26 PDF
26 PDF
Budi Antoro
Dosen Ilmu Keperawatan STIKES MITRA LAMPUNG
e-mail: budy_only@yahoo.co.id
Abstrak: Pengaruh Senam Asma Terstruktur Terhadap Peningkatan Arus Puncak Ekspirasi (Ape)
Pada Pasien Asma. Asma merupakan proses peradangan kronis yang menyebabkan edema mukosa,
sekresi mucus, dan peradangan pada saluran nafas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
pengaruh senam asma terstruktur terhadap peningkatan arus puncak ekspirasi (APE) pada pasien asma.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi eksperimental dengan desain pretest-postest with
control group design. Sampel berjumlah 38 responden dipilih menggunakan purposive sampling. Hasil
uji statistik tidak ada perbedaan rerata peningkatan arus puncak ekspirasi sesudah senam asma pada
kelompok intervensi dan kontrol p=.616, (>0.05). Namun hasil uji statistik ada perbedaan yang signifikan
rerata peningkatan arus puncak ekspirasi sesudah senam asma terstruktur pada kelompok intervensi
p=.037, (<0.05). Usia paling signifikan mempengaruhi peningkatan arus pucak ekspirasi p=.000,
sedangkan Jenis kelamin dan pekerjaan tidak signifikan pengaruhi peningkatan arus puncak ekspirasi.
Dari penelitian ini disarankan agar petugas kesehatan tentang pentingnya senam asma terstruktur guna
meningkatkan arus puncak ekspirasi menjadi lebih optimal.
Kata Kunci: asma, pasien asma, senam asma terstruktur, arus puncak ekpirasi (APE).
Asma bronkial merupakan penyakit inflamasi kronis Meskipun asma merupakan penyakit yang
saluran napas yang melibatkan berbagai sel dikenal luas dimasyarakat secara umum namun
inflamasi, khususnya sel mast, eosinofil, limfosit T, kurang dipahami hingga timbul anggapan dari
makrofag, neutrofil dan sel-sel epitel. Pada individu sebagian dokter dan masyarakat bahwa asma
yang peka, inflamasi ini menyebabkan episode merupakan penyakit yang sederhana serta mudah
berulang mengi (wheezing), susah bernapas, dada diobati, timbul kebiasaan dari dokter dan pasien
sesak dan batuk, terutama pada malam atau pagi untuk mengatasi gejala asma hanya saat gejala sesak
hari. Inflamasi ini juga menyebabkan peningkatan nafas dan mengi dengan pemakaian obat-obatan
respons saluran napas terhadap berbagai rangsangan. bronkodilator saja, tetapi tidak dengan mengelola
(Hariadi, 2010). asma secara lengkap sehingga bisa bersifat menetap
Data Report Word Healt Organitation tahun dan penurunan produktivitas serta penurunan
2011 (WHO) menunjukkan 300 juta orang di dunia kualitas hidup dan komplikasi lanjutan. (Dahlan,
terdiagnosa asma dan diperkirakan akan meningkat 2000).
menjadi 400 juta orang di tahun 2025. Serta Dengan update perkembangan dunia
kematian asma mencapai 250.000 orang pertahun. kesehatan saat ini, perawat dibutuhkan sebagai
Di America Serikat prevalesi asma mencapai 8,4% pemberi asuhan keperawatan yang lebih khususnya
pada tahun 2009 dan terus meningkat hingga pada pasien asma. Perawat mempunyai wewenang
mencapai 17,8% pada tahun 2011. dalam memberikan tindakan atau intervensi baik
Di Indonesia prevalensi penyakit asma mandiri maupun kolaboratif. Tindakan-tindakan
meningkat dari 5,4% pada tahun 2003 menjadi 5,7% keperawatan yang dilakukan mulai dari tindakan
di tahun 2013 (dari total penyakit tidak menular) dan preventif yaitu upaya promosi kesehatan untuk
pasien asma di Indonesia usia terbanyak berumur mencegah terjadinya penyakit.
<40 tahun (RIKESDAS, 2013). Yayasan Asma Indonesia (YAI) telah merancang
Menurut Badan Litbangkes, 2008. Hasil senam bagi peserta Klub Asma yang disebut Senam
diagnosis Prevalensi asma adalah 1,9%. Prevalensi Asma Indonesia. Tujuan Senam Asma Indonesia
asma di Provinsi Lampung berkisar antara 1,5% dan adalah melatih cara bernafas yang benar,
di Gorontalo 7,2%. Terdapat 17 Provinsi dengan melenturkan dan memperkuat otot pernapasan,
prevalensi asma lebih tinggi dari angka nasional melatih eskpektorasi yang efektif, juga
diantaranya Provinsi Aceh sebesar 4,9%, Provinsi meningkatkan sirkulasi. Senam ini dapat dilakukan
Jawa Barat sebesar 4,1%, Provinsi Sulawesi Tengah tiga hingga empat kali seminggu dengan durasi
sebesar 6,5%. sekitar 30 menit. Senam akan memberi hasil bila
69
70 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 1, April 2015, hlm 69-74
wiraswasta, sebagai pedagang dimana pedagang ml/mnt, sedangkan pada kelompok kontrol rerata
dengan aktifitas yang padat dipasar dapat membuat arus puncak ekspirasi adalah 8.95. Pada beberapa
stress pasien sehingga dapat menyebabkan penyakit pernapasan terutama asma, resistensi aliran
kekambuhan penyakit asma. udara menjadi besar terutama selama ekspirasi, hal
2. Nilai rerata Arus puncak ekspirasi sebelum dan ini melahirkan suatu konsep yang disebut aliran
sesudah senam asma pada kelompok intervensi ekspirasi maksimum yaitu bila seseorang melakukan
dan kontrol ekspirasi dengan sangat kuat, maka aliran udara
Hasil analisis didapatkan nilai rerata arus ekspirasi mencapai aliran maksimum dimana aliran
puncak ekspirasi (APE) pada kelompok intervensi tidak dapat ditingkatkan lagi walaupun dengan
pada pengukuran sebelum senam asma 329.47 peningkatan tenaga yang besar. Aliran ekspirasi
ml/mnt sesudah senam asma 342.11 ml/mnt. Terlihat maksimum jauh lebih besar bila paru terisi dengan
nilai mean perbedaan antara sebelum dan sesudah volume udara yang besar dari pada bila paru hampir
12.63 ml/mnt dengan Standar deviasi 24.45 l/mnt 9. kosong. Pada volume paru yang menjadi lebih kecil,
Hasil uji statistik di dapat nilai t=-2.251 dengan p= maka aliran ekspirasi maksimum juga menjadi
.037, maka dapat di simpulkan ada perbedaan yang berkurang. Pada penyakit obstruksi saluran nafas
signifikan antara nilai arus puncak ekspirasi sebelum yang salah satunya adalah asma biasanya pasien
dan sesudah melakukan senam asma. mengalami lebih banyak kesukaran waktu ekspirasi
Sedangkan hasil analisis pada kelompok dari pada inspirasi, sebab kecenderungan
kontrol didapat rerata arus puncak ekspirasi (APE) menutupnya saluran nafas sangat meningkat dengan
didapat pengukuran sebelum senam asma 347.37 tekanan posistif dalam dada selama ekspirasi residu
ml/mnt, sesudah senam asma 356.32 ml/mnt. (Guyton & Hall 2014).
Terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran Menurut teori gerakan senam asma khususnya
sebelum dan sesudah senam adalah 8.94 dengan gerakan erobik 1, 2 dan 3. Tujuan dari gerakan
Standar deviasi 20.247. Hasil uji statistik di dapat tersebut adalah melatih pernapasan dimana melatih
nilai t=1.926 dengan p=.070, maka dapat di dan mengontrol ekspirasi dan inspirasi untuk
simpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan pengeluaran CO2 dari tubuh yang tertahan karena
antara nilai arus puncak ekspirasi sebelum dan obstruksi saluran nafas. Karena ventilasi mendahului
sesudah melakukan senam asma. peningkatan pembentukan karbondioksida dalam
3. Perbedaan Arus puncak ekspirasi (APE) sesudah darah sehingga otak mengadakan suatu rangsangan
senam asma pada kelompok intervensi dan antisipasi pernapasan pada permulaan latihan,
kontrol menghasilkan ventilasi alveolus ekstra bahkan
Hasil analisis didapat rerata arus puncak sebelum hal ini dibutuhkan. Tetapi kira-kira setelah
ekspirasi pada kelompok intervensi adalah 12.63 30 sampai 40 detik latihan, jumlah karbondioksida
ml/mnt dengan standar deviasi 24.459 dan standar yang dilepaskan dari otot aktif kemudian hampir
error 5.611, sedangkan pada kelompok kontrol rerata sama dengan peningkatan kecepatan ventilasi dan
arus puncak ekspirasi adalah 8.95 dengan standar PCO2 arteri kembali normal (Guyton & Hall, 2014).
deviasi 20.247 dengan standar error 4.645. Hasil uji Senam asma juga merupakan latihan aerobik
statistik nilai t=506 dengan p=616, (>0.05) berarti yang bertujuan untuk memperkuat otot pernafasan
tidak ada perbedaan yang signifikan rerata arus dan meningkatkan sirkulasi (Proverawati & widianti,
puncak ekspirasi sesudah senam asma pada 2010). Dengan meningkatnya sirkulasi dapat
kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. meningkatkan suplai oksigen ke sel-sel otot
4. Pengaruh Faktor usia, jenis kelamin dan pekerjaan termasuk otot pernafasan, sehingga proses
terhadap peningkatan arus puncak ekspirasi (APE) metabolisme terutama metabolisme aerob meningkat
Hasil analisis didapat dari kotak table model dan energi tubuh juga akan meningkat (Guyton &
summary didapatkan nilai R square sebesar 0,675, Hall, 2014). Hasil penelitian ini juga di dukung oleh
hanya faktor usia pada pasien asma yang melakukan penelitian Camelia (2008) Senam asma berpengaruh
senam asma yang paling berpengaruh terhadap terhadap peningkatan kekuatan otot pernapasan
peningkatan arus puncak ekspirasi (APE) p=000. v(P=0.0005, a=0.05) dan fungsi paru (P=0.0005,
sedangkan variabel jenis kelamin dan pekerjaan a=0.05). Hasil penelitian ini juga sependapat dengan
tidak mempegaruhi arus puncak ekspirasi. Supriyantoro (2004), yang menyatakan senam akan
memberi hasil bila dilakukan sedikitnya 6 sampai 8
PEMBAHASAN minggu. Pasien asma harus terus melakukan senam
Dari data diatas didapat rerata arus puncak ekspirasi asma secara rutin dan benar untuk mendapatkan
pada kelompok intervensi adalah 12.63
Antoro, Pengaruh Senam Asma Terstruktur Terhadap Peningkatan Arus Puncak Ekspirasi (APE) 73
peningkatan arus puncak ekspirasi secara maksimal 2. Hasil nilai arus puncak ekspirasi sesudah senam
dan mengevaluasinya secara berkala. asma kelompok intervensi senam asma terstruktur
Dari data statistik di atas jelas sudah bahwa lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
dengan senam asma yang dilakukan oleh pasien kontrol.
asma baik derajat ringan maupun sedang selama 3. Hanya usia yang mempunyai pengaruh paling
enam minggu berturut-turut dapat meningkatkan dominan terhadap peningkatan arus puncak
arus puncak eksirasi (APE). ekspirasi (APE), sedangkan jenis kelamin dan
Secara uji statistik usia sangat dominan pekerjaan tidak mempengaruhi. Arah pengaruh
terhadap arus puncak ekspirasi, hal ini dapat usia bersifat negatif yang artinya semakin tinggi
disebabkan karena pasien asma yang mengikuti usia responden maka semakin rendah
senam asma rata-rata berusia 51 tahun, dimana usia peningkatan arus puncak ekspirasi (APE) pada
ini masih merupakan usia dewasa akhir. Secara pasien asma.
teoritis kekuatan otot pernapasan dan fungsi paru
akan menurun sesuai pertambahan usia, hal ini SARAN
disebabkan karena terjadi penurunan elastisitas 1. Bagi Petugas Rumah sakit
dinding dada. Perubahan struktur pernapasan di Diharapkan perawat ruangan khusus pernafasan
mulai awal dewasa pertengahan. Selama proses dan poli paru dapat mensosialisasikan serta
penuaan terjadi penurunan elastisitas alveoli, mengaplikasikan senam asma terstruktur sebagai
penebalan kelenjar bronchial, penurunan kapasitas salah satu therapy yang dapat digunakan dalam
paru dan peningkatan jumlah ruang rugi (Guyton & intervensi keperawatan pada pasien asma.
Hall, 2014). 2. Bagi Dunia Pendidikan
Diadakan senam asam dikampus sebagai olahraga
SIMPULAN DAN SARAN alternatif bagi pasien asma yang dapat
mengoptimalisasikan fungsi paru.
SIMPULAN 3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka Perlu penelitian lebih lanjut terkait dengan
kesimpulan penelitian sebagai berikut: pengaruh latihan senam asma, lamanya senam
1. Karakteristik dari 38 responden. Dimana usia sesuai dengan degradasi asma berat, sedang dan
rata-rata 51 th (min: 35-mak: 60) dan paling ringan.
banyak adalah usia dewasa akhir. Jenis kelamin
perempuan 23 (60.3%) dan pekerjaan paling
banyak adalah wiraswasta 12 (31,6%).
DAFTAR PUSTAKA
American Thorax Society, (2004). Pulmonary (3th Ed). ( Terjemahan oleh Petrus Adrianto,
rehabilitation. 2001). Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
http://www.rehab.research.va.gov/jour/03/40/ EGC.
5Sup2/, diperoleh 11 april 2014. Hastono, Sutanto Priyo. (2010). Analisis Data
Black, Joyce. M., & Hawk, Jane. H. (2014). Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Keperawatan Medikal Bedah.; Manajemen Universitas Indonesia.
klinis untuk hasil yang di harapkan, Indonesia Hudak & Gallo. (2005). Critical Care Nursing: A
: CV. Pentasada Media Edukasi. Holistic Approach.Philadelphia: J.B.
Brunner's & Suddarth. (2014). Keperawatan Lippincott Company.
Medikal Bedah. (11 ed). Jakarta. Penerbit (http://www.tempo.co/read/news/2013).
Buku Kedokteran EGC. Hoeman, Shirley, P. (1996). Rehabilitation Nursing:
Faisal Yunus. (2006). Penatalaksanaan Asma untuk Process and Application. (2Ed.), St. Louis:
Pertahankan Kualitas Hidup, Mosby.
http://www.compas.com , diperoleh tanggal Notoatmojo, S. (2002). Metodologi penelitian
11 April 2014). kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Faisal Yunus.dkk (2003). Senam Asma Indonesia Lemon – Burke, (2000), Medical Surgical Nursing,
Revisi 2003, Jakarta. Yayasan Asma New Jersey Mosby Company.
Indonesia. Mugi Handari, (2003), Jurnal Kesehatan.
Guyton, Arthur. C., & Hall. John., E. (2014). Human Yogyakarta, Surya Medika. diperoleh Tanggal
Physiology and Deseases Mechanism, 16 Mei 2014.
74 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 1, April 2015, hlm 69-74
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2006). Asma: Sahat Camalia. (2008). Pengaruh senam asma
Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan terhadap peningkatan kekuatan otot
di Indonesia. Jakarta. Fakultas pernafasan dan fungsi paru pada pasien
Kedokteran Universitas Indonesia. asma di perkumpulan senam asma rumah
http:/www.klikpdpi.com. sakit umum Tangerang. Tesis. Depok: FIK
Riskesdas, (2013). Riset Kesehatan Dasar. Badan UI. (Tidak diterbitkan).
penelitian dan pengembangan kesehatan Sugiyono. (2005). Statistik untuk Penelitian .
Kementerian kesehatan RI. 12 April 2014. Bandung. CV. Alfabeta.
http://depkes.go.id. Supriyantoro. (2004). Asma dan Kehidupan Sehari-
Slamet Hariadi. dkk. (2010). Buku ajar ilmu hari. Jakarta .Yayasan Asma Indonesia.
penyakit paru, Surabaya, Fakultas Widi Atmoko (2011). Prevalens Asma Tidak
Kedokteran UNAIR-RSUD Dr. Soetomo. Terkontrol dan Faktor-Faktor yang
Sundaru, H. (2007). Ed. 4. Asma apa dan Berhubungan dengan Tingkat Kontrol Asma
bagaimana pengobatannya. Jakarta: di Poliklinik Asma Rumah Sakit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Persahabatan, Jakarta. J Respir Indo Vol.
Sudoyo. AW, dkk. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit 31, No. 2, April 2011.
Dalam. Jilid II Edisi IV. Jakarta.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas
Indonesia.