DISUSUN OLEH :
TUJUAN
1. TujuanUmum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, pasien dan keluarga pasien di ruang
Seruni A mampu memahami tentang pencegahan dekubitus pada pasien koma.
2. TujuanKhusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 60 menit di harapkan
pasien dan keluarga pasien di ruang Seruni A dapat :
a. Memahami pengertian Dekubitus
b. Tanda dan gejala Dekubitus
c. Penyebab dekubitus
d. Memahami cara pencegahan dekubitus.
MATERI
1. Definisi dekubitus
2. Penyebab dekubitus
3. Faktor resiko dekubitus
4. Grade dekubitus
5. Tanda dan gejala dekubitus
6. Pencegahan dekubitus
METODE
Ceramah dan Tanya jawab, Demonstrasi
MEDIA
Flipchart dan Leaflet
RENCANA KEGIATAN
Tahap dan
No. Kegiatan Pendidikan Kegiatan Peserta
Waktu
1. 10 menit 1. Petugas menyiapkan daftar hadir 1. Peserta
sebelum untuk peserta penyuluhan penyuluhan
acara 2. Pre Test mengisi daftar
dimulai hadir
2. Peserta
penyuluhan
menerima
leaflet
PENGORGANISASIAN
Penyaji : Ratna Yulita dan Ade Sugih Herlambang
Moderator : Nurma Qosidana
Observer dan Notulen : Kurnia Puji Prastiwi dan Siska Dwi P.
Fasilitator : Miftchul Fahmi dan Neny Dwi P.
Pembimbing : 1). Erna Dwi Wahyuni S.Kep., Ns. M.Kep
2). Harjanti Pancasilawati S.Kep.,Ns
JOB DESKRIPSI
1. Penyaji : Menyampaikan materi tentang dekubitus kepada peserta
penyuluhan
2. Moderator : Memandu jalannya penyuluhan
3. Observer : Memantau jalannya penyuluhan
4. Notulen : Mencatat pertanyaan dan jawaban selama penyuluhan berjalan
5. Fasilitator : Memotivasi peserta penyuluhan untuk mengajukan pertanyaan
EVALUASI
1. Evaluasi isi
a. Seluruh materi tersampaikan kepada pesrta
2. Evaluasi proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b. Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan
c. Pelaksanaan kegiatan sesuai rundown
d. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
3. Evaluasi hasil
a. 90% peserta hadir mengikuti penyuluhan
b. Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
c. Ada peningkatan skor pre test dan post test minimal sebesar 75%.
MATERI PENYULUHAN
MATERI PENYULUHAN
PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN DEKUBITUS PADA PASIEN
KOMA
1. Dekubitus
a) Pengertian dekubitus
Dekubitus adalah luka pada jaringan kulit yang disebabkan oleh
tekanan yang berlangsung lama dan terus menerus (Doh, 1993 dalam Martin,
1997). Istilah dekubitus diambil dari kata Latin decumbere, yang artinya
berbaring. Ini merupakan luka yang terjadi karena tekanan atau iritasi kronis.
Keadaan ini terjadi pada kulit punggung pasien yang selalu terbaring di tempat
tidur atau yang sulit bangkit dari ranjang perawatan dalam waktu yang lama.
di bawah kulit, Kadang sampai menembus otot sampai mengenai tulang. Hal in
disebabkan adanya penekanan pada suatu bagian tubuh yang berlangsung terus
menerus misalnya karena tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips,
pembidaian atau benda keras lainnya sehingga peredaran darah di sekitar daerah
pergelangan kaki, bahu, punggung dan kepala bagian belakang. Lokasi yang
sering terkena dekubitus adalah daerah tumit, siku, kepala bagian belakang, dan
b) Penyebab dekubitus
Kulit kaya akan pembuluh darah yang mengangkut oksigen ke seluruh
lapisannya. Jika aliran darah terputus lebih dari 2-3 jam, maka kulit akan mati,
kekurangan oksigen pada mulanya akan tampak merah dan meradang lalu
tekanan sehingga darah akan terus mengalir. Kulit juga memiliki lapisan lemak
yang berfungsi sebagai bantalan pelindung terhadap tekanan dari luar (Kozier,
1991).
dipasung).
