Anda di halaman 1dari 31

PETUNJUK TEKNIS

PELAKSANAAN
PENEMUAN KASUS TBC
DALAM RANGKA HARI
TBC SEDUNIA 2019

1
DAFTAR ISI
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENEMUAN KASUS TBC DALAM
RANGKA HARI TBC SEDUNIA 2019

A. Latar Belakang 3
1. Beban TBC di Dunia 3
2. Beban TBC di Indonesia 4
B. Kegiatan Penemuan Kasus TBC Dalam Rangka HTBS 2019 4
1. Investigasi Kontak 4
2. Penemuan Aktif di tempat khusus 9
2.1 Penemuan Aktif Di Lapas/Rutan 9
2.2 Penemuan Aktif Di Asrama dan Kompleks Perumahan TNI 13
2.3 Penemuan Aktif Di Pondok Pesantren 17
2.4 Penemuan Aktif Di Populasi Kunci 21
C. Lampiran 26

2
PETUNJUK TEKNIS
PELAKSANAAN PENEMUAN KASUS TBC
DALAM RANGKA HARI TBC SEDUNIA 2019

A. LATAR BELAKANG
1. Beban TBC di Dunia
TBC merupakan satu dari 10 penyebab kematian dan penyebab utama
agen infeksius. Di tahun 2017, TB menyebabkan sekitar 1,3 juta kematian
(rentang, 1,2-1,4 juta) di antara orang dengan HIV negatif dan terdapat
sekitar 300.000 kematian karena TBC (rentang, 266.000-335.000) di antara
orang dengan HIV positif. Diperkirakan terdapat 10 juta kasus TB baru
(rentang, 9-11 juta) setara dengan 133 kasus (rentang, 120-148) per
100.000 penduduk.
Secara global, insiden TBC per 100.000 penduduk turun sekitar 2% per
tahun.Regional yang paling cepat mengalami penurunan di tahun 2013-2017
adalah regional WHO Eropa (5% per tahun) dan regional WHO Afrika (4%
per tahun). Di tahun tersebut, penurunan yang cukup signifikan (4-8% per
tahun) terjadi di Afrika Selatan misalnya Eswatini, Lesotho, Namibia, Afrika
Selatan, Zambia, Zimbabwe), dan perluasan pencegahan dan perawatan TBC
dan HIV, dan di Rusia (5% per tahun) melalui upaya intensif untuk
mengurangi beban TBC.
Di tingkat global, di tahun 2017 terdapat sekitar 558.000 kasus baru
(rentang, 483.000-639.000) TBC rifampisin resistan di mana hampir
separuhnya ada di tiga negara yaitu India (24%), China (13%), dan Rusia
(10%). Di antara kasus TBC RR, diperkirakan 82% kasus tersebut adalah TB
MDR. Secara global, 3.6% kasus TBC baru dan 17% kasus TBC pengobatan
ulang merupakan kasus TBMDR/RR.
Jumlah kematian absolute karena TBC di antara HIV negative diperkirakan
turun mencapai 29% sejak tahun 2000 (dari 1,8 juta di tahun 2000 menjadi
1,3 juta di tahun 2017) dan turun sebesar 5% sejak tahun 2015. Sementara
itu, jumlah kematian TBC pada HIV positif telah mengalami penurunan
sebesar 44% sejak tahun 2000 (dari 534.000 di tahun 2000 menjadi
300.000 di tahun 2017) dan turun menjadi 20% sejak tahun 2015. Pada
2017, estimasi terbaik proporsi penderita TBC yang meninggal karena

3
penyakit (case fatality rate/CFR) adalah 16%, turun dari 23% di tahun 2000.
CFR harus turun hingga 10% pada tahun 2020 untuk mencapai tahap
pertama End TB Strategy. Ada cukup banyak variasi capaian CFR, mulai dari
kurang dari 5% di beberapa negara hingga lebih dari 20% di sebagian besar
negara di regional WHO Afrika. Hal ini menunjukkan ketidaksetaraan di
antara negara-negara dalam mengakses diagnosis dan pengobatan TBC.

2. Beban TBC di Indonesia


WHO memperkirakan insiden tahun 2017 sebesar 842.000 atau 319 per
100.000 penduduk sedangkan TBC-HIV sebesar 36.000 kasus per tahun atau
14 per 100.000 penduduk.Kematian karena TBC diperkirakan sebesar
107.000 atau 40 per 100.000 penduduk, dan kematian TBC-HIV sebesar
9.400 atau 3,6 per 100.000 penduduk.
Dengan insiden sebesar 842.000 kasus pertahun dan notifikasi kasus
TBCsebesar442.172 kasus maka masih ada sekitar 47% yang belum
ternotifikasi baik yang belum terjangkau, belum terdeteksi maupun tidak
terlaporkan.
WHO memperkirakan ada 23.000 kasus MDR/RR di Indonesia. Pada tahun
2017 kasus TBC yang tercatat di program ada sejumlah 442.000 kasus yang
mana dari kasus tersebut diperkirakan ada 8.600-15.000 MDR/RR TBC,
(perkiraan 2,4% dari kasus baru dan 13% dari pasien TBC yang diobati
sebelumnya), tetapi cakupan yang diobati baru sekitar 27,36%.

