Anda di halaman 1dari 21

Laporan Pendahuluan

A. Masalah utama
Waham
B. Proses terjadinya masalah
1. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan
kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh
orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah
kehilangan kontrol (Direja, 2011).
Waham curiga adalah keyakinan seseorang atau sekelompok orang
berusaha merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat, 2009).
Gangguan isi pikir adalah ketidakmampuan individu memproses
stimulus internal dan eksternal secara akurat. Gangguannya adalah berupa
waham yaitu keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan
dengan realitas. Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budayanya, serta tidak dapat diubah dengan
alasan yang logis. Selain itu keyakinan tersebut diucapkan berulang kali
(Kusumawati & Hartono, 2010).
Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan menilai dan
berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan
kenyataan sehingga muncul perilaku yang sukar untuk dimengerti dan
menakutkan. Gangguan ini biasanya ditemukan pada pasien skizofrenia
dan psikotik lain. Waham merupakan bagian dari gangguan orientasi realita
pada isi pikir dan pasien skizofrenia menggunakan waham untuk memenuhi
kebutuhan psikologisnya yang tidak terpenuhi oleh kenyataan dalam
hidupnya. Misalnya: harga diri, rasa aman, hukuman yang terkait dengan
perasaan bersalah atau perasaan takut mereka tidak dapat mengoreksi
dengan alasan atau logika (Kusumawati & Hartono, 2010).

2. Faktor predisposisi dan faktor presipitasi


a. Faktor predisposisi
1) Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan
interpersonal seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan
ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan
perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi
tidak efektif.
2) Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat
menyebabkan timbulnya waham.
3) Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
4) Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak ataupun
pembesaran ventrikel di otak.
5) Faktor genetik
b. Faktor presipitasi
1) Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti atau diasingkan dari kelompok.
2) Faktor biokimia
Dopamine, norepineprine, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menjadi penyebab waham pada seseorang.
3) Faktor psikologis
Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan

3. Tanda dan gejala


Menurut Kusumawati & Hartono, (2010) yaitu :
a. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)
Cara berfikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan
pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial).
b. Fungsi persepsi
Depersonalisasi dan halusinasi
c. Fungsi emosi
Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar, afek tidak
sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen.
d. Fungsi motorik.
Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, gerakan yang diulang-ulang,
tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia.
e. Fungsi sosial kesepian.
Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri rendah.
f. Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang sering
muncul adalah gangguan isi pikir: waham dan PSP: halusinasi.
Tanda dan gejala pada klien dengan waham menurut Direja, (2011) yaitu:
a. Terbiasa menolak makan
b. Tidak ada perhatian pada perawatan diri
c. Ekspresi wajah sedih dan ketakutan
d. Gerakan tidak terkontrol
e. Mudah tersinggung
f. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan
g. Menghindar dari orang lain
h. Mendominasi pembicaraan
i. Berbicara kasar
j. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan

4. Rentang respon

Adaptif Maladaptif

a. a. a.
Pikiran logis Pikiran kadang Gangguan proses
b.
Persepsi akurat menyimpang pikir: Waham
c. b.
Emosi konsisten illusi Halusinasi
b. c.
dengan Reaksi Kerusakan emosi
d.
pengalaman emosional Perilaku tidak
d.
Perilaku sosial berlebihan dan sesuai
e. e.
Hubungan sosial kurang Ketidakteraturan
e.
Perilaku tidak isolasi sosial
sesuai
f.
Menarik diri

Rentang respons neurobiologis Waham. (Sumber : Keliat, 2009).

5. Penatalaksanaan
Menurut Harnawati (2008) penanganan pasien dengan gangguan jiwa
waham antara lain:
a. Psikofarmalogi
1) Litium Karbonat
Paling sering digunakan untuk mengatasi gangguan bipolar, dengan
menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi sensitivitas dari
reseptor dopamine. Untuk tablet atau kapsul immendiate rease
biasanya diberikan 3 dan 4 kali sehari, sedangkan tablet controlled
release diberikan 2 kali sehari interval 12 jam. Pemberian dosis
litium harus dilakukan hati-hati dan individual, yakni berdasarkan
kadar dalam serum dan respon klinis.

