Anda di halaman 1dari 7

2.

GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER PADA ANAK DENGAN


DEMAM REUMATIK/PENYAKIT JANTUNG REUMATIK

A. PENGERTIAN
 Penyakit jantung rematik adalah sebuah komplikasi dari penyakit demam rematik
dan umumnya selalu terjadi setelah anak atau remaja mengalami serangan demam
rematik
 Demam Reumatik adalah suatu penyakit radang yang terjadi setelah adanya
infeksi streptokokus golongan beta hemolitik A, yang dapat menyebabkan lesi
patologis di daerah jantung, pembuluh darah, sendi dan jaringan subkutan.
(Peradangan pada persendian (artritis) dan jantung (karditis))

B. ETIOLOGI

Demam reumatik biasanya terjadi akibat infeksi strepkokus pada tenggorokan.


Demam reumatik bukan merupakan suatu infeksi, tetapi merupakan suatu reaksi
peradangan terhadap infeksi yang menyerang berbagai bagian tubuh (misalnya
persendian, jantung, kulit)
Penyakit jantung rematik disebabkan oleh adanya kerusakan pada seluruh
bagian jantung serta selaput jantung.
Streptococcus β-hemolyticus grup A merupakan agen pencetus yang
menyebabkan terjadinya demam reumatik akut.
Faktor predisposisi demam reumatik antara lain :
1. Terdapat riwayat demam reumatik dalam keluarga
2. Umur (DR sering terjadi antara umur 5 – 15 tahun dan jarang pada umur kurang
dari 2 tahun)
3. Keadaan sosial
Sering terjadi pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi kurang, perumahan
buruk dengan penghuni yang padat serta udara yang lembab, dan gizi serta
kesehatan yang kurang baik.
4. Serangan demam rematik sebelumnya.
Serangan ulang DR sesudah adanya reinfeksi dgn Streptococcus beta hemolyticus
grup A sering terjadi pada anak yang sebelumnya pernah mendapat DR.

C. TANDA DAN GEJALA

Gejalanya bervariasi, tergantung kepada bagian tubuh yang meradang.


Biasanya gejala timbul beberpa minggu setelah nyeri tenggorokan akibat streptokokus
menghilang.
Gejala utamanya adalah:
1. Sesak napas, karena adanya gangguan pada organ jantung

2. Nyeri sendi yang berpindah-pindah

27
3. Adanya bercak-bercak berwarna kemerahan pada bagian kulit

4. Korea atau gerakan tangan yang tidak beraturan serta tidak terkendali

5. Adanya benjolan-benjolan kecil pada bagian bawah kulit

6. Rasa nyeri pada bagian perut

7. Berat badan berkurang

8. Demam tinggi

9. Rasa cepat lelah

D. GAMBARAN KLINIS

 Stadium 1

Berupa adanya infeksi saluran nafas bagian atas oleh kuman streptococcus beta-
hemolyticus golongan A, dengan keluhan demam, batuk, sakit menelan, kadang
di sertai muntah atau diare. Pada pemeriksaan tonsil terdapat eksudat dan tanda-
tanda peradangan lainnya. Infeksi ini biasanya berlangsung 2-4 hari dan dapat
sembuh sendiri tanpa pengobatan. Terjadinya infeksi ini 10-14 hari sebelum
serangan demam reumatik.

 Stadium II

Disebut periode laten, ialah masa antara infeksi streptokok dengan permulaan
gejala demam reumatik. Biasanya dalam waktu 1-3 minggu.

 Stadium III

Ialah fase akut demam reumatik, saat timbulnya berbagai manifestasi klinis
demam reumatik. Gejala tersebut adalah gejala minor dan mayor. Gejala minor
berupa gejala peradangan umum dengan didapatkannya demam tidak begitu
tinggi, lesu, lekas tersinggung, berat badan menurun, anoreksia

 Stadium IV

Disebut stadium Inaktif. Baik pasien DR tanpa kelainan atau tidak tanpa gejala
sisa katup tidak menunjukan gejala kelainan. Tetapi pasien dengan gejala sisa
kelainan pada katup jantung gejala timbul sesuai kelainannya.