B. KEGIATAN PENEMUAN KASUS TBC DALAM RANGKA HARI TBC SEDUNIA


2019
Dalam rangka peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia tahun 2019 akan dilakukan
penemuan aktif dan masif di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten/Kota secara
bersamaan. Bentuk kegiatan penemuan aktif dan/atau masif berbasis
masyarakat dalam rangkat Hari TBC Sedunia 2019 yaitu:

1. Investigasi Kontak
Definisi:
Investigasi kontak adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan
penemuan kasus TBC dengan cara mendeteksi secara dini dan sistematis
terhadap orang yang kontak dengan sumber infeksi TBC. Investigasi kontak

4
dilaksanakan untuk deteksi dini pasien TBC aktif dewasa dan mencari sumber
penularan pada pasien TBC anak.

Pelaksana:
Dinas Kesehatan, puskesmas, kader kesehatan, organisasi masyarakat, dan
organisasi pasien.

Waktu Pelaksanaan:
18 Februari – 18 Maret 2019

Target Sasaran:
Dilakukan pada paling sedikit pada 10-15 orang kontak serumah dan kontak
erat dari pasien TBC (kasus indeks).
• Kontak adalah orang yang terpajan/berkontak dengan kasus indeks,
misalnya orang serumah, sekamar, satu asrama, satu tempat kerja, satu
kelas, atau satu penitipan/pengasuhan.
• Kontak serumah adalah orang yang tinggal serumah minimal satu
malam, atau sering tinggal serumah pada siang hari dengan kasus indeks
dalam 3 bulan terakhir sebelum kasus indeks mulai mendapat obat anti
tuberkulosis (OAT).
• Kontak erat adalah orang yang tidak tinggal serumah, tetapi sering
bertemu dengan kasus indeks dalam waktu yang cukup lama, yang
intensitas pajanan/berkontaknya hampir sama dengan kontak serumah.
Misalnya orang yang berada pada ruangan/lingkungan yang sama
(misalnya tempat kerja, ruang pertemuan, fasilitas umum, rumah sakit,
sekolah, tempat penitipan anak) dalam waktu yang cukup lama dengan
kasus indeks, dalam 3 bulan terakhir sebelum kasus indeks minum OAT.

5
Alur Pelaksanaan:

Mendapatkan data Kasus Indeks dari Petugas


Puskesmas

Pemetaan Kasus Indeks

Mengunjungi Rumah Kasus Indeks Bersama PMO


Minimal 4 Rumah Sekitarnya dan minimal 10-15 kontak
serumah dan erat

Skrining verbal pada Kontak

Usia ≥ 5 tahun Usia <5 tahun

Rujuk
Tidak Batuk Tidak Batuk tetapi Batuk
ada faktor resiko
dan gejala lain Skrining gejala TBC
oleh Petugas Kesehatan

Rujuk Ada Gejala Tidak ada Gejala

Diagnosis PP INH
sesuai standar
Keterangan
: Dilakukan oleh Kader
: Dilakukan oleh Tenaga Kesehatan

Langkah Pelaksanaan:
1.1 PERSIAPAN
1. Kementerian Kesehatan bersurat kepada seluruh Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi terkait pemberitahuan pelaksanaan kegiatan
2. Dinas Kesehatan Provinsi menindaklanjuti pemberitahuan kepada kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

6
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pertemuan sosialisasi dan
koordinasi kegiatan dengan melibatkan Puskesmas, Organisasi
Masyarakat, LSM, Perangkat Desa/Kelurahan, dan Lintas Sektor.
4. Pertemuan sosialisasi dan koordinasi Dinkes Kabupaten/Kota kepada
Puskesmas tingkat kecamatan/kelurahan yang akan melaksanakan
kegiatan bertujuan untuk:
• Mendapatkan komitmen Puskesmas dan kesiapannya untuk
mendukung pelaksanaan kegiatan
• Menyepakati kader aktif yang terlibat pada kegiatan
• Menentukan koordinator lapangan
• Mempersiapkan perangkat kegiatan: leaflet TBC, Formulir TBC 16K,
Formulir TBC 16RK, dan Formulir Surat Pengantar
5. Puskesmas menyediakan data Pasien TBC yang akan di Investigasi
Kontak
6. Puskesmas berkoordinasi dengan organisasi masyarakat dan kader untuk
menentukan indeks kasus yang menjadi target investigasi kontak,
pembagian wilayah kegiatan per kader dan jadwal pelaksanaan kegiatan

1.2 PELAKSANAAN
1. Tenaga kesehatan/Kader mengunjungi rumah kasus indeks
2. Tenaga kesehatan/Kader melakukan pendataan kontak, pada rumah
kasus indeks serta 4 sampai 6 rumah terdekat dengan minimal 10-15
kontak yang akan diinvestigasi.
3. Kader melakukan skrining,
• Kontak berusia < 5 tahun langsung dirujuk ke fasyankes
• Kontak berusia ≥ 5 tahun, kader melakukan investigasi terhadap
gejala dan faktor risiko. Kontak yang berusia ≥ 5 tahun akan dirujuk
bila memenuhi salah satu kriteria di bawah ini:
o Batuk
o Salah satu Gejala lain (Batuk berdarah, Sesak napas,
Berkeringat malam hari tanpa kegiatan, Demam meriang >1
bulan) dan salah satu Faktor risiko (DM, Usia > 60 th, Ibu
Hamil, Perokok, Pernah berobat TBC tapi tidak tuntas)

7
4. Kader mencatat hasil skrining dalam formulir TBC.16K dan menyerahkan
1 rangkap kepada petugas di fasyankes untuk dilampirkan di formulir
TBC.01 Indeks.
5. Jika menemukan anak <5th dan terduga TBC, kader mengisi formulir
rujukan dan merujuk kontak untuk mendapat pemeriksaan di layanan.
Apabila diperlukan, maka kader mendampingi terduga TBC untuk datang
ke layanan.
6. Kader mencatat rekapitulasi hasil Investigasi Kontak semua kasus indeks
yang menjadi tanggung jawabnya pada formulir TBC. 16RK.
7. Koordinator Lapangan bertugas untuk melakukan dokumentasi kegiatan
dengan peralatan yang dimiliki misalkan; kamera atau HP. Dokumentasi
adalah berupa foto atau video sederhana.