2) Haloperidol
Haloperidol merupakan obat yang bekerja menekan pelepasan
hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular Activating
System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolisme basal, suhu
tubuh, tonus vasomotor. Diindikasikan sebagai pengobatan kelainan
tingkah laku berat pada anak-anak yang sering membangkang
eksplosif. Haloperidol juga efektif untuk pengobatan jangka pendek,
pada anak yang hiperaktif juga melibatkan aktivitas motorik berlebih
disertai kelainan tingkah laku seperti : impulsive, sulit memusatkan
perhatian, agresif, suasana hati yang labil dan tidak tahan frustasi.
Untuk dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:
a) Dewasa gejala sedang : 0,5-2mg, 2 atau 3 kali sehari
b) Dewasa gejala berat : 3-5mg, 2 atau 3 kali sehari
c) Tidak boleh diberikan pada anak-anak usia kurang dari 3 tahun.
d) Pada anak-anak dengan usia 3-12 tahun (berat badan 15-40kg)
obat mulai diberikan dengan dosis terkecil (0,5mg sehari).
3) Karbamazepin
Karbamazepin terbukti efektif, dalam pengobatan kejang psikomotor,
serta neuralgia trigeminal. Dosis:
a) Dewasa dan anak-anak : diatas 12 tahun
Dosis awal: 200mg 2x sehari untuk tablet/ 1 sendok teh 4x1 hari
suspense (400mg sehari). Umumnya dosisnya tidak melebihi
1000mg sehari pada anak usia 12-15 tahun dan 1200mg sehari
pada diatas 15 tahun.
b) Anak usia 6-12 tahun
Dosis awal: 100mg 2 kali sehari, untuk tablet atau ½ sendok teh
4x1 hari. Untuk suspense (200mg sehari), umumnya dosis tidak
melebihi 1000mg sehari.
c) Neuorologi trigeminal
Dosis awal pada hari pertama diberikan 100 mg 2x1 hari untuk
tablet atau ½ sendok teh 4x1 hari untuk suspense dengan dosis
total 200mg x 1 hari. Dosis ini dapat ditingkatkan sampai 200 mg
sehari dengan peningkatan sebesar 100mg tiap 12jam untuk
tablet /50 mg (setengah sendok teh) 4x1 hari untuk suspense,
hanya jika diperlukan untuk obat nyeri. Jangan melebihi dosis
1200 mgx 1 hari.

b. Klien Hiperaktif atau Agitasi Anti Psikotik Low Potensial


Penatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi untuk
pengamanan pasien. Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat anti
psikotik untuk pasien waham. Dimana pedoman penggunaan
antipsikotik adalah:
1) Tentukan target simptom
2) Antipsikosis yang telah berhasil masa lalu sebaiknya tetap
digunakan
3) Penggantian antipsikosis baru dilakukan setelah penggunaan
antipsikosis yang lama 4-6 minggu
4) Hindari polifarmasi
5) Dosis maintenans adalah dosis efektif terendah.
Contoh obat antipsikotik adalah:
a) Antipsikosis atipikal (olanzapin, risperidone).
Pilihan awal Risperidone tablet 1mg, 2mg, 3mg atau Clozapine
tablet 25mg, 100mg.
b) Tipikal (chlorpromazine, haloperidol), chlorpromazine 25-100mg
c. Penarikan Diri High Potensial
Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri dari
pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya
sendiri (khayalan dan pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu
penatalaksanaan pasien waham adalah penarikan diri high potensial.
Hal ini berarti penatalaksanaannya ditekankan pada gejala dari waham
itu sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan
morfin biasanya dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan
berikutnya, penarikan diri dari lingkungan sosial.

d. ECT Tipe Katatonik


Electro Convulsive Terapy (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus
listrik melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya
menyebabkan perubahan dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi
gejala penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik. ECT bisa
menjadi pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-obatan tidak
membantu meredakan katatonik episode.
e. Psikoterapi
Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun
psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua
orang, terutama jika gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses
terapi yang memerlukan komunikasi dua arah. Yang termasuk dalam
psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga,
terapi supportif.

