of Hanoi,
Vietnam
Harianto dan Tazwir. 2008. Studi teknik pengeringan gelatin ikan dengan alat pengering
kabinet. Badan Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.
Meria, Ekadan Nazripah. 2010. Drying equipment : try dryer, spray dryer dan drum
dryer.
Revitasari, Reviana, Pengaruh Konsentrasi Ragi dan Lama Fermentasi terhadap
Perolehan Bioetanol dari Kulit Durian, Skripsi, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara, 2014.
Tatang, Hidayat dkk. 1991. Pengeringan lada hitam dengan alat pengering tipe bak.
Balai.
Wiyono, R. 2006. Studi pembuatan serbuk effervescent temulawak (Curcuma
xanthorizzaroxt) kajian suhu pengering, konsentrasi dekstrin, konsentrasi asam
sitrat dan Na.bikarbonat. Skripsi. Universitas Andalas, Padang.
Taufik, Muchammad. 2004. Pengaruh Temperatur terhadap Laju Pengeringan Jagung
pada Pengering Konvensional dan Fluidized Bed
16
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA
Materi:
DRYING
Kelompok : 3 Kamis
Anggota : 1. Tyaga Sidharta (21030116130183)
2. M Mu’izzurozaq N (21030116120077)
3. Fitriana G (21030116140128)
A-1
HASIL DATA PERCOBAAN
Waktu Berat pada suhu 40 C Berat pada suhu 50 C Berat pada suhu 60 C
(menit)
tray 1 tray 2 tray 3 tray 4 tray 1 tray 2 tray 3 tray 4 tray 1 tray 2 tray 3 Tray 4
0 53,58 53,24 53,57 53,32 57,642 57,19 58,232 58,003 51,782 52,18 51,657 51,84
5 48,25 49,44 50,15 47,4 53,477 53,64 54,707 52,603 51,266 49,5 47,605 46,869
10 46,67 47,56 48,2 46,25 51,376 48,58 51,902 50,419 49,349 46,37 44,318 42,013
15 45,32 45,27 46,37 42,74 48,987 46,14 49,044 47,299 47,037 43,44 40,788 37,149
20 43,59 42,98 44,67 40,89 46,65 44 46,754 44,578 45,404 40,55 37,809 32,677
25 42,27 41,34 42,59 38,05 44,266 40,6 43,732 42,193 42,888 38 35,05 29,363
30 39,84 38,48 40,08 35,91 42,646 35,44 41,33 39,737 40,549 35,11 31,896 26,165
35 37,57 34,8 37,61 33,23 40,393 32,2 39,172 37,645 38,331 32,21 29,396 21,333
40 34,79 31,7 35,36 29,9 38,558 29,57 36,714 35,212 36,269 29,5 26,391 19,332
45 32,12 28,22 32,84 26,57 33,128 27,4 34,15 32,918 34,239 26,58 22,588 16,548
A-2
LEMBAR PERHITUNGAN
B-1
Suhu 40 0C
X N
t
1 2 3 4 1 2 3 4
0 85 85 85 85 0 0 0 0
5 83,34242 83,84487 83,97527418 83,12642 0,009434 0,006736 0,006062 0,010476
10 82,78071 83,20799 83,26412462 82,7069 0,002785 0,003317 0,00377 0,002035
15 82,26746 82,35974 82,668967 81,2886 0,00239 0,004046 0,002918 0,006203
20 81,56252 81,41908 82,00980502 80,43933 0,003066 0,004055 0,003006 0,003284
25 80,9859 80,68293 81,13078187 78,97942 0,002339 0,002898 0,003682 0,005025
30 79,82821 79,24411 79,95110268 77,7268 0,004292 0,005071 0,004434 0,003786
35 78,6073 77,05109 78,63171049 75,92985 0,004023 0,006506 0,004379 0,004743
40 76,8979 74,80536 77,27390985 73,2528 0,004919 0,005488 0,003976 0,005885
45 74,9807 71,70033 75,52787844 69,90575 0,004717 0,006154 0,004464 0,005885
90 0.012
85 drying rate (N) 0.01
80 0.008
tray 1 tray 1
X (%)
75 0.006
tray 2 tray 2
70 0.004
tray 3 tray 3
65 0.002
tray 4 tray 4
60 0
0 20 40 60 65 75 85 95
X(%)
t (menit)
Suhu 50 0C
X N
t
1 2 3 4 1 2 3 4
0 85 85 85 85 0 0 0 0
5 83,83174 84,00705 84,03348749 83,46016 0,007369 0,006283 0,006237 0,009554
10 83,17055 82,33881 83,17059073 82,74371 0,003717 0,008965 0,004963 0,003864
15 82,34981 81,40516 82,18987032 81,60543 0,004227 0,004315 0,005057 0,00552
20 81,46559 80,50072 81,31753433 80,48264 0,004135 0,003786 0,004052 0,004814
25 80,4674 78,87077 80,0265252 79,3794 0,004218 0,006005 0,005347 0,00422
30 79,72541 75,78987 78,86571498 78,10491 0,002866 0,009142 0,00425 0,004345
35 78,59456 73,35352 77,70141938 76,88817 0,003986 0,005732 0,003818 0,003701
40 77,57586 70,98813 76,20853081 75,29124 0,003247 0,004644 0,004349 0,004305
45 73,90033 68,68713 74,42225476 73,56932 0,009607 0,003845 0,004536 0,004059
B-2
90 0.012
85 0.01
0.006
75 tray 2 tray 2
0.004
tray 3 tray 3
70 0.002
tray 4 tray 4
65 0
0 20 40 60 65 75 85 95
t (menit) X (%)
Suhu 60 0C
X N
T
1 2 3 4 1 2 3 4
0 85 85 85 85 0 0 0 0
5 84,84902 84,18941 83,72324336 83,40908 0,000913 0,004733 0,007169 0,008795
10 84,26047 83,12221 82,51602058 81,49144 0,003392 0,005538 0,005816 0,008592
15 83,48683 81,98508 81,00286849 79,06808 0,004091 0,005179 0,006246 0,008606
20 82,89292 80,69748 79,50606998 76,20345 0,002889 0,005127 0,005271 0,007912
25 81,88934 79,40204 77,89286733 73,51769 0,004452 0,004512 0,004881 0,005863
30 80,84466 77,70574 75,70682844 70,28091 0,004138 0,005115 0,00558 0,005658
35 79,73624 75,7012 73,64080147 63,54943 0,003924 0,005124 0,004423 0,008549
40 78,58419 73,46893 70,63942253 59,77654 0,003648 0,004795 0,005317 0,00354
45 77,31447 70,5553 65,69616611 53,00943 0,003592 0,005165 0,006729 0,004926
90
0.01
85
0.009
80 0.008
drying rate (N)
70 0.006
65 tray 2 0.005 tray 2
0.004 tray 3
60 tray 3
0.003
55 tray 4 0.002 tray 4
50 0.001
0 20 40 60 0
t (menit) 50 60 70 80 90
X (%)
B-3