1.3 PENCATATAN DAN PELAPORAN


1. Tenaga kesehatan/Kader mengisi dan mencatat semua hasil skrining
ke dalam formulir TBC.16K, kemudian dilanjutkan dengan mencatat
rekapitulasi hasil Investigasi Kontak semua kasus indeks yang menjadi
tanggung jawabnya pada formulir TBC. 16RK. yang kemudian
diberikan kepada Koordinator Lapangan. Data yang dilaporkan antara
lain:
• Jumlah orang yang diedukasi dan diskrining TBC
• Jumlah orang terduga TBC yang ditemukan
• Jumlah pasien TBC
• Jumlah pasien TBC yang memulai pengobatan
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat rekap rekap dan laporan
kegiatan untuk dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi (paling lambat
20 Maret 2019 )
3. Dinas Kesehatan Provinsi membuat rekap dan laporan kegiatan untuk
dilaporkan ke Subdirektorat Tuberkulosis Kementerian Kesehatan
melalui alamat email: htbs@tbindonesia.or.id dan
subdittb@tbindonesia.or.id dengan subject email Laporan HTBS
2019 Provinsi X (paling lambat 22 Maret 2019).

8
2. Penemuan Aktif di tempat khusus
Dalam rangka peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia tahun 2019 akan
dilakukan penemuan aktif di tempat khusus dengan sasaran:
• Lapas/Rutan
• Asrama dan Kompleks Perumahan TNI
• Pondok Pesantren
• Populasi Kunci

2.1 Penemuan Aktif Di Lapas/Rutan


Definisi:
Kegiatan penemuan aktif dalam rangka HTBS 2019 di Lapas/Rutan akan
dilakukan dengan mengutamakan metode survei batuk. Survei batuk
dilakukan secara berkesinambungan oleh petugas batuk (kader
kesehatan/tahanan pendamping) terlatih dengan menjaring Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP) dan tahanan di blok hunian yang batuk untuk
dirujuk ke poliklinik dan diberikan masker serta edukasi mengenai TBC.

Pelaksana:
Dinas Kesehatan, Kanwil Hukum dan Ham, petugas lapas/rutan,
puskesmas, dan kader kesehatan/tahanan pendamping.

Waktu Pelaksanaan:
18 Februari – 18 Maret 2019

Target Sasaran:
Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP)

9
Alur Pelaksanaan:
Persiapan

Koordinasi eksternal antara Dinas Kesehatan, Kanwil Hukum dan Ham dan
Lapas/Rutan

Koordinasi internal lapas Koordinasi internal Dinas Kesehatan dan


Puskesmas

Sosialisasi dan Edukasi Tuberkulosis pada Dinas Kesehatan menunjuk puskesmas untuk
Tahanan Pendamping (Tamping) rujukan mikroskopis dan pelaksanaan hari H

Pelaksanaan

Tamping melakukan survey batuk pada Warga Binaan Pemasyarakatan


(WBP)

WBP dengan gejala batuk mendapatkan surat pengantar pemeriksaan TBC

WBP yang mendapatkan surat pengantar WBP yang mendapatkan surat pengantar
pemeriksaan TBC akan diperiksa oleh pemeriksaan TBC akan diperiksa di waktu
tenaga kesehatan di poliklinik dan tempat yang disepakati*

WBP memiliki faktor risiko dan gejala WBP tidak memiliki faktor risiko dan gejala
tambahan tambahan

Ambil dahak Penyuluhan pencegahan TBC

Rujuk sampel dahak ke puskesmas yang


telah disepakati sebelumnya

Pasien TBC Bukan pasien TBC

Lakukan investigasi kontak se kamar Penyuluhan pencegahan TBC

*) Pada UPT yang dengan jumlah tenaga kesehatan terbatas, pemeriksaan WBP
dilakukan pada waktu dan tempat yang disepakati dengan bantuan tenaga
kesehatan dari puskesmas

10
Langkah Pelaksanaan:
2.1.1 PERSIAPAN
1. Kementerian Kesehatan bersurat kepada Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi terkait pemberitahuan pelaksanaan
kegiatan.
2. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia akan menindaklanjuti pemberitahuan dari kementerian
kesehatan kepada 33 kantor wilayah kementerian hukum dan HAM RI
(divisi pemasyarakatan).
3. Dinas Kesehatan Provinsi menindaklanjuti pemberitahuan kepada
kepala Dinas atau Instansi terkait di Kabupaten/Kota.
4. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pertemuan sosialisasi
dan koordinasi kegiatan dengan melibatkan Kepala dan Petugas
Lembaga Pemasyarakatan, Puskesmas, Organisasi Masyarakat, LSM,
Perangkat Desa/Kelurahan, dan Lintas Sektor.
5. Pertemuan sosialisasi dan koordinasi kegiatan bertujuan untuk:
• Mendapatkan komitmen Lembaga Pemasyarakatan, Puskesmas
dan Lintas Sektor serta kesiapannya untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan
• Menyepakati jadwal pelaksanaan kegiatan
• Menyepakati Lembaga Pemasyarakatan sasaran kegiatan
• Menyepakati pembagian area kerja dan petugas pelaksana
• Menyepakati kader aktif yang terlibat pada kegiatan
• Menentukan koordinator lapangan
• Mempersiapkan perangkat kegiatan: leaflet TBC, Formulir Survei
Batuk, Laporan Bulanan Kader Survei Batuk Di Lapas/Rutan
(contoh formulir terlampir)

