Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

LINGKUP KESEHATAN PADA PASIEN HIV/AIDS


PADA ASPEK SPRITUAL
Dosen Pengajar : Hermanto,Ners., M.Kep

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

1. Antoni Fandefitson (2017.C.09a.0875)


2. Aprianto Untung (2017.C.09a.0876)
3. Ayu Anjelia Eka Putri (2017.C.09a.0879)
4. Erna Sari (2017.C.09a.0886)
5. Halimatussyadiah (2017.C.09a.0889)
6. Lafa Nolla (2017.C.09a.0896)
7. Marlinda Enjelina (2017.C.09a.0898)
8. Niken Ayu Prastika (2017.C.09a.0901)
9. Nuning Pratiwi (2017.C.09a.0903)
10. Sapto Widiantoro (2017.C.09a.0908)
11. Septya Florensa (2017.C.09a.0910)
12. Winda Aprilia (2017.C.09a.0915)

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai dengan judul “LINGKUP KESEHATAN
PADA PASIEN HIV/AIDS PADA ASPEK SPRITUAL”
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembacaUntuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadilebihbaiklagi.keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini,
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palangka raya, 22 Maret 2019

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Spiritualitas merupakan salah satu bagian dari kekuatan karakter individu, di
mana kekuatan karakter merupakan trait positif yang ditampilkan melalui pikiran,
perasaan, dan perilaku seseorang. Kekuatan karakter merupakan karakter baik yang
mengarahkan dan membantu individu dalam proses pencapaian keutamaan, demikian
halnya spiritualitas. Spiritualitas dalam artian mengacu pada kepercayaan dan praktik
yang didasarkan pada keyakinan bahwa ada dimensi transcendent (nonfisik) dalam
kehidupan. Meskipun konten dari spiritual bervariasi, namun semua budaya memiliki
konsep akhir, transcendent, suci, sakral, dan kekuatan yang hebat.
Konsep spiritualitas seringkali disamakan dengan konsep agama (religion).
Spiritualitas tidak terbatas pada aspek keagamaan saja, melainkan konsep yang lebih
besar. Agama merupakan sistem keyakinan dan praktik yang terorganisir, agama
menawarkan akses dan ekspresi spiritual, juga menyediakan dukungan kepada orang
yang percaya dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan dan tantangan dalam
kehidupan, berbeda dengan spiritualitas yang secara umum mencakup suatu
kepercayaan dalam hubungan dengan kekuatan yang lebih besar, pencipta, bersifat
ketuhanan, atau kekuatan yang tidak terbatas (Berman & Snyder, 2012). Spiritualitas
tidak formal, tidak terstruktur dan tidak terorganisasikan seperti suatu agama dan
orang tidak Universitas Sumatera Utara 2 harus religius untuk menjadi spiritual.
Setiap manusia memiliki dimensi spiritualitas dalam dirinya dan setiap orang
juga memiliki kebutuhan untuk menyalurkan spiritualitasnya (Berman dan Snyder,
2012). Penelitian menunjukkan bahwa kegiatan spiritualitas memberikan manfaat
pada lansia di Australia terhadap persepsi dukungan sosial (Moxey dkk,
2010).Budaya mendukung pembentukan karakter, dalam hal ini spiritualitas. Melalui
ketersediaan institusi, ritual, kepercayaan, peran model, dongeng, pepatah, dan cerita
anak. Praktik budaya yang tergambar melalui ritual agama dan kepercayaan filosofi
memberikan kesempatan kepada anggota budaya tersebut dalam memandang
perannya dalam komunitas, mendefenisikan apa yang menjadi kebutuhan,
pengalaman emosi, perasaan, cara membina hubungan dengan orang lain,
mendefenisikan kesedihan dan kebahagiaan, coping terhadap masalah, serta nilai dan
prinsip yang penting dalam kehidupan seseorang yang akhirnya mempengaruhi
perkembangan kepribadian dan karakter seseorang, dengan kata lain dapat
mempengaruhi spiritualitasnya.