27
E. KOMPLIKASI

1. Aritmia jantung
2. Gagal jantung
3. Parikarditis dengan efusi yang luas
4. Pneumonitis rheumatic
5. Emboli paruInfark
6. Kelainan katup jantung

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Ekokardiografi: untuk mendiagnosa perikarditis
2. Perikardiosentasis: untuk mendiagnosis perikarditis
3. Pemeriksaan foto toraks: untuk mendeteksi kardiomegali
4. Elektrokardiogram (EKG): bio atrioventrikuler (AV) dan pemanjangan segmen
PR terdapat pada karditis
5. Laju endap darah (LED): meningkat pada peradangan

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Dasar pengobatan demam reumatik terdiri dari :
1. Istirahat
Bergantung pada ada tidaknya dan berat serta ringannya karditis.
2. Eradikasi kuman streptokokus
Untuk negara berkembang WHO menganjurkan penggunaan benzatin
penisilin. Bila alergi terhadap penisilin digunakan eritromisin 20 mg/kg BB 2 kali
sehari selama 10 hari.
3. Penggunaan obat anti inflamasi bergantung pada terdapatnya dan beratnya
karditis. Prednison hanya digunakanpada kaeditis dengan kardiomegali atau gagal
jantung.
4. Pengobatan suportif, berupa diet tinggi kalori dan protein serta vitamin (terutama
vitamin C) dan pengobatan terhadap komplikasi. Bila dengan pengobatan dan
medikamentosa gagal, perlu dipertimbangkan tindakan operasi pembetulan katup
jantung.

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a. Memeriksa adanya tanda-tanda gagal jantung pada pasien
1) Pasien mengeluh cepat lelah jika melakukan kegiatan fisik.
2) Terdapat sesak napas pada malam hari atau jika berbaring tanpa bantal, dan akan
menghilang jika duduk.
3) Terdapat oliguria dan nocturia
4) Berat badan meningkat relatif dalam waktu singkat
5) Gelisah
6) Banyak keringat
7) Ekstrimitas dingin, sianosis perifer maupun sentral

27
8) Takikardia, takipnea (napas cepat dan dangkal)
b. Membantu pasien untuk melakukan mobilisasi bertahap
c. Membantu menimbulkan nafsu makan pada pasien
d. Mengurangi resiko terjadinya komplikasi
e. Menjaga lingkungan agar tetap nyaman untuk pasien
f. Memberikan dorongan kepada pasien untuk beraktivitas normal.
g. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien orang tua mengenai :
1) Kebersihan lingkungsn
2) Perlunya anak dibawa berobat ke Puskesmas/dokter
3) Perubahan psikososial yang terjadi pada anak
4) Perawatan anak selama di rumah
5) Memerlukan pengobatan yang lama

Konsep Asuhan Keperawatan pada anak dengan Demam reumatik


1. Pengkajian
a. Lakukan pengkajian fisik rutin
b. Dapatkan riwayat kesehatan, khususnya mengenai bukti-bukti infeksi
streptokokus antesenden.
c. Observasi adanya manifestasi demam rematik.
1) Data subyektif
a) rasa lelah
b) pucat
c) anoreksia
d) demam bersifat remiten
e) antralgia
f) nyeri abdomen
g) nausea
h) muntah.
2) Data obyektif
a) karditis meliputi takikardi
b) disritmia, bising patologis
c) adanya kardiomegali secara radiology yang makin lama makin
membesar
d) adanya gagal jantung
e) tanda perikarditis.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan stenosis katub

27
b. Intoleransi aktivitas b.d penurunan cardiac output, ketidakseimbangan suplai O2
dan kebutuhan
c. Nyeri berhubungan dengan respon inflamasi pada sendi (poliarthritis).
d. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah,
rasa sakit waktu menelan dan peradangan pada tonsil disertai eksudat.
e. Kurangnya pengetahuan orang tua / anak berhubungan dengan pengobatan,
pembatasan aktivitas, resiko komplikasi jantung
f. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi penyakit anak.