C. Pohon masalah

Waham

Menarik diri

Harga diri rendah

Pohon Masalah (Direja, 2011).

D. Data yang perlu dikaji


1. Identifikasi Klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan
klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu
pertemuan, topik pembicaraan.
2. Keluhan Utama
Tanyakan pada keluarga atau klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan pada klien atau keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami,
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga dan tindakan kriminal.
4. Aspek Fisik
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu,
pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi
organ kalau ada keluhan.
5. Aspek Psikososial
a. Konsep Diri.
1) Citra tubuh: Biasanya pasien dengan waham miliki perasaan
negatif terhadap diri sendiri.
2) Identitas diri: Pada pasien dengan waham kebesaran misalnya
mengaku seorang polisi padahal kenyataannya tidak benar.
3) Peran klien: berperan sebagai kepala keluarga dalam
keluarganya.
4) Ideal diri: Klien berharap agar bisa cepat keluar dari RSJ karena ia
bosan sudah lama di RSJ.
5) Harga diri: Adanya gangguan konsep diri: harga diri rendah karena
perasaan negatif terhadapdiri sendiri,hilangnya rasa percaya diri
dan merasa gagal mencapai tujuan.
b. Hubungan Sosial
Pasien dengan waham biasanya memiliki hubungan sosial yang tidak
haramonis.
c. Spiritual.
1) Nilai dan Keyakinan: Biasanya pada pasien dengan waham agama
meyakini agamanya secara berlebihan.
2) Kegiatan Ibadah: Biasanya pada pasien dengan waham agama
melakukan ibadah secara berlebihan.
d. Status Mental.
1) Penampilan
Pada pasien waham biasanya penampilannya sesuai dengan
waham yang ia rasakan. Misalnya pada waham agama berpakaian
seperti seorang ustad.
2) Pembicaraan
Pada pasien waham biasanya pembicaraannya selalu mengarah
ke wahamnya, bicara cepat, jelas tapi berpindah-pindah, isi
pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.
3) Aktivitas Motorik
Pada waham kebesaran bisa saja terjadi perubahan aktivitas yang
berlebihan.
4) Alam Perasaan
Pada waham curiga biasanya takut karena merasa orang-orang
akan melukai dan mengancam membunuhnya. Pada waham
nihilistik merasa sedih karena meyakini kalau dirinya sudah
meninggal.
e. Interaksi Selama Wawancara
Pada pasien waham biasanya di temukan:
1) Defensif: selalu berusaha mempertahankan pendapat dan
kebenaran dirinya.
2) Curiga: menunjukkan sikap/ perasaan tidak percaya pada orang
lain.
f. Isi Pikir
Pada pasien dengan waham kebesaran biasanya: klien mempunyai
keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuannya yang
disampaikan secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.

g. Proses Pikir
Pada pasien waham biasanya pikiran yang tidak realistis, flight of ideas,
pengulangan kata-kata.
h. Tingkat Kesadaran
Biasanya masih cukup baik.