Setiap orang mempunyai kepercayaan, keyakinan, dan pandangan pribadi yang
berasal dari agama, budaya, adat istiadat, serta ilmu pengetahuan yang didapatnya.
Nilai-nilai kepercayaan tersebut perlu dimiliki karena akan menjadi pedoman hidup
serta acuan membentuk sifat perilaku masing-masing. Maka dari itu, baik dalam
mewujudkan cita-cita hidup, mendapatkan rezeki untuk menyejahterakan keluarga,
serta mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi, mereka menggunakan cara
atau strategi sesuai dengan keyakinan masing-masing (Santosa, 2011).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari HIV/AIDS?
2. Apa definisi dari Spiritualitas?
3. Bagaimana aspek spiritualitas
4. dimensi
4.3 Tujuan Masalah
BAB 2
TINJAUANPUSTAKA

2.1 DefinisiHIV/AIDS
HIVmerupakansingkatan dariHumanImmunodeficiencyVirusdalam
bahasaindonesiayangberartivirus penyebab menurunnyakekebalan tubuh manusia.
Virus ini termasuk RNA virus genus Lentivirus golongan
retrovirusfamiliretroviridae.Spesies HIV-1danHIV-2merupakan
penyebabinfeksiHIVpadamanusia(Soedarto,2010).Jadi,HIVadalah virus
yangmenyerangsistemkekebalantubuhmanusiadankemudian
menimbulkanAIDS.VirusHIVmenyerangsalahsatujenis seldarahputih
yangberfungsiuntukkekebalantubuh.Virus HIV ditemukandalamdarah, cairan vagina,
cairan sperma, dan ASI (Maryunani&Aeman, 2009).
AIDS merupakansingkatandariAcquiredImmuneDeficiency Syndrome. Acquired
berarti didapat bukan keturunan, immune terkait dengan sistem kekebalan tubuh,
deficiency berarti kekurangan dan
syndromeberartipenyakitdengankumpulangejalabukan gejala tertentu.
MakaAIDSdapatsekumpulangejalapenyakityangtimbul akibat
menurunnyasistemkekebalan tubuh manusiayang didapatbukan karena keturunan,
tetapidisebabkan oleh virus HIV(Maryunani&Aeman, 2009).
MenurutDjuandaAIDSatau sindromkehilangan kekebalan
tubuhadalahsekumpulan gejalapenyakityang menyerangtubuh manusia
sesudahsistemkekebalannyadirusak olehvirusHIV.Akibatkehilangan kekebalantubuh,
penderitaAIDSmudahterkenaberbagaijenisinfeksi
bakteri,jamur,parasit,danvirustertentuyangbersifatoportunistik.Selain
itupenderitaAIDS seringsekalimenderitakeganasan,khususnyasarkoma kaposidan
limfomayang hanya menyerang otak.
2.2 Spiritualitas
2.2.1 DefinisiSpiritualitas
Spiritualitasdiartikansebagaikeyakinan dalamhubungannyadengan
YangMahaKuasaatauYangMahaPencipta. Spiritualitas
adalahsuatuhalyangmultidimensiyaitu dimensieksistensialdandimensi
agama.Dimensieksistensiallebihberfokus padamaknadantujuanhidup
sedangkandimensiagamaberfokuspada hubunganseseorangdenganYang
MahaPencipta atau Yang MahaKuasa.
Selanjutnya,Stollmenjelaskan bahwa spiritualitas
adalahkonsepduadimensiyaitudimensivertikaldandimensi horizontal.
Dimensivertikal adalah hubunganyadengan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dimensihorizontal adalah hubungannyadengan dirisendiri, orang
laindanjugalingkungan. Sementaraitu
menurutDossey,etal(YoungdanKoopsen,2010)spiritualitas
merupakanhakikatdarisiapadan bagaimanamanusiabisahidupdidunia. Spiritualitas
dapatdiartikanseperti nafasyang sangatberartibagikehidupanmanusia.