3. Rencana Keperawatan
a. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan stenosis katub
Tujuan : COP meningkat
Kriteria :
 Klien menunjukan penurunan dyspnea
 Ikut berpartisipasi dalam aktivitas serta mendemonstrasikan peningkatan
toleransi
Intervensi :
1. Pantau tekanan darah, nadi apikal dan nadi perifer
2. Pantau irama dan frekuensi jantung
3. Tirah baring posisi semifowler 450
4. Dorong klien melakukan tehnik managemen stress ( lingkungan tenang,
meditasi )
5. Bantu aktivitas klien sesuai indikasi bila klien mampu
6. Kolaborasi O2 serta terapi
b. Intoleransi aktivitas b.d penurunan cardiac output, ketidakseimbangan suplai O2
dan kebutuhan
Tujuan : Klien dapat bertoleransi secara optimal terhadap aktivitas
Kriteria :
 Respon verbal kelelahan berkurang
 Melakukan aktivitas sesuai batas kemampuannya ( denyut nadi aktivitas tidak
boleh lebih dari 90X/menit, tidak nyeri dada )
Intervensi :
1. Hemat energi klien selama masa akut
2. Pertahankan tirah baring sampai hasil laborat dan status klinis membaik
3. Sejalan dengan semakin baiknya keadaan, pantau peningkatan bertahap pada
tingkat aktivitas
4. Buat jadwal aktivitas dan istirahat
5. Ajarkan untuk berpartisipasi dalam aktivitas kebutuhan sehai-hari
6. Ajarkan pada anak /orang tua bahwa pergerakkan yang tidak disadari adalah
dihubungkan dengan korea dan temporer.
7. Bila terjadi chorea, lindungi dari kecelakaan, bedrest dan berikan sedasi sesuai
program
c. Nyeri b.d respon inflamasi pada sendi (poliarthritis).

27
Tujuan : tidak terjadi rasa nyeri pada klien
Kriteria :
 Nyeri klien berkurang
 Klien tampak rileks
 Ekspresi wajah tidak tegang
 Klien dapat merasakan nyaman, tidur dengan tenang dan tidak merasa sakit
Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala
2. Berikan tindakan kenyamanan ( perubahan posisi sering lingkungan tenang,
pijatan pungung dan tehnik manajemen stress)
3. Minimalkan pergerakkan untuk mengurangi rasa sakit
4. Berikan terapi hangat dan dingin pada sendi yang sakit
5. Lakukan distraksi misalnya : tehnik relaksasi dan hayalan
6. Pemberian analgetik, anti peradangan dan antipiretik sesuai program.
7. Rujuk ke terapi fisik sesuai persetujun medik
d. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah,
rasa sakit waktu menelan dan peradangan pada tonsil disertai eksudat.
Tujuan : tidak terjadi penurunan nutrisi pada klien
Kriteria :
 Nafsu makan klien bertambah
 Klien tidak merasa mual, muntah
 Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi :
1. Beri makan sedikit tapi sering (termasuk cairan)
2. Masukkan makanan kesukaan anak dalam diet\
3. Anjurkan untuk makan sendiri, bila mungkin (kelemahan otot dapat membuat
keterbatasan)
4. Memilih makanan dari daftar menu
5. Atur makanan secara menarik diatas nampan
6. Atur jadwal pemberian makanan
7. Berikan makanan yang bergizi tinggi dan berkualitas.
e. Kurangnya pengetahuan orang tua / anak b.d pengobatan, pembatasan aktivitas,
resiko komplikasi jantung.
Tujuan : pengetahuan orang tua /anak bertambah
Kriteria :
 Orang tua mengetahui tentang proses penyakit dan efek dari penyakit
 Orang tua mau berpartisipasi dalam program pengobatan
 Orang tua mengetahui pentingnya pembatasan aktifitas pada anak
Intervensi :
1. Auskultasi bunyi jantung untuk mengetahui adanya perubahan irama
2. Pemberian antibiotik sesuai program
3. Pembatasan aktivitas sampai manifestasi klinis demam reumatik tidak ada dan
berikan periode istirahat

27
4. Berikan terapi bermain yang sesuai dan tidak membuat lelah.
f. Perubahan proses keluarga b.d kondisi penyakit anak.
Tujuan :
 Mempersiapkan keluarga untuk dapat merawat anak dengan penyakit demam
reumatik / jantung reumatik
 Keluarga dapat beradaptasi dengan penyakitnya
Kriteria :
Keluarga dapat mengatasi masalah yang timbul dari adanya tanda dan gejala yang
muncul dan memberikan atau menyediakan lingkungan yang sesuai dengan anak.
Intervensi :
1. Berikan dukungan emosional pada keluarga dan anak
2. Anjurkan orang tua untuk mengekspresikan perasaannya
3. Anjurkan anak untuk berbagi rasa tidak berdaya, malu, ketakutan yang
berkaitan dengan manifestasi penyakit (misal: korea, karditis dan kelemahan
otot)
4. Bertindak sebagai pembela dan penghubung anak dan keluarga dengan
anggota tim perawatan kesehatan lainnya
5. Anjurkan anak untuk berhubungan dengan teman sebaya
6. Dorong keterlibatan anak dalam aktivitas rekreasi dan aktivitas pengalih yang
sesuai dengan usia.

27

Anda mungkin juga menyukai