Kerusakan saraf (misalnya akibat cedera, stroke, diabetes) dan bed rest
Gesekan dan kerusakan lainnya pada lapisan kulit paling luar bisa menyebabkan
terbentuknya ulkus.
kulit tampak kemerahan yang tidak hilang setelah tekanan ditiadakan, pada
sedikit. Bila keadaan ini dibiarkan setelah 1 minggu akan terjadi kerusakan kulit
dengan batas yang tegas. Biasanya kerusakan ini bisa mencapai tulang dan
lapisan di bawah kulit. Luka tekan yang tidak ditangani dengan baik dapat
mengakibatkan infeksi yang lebih luas sehingga masa perawatan pasien menjadi
d) Grade dekubitus
yang berbaring terus menerus di tempat tidur tanpa mampu untuk merubah
posisi berisiko tinggi untuk terkena luka tekan. Imobilitas adalah faktor
untuk merasakan sensari nyeri akibat tekanan di atas tulang yang menonjol.
Bila ini terjadi dalam durasi yang lama, pasien akan mudah terkena luka
tekan.
3) Kelembaban
pada inkontinensia urin karena adanya bakteri dan enzim pada feses dapat
merusak permukaan kulit.
pembuluh darah serta struktur jaringan yang lebih dalam yang berdekatan
dengan tulang yang menonjol. Contoh yang paling sering dari tenaga yang
merobek ini adalah ketika pasien diposisikan dalam posisi semi fowler yang
melebihi 30 derajat. Pada posisi ini pasien bisa merosot ke bawah, sehingga
5) Pergesekan ( friction)
6) Nutrisi
Menurut penelitian Guenter (2000) stadium tiga dan empat dari luka tekan
7) Usia
Pasien yang sudah tua memiliki risiko yang tinggi untuk terkena luka tekan
karena kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan. Penuaan
9) Stress emosional
Depresi dan stress emosional kronik misalnya pada pasien psikiatrik juga
10) Merokok
Nikotin yang terdapat pada rokok dapat menurunkan aliran darah dan
f) Pencegahan dekubitus
Upaya pencegahan dekubitus menurut berbagai ahli secara garis besar meliputi
mobilisasi, perawatan kulit, penggunaan alat/ sarana dan penataan lingkungan
perawatan serta pendidikan kesehatan (Basta, 1991; Mc. Farland, 1993; Bell &
lama.
2) Anjurkan masukan nutrisi yang tepat dan cairan yang adekuat. Cairan yang
3) Segera bersihkan feses atau urin dari kulit karena bersifat iritatif terhadap
kulit. Cuci dan keringkan daerah tersebut dengan segera. Kulit yang
terkenan fesef atau urin yang lama dapat merusak lapisan kulit.
5) Jaga agar kulit tetap bersih dan keringkelembaban kulit yang berlebih dapat
6) Jaga agar linen tetap kering, bersih dan bebas dari kerutan/ tidak kusut dan
benda keras.
10) Lakukan latihan ROM minimal 2 kali sehari untuk mencegah kontraktur.
Latihan gerak / ROM dapat mencegah terjadinya atrofi otot pada tirah
12) Periksa selang NGT dan kateter untuk memastikan bahwa selang tersebut
Gunakan kasur busa, kasur kulit, atau kasur perubah tekanan. Jika pasien harus
menjalani tirah baring dalam waktu yang lama, bisa digunakan kasur khusus, yaitu
kasur yang diisi dengan air atau udara.
REFERENSI
BPPSDM Pusdiknakes Depkes. 2006. Kurikulum Pendidikan DIII Keperawatan.
Jakarta : Departemen Kesehatan.
Depkes RI. 2001. Pedoman Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta :
Departemen Kesehatan.
Depkes RI. 2003. Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan di Kelompok Usia
Lanjut. Jakarta : Departemen Kesehatan.
Hegner, Caldwell. 2003. Asisten Keperawatan. Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan. Edisi 6. Jakarta : EGC.
Kozier, B. 1991. Fundamental of Nursing. Four Edition. Addison Wisley.
Majalah Keperawatan. Nursing Journal of Padjadjaran University. Volume 4 No. 7
September 2002 – Maret 2003.
Mukti, Erni Novieastari. 2005. Penelusuran Hasil Penelitian tentang Intervensi
Keperawatan dalam Pencegahan terjadinya Luka Dekubitus pada Orang Dewasa.
Jakarta : www.fikui.ac.id.
Notoatmodjo. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan. Yogyakarta : Andi Offset.
Pranarka. 1999. Buku Ajar Geriatri, Ilmu Kesehatan Usila. Edisi 2. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Sari, Yunita. Luka Tekan (Pressure Ulcer) : Penyebab Dan Pencegahan. Purwokerto:
Universitas Jenderal Soedirman.
DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHAN
MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA ANGKATAN 2010
DI RUANG SERUNI A RUMAH SAKIT Dr. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 23 OKTOBER 2014