Spiritualitas jugadapatdiartikansebagai sesuatuyangdipercayaoleh
seseorang dalamhubungannyadengan kekuatan yang lebih tinggi(Tuhan)
yangmenimbulkansuatukebutuhan,serta rasacintaterhadapadanyaTuhan dan
permohonan maaf atas kesalahan yang pernah diperbuat (Hidayat,2009).
2.2.2 Aspek Spiritualitas
Spiritualitasterdiridari berbagai aspek,yaitu berhubungan
dengansesuatuyang tidakdiketahuiatau ketidakpastian dalamhidup,
menemukan artidantujuanhidup, menyadari
kemampuanuntukmenggunakansumberdankekuatandalamdirisendiri danyang
terakhirmempunyaiperasaanketerikatan dengan dirisendiridan dengan Yang
MahaTinggi.
2.2.3 DimensiSpiritualitas
Spiritual terdiri
dariduadimensiyaitudimensivertikaldandimensihorizontal.Dimensi
vertikaladalah hubungannyadengan TuhanYangMahaTinggiyang
menuntunkehidupan manusiasedangkandimensihorizontal adalah
hubungannyadengan dirisendiri, oranglain dan lingkungan atau alam.
2.2.4 Karakteristik Spiritualitas
Karakteristikspiritualmenggambarkanbagaimana keadaanspiritual
seseorang.Terdapatbeberapakarakteristikspiritualitas yaitusebagaiberikut:
2.2.4.1 Hubungan dengan DiriSendiri
Hubungan dengan dirisendirimeliputitentang pengetahuan diri yaitu
siapadirinya, apayang dapatdilakukannyasertamengenaisikap yang
menyangkutpercayapadadirisendiri, percayapadakehidupan
masadepan,ketenanganpikiran,harmoni ataukeselarasandengandiri sendiri.
2.2.4.2 Hubungan dengan Alam
Hubungandenganalam harmonisdanselarasyaitumengetahui
tanaman,pohon, margasatwa,dan iklimserta melindungi alamdan
berkomunikasidenganalam contohnyabertanamdan berjalan kaki.
2.2.4.3 Hubungan dengan OrangLain
Hubunganinidibagiatasharmonis dantidakharmonisnya
hubungandenganoranglain. Hubunganyangharmonis meliputi berbagi waktu,
pengetahuan, dan sumber secara timbal balik,
mengasuhanak,mengasuhorangtuadan orangsakit,serta meyakini kehidupan dan
kematian contohnya dengan mengunjungi, melayat, danlain-lain.
Apabilahubungannyatidak harmonismakaakanterjadi konflik dengan orang lain
dan resolusiyang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi.
2.2.4.4 Hubungan dengan Ketuhanan
Hubungan dengan ketuhanan dapatdilihatpadaorang-orang agamis
atapuntidakagamis. Dalamhalinimeliputitindakanindividu
dalampraktikibadahnyasepertisembayang, berdoa, meditasi.
2.2.5 FungsiSpiritualitas
Spiritualitas menjadisumberdukungan,padasaatindividumengalami
stressmakaindividuakanmencari dukungan darikeyakinanagamanya. Dukungan
inisangatdiperlukan untuk dapatmenerimasakityang dialami,
khususnyajikapenyakittersebutmemerlukanproses penyembuhanyang
lamadenganhasilyangbelumpasti. Sembahyangatauberdoa,membaca kitab suci
dan praktik keagamaan lainnya sering membantu memenuhi kebutuhan
spiritualyang jugamerupakansuatu perlindungan terhadap tubuh (Hamid, 2009).
