Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN DEKUBITUS

PADA PASIEN KOMA


DI RSUD DR. SOETOMO RUANG SERUNI A
SURABAYA

DISUSUN OLEH :

NUR MAQOSIDANA S.Kep 131413143012


NENY DWI PEBRIASANTY S.Kep 131413143017
KURNIA PUJI PRASTIWI S.Kep 131413143019
RATNA YULITA S.Kep 131413143021
ADE SUGIH HERLAMBANG S.Kep 131413143023
SISKA DWI PURWANINGTYAS S.Kep 131413143025
MIFTAHUL FAHMI S.Kep 131413143027

PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Judul : Satuan acara penyuluhan tentang pencegahan dekubitus pada pasien
koma
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien di ruang Seruni A
Hari/tgl : Kamis/23 Oktober 2014
Tempat : Ruang Seruni A RSUD Dr.Soetomo Surabaya
Pelaksana : Mahasiswa Fakultas Keperawatan UNAIR Angkatan 2010
Waktu : Pukul 10.00 WIB

TUJUAN
1. TujuanUmum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, pasien dan keluarga pasien di ruang
Seruni A mampu memahami tentang pencegahan dekubitus pada pasien koma.
2. TujuanKhusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 60 menit di harapkan
pasien dan keluarga pasien di ruang Seruni A dapat :
a. Memahami pengertian Dekubitus
b. Tanda dan gejala Dekubitus
c. Penyebab dekubitus
d. Memahami cara pencegahan dekubitus.

MATERI
1. Definisi dekubitus
2. Penyebab dekubitus
3. Faktor resiko dekubitus
4. Grade dekubitus
5. Tanda dan gejala dekubitus
6. Pencegahan dekubitus

METODE
Ceramah dan Tanya jawab, Demonstrasi

MEDIA
Flipchart dan Leaflet
RENCANA KEGIATAN
Tahap dan
No. Kegiatan Pendidikan Kegiatan Peserta
Waktu
1. 10 menit 1. Petugas menyiapkan daftar hadir 1. Peserta
sebelum untuk peserta penyuluhan penyuluhan
acara 2. Pre Test mengisi daftar
dimulai hadir
2. Peserta
penyuluhan
menerima
leaflet

2. Pendahuluan Pembukaan: 1. Menjawab


5 menit 1. Mengucapkan salam dan salam dan
memperkenalkan diri memfokuskan
2. Menjelaskan kontrak waktu dan perhatian pada
mekanisme kegiatan pembawa acara
3. Menyampaikan tujuan dan 2. Mendengarkan
maksud dari penyuluhan kontrak
4. Menyebutkan materi penyuluhan pembelajaran
yang akan diberikan 3. Mendengarkan
tujuan dari
penyuluhan
4. Mendengarkan
materi yang
penyuluhan
diberikan
3. Kegiatan inti Pelaksanaan: 1. Memberikan
20 menit 1. Menggali pengetahuan dan pendapat
pengalaman sasaran penyuluhan 2. Mendengarkan
mengenai dekubitus dan cara dan
pencegahan dekubitus. memperhatikan
2. Menjelaskan materi: 3. Peserta
a. Menjelaskan pengertian, mengajukan
tanda dan gejala, dan pertanyaan
penyebab dekubitus. tentang materi
b. Cara pencegahan dekubitus. yang kurang
3. Memberikan kesempatan untuk dipahami
peserta mengajukan pertanyaan 4. Mendengarkan,
untuk materi yang belum memperhatikan,
dipahami dan dapat
4. Menjawab pertanyaan yang memahami
diajukan oleh sasaran penjelasan
penyuluhan
4. Penutup Evaluasi: 1. Para peserta
5 menit 1. Post test menjawab
2. Menanyakan kembali materi yang pertanyan yang
telah disampaikan diberikan
3. Penyuluh menyimpulkan materi penyuluh
yang sudah disampaikan 2. Para peserta
4. Ucapan terima kasih mendengarkan
5. Salam kesimpulan
materi yang
disampaikan

