Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Partisipan dalam penelitian gambaran status gizi terhdap kejadian anemia


pada siswi SMP Baitulrahman adalah sebanyak 52 siswi. Partisipan ini terdiri dari
kelas tujuh dan kelas delapan, masing-masing terdapat tiga kelas dan dua kelas.

4.1 Karakteristik Partisipan


Jumlah partisipan yang turut serta dalam melakukan penelitian sehubungan
dengan gambaran status gizi terhadap kejadian anemia pada siswi SMP
Baitulrahman di Kota Bekasi adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Jumlah Siswi Antar Kelas


kelas Jumlah (siswi)
tujuh 29
delapan 23
Total 52

Tabel 4.1 dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok berdasarkan kelas.


Terdapat 55% jumlah siswi kelas tujuh dan 45% jumlah siswi kelas delapan.

4.2 Gambaran Status Gizi Siswi SMP Baitulrahman Kota Bekasi


Gambaran status gizi dibagi ke dalam empat kategori yaitu kurus, normal,
gemuk dan obesitas. Hasil pengukuran secara fisik terhadap siswi SMP
Baitulrahman dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Status Gizi Siswi SMP Baitulrahman Kota Bekasi


Kurus Normal Gemuk Obesitas Total (siswi)
44 (84.61%) 0 (0%) 4 (7.6%) 4 (7.6%) 52

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 52 siswi yang diperiksa terdapat 84.61%
siswi yang menempati kategori kurus terbanyak dibandingkan kategori lainnya.

26
27

4.2.1 Perbandingan Status Gizi Antar Angkatan Pada Siswi SMP


Baitulrahman Kota Bekasi
Perbandingan status gizi antara kelas tujuh dan kelas delapan dapat dilihat
pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Perbandingan Status Gizi Antar Angkatan


Keterangan Kelas Presentase Presentase
Kelas Delapan
Tujuh (%) (%)
Kategori kurus 23 79.31 21 91.30
Kategori 0 0
0 0
normal
Kategori 10.34 4.35
3 1
gemuk
Kategori 10.34 4.35
3 1
obesitas
Jumlah 29 23

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa kategori kurus merupakan kategori terbanyak


yang dialami oleh siwi kelas tujuh maupun kelas delapan di SMP Baitulrahman
yang masing-masing presentasenya adalah 79% dan 91%
Status gizi adalah hal yang patut diperhatikan oleh responden terkait
dengan risiko terjadinya anemia. Status gizi dapat diukur secara langsung dan
tidak langsung. Akan tetapi adanya permasalahan gizi (gizi kurang maupun
lebih) tidak dapat langsung terjadi, akan tetapi bisa terlihat setelah kondisi
kekurangan yang cukup lama. Hal ini yang banyak diabaikan oleh remaja. Pada
remaja sendiri banyak yang justru membatasi konsumsi makanan (diet),
sehingga akan mempengaruhi status gizi remaja. 2,6,7
Pengukuran status gizi yang diambil sebagai indikator adalah IMT (Indeks
Massa Tubuh). Pada pengukuran IMT, berat badan dan tinggi badan adalah
indikator yang harus diukur. Tinggi badan adalah gambaran zat gizi masa
lampau, yaitu akumulasi gizi dari lahir hingga saat ini. Berat badan adalah zat
gizi saat ini yaitu asupan makanan yang dikonsumsi saat ini dan gambaran zat
gizi yang paling berpengaruh adalah karbohidrat dan lemak. IMT adalah
28

gambaran dari konsumsi karbohidrat, lemak dan sebagian kecil protein dan
mineral serta penggunaan energi. 2,6,7
IMT adalah perbandingan dari berat badan dan tinggi badan, di dalam
kejadian anemia yang paling mempengaruhi adalah berat badan pada remaja
putri. Di dalam berat badan adalah gambaran zat gizi masa sekarang yang
rentang terhadap perubahan2,6,7
Kurangnya asupan gizi pada remaja putri umumnya kekurangan zat gizi makro
seperti karbohidrat, protein, lemak dan kekurangan zat gizi mikro seperti vitamin
dan mineral. Kurangnya zat gizi makro dan mikro dapat menyebabkan tubuh
menjadi kurus dan berat badan turun drastis, pendek, sakit terus menerus dan
anemia. Remaja sangat membutuhkan asupan zat besi untuk membentuk sel darah
merah.2,6,7

4.3 Gambaran Kejadian Anemia Pada Siswi SMP Baitulrahman Kota Bekasi
Gambaran kejadian anemia pada siswi SMP Baitulrahman Kota Bekasi dibagi
dalam empat kategori yaitu normal, anemia ringan, anemia sedang, dan anemia
berat. Hasil pemeriksaan kadar hb pada siswi SMP Baitulrahman dapat dilihat
pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Gambaran kejadian anemia pada siswi SMP Baitulrahman Kota Bekasi
Normal Anemia Ringan Anemia Anemia Total (siswi)
Sedang Berat
31( 59.61%) 12 (23.07%) 1 (1.92&) 8 (1.53%) 52

Tabel 4.4 menunjukkan sebanyak 59.61% siswi SMP Baitulrahman tidak


mengalami kejadian anemia. Namun terdapat 23.07% siswi mengalami anemia
ringan.