2.1.2 PELAKSANAAN
1. Tenaga kesehatan di lapas rutan dengan dibantu kader kesehatan
lapas atau tahanan pendamping (tamping) kesehatan terlatih
memberikan informasi seputar TBC terutama penjelasan penyakit TBC
(gejala TBC, cara penularan, cara pengobatan, tes dahak dst).

11
2. tenaga kesehatan/tamping kesehatan terlatih melakukan skrining
gejala dan faktor risiko TBC pada seluruh Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP) baru. Bagi WBP lama, maka kegiatan yang
dilakukan adalah penemuan kasus secara aktif dengan metode survei
batuk (oleh kader kesehatan) dan investigasi kontak 1 sel dari WBP
yang terdiagnosa TBC.
3. Rujukan diberikan bila WBP mengalami batuk (semua jenis) atau
memiliki Gejala lain dan Faktor risiko.
Gejala Lain:
- Sesak Napas
- Berkeringat malam hari tanpa kegiatan
- Demam meriang > 1 bulan
- Berat badan menurun tanpa sebab yang jelas
Faktor Risiko:
- Sakit Gula
- Berusia diatas 65 tahun
- Ibu Hamil
- Perokok
- Pasien TBC tidak berobat tuntas
4. Jika menemukan terduga TBC, maka tenaga kesehatan di lapas/rutan
mengisi Surat Pengantar Pemeriksaan TBC dan merujuk
(pasien/specimen dahak) untuk mendapat pemeriksaan di layanan.
5. Tenaga kesehatan, kader dan petugas yang berwenang mencatat hasil
skrining dalam lembar rekapitulasi hasil skrining WBP baru untuk
dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
6. Koordinator Lapangan (dari UPT Pemasyarakatan) bertugas untuk
melakukan dokumentasi kegiatan dengan peralatan yang dimiliki
misalkan; kamera atau HP. Dokumentasi adalah berupa foto atau
video sederhana yang disertai dengan informed consent.

2.1.3 PENCATATAN DAN PELAPORAN


1. Tenaga kesehatan/Kader mengisi dan mencatat semua hasil skrining
ke dalam formulir rekapitulasi hasil skrining WBP baru yang kemudian
diberikan kepada Koordinator Lapangan untuk direkap. Data yang
dilaporkan antara lain:

12
• Jumlah WBP yang diedukasi dan diskrining TBC melalui survei
batuk
• Jumlah WBP terduga TBC yang ditemukan
• Jumlah pasien TBC
• Jumlah pasien TBC yang memulai pengobatan
2. Petugas kesehatan di Lapas/Rutan membuat rekap dan laporan
kegiatan (menggunakan formulir X) untuk dilaporkan ke Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan pada tanggal 20 Maret 2019.
3. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan membuat rekap dan laporan
kegiatan untuk dilaporkan ke Subdirektorat Tuberkulosis Kementerian
Kesehatan melalui alamat email: htbs@tbindonesia.or.id dan
subdittb@tbindonesia.or.id dengan subject email Laporan HTBS
2019 Ditjen PAS (paling lambat 22 Maret 2019).

2.2 Penemuan Aktif Di Asrama dan Kompleks Perumahan TNI


Definisi:
Kegiatan penemuan aktif dalam rangka HTBS 2019 di Asrama dan
Kompleks Perumahan TNI akan dilakukan dengan mengutamakan metode
ketuk pintu. Ketuk pintu adalah suatu kegiatan kunjungan rumah yang
dilakukan oleh petugas kesehatan dan/atau kader TBC terlatih untuk
memberikan informasi mengenai TBC sekaligus melakukan
skrining/penapisan gejala TBC pada semua anggota keluarga yang ditemui
saat itu. Jika dari hasil skrining/penapisan ditemukan gejala TBC maka
akan diberikan surat rujukan untuk periksa dahak di Fasyankes TNI
terdekat.

Pelaksana:
Dinas Kesehatan, Kesehatan TNI Wilayah, , Fasyankes TNI, puskesmas,
dan kader kesehatan.

Waktu Pelaksanaan:
18 Februari – 18 Maret 2019

Target Sasaran:
Warga asrama dan kompleks perumahan TNI.

13
Alur Pelaksanaan:

Dinas Kesehatan Kab/Kota berkoordinasi dengan Fasyankes


TNI, Institusi Kesehatan TNI, Komandan atau Kasatker

Melakukan kegiatan Ketuk Pintu di Asrama dan Kompleks Perumahan TNI

Menemukan anggota atau keluarga yang terduga TBC

Merujuk terduga TBC ke Faskes TNI

Pasien TBC Bukan pasien TBC

Tata laksana pengobatan TBC sampai Penyuluhan pencegahan TBC


sembuh (sekaligus menyepakati PMO)

Faskes melaporkan ke Institusi Kesehatan


TNI di wilayahnya kepada Komandan
Kasatker pasien tersebut untuk
mendapatkan pengawasan pengobatan
lengkap/ sembuh

Langkah Pelaksanaan:
2.2.1 PERSIAPAN
1. Kementerian Kesehatan bersurat kepada Kementerian Pertahanan,
Pusat Kesehatan TNI, Kepala Pusat/Dinas Kesehatan Angkatan dan
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi terkait pemberitahuan pelaksanaan
kegiatan
2. Kementerian Pertahanan, Pusat Kesehatan TNI, dan Dinas Kesehatan
Provinsi menindaklanjuti pemberitahuan kepada kepala Dinas atau
Instansi terkait di Kabupaten/Kota, Institusi Kesehatan TNI (Kes
Kotama, Denkesyah, Diskes Kotama/Pangkalan, Keslanud), Fasyankes
TNI (Rumkit, Rumkitban, Poskes, Sikes, Balai Kesehatan, Balai
Pengobatan Rumkitlanud)
3. Institusi Kesehatan TNI (Kes Kotama, Denkesyah, Diskes
Kotama/Pangkalan, Keslanud), Fasyankes TNI (Rumkit, Rumkitban,
Poskes, Sikes, Balai Kesehatan, Balai Pengobatan, Rumkitlanud)

14
melakukan pertemuan sosialisasi dan koordinasi kegiatan dengan
melibatkan Dinas Puskesmas, Organisasi Masyarakat, LSM, Perangkat
Desa/Kelurahan, dan Lintas Sektor
4. Pertemuan sosialisasi dan koordinasi kegiatan bertujuan untuk:
• Mendapatkan komitmen Institusi Kesehatan TNI (Kes Kotama,
Denkesyah, Diskes Kotama/Pangkalan, Keslanud), Fasyankes TNI
(Rumkit, Rumkitban, Poskes, Sikes, Balai Kesehatan, Balai
Pengobatan, Rumkitlanud) dan Lembaga TNI terkait, Puskesmas,
Perangkat Desa/Kelurahan, dan Lintas Sektor serta kesiapannya
untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
• Menyepakati jadwal pelaksanaan kegiatan
• Menyepakati sasaran penemuan aktif di tempat khusus yaitu
Asrama dan Kompleks TNI
• Menyepakati pembagian area kerja dan petugas pelaksana
• Menyepakati kader aktif yang terlibat pada kegiatan
• Menentukan koordinator lapangan
• Mempersiapkan perangkat kegiatan: leaflet TBC, Formulir
Penemuan Aktif di Tempat Khusus, Formulir Rujukan, Formulir
Rekap (contoh formulir terlampir)

2.2.2 PELAKSANAAN
1. Tenaga kesehatan, kader, Tenaga Kesehatan TNI dan petugas yang
berwenang mengunjungi Asrama dan Kompleks perumahan TNI
2. Tenaga kesehatan, kader, Tenaga Kesehatan TNI dan petugas yang
berwenang memberikan informasi seputar TBC terutama penjelasan
penyakit TBC (gejala TBC, cara penularan, cara pengobatan, tes
dahak dst)
3. Tenaga kesehatan/Kader/ Tenaga Kesehatan TNI melakukan skrining
gejala dan faktor risiko TBC pada semua orang yang tinggal di asrama
dan Kompleks perumahan TNI
4. Rujukan diberikan bila mengalami batuk (semua jenis) dan salah satu
gejala tambahan. Gejala tambahan antara lain:
- Sesak Napas
- Berkeringat malam hari tanpa kegiatan
- Demam meriang > 1 bulan

15
- Berat badan turun
- Nafsu makan menurun
- Badan Lemas
5. Jika menemukan terduga TBC, tenaga kesehatan, kader, Tenaga
Kesehatan TNI dan petugas yang berwenang mengisi Surat Pengantar
Pemeriksaan TBC dan merujuk untuk mendapat pemeriksaan di
layanan. Apabila diperlukan, maka kader mendampingi terduga TBC
untuk datang ke layanan. Layanan rujukan untuk kegiatan penemuan
kasus di Asrama dan Kompleks TNI adalah fasyankes TNI.
6. Tenaga kesehatan, kader, Tenaga Kesehatan TNI dan petugas yang
berwenang mencatat hasil skrining dalam formulir Penemuan Aktif
di tempat Khusus.
7. Koordinator Lapangan bertugas untuk melakukan dokumentasi
kegiatan dengan peralatan yang dimiliki misalkan; kamera atau HP.
Dokumentasi adalah berupa foto atau video sederhana.

2.2.3 PENCATATAN DAN PELAPORAN


1. Tenaga kesehatan/Kader/ Tenaga Kesehatan TNI mengisi dan
mencatat semua hasil skrining ke dalam formulir rekapitulasi hasil
skrining yang kemudian diberikan kepada Koordinator Lapangan untuk
direkap. Data yang dilaporkan antara lain:
• Jumlah warga asrama dan komplek perumahan TNI yang
diedukasi dan diskrining TBC
• Jumlah warga asrama dan komplek perumahan TNI terduga TBC
yang ditemukan
• Jumlah pasien TBC
• Jumlah pasien TBC yang memulai pengobatan
2. Petugas kesehatan di asrama dan kompleks TNI membuat rekap dan
laporan kegiatan (menggunakan formulir rekapitulasi hasil skrining)
untuk dilaporkan ke Pusat Kesehatan TNI dan Ditjen Kuathan
Kemenhan paling lambat tanggal 20 Maret 2019.
3. Pusat Kesehatan TNI dan Ditjen Kuathan Kemenhan membuat rekap
dan laporan kegiatan untuk dilaporkan ke Subdirektorat Tuberkulosis
Kementerian Kesehatan melalui alamat email: htbs@tbindonesia.or.id

16
dan subdittb@tbindonesia.or.id dengan subject email Laporan HTBS
2019 Ditjen Kuathan (paling lambat 22 Maret 2019).