Spiritualitas jugamenjadisumberkekuatandanpenyembuhan. Miller (1995
dalamYoung dan Koopsen, 2007) mengatakan bahwaspiritualitas
merupakandayasemangat,prinsiphidup atauhakikateksistensimanusia.
MenurutBurkhardtdan Nagai-Jacobson (2002 dalamYoung, 2007) spiritualitas
dan penyembuhan berkaitan sangat erat kaitannya.
Penyembuhanmerupakanprosesspiritualyangbertujuan agarseseorang sehat.
Penyembuhan terjadisepanjang waktu, berlanjutsepanjang perjalanan
hidupmanusiadanmenjadicarahidupyangmengalirdarimencerminkan
danmemelihara jiwa. Penyembuhanbersifatspiritual,taktampakdan
eksperiensial(dialami), yangmengintegrasikan tubuh, jiwadan spirit.
2.2.6 Pengaruh BudayapadaSpiritual
Spiritualitasdapatdipengaruhi olehbudayamaupunpengalaman
pribadiyangberlawanandengannormabudaya.Sikap,keyakinan, dan nilai
yangdimilikiseseorangdipengaruhioleh latarbelakangetnikdanbudaya.
Padaumumnya, seseorang akan mengikuti tradisi agamadan spiritual
keluarga.Anakbelajarpentingnyamenjalankankegiatan agamatermasuk nilai
moraldarihubungankeluargadan peransertadalamberbagaibentuk kegiatan
keagamaan.
Setiapkebudayaanmemilikisistemkepercayaanyasendiri. Sistem
kepercayaan inimenyediakansuatukerangkakerjayang mempengaruhi bagaimana
manusia memandang dunia. Budaya membantu manusiamenentukansiapayang
mereka imani,budaya mempengaruhicara manusia
menghadapihidup,kematian,kelahiran, mengandung,membesarkananak, sakit,
dan relasi.
2.2.7 Peran PerawatdalamKesehatan Spiritual
Dahuluspiritual carebelumdianggap sebagaisuatudimensinursing terapeutik,
tetapidengan munculnyaHolisticNursingmakaSpiritual
caremenjadiaspekyangharus diperhatikandanpengkajiankebutuhanspiritual
pasienberkembangdandikenalsebagai aktivitas-aktivitaslegitimasi dalam
domainkeperawatan. Perawatselaluhadir ketikaseseorang
sakit,kelahiran,dankematian.Padaperistiwakehidupan tersebutkebutuhan
spiritualsering menonjol, dalamhal iniperawatberperan untuk memberikan
spiritualcare.
Perawatberperandalam proseskeperawatanyaitu melakukanpengkajian,
merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun rencanadan
implementasikeperawatan serta melakukan evaluasikebutuhan spiritual pasien.
Perawat juga berperan dalamkomunikasidenganpasien,tim
kesehatanlainnyadanorganisasi klinik/pendidikan, sertamenjagamasalahetik
dalamkeperawatan.
2.2.8 Faktor yang MempengaruhiSpiritualitas
Faktor-faktor yangdapat mempengaruhi spiritualitas seseorang adalah
sebagaiberikut:
1. Tahapperkembangan, berdasarkan hasilpenelitian terhadap anak-
anakdengan empatagamayangberbeda,ditemukanbahwamereka
mempunyaipersepsitentang Tuhandan bentuksembahyangyangberbeda
menurutusia,seks,agamadankepribadiananak. Mereka mempersepsikan Tuhan
dalambentuk atau halyang berbeda-beda, contohnyagambaran tentang Tuhan
yang bekerja melaluikedekatan dengan manusiadan saling keterikatan dengan
kehidupan. Adayang mempercayaibahwa Tuhan mempunyaikekuatan dan
selanjutnya merasa takut menghadapikekuasaan Tuhan,danadajugaanak-
anakyang menggambarkanTuhanituadalah gambarancahayaatau sinar.