E. Diagnosa keperawatan jiwa


1. Waham
2. Menarik Diri
3. Harga Diri Rendah
F. Rencana tindakan keperawatan
No Diagnosa keperawatan NOC Intervensi
1 Waham Tujuan Umum : klien dapat berkomunikasi 1. Bina hubungan saling percaya dengan
dengan baik dan terarah menggunakan komunikasi teraupetik.
Tujuan Khusus (TUK1) : klien dapat membina a. Sapa klien dengan ramah baik verbal
hubungan saling percaya maupun nonverbal
Kriteria Hasil: b. Perkenalkan diri dengan sopan
1. Ekspresi wajah bersahabat c. Tanyakan nama lengkap dan nama yang
2. Ada kontak mata disukai klien
3. Mau berjabat tangan d. Jelaskan tujuan pertemuan
4. Mau menjabat salam e. Jujur dan menepati janji
5. Klien mau duduk berdampingan f. Tunjukkan rasa empati dan menerima
6. Klien mau mengutarakan isi klien dengan apa adanya
perasaannya 2. Jangan membantah dan mendukung waham
klien
a. Katakan perawat menerima kenyakinan
klien
b. Katakan perawat tidak mendukung
kenyakinan klien
3. Yakinkan klien dalam keadaan aman dan
terlindungi
a. “Anda berada dalam tempat yang aman
dan terlindungi”
b. Gunakan keterbukaan dan kejujuran,
jangan tinggalkan klien dalam keadaan
sendiri
4. Observasi apakah wahamnya mengganggu
aktivitas sehari-hari dan perawatan diri klien
Tujuan khusus (TUK 2): klien dapat 1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan
mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien yang realistis
Kriteria Hasil: 2. Diskusikan dengan klien kemampuan yang
1. Klien dapat mempertahankan aktivitas dimiliki pada waktu lalu dan saat ini
sehari-hari 3. Tanyakan apa yang bisa dilakukan (kaitkan
2. Klien dapat mengontrol wahamnya dengan aktivitas sehari-hari dan perawatan
diri) kemudian anjurkan untuk melakukan saat
ini
4. Jika klien selalu bicara mengenai wahamnya,
dengarkan sampai kebutuhan waham tidak
ada. Perawat perlu memperhatikan bahwa
pasien sangat penting.
Tujuan Khusus (TUK 3): Klien dapat 1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari
mengidentifikasi kebutuhan yang tidak dimiliki. 2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak
Kriteria hasil: terpenuhi selama di rumah maupun di RS.
1. Kebutuhan klien terpenuhi 3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi
2. Klien dapat melakukan aktivitas secara dengan timbulnya waham
terarah. 4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi
3. Klien tidak menggunakan/membicarakan kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan
wahamnya tenaga.
5. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu
untuk menggunakan wahamnya
Tujuan Khusus (TUK 4) : Klien dapat 1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas
berhubungan dengan realitas. (realitas diri, realitas orang lain, waktu dan
Kriteria hasil: tempat).
1. Klien dapat berbicara dengan realitas. 2. Sertakan klien dalam terapi aktivitas
2. Klien mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok kelompok: orientasi realitas.
3. Berikan pujian tiap kegiatan positif yang
dilakukan oleh klien
Tujuan Khusus (TUK 5) : Klien dapat 1. Diskusikan dengan keluarga tentang :
dukungan dari keluarga. a. Gejala waham
Kriteria hasil: b. Cara merawat
1. Keluarga dapat membina hubungan c. Lingkungan keluarga
saling percaya dengan perawat. d. Follow up dan obat.
2. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, 2. Anjurkan keluarga melaksanakan dengan
tanda dan tindakan untuk merawat klien bantuan perawat.
dengan waham
Tujuan Khusus (TUK 6) : Klien dapat 1. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang
menggunakan obat dengan benar. obat, dosis, dan efek samping obat dan akibat
Kriteria hasil: penghentian.
1. Klien dapat menyebutkan manfaat, efek 2. Diskusikan perasaan klien setelah minum
samping dan dosis obat. obat.
2. Klien dapat mendemonstrasikan 3. Berikan obat dengan prinsip lima benar dan
penggunaan obat dengan benar. observasi setelah minum obat
3. Klien dapat memahami akibat
berhentinya mengkonsumsi obat tanpa
konsultasi.
4. Klien dapat menyebutkan prinsip lima
benar dalam penggunaan obat.
2 Menarik diri TUM : Klien dapat berinteraksi dengan orang 1. Bina hubungan saling percaya dengan :
lain a. Beri salam setiap berinteraksi
TUK : b. Perkenalkan nama, nama panggilan
1. Pasien dapat membina hubungan saling perawat dan tujuan perawat berkenalan
percaya b. Tanyakan dan panggil nama kesukaan
Kriteria hasil: pasien
Setelah 1 x interaksi klien menunjukkan c. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji
tanda-tanda percaya kepada / terhadap setiap kali berinteraksi
perawat: a. Tanyakan perasaan pasien dan masalah
a. Wajah cerah, tersenyum yang dihadapi pasien
b. Mau berkenalan b. Buat kontak interaksi yang jelas
c. Ada kontakmata c. Dengarkan dengan penuh perhatian
d. Bersedia menceritakan perasaan ekspresi perasaan pasien
e. Bersedia mengungkapkan masalah