2.3 Penemuan Aktif Di Pondok Pesantren


Definisi:
Kegiatan penemuan aktif dalam rangka HTBS 2019 di pondok pesantren
akan dilakukan dengan mengutamakan metode ketuk pintu. Ketuk pintu
adalah suatu kegiatan kunjungan rumah yang dilakukan oleh petugas
kesehatan dan/atau kader TBC terlatih untuk memberikan informasi
mengenai TBC sekaligus melakukan skrining/penapisan gejala TBC pada
semua anggota keluarga yang ditemui saat itu. Jika dari hasil
skrining/penapisan ditemukan gejala TBC maka akan diberikan surat
rujukan untuk periksa dahak di fasyankes terdekat.

Pelaksana:
Dinas Kesehatan, Pondok Pesantren, Poskestren, puskesmas, kader
kesehatan, dan organisasi masyarakat.

Waktu Pelaksanaan:
18 Februari – 18 Maret 2019

Target Sasaran:
Santri dan pengurus pondok pesantren

17
Alur Pelaksanaan:

Dinas Kesehatan Kab/Kota berkoordinasi dengan


Pengurus Pondok Pesantren, Puskesmas,
Poskestren dan pihak terkait

Petugas kesehatan dan/atau kader kesehatan melakukan


Deteksi Dini (Skrining) dan Edukasi TBC pada santri dan
penghuni pondok pesantren

Usia <15 th Usia ³ 15 th

Jika memiliki salah satu dari


gejala berikut: Batuk Tidak Batuk
- Batuk ³ 2 minggu (Semua Jenis)
- Demam ³ 2 minggu
- Lemah lesu
- Berat badan turun/tidak naik
dalam 2 bulan sebelumnya Rujuk ke fasyankes

Pasien TBC Bukan pasien TBC

Tata laksana pengobatan TBC Penyuluhan


sampai sembuh (sekaligus pencegahan TBC
menyepakati PMO)

Langkah Pelaksanaan:
2.3.1 PERSIAPAN
1. Kementerian Kesehatan bersurat kepada Kementerian Agama, Staf
Khusus Presiden bidang Keagamaan Dalam Negeri, Pengurus Pondok
Pesantren Seluruh Indonesia, dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
terkait pemberitahuan pelaksanaan kegiatan
2. Kementerian Agama, Staf Khusus Presiden bidang Keagamaan Dalam
Negeri, Pengurus Pondok Pesantren Seluruh Indonesia, dan Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi menindaklanjuti pemberitahuan kepada
kepala Dinas, pengurus pondok pesantren dan Instansi terkait di
Kabupaten/Kota

18
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pertemuan sosialisasi
dan koordinasi kegiatan dengan melibatkan Pondok Pesantren,
Puskesmas, Poskestren, Organisasi Masyarakat, LSM, Perangkat
Desa/Kelurahan, dan Lintas Sektor
4. Pertemuan sosialisasi dan koordinasi kegiatan bertujuan untuk:
• Mendapatkan komitmen Pondok Pesantren, Puskesmas, Poskestren,
Perangkat Desa/Kelurahan, dan Lintas Sektor serta kesiapannya
untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
• Menyepakati jadwal pelaksanaan kegiatan
• Menyepakati sasaran penemuan aktif di tempat khusus yaitu
Pondok Pesantren
• Menyepakati pembagian area kerja dan petugas pelaksana
• Menyepakati kader aktif yang terlibat pada kegiatan
• Menentukan koordinator lapangan
• Mempersiapkan perangkat kegiatan: leaflet TBC, Formulir
Penemuan Aktif di Tempat Khusus, Formulir Rujukan, Formulir
Rekap (contoh formulir terlampir)

2.3.2 PELAKSANAAN
1. Tenaga kesehatan, kader kesehatan, kader kesehatan pesantren dan
petugas yang berwenang mengunjungi Pondok Pesantren
2. Tenaga kesehatan, kader dan petugas yang berwenang memberikan
informasi seputar TBC terutama penjelasan penyakit TBC (gejala TBC,
cara penularan, cara pengobatan, tes dahak dst)
3. Tenaga kesehatan/Kader melakukan skrining gejala dan faktor
risikoTBC pada semua orang yang tinggal di pondok pesantren
4. Rujukan diberikan bila mengalami batuk (semua jenis) dan salah satu
gejala tambahan. Gejala tambahan antara lain:
- Sesak Napas
- Berkeringat malam hari tanpa kegiatan
- Demam meriang > 1 bulan
- Berat badan turun
- Nafsu makan menurun
- Badan Lemas
- Pernah kontak dengan pasien TBC dalam 3 bulan terakhir

19
5. Jika menemukan terduga TBC, tenaga kesehatan, kader dan petugas
yang berwenang mengisi Surat Pengantar Pemeriksaan TBC dan
merujuk untuk mendapat pemeriksaan di layanan. Apabila diperlukan,
maka kader mendampingi terduga TBC untuk datang ke layanan.
Layanan rujukan untuk kegiatan penemuan kasus di Pondok Pesantren
adalah fasyankes setempat.
6. Tenaga kesehatan, kader dan petugas yang berwenang mencatat hasil
skrining dalam formulir Penemuan Aktif di tempat Khusus
7. Koordinator Lapangan bertugas untuk melakukan dokumentasi
kegiatan dengan peralatan yang dimiliki misalkan; kamera atau HP.
Dokumentasi adalah berupa foto atau video sederhana.