2. Keluarga, peran orangtua sangat berpengaruh
dalammenentukanperkembanganspiritualitasanak.
Perludiperhatikan,halyangpentingitu adalahbukan
apayangdiajarkanolehorangtuaterhadap anaknyamengenai Tuhan, tetapi
apayang anak peajarimengenai Tuhan, kehidupan dan diri
sendiridariperilakuorangtuamereka. Keluargadanorangtuaadalah lingkungan
terdekatdan pengalaman pertamabagi anak untuk mempersepsikan kehidupan
didunia.
3. Latarbelakangetnik dan budaya,sikap,keyakinan,dannilaiyang dimiliki
seseorang dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan budaya. Pada
umumnya, seseorang akan mengikuti tradisi agama dan
spiritualkeluarga.Anakbelajarpentingnyamenjalankankegiatan
agamatermasuk nilai moraldarihubungankeluargadan
peransertadalamberbagaibentuk kegiatan keagamaan.
4. Pengalaman hidup sebelumnya,pengalamanhidupyangbaikdan
burukdapatmempengaruhispiritualitasseseorang. Sebaliknyajugadapat
dipengaruhioleh bagaimanaseseorang mengartikan secaraspiritualkejadian
ataupengalamantersebut. Sebagaicontoh,duaorangibuyangpercaya
denganadanyaTuhandanpercaya bahwaTuhanmencintaiumatnya
kehilangananakyangmerekacintaikarenakecelakaan. Salahsatudari
merekabereaksidengan mempertanyakan keberadaanTuhandan tidak mau
sembahyanglagi. Sebaliknyaibuyangsatunyalagiakanterus berdoadan
meminta Tuhan membantunyauntuk bisamenerimakehilangan anaknya.
5. Krisis dan perubahan,krisis danperubahandapatmenguatkan
kedalamanspiritualseseorang. Krisis seringdialamiketikaseseorang
menghadapipenyakit,penderitaan, prosespenuaan,kehilangan,bahkan
kematian khususnya pada pasien dengan penyakit terminal. Perubahan
dalamkehidupan dankrisisyangdihadapitersebut merupakanpengalaman
spiritualselainjugapengalamanyang bersifatfisikdanemosional. Krisis
dapatberhubungandengan perubahanpatofisiologi, terapiataupengobatan
dansituasiyangmempengaruhiseseorang.Diagnosis penyakitpada umumnya
akan menimbulakan pertanyaan tentang sistemkepercayaan seseorang.
6. Terpisah dari ikatan spiritual, menderita sakit terutama yang
bersifatakut,seringkalimembuatindividumerasaterisolasidankehilangansistem
dukungan sosial. Individu yangdirawatmerasa terisolasidalam
ruanganyangasingbaginyadan merasatidaknyaman. Dengandirawatnya
individu maka akanterjadiperubahan padakebiasaanhidup sehari-hari
contohnya tidak dapat menghadiri suatu acara, tidak dapat mengikuti
kegiatankeagamaan, ataupun tidak dapatberkumpuldengankeluargaatau
teman dekatyang biasamemberidukungan setiap saatdiinginkan. Terpisahnya
klien dari kegiatan spiritual dan orang-orang di sekitarnya dapatberesiko
terjadinyaperubahan spiritualpadaklien.
7. Isu moralterkaitdengan terapi,padasebagianagama,proses penyembuhan
dianggap sebagai caraTuhan menunjukkan kebesarannya
walaupunadajugasebagianyangmenolakprosespengobatan. Prosedur medik
sering kalidapatdipengaruhioleh pengajaran agama misalnya
transplantasiorgan, pencegahan kehamilan.
8. Asuhan keperawatan yang kurang sesuai, ketika memberikan
asuhankeperawatankepadaklien, perawatdiharapkanpekaterhadap
kebutuhanspiritualkliendanmampumemberikan asuhanspiritualkepada klien.