2. Pasien mampu menyebutkan penyebab 2. Tanyakan pada pasien tentang :


menarik diri a. Orang yang tinggal serumah atau
Kriteria hasil: sekamar pasien
Setelah 2 x interaksi klien dapat b. Orang yang paling dekat dengan pasien
menyebutkan minimal satu penyebab dirumah atau ruang perawatan
menarik diri : c. Apa yang membuat pasien dekat
a. Diri sendiri dengan orang tersebut
b. Orang lain d. Orang yang tidak dekat dengan pasien
c. Lingkungan dirumah atau diruang perawatan
e. Apa yang membuat pasien tidak dekat
orang dengan tersebut
f. Upayakan yang sudah dilakukan agar
dekat dengan orang lain
g. Diskusikan dengan pasien penyebab
menarik diri atau tidak mau bergaul
dengan orang lain
h. Beri pujian terhadap kemampuan pasien
mengungkapkan perasaan

3. Pasien mampumenyebutkan keuntungan 3. Tanyakan pada pasien tentang :


berhubungan sosial dan kerugian a. Manfaat hubungan sosial
menarik diri. b. Kerugian menarik diri
Kriteria hasil: c. Diskusikan bersama pasien tentang
Setelah 3 x interaksi dengan klien dapat manfaat berhubungan sosial dan
menyebutkan keuntungan berhubungan kerugian menarik diri
sosial, misalnya : d. Beri pujian terhadap kemampuan pasien
a. Banyak teman mengungkapkan perasaannya.
b. Tidak kesepian
c. Bisa diskusi
d. Saling menolong
e. Dan kerugian menarik diri, misalnya
:
1) Sendiri
2) Kesepian
3) Tidak bisa diskusi
4. Observasi perilaku pasien saat berhubungan
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
sosial secara bertahap 5. Beri motivasi dan bantu pasien untuk
Kriteria hasil: berkenalan atau berkomunikasi dengan:
Setelah 4 x interaksi klien dapat a. Perawat lain
melaksanakan hubungan sosial secara b. Pasien lain
bertahap dengan: c. Kelompok
a. Perawat 6. Libatkan pasien dalam terapi aktivitas
b. Perawat lain kelompok sosialisasi
c. Pasien lain 7. Diskusikan jadwal harian yang dapat
d. Kelompok dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
pasien bersosialisasi
8. Beri motivasi pasien untuk melakukan
kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah
dibuat
9. Beri pujian terhadap kemampuan pasien
10. Memperluas pergaulannya melalui aktivitas
yang dilaksanakan

5. Klien mampu menjelaskan perasaannya 11. Diskusikan dengan klien tentang perasaannya
setelah berhubungan sosial. setelah berhubungan sosial dengan:
Kriteria hasil: a. Orang lain
Setelah 5 x interaksi klien dapat b. Kelompok
menjelaskan perasaannya setelah 12. Beri pujian terhadap kemampuan klien
berhubungan sosial dengan : mengungkapkan perasaannya
a. Orang lain
b. Kelompok