2.3.3 PENCATATAN DAN PELAPORAN


1. Tenaga kesehatan/Kader mengisi dan mencatat semua hasil skrining
ke dalam formulir rekapitulasi hasil skrining warga pesantren yang
kemudian diberikan kepada Koordinator Lapangan untuk direkap. Data
yang dilaporkan antara lain:
• Jumlah orang yang diedukasi dan diskrining TBC
• Jumlah orang terduga TBC yang ditemukan
• Jumlah pasien TBC
• Jumlah pasien TBC yang memulai pengobatan
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat rekap rekap dan laporan
kegiatan untuk dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi (paling lambat
20 Maret 2019)
3. Dinas Kesehatan Provinsi membuat rekap dan laporan kegiatan untuk
dilaporkan ke Subdirektorat Tuberkulosis Kementerian Kesehatan
melalui alamat email: htbs@tbindonesia.or.id dan
subdittb@tbindonesia.or.id dengan subject email Laporan HTBS
2019 Provinsi X (paling lambat 22 Maret 2019).

20
2.4 Penemuan Aktif Di Populasi Kunci
Definisi:
Kegiatan penemuan aktif dalam rangka HTBS 2019 di populasi kunci HIV,
dilakukan dengan mengutamakan metode penjangkauan sesuai dengan
karakteristik populasi kunci. Kegiatan penjangkauan adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh petugas penjangkau untuk memberikan
edukasi terkait HIV dan mengarahkan populasi kunci HIV untuk
mengetahui status HIV-nya agar dapat dilakukan penatalaksanaan
selanjutnya. Pada kegiatan ini akan dilakukan juga pemberian edukasi
TBC dilanjutkan dengan skrining gejala TBC. Pertanyaan terkait gejala
TBC sudah ada dalam formulir 1 (Penjangkauan) terlampir. Jika dari hasil
skrining ditemukan salah satu gejala TBC maka akan dirujuk untuk
dilakukan skrining ulang oleh petugas kesehatan di faskes terdekat.

Pelaksana:
Petugas penjangkau HIV, petugas kesehatan Puskesmas, Dinas Kesehatan
Kab/Kota

Waktu Pelaksanaan:
18 Februari – 18 Maret 2019

Target Sasaran:
Populasi Kunci HIV

21
Alur Pelaksanaan:

Dinas Kesehatan Kab/Kota berkoordinasi dengan


LSM/Kelompok Dampingan Populasi Kunci dan
Faskes Rujukan kelompok populasi kunci HIV

Kelompok Dampingan/Penjangkau
Populasi Kunci HIV

- Beri informasi mengenai HIV/AIDS,IMS dan


Tuberkulosis
- Berikan rujukan IMS dan tes HIV

HIV negatif atau status HIV positif


HIV tidak diketahui

Tanyakan gejala, antara lain :


Tanyakan gejala : - Batuk
Batuk ≥ 2 minggu - Demam
- Berkeringat malam tanpa aktifitas
- Berat Badan menurun tanpa sebab
jelas
Ada batuk ≥ 2 Tidak ada batuk ≥ 2 - Adanya tanda gejala TB Ekstraparu,
minggu minggu cth: KGB membesar di leher dan
aksila

Rujuk di layanan TB Lakukan skrining gejala


di FKTP/FKRTL saat kontak ulang

Ada salah satu gejala Tidak ada salah satu


gejala

Rujukake layanan PDP Lakukan skrining gejala


saat kontak ulang

Langkah Pelaksanaan:

2.4.1 PERSIAPAN
1. Kementerian Kesehatan bersurat kepada Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi dan Forum LSM HIV (anggotanya LSM HIV) serta lembaga
terkait tentang pemberitahuan pelaksanaan kegiatan

22
2. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Forum LSM HIV menindaklanjuti
pemberitahuan kepada kepala Dinas dan Instansi terkait di
Kabupaten/Kota
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pertemuan sosialisasi
dan koordinasi kegiatan dengan melibatkan Forum LSM HIV,
Puskesmas, Organisasi Masyarakat, LSM, Perangkat Desa/Kelurahan,
dan Lintas Sektor
4. Pertemuan sosialisasi dan koordinasi kegiatan bertujuan untuk:
• Mendapatkan komitmen dari CSO HIV, Puskesmas, Perangkat
Desa/Kelurahan, dan Lintas Sektor serta kesiapannya untuk
mendukung pelaksanaan kegiatan
• Menyepakati jadwal pelaksanaan kegiatan
• Menyepakati sasaran penemuan aktif pada populasi kunci HIV
• Menyepakati pembagian area kerja dan petugas pelaksana
• Menyepakati kader aktif yang terlibat pada kegiatan
• Menentukan koordinator lapangan
• Mempersiapkan perangkat kegiatan: leaflet TBC, Formulir 1
(Penjangkauan/pendampingan), Formulir Rujukan, Formulir Rekap
(contoh formulir terlampir)