Tetapiadaberbagaialasanyang membuatperawattidakmampudan
menghindardalammemberikan asuhan spiritualkepadaklien.Alasan tersebut
antara lainperawatkurangnyamandengankehidupan spiritualnya, menganggap
kurang pentingnyakebutuhan spiritual, merasapemenuhan
spiritualhanyadiberikan oleh pemuka agamaatau mungkin belum
mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritualdalamkeperawatan.
2.2.9 Kebutuhan Spiritualitas
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahanakan atau
mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan
untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintaidan
menjalinhubunganpenuhrasapercayadenganTuhan. Kebutuhan juga
dapatdiartikan sebagaikebutuhan mencariartidantujuan hidup,kebutuhan untuk
mencintaidan dicintai, sertakebutuhan untuk memberikan maaf dan mendapat
maaf.
Masalah yang sering terjadipadapemenuhan kebutuhan spiritual adalah
distressspiritual, yang merupakan suatukeadaanketikaindividu atau kelompok
mengalami atau beresiko mengalami gangguan dalam kepercayaan atau
sistemnilaiyang memberikannyakekuatan, harapan dan artikehidupan.
2.3 Distres Spiritual
2.3.1 DefinisiDistress Spiritual
Distress spiritualadalahsuatukeadaan dimanaseseorang
mengalamigangguan atau kekacauan nilaidan keyakinan
yangbiasanyamemberikankekuatan,harapandan maknahidup.Menurut
Herdman&Kamitsuru(2014)dijelaskanbahwadistressspiritual
merupakansuatukeadaanpenderitaan yangterkaitdengangangguan kemampuan
untuk mengalamimaknadalam hidup melalui hubungan
dengandirisendiri,oranglain,duniaataualamdankekuatanyang lebih besar
daridirisendiri.
Distressspiritual mengacupadatantangandarikesejahteraanspiritual atau
sistemkepercayaan yang memberikan kekuatan, harapan dan artihidup. Pendapat
lain menjelaskan bahwadistressspiritualmerupakanmasalah yangsering
terjadipada pemenuhankebutuhanspiritual.Kebutuhanspiritualyang dimaksud
yaitu kebutuhan untuk mencari makna dan tujuan hidup, kebutuhan
mencintaidandicintaisertakebutuhanuntuk memberi maafdan dimaafkan.
1.3.2 Ciri-ciriKhusus Distress Spiritual
Menurut Benedict dan Taylor (2002, dalam Young dan
Koopsen,2007)ciri-cirikhusus daridistress spiritualmeliputihalberikut:pertanyaan
tentang implikasimoral/etisdariaturanterapeutik,perasaantidakbernilai,
kepahitan,penolakan,rasasalahdanrasatakut,mimpiburuk,gangguan tidur,anorexia,
keluhansomatis,pengungkapankonflikdalambatin atas kepercayaan yang dihayati,
ketidakmampuan dalamberpartisipasidalam praktikkeagamaanyang
biasadiikuti,mencaribantuan spiritual, mempertanyakan maknapenderitaan,
mempertanyakan makna keberadaan/eksistensi manusia, amarah pada Tuhan,
kekacauan
dalamperasaanatauperilaku(marah,menangis,menarikdiri,cemas,apatisdan
sebagainya), dan untuk yang terakhir menghindarihumor.
2.3.3 Batasan Karakteristik Distress Spiritual
Menurut Herdman &Kamitsuru (2014) batasan karakteristik dari distress
spiritualyaitu sebagaiberikut.
2.3.3.1 Hubungan dengan DiriSendiri
Yang berhubungan dengan dirisendiri meliputi: marah,
kurangnyaketenanganataukedamaian, perasaantidakdicintai,rasa bersalah, kurang
dapat menerima atau kurang pasrah, koping yang tidak efektif,tidakcukup
tabah,mengungkapkankurangnyamakna hidup.