PENGORGANISASIAN
Penyaji : Ratna Yulita dan Ade Sugih Herlambang
Moderator : Nurma Qosidana
Observer dan Notulen : Kurnia Puji Prastiwi dan Siska Dwi P.
Fasilitator : Miftchul Fahmi dan Neny Dwi P.
Pembimbing : 1). Erna Dwi Wahyuni S.Kep., Ns. M.Kep
2). Harjanti Pancasilawati S.Kep.,Ns
JOB DESKRIPSI
1. Penyaji : Menyampaikan materi tentang dekubitus kepada peserta
penyuluhan
2. Moderator : Memandu jalannya penyuluhan
3. Observer : Memantau jalannya penyuluhan
4. Notulen : Mencatat pertanyaan dan jawaban selama penyuluhan berjalan
5. Fasilitator : Memotivasi peserta penyuluhan untuk mengajukan pertanyaan

EVALUASI
1. Evaluasi isi
a. Seluruh materi tersampaikan kepada pesrta
2. Evaluasi proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b. Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan
c. Pelaksanaan kegiatan sesuai rundown
d. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
3. Evaluasi hasil
a. 90% peserta hadir mengikuti penyuluhan
b. Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
c. Ada peningkatan skor pre test dan post test minimal sebesar 75%.

MATERI PENYULUHAN
MATERI PENYULUHAN
PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN DEKUBITUS PADA PASIEN
KOMA
1. Dekubitus
a) Pengertian dekubitus
Dekubitus adalah luka pada jaringan kulit yang disebabkan oleh

tekanan yang berlangsung lama dan terus menerus (Doh, 1993 dalam Martin,

1997). Istilah dekubitus diambil dari kata Latin decumbere, yang artinya

berbaring. Ini merupakan luka yang terjadi karena tekanan atau iritasi kronis.
Keadaan ini terjadi pada kulit punggung pasien yang selalu terbaring di tempat

tidur atau yang sulit bangkit dari ranjang perawatan dalam waktu yang lama.

Dekubitus mengakibatkan kerusakan/ kematian kulit sampai jaringan

di bawah kulit, Kadang sampai menembus otot sampai mengenai tulang. Hal in

disebabkan adanya penekanan pada suatu bagian tubuh yang berlangsung terus

menerus misalnya karena tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips,

pembidaian atau benda keras lainnya sehingga peredaran darah di sekitar daerah

itu terhenti, yang mengakibatkan kerusakan/ kematian kulit dan jaringan

sekitarnya (Pranarka, 1999).

Bagian tubuh yang sering mengalami ulkus/ luka dekubitus adalah

bagian dimana terdapat penonjolan tulang, yaitu sikut, tumit, pinggul,

pergelangan kaki, bahu, punggung dan kepala bagian belakang. Lokasi yang

sering terkena dekubitus adalah daerah tumit, siku, kepala bagian belakang, dan

daerah sekitar bokong.

b) Penyebab dekubitus
Kulit kaya akan pembuluh darah yang mengangkut oksigen ke seluruh

lapisannya. Jika aliran darah terputus lebih dari 2-3 jam, maka kulit akan mati,

yang dimulai pada lapisan kulit paling atas (epidermis).

Penyebab dari berkurangnya aliran darah ke kulit adalah tekanan. Jika

tekanan menyebabkan terputusnya aliran darah, maka kulit yang mengalami

kekurangan oksigen pada mulanya akan tampak merah dan meradang lalu

membentuk luka terbuka (ulkus). Gerakan yang normal akan mengurangi

tekanan sehingga darah akan terus mengalir. Kulit juga memiliki lapisan lemak

yang berfungsi sebagai bantalan pelindung terhadap tekanan dari luar (Kozier,

1991).

Risiko tinggi terjadinya ulkus dekubitus ditemukan pada :


1) Orang-orang yang tidak dapat bergerak (misalnya lumpuh, sangat lemah,

dipasung).

2) Orang-orang yang tidak mampu merasakan nyeri, karena nyeri merupakan

suatu tanda yang secara normal mendorong seseorang untuk bergerak.

Kerusakan saraf (misalnya akibat cedera, stroke, diabetes) dan bed rest

bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk merasakan nyeri.

3) Orang-orang yang mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) tidak memiliki

lapisan lemak sebagai pelindung dan kulitnya tidak mengalami pemulihan

sempurna karena kekurangan zat-zat gizi yang penting.