2.4.2 PELAKSANAAN
1. Tenaga kesehatan dan petugas penjangkau/pendamping yang
berwenang mengunjungi populasi kunci HIV (Jika tersedia layanan
DOKLING/Mobile VCT, dapat melibatkan petugas TB Puskesmas pada
kegiatan tersebut)
2. Tenaga kesehatan, petugas penjangkau/pendamping memberikan
informasi seputar TBC terutama penjelasan penyakit TBC (gejala TBC,
cara penularan, cara pengobatan, tes dahak dst)
3. Petugas penjangkau/pendamping melakukan skrining gejala TBC pada
populasi kunci HIV
4. Rujukan diberikan bila mengalami batuk ≥ 2minggu (pada populasi
kunci HIV dengan status HIV negatif) dan minimal salah satu gejala
meliputi; Batuk, Demam, Berkeringat malam tanpa aktifitas, Berat
Badan menurun tanpa sebab jelas, Adanya tanda gejala TB

23
Ekstraparu, cth: KGB membesar di leher dan aksila (pada populasi
kunci HIV dengan status HIV positif)
5. Jika menemukan terduga TBC, petugas penjangkau/pendamping
merujuk untuk mendapat pemeriksaan penegakan diagnosis di
fasyankes rujukan pemeriksaan HIV/IMS. Apabila diperlukan, maka
petugas penjangkau/pendamping dapat mendampingi populasi TB
yang terduga TBC untuk datang ke layanan. Layanan rujukan untuk
kegiatan penemuan kasus di populasi kunci HIV adalah fasyankes
tempat rujukan populasi kunci untuk dilakukan pemeriksaan HIV/IMS.
6. Tenaga kesehatan akan melakukan konfirmasi hasil skrining
berdasarkan rujukan dari petugas penjangkau/pendamping dan
menentukan apakah rujukan populasi kunci terduga TB atau tidak.
Apabila terduga TB tenaga kesehatan akan melakukan pemeriksaan
diagnosis TB dan pengobatan TB apabila terdiagnosis TB.
7. Petugas penjangkau akan merujuk ke petugas pendamping untuk
memberikan dukungan Pengawas Menelan Obat (PMO) jika
dibutuhkan.
8. Koordinator Lapangan bertugas untuk melakukan dokumentasi
kegiatan dengan peralatan yang dimiliki misalkan; kamera atau HP.
Dokumentasi adalah berupa foto atau video sederhana.

2.4.3 PENCATATAN DAN PELAPORAN

1. Petugas penjangkau/pendamping menggunakan form yang disepakati


dalam melakukan rujukan populasi kunci yang terduga TB
2. Tenaga kesehatan di faskes mencatat rujukan populasi yang
terkonfirmasi terduga TB di buku register TB06 kolom 11
(Dirujuk/Dikirim Oleh) sebagai penjangkau/pendamping populasi
kunci HIV.
3. Tenaga kesehatan mencatat di formulir TB05 untuk permintaan
pemeriksan diagnosis TBC
4. Tenaga kesehatan melakukan pencatatan di formulir TB01 apabila
terdiagnosis TB pada lembar depan kolom (Dirujuk/Dikirim Oleh)
sebagai penjangkau/pendamping populasi kunci HIV.

24
5. Tenaga kesehatan/kader kesehatan membuat rekap dan laporan
kegiatan untuk dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (paling
lambat 18 Maret 2019). Data yang dilaporkan antara lain:
Untuk petugas penjangkau/pendamping :
• Jumlah populasi kunci HIV yang diberikan edukasi informasi dasar
TB dan dilakukan skrining TB.
• Jumlah populasi kunci HIV terduga TBC yang ditemukan
• Jumlah populasi kunci HIV terduga TBC yang dirujuk ke faskes

Untuk tenaga kesehatan (rujukan kelompok populasi kunci) :

• Jumlah populasi kunci HIV terduga TBC yang dirujuk oleh petugas
penjangkau/pendamping dan dikonfirmasi oleh petugas TB sebagai
terduga TB (TB06)
• Jumlah populasi kunci HIV terduga TBC yang diperiksa dahak
dengan mikroskopik (TB06)
• Jumlah populasi kunci HIV terduga TBC yang diperiksa dahak
dengan TCM (TB06)
• Jumlah populasi kunci HIV yang diperiksa dahak dengan
mikroskopik dan terdiagnosis TBC (TB06,TB03)
• Jumlah populasi kunci HIV yang diperiksa dahak dengan TCM dan
terdiagnosis TBC (TB06, TB03)
• Jumlah populasi kunci HIV yang diperiksa dahak dengan
mikroskopik, terdiagnosis TBC dan mendapatkan pengobatan TB
(TB03)
• Jumlah populasi kunci HIV yang diperiksa dahak dengan TCM,
terdiagnosis TBC dan mendapatkan pengobatan TB (TB03)
6. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat rekap rekap dan laporan
kegiatan untuk dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi (paling lambat
20 Maret 2019)
7. Dinas Kesehatan Provinsi membuat rekap dan laporan kegiatan untuk
dilaporkan ke Subdirektorat Tuberkulosis Kementerian Kesehatan
melalui alamat email: htbs@tbindonesia.or.id dan
subdittb@tbindonesia.or.id dengan subject email Laporan HTBS
2019 Provinsi X (paling lambat 22 Maret 2019).

25
Lampiran 1. Formulir TBC.16K untuk Investigasi Kontak
Lampiran 2. Formulir TBC.16RK untuk Investigasi Kontak
Lampiran 3. Pelaporan Survei Batuk untuk Lapas/Rutan
Lampiran 4. Form Penemuan Kasus TBC oleh Kader di Pondok Pesantren, Asrama dan Kompleks Perumahan TNI
Lampiran 5. Formulir Rekapitulasi Penemuan Kasus dalam Rangka HTBS 2019
Lampiran 6. Surat Pengantar Pemeriksaan TBC

Anda mungkin juga menyukai