6. Klien mendapat dukungan keluarga 13. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga
dalam memperluas hubungan sosial. sebagai pendukung untuk mengatasi prilaku
Kriteria hasil: menarik diri.
Setelah 6 x pertemuan keluarga dapat 14. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu
menjelaskan tentang: klien mengatasi perilaku menarik diri.
a. Pengertian menarik diri 15. Jelaskan pada keluarga tentang:
b. Tanda dan gejala menarik diri a. Pengertian menarik diri
b. Tanda dan gejala menarik diri
c. Penyebab dan akibat menarik diri
d. Cara merawat klien menarik diri
e. Latih keluarga cara merawat klien
menarik diri.
f. Tanyakan perasaan keluarga setelah
mencoba cara yang dilatihkan
g. Beri motivasi keluarga agar membantu
klien untuk bersosialisasi
h. Beri pujian kepada keluarga atas
keterlibatannya merawat klien dirumah
sakit.
7. Klien dapat memanfaatkan obat dengan
baik 16. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan
Kriteria hasil: kerugian tidak minum obat, nama, warna,
Setelah 7 x interaksi klien dosis, cara, efek terapi dan efek samping
menyebutkan: penggunaan obat
a. Manfaat minum obat 17. Pantau klien saat penggunaan obat
b. Kerugian tidak minum obat 18. Beri pujian jika klien menggunakan obat
c. Nama, warna, dosis, efek terapi dan dengan benar
efek samping obat 19. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa
d. Akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter
konsultasi dokter. 20. Anjurkan pasien untuk konsultasi kepada
dokter atau perawat jika terjadi hal hal yang
tidak diinginkan.

3 Harga diri rendah TUM : 1. Bina hubungan saling percaya :


Klien dapat melakukan hubungan sosial a. Sapa klien dengan ramah, baik verbal
secara bertahap. maupun nonverbal
TUK : b. Perkenalkan diri dengan sopan
1. Klien dapat membina hubungan saling c. Tanya nama lengkap klien dan nama
percaya. panggilan yang disukai klien
Kriteria hasil: d. Jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan
a. Klien dapat mengungkapkan menepati janji
perasaanya e. Tunjukkan sikap empati dan menerima
b. Ekspresi wajah bersahabat klien apa adanya
c. Ada kontak mata 2. Beri kesempatan untuk mengungkapkan
d. Menunjukkan rasa senang perasaanya tentang penyakit yang dideritanya
e. Mau berjabat tangan 3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
f. Klien mau mengutarakan masalah 4. Katakan pada klien bahwa ia adalah seorang
yang dihadapi yang berharga dan bertanggungjawab serta
mampu menolong dirinya sendiri.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan 5. Diskusikan kemampuan dan aspek positif


dan aspek positif yang dimiliki. yang dimiliki kllien dan beri pujian /
Kriteria hasil: reinforcement atas kemampuan
a. Klien mampu mempertahankan mengungkapkan perasaannya
aspek yang positif. 6. Saat bertemu klien, hindarkan memberi
penilaian negatif.
7. Utamakan memberi pujian yang realistis.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang
dapat digunakan. 8. Diskusikan kemampuan klien yang masih
Kriteria hasil: dapat digunakan selama sakit
a. Kebutuhan klien terpenuhi 9. Diskusikan juga kemampuan yang dapat
b. Klien dapat melakukan aktivitas dilanjutkan penggunaan di rumah sakit dan di
terarah rumah nanti

4. Klien dapat menetapkan dan


merencanakan kegiatan sesuai dengan 10. Rencanakan bersama klien aktivitas yang
kemampuan yang dimiliki. dapat dilakukan setiap hari sesuai
Kriteria hasil: kemampuan
a. Klien mampu beraktivitas sesuai 11. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi
kemampuan kondisi klien
b. Klien mengikuti terapi aktivitas 12. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang
kelompok boleh klien lakukan

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai


kondisi sakit dan kemampuannya.
Kriteria hasil: 13. Beri kesempatan klien untuk mencoba
a. Klien mampu beraktivitas sesuai kegiatan yang direncanakan
kemampuan 14. Beri pujian atas keberhasilan kllien
15. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di
6. Klien dapat memanfaatkan sistem rumah.
pendukung yang ada
Kriteria hasil:
a. Klien mampu melakukan apa yang 16. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga
diajarkan tentang cara merawat klien harga diri rendah
b. Klien mampu memberikan 17. Bantu keluarga memberi dukungan selama
dukungan klien dirawat
18. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di
rumah
G. Strategi pelaksanaan tindakan
1. Diagnosa 1: Waham
a. SP 1p:
1) Membina hubungan saling percaya
2) Jangan membantah atau mendukung waham klien
3) Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung
4) Observasi apakah waham klien mengganggu aktivitas sehari-
harinya.
b. SP 2p :
1) Mengidentifikasi kemampuan positif pasien
2) Beri pujian pada penampilan klien yang dimiliki pada masa lalu dan
saat ini.
3) Tanyakan apa yang bisa dilakukan
4) Jika klien selalu bicara tentang wahamnya dengarkan sampai
wahamnya tidak ada
c. SP 3p:
1) Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang belum terpenuhi.
2) Observasi kebutuhan klien sehari-hari
3) Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi
4) Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan timbulnya
waham.
5) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dalam
memerlukan waktu dan tenaga.
6) Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya.
d. SP 4 k:
1) Klien dapat berhubungan dengan realitas
2) Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas diri, orang
lain, waktu, dan tempat)
3) Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok: orientasi realitas.
4) Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan oleh klien.
e. Sp 5 k:
1) Klien dapat dukungan dari keluarga
2) Diskusikan dengan keluarga tentang:
a. Gejala waham
b. Cara merawatnya
c. Lingkungan keluarga
d. Follow up dan obat
3) Anjurkan keluarga melaksanakannya dengan bantuan perawat.
f. Sp 6 k:
1) Klien dapat menggunakan obat dengan benar
2) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat, dosis, efek
samping dan akibat penghentian
3) Diskusikan perasaan klien setelah minum obat
4) Berikan obat dengan prinsip 5 benar dan observasi setelah minum
obat.
2. Diagnosa 2: Menarik Diri
a. Sp 1p :
1) Mengidentifikai penyebab isolasi sosial pasien
2) Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3) Mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
4) Melatih pasien berkenalan dengan satu orang
5) Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
b. Sp 2p :
1) Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2) Melatih pasien berkenalan dengan dua orang atau lebih
3) Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
c. Sp 3p :
1) Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2) Melatih pasien berinteraksi dalam kelompok
3) Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
d. Sp 1k :
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang
dialami pasien beserta proses terjadinya
3) Menjelaskan cara – cara merawat pasien isolasi sosial
e. Sp 2k :
1) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
masalah isolasi sosial langsung dihadapan pasien.
f. Sp 3k :
1) Menjelaskan perawatan lanjutan.

3. Diagnosa 3:Harga Diri Rendah


a. Sp 1p :
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
2) Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat
digunakan
3) Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai
dengan kemampuan klien
4) Melatih pasien kegiatan yang dipilih sesuai kemampuan
5) Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
b. Sp 2p :
1) Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2) Melatih kegiatan kedua (atau selanjutnya) yang dipilih sesuai
kemampuan
3) Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
c. Sp 1k :
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang
dialami pasien beserta proses terjadinya
3) Menjelaskan cara – cara merawat pasien harga diri rendah
d. Sp 2k :
1) Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan
isolasi sosial
2) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada
pasien isolasi sosial
e. Sp 3k :
1) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk
minum
2) obat (discharge planing)
3) Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
Daftar Pustaka

Direja, Ade Herman Suryo. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Keliat, B. A. 2009. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Kusumawati, Farida & Hartono, Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai