Anda di halaman 1dari 2

Peranan Politik Hukum Dalam Pembangunan Hukum Nasional Indonesia

PERANAN POLITIK HUKUM DALAM

PEMBANGUNAN HUKUM NASIONAL INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

Politik hukum Indonesia sangat berkaitan dengan realita sosial dan tradisional yang terdapat di
dalam negara Indonesia (faktor internal), serta politik hukum internasional (faktor eksternal). Faktor
internal antara lain meliputi latar belakang sejarah, kebudayaan dan adat – istiadat, serta cita – cita
masyarakat atau bangsa Indonesia. Perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia
sejak Orde Lama (ORLA), Orde Baru (ORBA) sampai dengan Orde Reformasi sekarang ini mengalami
perubahan yang sangat besar terutama dalam rangka mewujudkan tujuan gerakan reformasi di
bidang hukum yang diimplementasikan melalui beberapa kebijakan hukum diantaranya dengan
melakukan perubahan (amandemen) terhadap Undang – Undang Dasar 1945.

Namun demikian, meskipun terhadap Undang – Undang Dasar 1945 telah dilakukan amandemen
beberapa kali, orientasi pembangunan hukum harus tetap mencerminkan / merefleksikan kehendak
untuk terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil
dan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan negara yang maju
dan demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945 (a reflection of willing to
nicrease continually the Indonesians’ prosperity which is just and well distributed, to develop a social
life and carry out a developed a democratic and democratic country based on Pancasila and 1945
Constitution). Pancasila merupakan dasar filsafat dan sumber dari segala sumber hukum negara
Republik Indonesia yang secara resmi disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
pada tanggal 18 Agustus 1945 dan dicantumkan dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia tahun II No. 7 bersama – sama dengan batang tubuh UUD 1945.

Dalam perjalanan sejarah, sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia mengalami berbagai
interpretasi dan manipulasi politik sesuai dengan kepentingan dan arah politik hukum penguasa
(rejim) untuk mempertahankan kekuasaannya. Dengan perkataan lain, Pancasila tidak diposisikan
sebagai pandangan hidup (way of life) bangsa dan negara Indonesia, melainkan direduksi dan
dimanipulasi demi kepentingan politik rajim yang berkuasa. Begitu pula, peranan politik hukum
pemerintah dalam pembangunan hukum nasional pada hakekatnya tidak lagi bertujuan untuk
“menciptakan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Kenyataan yang sebenarnya (in concreto) bahwa politik hukum sangat berhubungan dengan
kepentingan politik penguasa, dapat dikemukakan sebagai fakta sejarah yaitu pedoman politik
pemerintah Hindia Belanda di Indonesia pada waktu dahulu didasarkan pada Wet op de
staatsinrichting van Ned – Indie, khususnya yang termaktub dalam pasal 131 jo. pasal 163 Indische
Staatsregeling Stb. 1854 (sebelum itu pasal 75 Regeringsreglement), yang pada pokoknya sebagai
berikut:

1. Hukum Perdata dan dagang (begitu pula hukum pidana beserta Hukum Acara Perdata dan
Pidana) harus diletakkan dalam kitab undang – undang, yaitu dikodifisir.

2. Untuk golongan bangsa Eropah dianut (dicontoh) perundang – undangan yang berlaku di
Negeri Belanda (azas konkordansi).

3. Untuk golongan bangsa Indonesia asli dan Timur Asing (Tionghoa, Arab dan sebagainya), jika
ternyata “kebutuhan kemasyarakatan” mereka menghendakinya, dapatlah peraturan – peraturan
untuk bangsa Eropah dinyatakan berlaku bagi mereka, baik seutuhnya maupun dengan perubahan –
perubahan dan juga diperbolehkan membuat suatu peraturan baru bersama, untuk selainnya harus
diindahkan aturan – aturan yang berlaku di kalangan mereka, dan boleh diadakan penyimpangan jika
diminta oleh kepentingan umum atau kebutuhan kemasyarakatan mereka (ayat 2).

4. Orang Indonesia asli dan orang Timur Asing, sepanjang mereka belum di bawah suatu peraturan
bersama dengan bang

Anda mungkin juga menyukai