2.3.3.2 Hubungan dengan Orang Lain
Berhubungan dengan orang lain meliputi: mengungkapkan rasa terasing,
menolakberinteraksidengan pemimpinspiritual,menolak berinteraksidengan
orang yang dianggap penting, pemisahan dari sistempendukung.
2.3.3.3 Hubungan dengan Seni, Musik, Literatur, Alam
Berhubungandenganseni,musik, literatur, alam meliputi
ketidakmampuanmengungkapkankondisikreativitas sebelumnya (misalnya
menyanyi, mendengarkan musik ataupun menulis), dan
tidakberminatatautertarikpadaalam maupunmembacaliteratur spiritual.
2.3.3.4 Hubungan dengan Kekuatan yangLebih Besar
Berhubungan dengan kekuatan yang lebih besar daridirinya meliputi
mengungkapkan kemarahan terhadap kekuatan yang lebih
besardaridirinya,merasaditinggalkan,putus asa,ketidakmampuan untuk
introspeksidiri, ketidakmampuanuntuk mengalamipengalaman
religiositas,ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan,
ketidakmampuan untuk berdoa, merasakan penderitaan, meminta
menemuipemimpinkeagamaan,danmengalami perubahan yang tiba-
tibadalampraktik spiritual.
Menurut Carpenito (2013) batasan karakteristik distress spiritual
dibagiberdasarkan mayor dan minor. Karakteristikmayor adalah
karakteristikyangharus adapadadistress spiritualyaituklienmengalami
suatugangguandalamsistemkeyakinan. Batasankarakteristik minoryaitu
karakteristikyangmungkinadapadakliendengandistressyaitu(Carpenito,2013)
meliputi:
1. Mempertanyakanmaknakehidupan, kematian, dan penderitaan
2. Mempertanyakan kredibilitasterhadap sistemkeyakinan
3. Mendemonstrasikan keputusanatau kekecewaan
4. Memilihuntuktidakmelakukanritualkeagamaanyangbiasa dilakukan
5. Mempunyaiperasaanambivalen (ragu) mengenaikeyakinan
6. Mengungkapkan bahwa ia tidak mempunyai alasan untuk hidup
7. Merasakan perasaan kekosongan spiritual
8. Menunjukkan keterpisahan emosional dari diri sendiri dan orang lain
9. Menunjukkan kekhawatiran-marah, dendam, ketakutan- mengenai
artikehidupan, penderitaan, kematian
10. Meminta bantuan spiritual terhadap suatu gangguan dalam sistemkeyakinan.
2.3.4 Faktor yang Berhubungan Distress Spiritual
Distressataukrisisspiritualdapat mempengaruhi kesehatanfisikdan
mentaldanseringdiperburukolehpenyakitmedisatau takut mati.Faktor
tambahanlainyangberhubungandengandistressspiritualmeliputikehilangan orang
yang dicintai, rendahnyahargadiri,penyakitmental,penyakitalamiah, penyakit
fisik, perasaankehilangansesaat,penyalahgunaanbenda terlarang,reaksiyang
burukdengansesama, tekananfisikatau psikologis,ketidakmampuanuntuk
mengampuni,kekuranganmencintaidiri sendiridanygterakhirkecemasan ekstrem.
MenurutHerdman (2012) faktor yang berhubungan dengan distress
spiritualyaitusebagaiberikut: menjelangajal, ansietas,sakitkronis, kematian,
perubahan hidup, kesepian, nyeyi, keterasingan diri maupun sosialdangangguan
sosiokultural.
2.3.5 Proses Keperawatan Distress Spiritual
Proseskeperawatan distress spiritual terdiridari5 tahap yaitu:
1. Proseskeperawatan–pengkajian.Pada prosespengkajianyaitu dilakukan
pengkajian terhadap keyakinan klien sepertisumber kekuatan
danartispiritualpadaklien,mengkajibagaimanakepuasan atau pencapain hidup,
hubungan denganmasyarakat, ritualdan praktek keagamaan, pekerjaan dan
harapan klien.