Gesekan dan kerusakan lainnya pada lapisan kulit paling luar bisa menyebabkan

terbentuknya ulkus.

c) Tanda dan gejala dekubitus


Perlu diwaspadai terjadinya dekubitus jika ditemui tanda-tanda seperti

kulit tampak kemerahan yang tidak hilang setelah tekanan ditiadakan, pada

keadaan yang lebih lanjut kulit kemerahan di sertai adanya pengelupasan

sedikit. Bila keadaan ini dibiarkan setelah 1 minggu akan terjadi kerusakan kulit

dengan batas yang tegas. Biasanya kerusakan ini bisa mencapai tulang dan

lapisan di bawah kulit. Luka tekan yang tidak ditangani dengan baik dapat

mengakibatkan infeksi yang lebih luas sehingga masa perawatan pasien menjadi

panjang dan peningkatan biaya rumah sakit.

d) Grade dekubitus

Berikut merupakan tingkatan luka decubitus:

- Grade 1 : Terjadi kemerahan pada kulit


- Grade 2 : Kehilangan kulit superfisial ( dermis dan epidermis )
- Grade 3 : Kehilangan jaringan subkutan
- Grade 4 : Kehilangan jaringan sampai pada otot, tendon dan tulang
e) Faktor resiko
Faktor risiko terjadinya dekubitus antara lain, yaitu :

1) Mobilitas dan aktivitas

Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi

tubuh, sedangkan aktivitas adalah kemampuan untuk berpindah. Pasien

yang berbaring terus menerus di tempat tidur tanpa mampu untuk merubah

posisi berisiko tinggi untuk terkena luka tekan. Imobilitas adalah faktor

yang paling signifikan dalam kejadian luka tekan. Penelitian yang

dilakukan Suriadi (2003) di salah satu rumah sakit di Pontianak juga

menunjukan bahwa mobilitas merupakan faktor yang signifikan untuk

perkembangan luka tekan.

2) Penurunan sensori persepsi

Pasien dengan penurunan sensori persepsi akan mengalami penurunan

untuk merasakan sensari nyeri akibat tekanan di atas tulang yang menonjol.

Bila ini terjadi dalam durasi yang lama, pasien akan mudah terkena luka

tekan.

3) Kelembaban

Kelembaban yang disebabkan karena inkontinensia dapat mengakibatkan

terjadinya maserasi pada jaringan kulit. Jaringan yang mengalami maserasi

akan mudah mengalami erosi. Selain itu kelembaban juga mengakibatkan

kulit mudah terkena pergesekan (friction) dan perobekan jaringan (shear).

Inkontinensia alvi lebih signifikan dalam perkembangan luka tekan dari

pada inkontinensia urin karena adanya bakteri dan enzim pada feses dapat
merusak permukaan kulit.

4) Tenaga yang merobek ( shear )

Merupakan kekuatan mekanis yang meregangkan dan merobek jaringan,

pembuluh darah serta struktur jaringan yang lebih dalam yang berdekatan

dengan tulang yang menonjol. Contoh yang paling sering dari tenaga yang

merobek ini adalah ketika pasien diposisikan dalam posisi semi fowler yang

melebihi 30 derajat. Pada posisi ini pasien bisa merosot ke bawah, sehingga

mengakibatkan tulangnya bergerak ke bawah namun kulitnya masih

tertinggal. Ini dapat mengakibatkan oklusi dari pembuluh darah, serta

kerusakan pada jaringan bagian dalam seperti otot, namun hanya

menimbulkan sedikit kerusakan pada permukaan kulit.

5) Pergesekan ( friction)

Pergesekan terjadi ketika dua permukaan bergerak dengan arah yang

berlawanan. Pergesekan dapat mengakibatkan abrasi dan merusak

permukaan epidermis kulit. Pergesekan bisa terjadi pada saat penggantian

sprei pasien yang tidak berhati-hati.

6) Nutrisi

Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan malnutrisi umumnya

diidentifikasi sebagai faktor predisposisi untuk terjadinya luka tekan.

Menurut penelitian Guenter (2000) stadium tiga dan empat dari luka tekan

pada orangtua berhubungan dengan penurunan berat badan, rendahnya

kadar albumin, dan intake makanan yang tidak mencukupi.

7) Usia
Pasien yang sudah tua memiliki risiko yang tinggi untuk terkena luka tekan

karena kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan. Penuaan

mengakibatkan kehilangan otot, penurunan kadar serum albumin,

penurunan respon inflamatori, penurunan elastisitas kulit, serta penurunan

kohesi antara epidermis dan dermis. Perubahan ini berkombinasi dengan

faktor penuaan lain akan membuat kulit menjadi berkurang toleransinya

terhadap tekanan, pergesekan, dan tenaga yang merobek.

8) Tekanan arteriolar yang rendah

Tekanan arteriolar yang rendah akan mengurangi toleransi kulit terhadap

tekanan sehingga dengan aplikasi tekanan yang rendah sudah mampu

mengakibatkan jaringan menjadi iskemia. Studi yang dilakukan oleh Nancy

Bergstrom (1992) menemukan bahwa tekanan sistolik dan tekanan diastolik

yang rendah berkontribusi pada perkembangan luka tekan.

9) Stress emosional

Depresi dan stress emosional kronik misalnya pada pasien psikiatrik juga

merupakan faktor risiko untuk perkembangan dari luka tekan.

10) Merokok

Nikotin yang terdapat pada rokok dapat menurunkan aliran darah dan

memiliki efek toksik terhadap endotelium pembuluh darah. Menurut hasil

penelitian Suriadi (2002) ada hubungaan yang signifikan antara merokok

dengan perkembangan terhadap luka tekan.

11) Temperatur kulit

Menurut hasil penelitian Sugama (1992) peningkatan temperatur

merupakan faktor yang signifikan dengan risiko terjadinya luka tekan.

f) Pencegahan dekubitus
Upaya pencegahan dekubitus menurut berbagai ahli secara garis besar meliputi
mobilisasi, perawatan kulit, penggunaan alat/ sarana dan penataan lingkungan

perawatan serta pendidikan kesehatan (Basta, 1991; Mc. Farland, 1993; Bell &

Mathew, 1993; Ortwitch, 1995 dalam Noviaestari, 1997) serta pemenuhan

kebutuhan cairan dan nutrisi yang adekuat (Kozier, 1991).

Perawatan yang dapat dilakukan adalah :

1) Rubah posisi pasien sedikitnya 2 jam sekali. Ketika merubah hindari

pergesekan seperti menggeser pasien dengan linen atau alat-alat

lain.Merubah posisi dapat menghindari penekanan pada area kulit yang

lama.

2) Anjurkan masukan nutrisi yang tepat dan cairan yang adekuat. Cairan yang

adekuat dapat memberikan hidrasi/kelembaban yang baik pada kulit.

3) Segera bersihkan feses atau urin dari kulit karena bersifat iritatif terhadap

kulit. Cuci dan keringkan daerah tersebut dengan segera. Kulit yang

terkenan fesef atau urin yang lama dapat merusak lapisan kulit.

4) Laporkan adanya area kemerahan dengan segera. Iritasi dapat ditandai

dengan adanya kemerahan pada kulit.

5) Jaga agar kulit tetap bersih dan keringkelembaban kulit yang berlebih dapat

beresiko mengalami dekubitus.lipatan dan kerutan dapat meningkatkan

tekanan pada permukaan kulit..

6) Jaga agar linen tetap kering, bersih dan bebas dari kerutan/ tidak kusut dan

benda keras.

7) Mandikan pasien dan beri perhatian khusus pada daerah-daerah yang

berisiko mengalami tekanan atau gesekan.

8) Masase sekitar daerah kemerahan dengan menggunakan lotion.


9) Beri sedikit bedak tabur yang mengandung calamine, zinc, camphor yang

bermanfaat untuk mencegah kerusakan kulit akibat garukan karena gatal.

Jangan sampai bedak menumpuk atau menggumpal.

10) Lakukan latihan ROM minimal 2 kali sehari untuk mencegah kontraktur.

Latihan gerak / ROM dapat mencegah terjadinya atrofi otot pada tirah

baring yang lama.

11) Periksa kesesuaian dan penggunaan penahan atau restrein.Penggunan

restrain yang terlalu ketat dapat beresiko terjadinya dekubitus.

12) Periksa selang NGT dan kateter untuk memastikan bahwa selang tersebut

tidak pada posisi yang dapat menyebabkan iritasi.

Gunakan kasur busa, kasur kulit, atau kasur perubah tekanan. Jika pasien harus
menjalani tirah baring dalam waktu yang lama, bisa digunakan kasur khusus, yaitu
kasur yang diisi dengan air atau udara.

REFERENSI
BPPSDM Pusdiknakes Depkes. 2006. Kurikulum Pendidikan DIII Keperawatan.
Jakarta : Departemen Kesehatan.
Depkes RI. 2001. Pedoman Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta :
Departemen Kesehatan.
Depkes RI. 2003. Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan di Kelompok Usia
Lanjut. Jakarta : Departemen Kesehatan.
Hegner, Caldwell. 2003. Asisten Keperawatan. Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan. Edisi 6. Jakarta : EGC.
Kozier, B. 1991. Fundamental of Nursing. Four Edition. Addison Wisley.
Majalah Keperawatan. Nursing Journal of Padjadjaran University. Volume 4 No. 7
September 2002 – Maret 2003.
Mukti, Erni Novieastari. 2005. Penelusuran Hasil Penelitian tentang Intervensi
Keperawatan dalam Pencegahan terjadinya Luka Dekubitus pada Orang Dewasa.
Jakarta : www.fikui.ac.id.
Notoatmodjo. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan. Yogyakarta : Andi Offset.
Pranarka. 1999. Buku Ajar Geriatri, Ilmu Kesehatan Usila. Edisi 2. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Sari, Yunita. Luka Tekan (Pressure Ulcer) : Penyebab Dan Pencegahan. Purwokerto:
Universitas Jenderal Soedirman.
DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHAN
MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA ANGKATAN 2010
DI RUANG SERUNI A RUMAH SAKIT Dr. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 23 OKTOBER 2014

NO NAMA ALAMAT TTD


DAFTAR PERTANYAANPENYULUHAN
MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA ANGKATAN 2010
DI RUANG SERUNI A RUMAH SAKIT Dr. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 23 OKTOBER 2014

NO NAMA PERTANYAAN JAWABAN


DAFTAR PELAKSANAAN PENYULUHAN MAHASISWA
UNIVERSITAS AIRLANGGA ANGKATAN 2010
DI RUANG SERUNI A RUMAH SAKIT Dr. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 23 OKTOBER 2014

Kriteria Struktur Kriteria Proses KriteriaHasil


a. Kontrak waktu dan a. Peserta antusias a. Peserta yang datang
tempat diberikan 3 terhadap materi sejumlah 10 orang
hari sebelum acara penyuluhan ( ) atau lebih ( )
dilakukan ( ) b. Peserta mendengarkan b. Acara yang dimulai
b. Pembuatan SAP, dan memperhatikan tepat waktu ( )
leaflet, dan flipchart penyuluhan ( ) c. Audience mengikuti
dilakukan 3 hari c. Pelaksanaan kegiatan kegiatan sesuai
sebelumnya ( ) sesuai dengan POA ( dengan aturan yang
c. Peserta di tempat yang ) telah dijelaskan ( )
telah ditentukan ( ) d. Pengorganisasian d. Peserta mampu
d. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan menjawab dengan
penyelenggaraan job description ( ) benar 75% dari
penyuluhan dilakukan pertanyaan penyuluh
sebelum dan saat ( )
penyuluhan
dilaksanakan ( )
HASIL KEGIATAN PENYULUHAN

MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA ANGKATAN 2010

DI RUANG SERUNI A RUMAH SAKIT Dr. SOETOMO SURABAYA

TANGGAL 23 OKTOBER 2014


DAFTAR HADIR MAHASISWA PENYULUHAN
MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA ANGKATAN 2010
DI RUANG SERUNI A RUMAH SAKIT Dr. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 23 OKTOBER 2014

NO NAMA NIM TTD

Nur Maqosidana S.Kep 131413143012

Neny Dwi Pebriasanty S.Kep 131413143017

Kurnia Puji Prastiwi S.Kep 131413143019

Ratna YulitaS.Kep 131413143021

Ade Sugih Herlambang S.kep 131413143023

Siska Dwi Purwaningtyas S.Kep 131413143025

Miftahul Fahmi S.kep 131413143027

Anda mungkin juga menyukai