4.3.1 Perbandingan Kejadian Anemia Antar Angkatan Pada Siswi SMP


Baitulrahman Kota Bekasi
Gambaran kejadian anemia ini dibandingkan antara kelas tujuh dan kelas
delapan. Hasil pemeriksaan kadar hb antar angkatan dapat dilihat pada Tabel 4.5.
29

Tabel 4.5 Perbandingan kejadian anemia antar angkatan


Kelas Normal Anemia Anemia Anemia Jumlah
ringan sedang berat (siswi)
Tujuh 20 4 0 5 29
Delapan 11 8 1 3 23

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa setiap angkatan antara kelas tujuh dan kelas
delapan terbanyak menduduki kategori normal yaitu masing- masing sebanyak
68% dan 47%.
Zat besi (Fe) merupakan mikro elemen yang esensial bagi tubuh, zat ini
terutama diperlukan dalam pembentukan hb. Berbagai faktor dapat mempengaruhi
terjadinya anemia defisiensi besi antara lain pola makan, pola haid, pengetahuan
tentang anemia defisiensi besi, pengetahuan tentang zat-zat yang memicu dan
menghambat absorpsi besi (vitamin C dan teh). 2,6,7
Asupan zat besi selain dari makanan adalah melalui suplemen tablet zat besi.
Suplemen ini biasanya diberikan pada golongan rawan kekurangan zat besi, yaitu
balita, anak sekolah, wanita usia subur, dan ibu hamil. Pemberian suplemen tablet
zat besi pada golongan tersebut dilakukan karena kebutuhannya akan zat besi
yang sangat besar, sedangkan asupan dari makanan saja tidak dapat mencukupi
kebutuhan tersebut. Makanan yang banyak mengandung zat besi antara lain
daging, terutama hati dan jeroan, aprikol, prem kering, telur, polong kering,
kacang tanah, dan sayuran berdaun hijau. 2,6,7
Terdapat 2 jenis zat besi dalam makanan, yaitu zat besi yang berasal dari
hem dan bukan hem. Walaupun kandungan zat besi hem dalam makanan hanya
antara 5-10 %, tetapi penyerapannya mencapai 25% (dibandingkan dengan zat
besi non hem yang penyerapannya hanya 5 %). Makanan hewani seperti
daging, ikan, dan ayam merupakan sumber utama zat besi hem. Zat besi yang
berasal dari hem merupakan penyusun hemoglobin. Zat besi non hem terdapat
dalam pangan nabati, seperti sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan
buah-buahan. 2,6,7
30

Penyerapan zat besi non hem sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor


penghambat maupun pendorong, sedangkan zat besi hem tidak. Asam askorbat
(Vitamin C) dan daging faktor utama yang mendorong penyerapan zat besi
dikenal sebagai MFP (meat, fish, poultry) faktor. Pada penelitian ini didapatkan
responden tidak mengalami anemia, kemungkinan karena responden sehari-hari
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi hem, non hem maupun
mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi vitamin C. Makanan tersebut
dikonsumsi tanpa bersamaan dengan makanan atau minuman yang dapat
menghambat penyerapan zat besi seperti teh, kopi, coklat, susu atau olahan
susu lainnya. 2,6,7

4.4 Hubungan dan pengaruh antara berat dan tinggi badan terhadap
kejadian anemia diantar angkatan di SMP Baitulrahman
Uji hipotesis mengenai hubungan dan pengaruh antara berat dan tinggi badan
terhadap kejadian anemia diantara angkatan di SMP Baitulrahman dilakukan
setelah uji normalitas. Jika data tidak berdistribusi normal maka data tersebut
harus ditransformasikan terlebih dahulu untuk menjadi data yang normal.

4.4.1 Uji Normalitas


Penelitian yang dilakukan memperoleh data sebanyak 51 responden. Data
tersebut harus diuji normalitas terlebih dahulu dengan menggunakan Uji
Kolmogrov-smirnov. Hasil uji normalitas antara pengetahuan dan sikap dapat
dilihat di Tabel 4.6

Tabel 4.6 Uji normalitas


Kolmogrov-smirnov
Statistic df Sig. (p)
Status Gizi 1.453 51 .029
Hb 1.359 51 .050
*ket : p<0,05 dikatakan normal
31

Hasil uji normalitas menujukkan nilai signifikansi antara pengetahuan dan


sikap adalah 0,029 dan 0,050. Suatu data dikatakan normal apabila nilai p <0,05.
Uji normalitas antara status gizi dan hb tersebut memiliki distribusi normal.
Dengan demikian untuk mencari hubungan antara pengetahuan dan sikap dokter
umum menggunakan Uji Korelasi Pearson.
4.4.2 Korelasi antara Status Gizi dan Hb
Kekuatan hubungan antara status gizi dan hb ditunjukkan oleh Uji korelasi
Pearson. Kekuatan hubungan tersebut dapat dilihat di Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Korelasi antara status gizi dan hb umum


Hb
Koefisien Korelasi (r) Sig. (p)
Status gizi .208 .142
*p<0,05 dikatakan signifikan

Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa secara statistik tidak


terdapat hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian anemia. Nilai
p=0,142. Koefisien korelasi negatif sebesar 0,208 yang menunjukkan hubungan
lemah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tenri
Yamin yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan
kejadian anemia. Namun terdapat perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Wahyu Putri Handayani yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara status
gizi dengan kejadian anemia. Perbedaan hasil ini kemungkinan dikarenakan
perbedaan responden, waktu dan tempat penelitian.

4.5 Keterbatasan Penelitian


Dalam melakukan penelitian yaitu peneliti tidak mengkonfirmasi pola
konsumsi sehari-hari kepada responden, faktor-faktor lain yang berhubungan
dengan kejadian anemia seperti lama dan banyaknya menstruasi, penyakit
cacing,dll; Penelitian hanya dilakukan pada satu sekolah dan periode tertentu dan
tidak dilakukan secara terus-menerus. Hasil penelitian ini tidak dapat
32

digeneralisasikan karena penelitian hanya dilakukan pada satu lokasi yaitu siswi
SMP Baitulrahman kelas tujuh dan kelas delapan.

Anda mungkin juga menyukai