2. Proseskeperawatan- diagnosa.Kesejahteraanspiritualsebaiknya
dipikirkansecaraluasdantidakterbatas padaagama.Semuaorang beragama,
dalamartibahwa merekamembutuhkan sesuatu yang
dapatmemberikanartidalamhidupmereka.Untuksebagianorang hal
iniberartipercayakepada Tuhan dalam arti tradisional, untuk yanglainnyahal
inimerupakanperasaan keselarasandenganalam, sementarayang lainnya lagihal
inidapatkeluargadananak-anak. Ketikapasienpercayabahwahidup
tidakmemiliki artidantujuan hidup dalam arti apapun saatitulah terjadidistress
spiritual.
3. Proseskeperawatan- perencanaan.Padaprosesperencanaanperlu
diperhatikankolaborasidengan klien dan keluarga akan pilihan intervensi,
konsuldengan pemimpinkeagamaan, ritualspiritualdan observasi.
4. Proseskeperawatan- implementasi.Dalammelaksanakanspiritual careyaitu
perawatperlu mendengarkan pasien, perawatperlu hadir
setiapsaatuntukpasien,kemampuan perawatuntuk menerima apa yang
disampaikan pasien, dan menyikapi dengan
bijaksanaketerbukaanpasienpadaperawat. Promosikesehatanyaitu menyatakan
pentingnyakebutuhanspiritualpadapasien.Membantu berdoa atau mendoakan
pasien jugamerupakansalahsatu tindakan keperawatanterkaitspiritualpasien,
menghubungiataumerujuk pasienkepadapemukaagama,perawat danpemuka
agamadapat bekerjasamauntuk memenuhikebutuhanspiritualpasien.
5. Proseskeperawatan-evaluasi.Untuk melengkapisiklusproses keperawatan
spiritual pasien, perawat harus melakukan evaluasi yaitudenganmenentukan
apakah tujuan telahtercapai.Hal inisulit dilakukankarenadimensispiritualyang
bersifatsubjektifdanlebih kompleks.Membahas
hasildenganpasiendariimplementasiyang telah dilakukan tampaknyamenjadi
carayang baikuntuk mengevaluasispiritualcarepasien.
2.3.6 SpiritualitasHIV/AIDS
Permasalahanspiritual jugabisadialami HIV/AIDStersebutantara lain
menyalahkan Tuhan, menolak beribadah, beribadah tidak sesuai
ketentuan,gangguandalamberibadah maupundistressspiritual.Studi kualitatif
mengindikasikanbahwapasien HIV/AIDSakanberakibatburuk
padaspiritualitasnyasetelahmengetahui bahwamerekaterdiagnosisHIV/ AIDS.
Berdasarkan penelitian Hardiansyah, Amiruddin, dan Asyad (2014)
terhadap21respondenODHA mengenaikualitas hiduporangdengan
HIV/AIDSdikotaMakassarmenunjukkanbahwadaridomainpsikologis52,4%
responden sering merasakan feeling blue(kesepian, putusasa, cemas, dan
depresi). Berdasarkan domain spiritual terdapat33,3% responden sering merasa
takut akan masadepandan38,1%respondenbiasa merasakan khawatir akan
kematian.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Spiritualitas merupakan salah satu bagian dari kekuatan karakter individu, di
mana kekuatan karakter merupakan trait positif yang ditampilkan melalui
pikiran,perasaan dan perilaku seseorang. Kekuatan karakter merupakan karakter baik
yang mengarahkan dan membantu individu dalam dalam proses pencapaian
keutamaan,demikian halnya spiritualitas. Spiritualitas dalam artian mengacu pada
kepercayaan dan praktik yang didasarkan pada keyakinan bahwa ada dimensi
transcendet (nonfisik) dalam kehidupan.
3.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini,
agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai