Tatalaksanaan Daniel Part Final
Tatalaksanaan Daniel Part Final
PENDAHULUAN
Infeksi virus dengue disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus
yang berbeda yang disebut DEN-1, -2, -3, dan -4. Virus ini merupakan virus
RNA, dari famili flaviviridae dan genus flavivirus. Virus dengue adalah arbovirus
nyamuk aedes yang terinfeksi. Penyebaran juga dapat terjadi melalui transfusi
darah yang terinfeksi atau dari transplantasi organ atau jaringan yang terinfeksi.
Selain itu, dijelaskan oleh literatur juga dapat terjadi penyebaran vertikal dari ibu
hamil yang terinfeksi kepada janinnya baik dalam uterus maupun pada saat
persalinan. Demam dengue adalah demam akut yang disebabkan oleh virus
dengan gejala sakit kepala, nyeri pada tulang atau sendi dan otot, ruam dan
leukopenia 1.
Infeksi dari salah satu dari empat serotipe akan menghasilkan spektrum
penyakit yang luas dengan tingkat keparahan penyakit yang berbeda pula.
Gejala klinis yang muncul pada pasien dapat muncul mulai dari yang ringan,
seperti sindrom demam yang tidak spesifik yang dikenal dengan demam dengue
klasik, sampai pada bentuk penyakit dengan keparahan yang lebih berat, dikenal
1,2
dengan demam berdarah dengue dan dengue syok sindrom .
virus dengue yang berhubungan dengan angka kematian yang tinggi. Setiap
tahun sekitar 20 juta orang di seluruh dunia terinfeksi oleh virus dengue 2. Kasus
fatal pada infeksi dengue yang berat pada negara-negara Asia sendiri sekitar
kegawatan penyakit yang tinggi, yang jika tidak ditangani dengan segera dan
adekuat dapat mengancam jiwa penderita, termasuk dalam hal ini adalah deteksi
dini yang baik terhadap perjalanan penyakit. Oleh karena itu, pembahasan ini
penatalaksanaannya 3.
yang mirip satu sama lain antara demam dengue dan demam berdarah dengue
penyakit yang dapat terjadi secara singkat dari ringan ke berat yang mengancam
jiwa, yaitu dari dengue fever kepada komplikasi dengue syok sindrom 1.
Dengue syok sindrom dapat muncul dengan gejala infeksi yang tampak
relatif ringan namun dapat berkembang menjadi kondisi yang mengancam jiwa
dalam waktu yang singkat. Dengue syok sindrom adalah komplikasi dari demam
berdarah dengue dengan kejadian yang khas berupa terjadinya plasma leakage.
Demam berdarah dengue sendiri biasanya dapat dibedakan dari demam dengue
dari tiga ciri fase patofisiologi, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase
convalescence. Maka penting juga untuk penatalaksanaan yang optimal bagi kita
membahas dan mengetahui secara detil masing-masing dari tiga fase tersebut 1.
muncul setelah dua sampai tujuh hari fase demam dan sering kali dapat dikenali
secara klinis dan laboratoris. Pengenalan klinis yang dini dari infeksi dengue dan
penderita 1.
Pada infeksi dengue tidak terdapat agen terapi khusus yang dapat
mematikan virus tersebut. Oleh karena tidak terdapat agen terapeutik, maka
pengawasan yang ketat dari tanda-tanda vital dan status hemodinamik, dan
parameter hematologik.1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Demam dengue (DF) adalah penyakit virus akut ditandai dengan demam
mendadak, sakit kepala parah, nyeri pada daerah mata, nyeri otot dan sendi ,
dan adanya ruam. Penurunan nafsu makan dan berat badan merupakan salah
satu tanda yang mungkin terjadi pada orang dengan demam dengue. Gejala
lainnya yang sering terjadi pada demam dengue adalah pembengkakan kelenjar
berdarah 1.
Sedangkan demam berdarah (DHF) adalah bentuk yang lebih serius dari
selama kurang lebih 2 sampai 7 hari, tes tourniquet positif, perdarahan dari
gusi), hepatomegali, dan dalam kasus yang lebih parah mungkin terjadi
kegagalan pada sirkulasi darah di dalam tubuh. Hal yang membedakan demam
berdarah serta terjadi kegagalan pada sirkulasi. Pada dengue shock syndrome
terjadi penurunan tekanan darah secara mendadak, nadi teraba cepat dan
lemah, kulit lembab dan dingin serta gelisah. Gejala dan tanda-tanda tersebut
merupakan suatu keadaan shock dan dapat menyebabkan kematian secara
mendadak 2.
2.2 Epidemiologi
melalui nyamuk ke manusia. Hal ini dapat meningkatkan angka morbiditas dan
yaitu faktor host (manusia dan nyamuk), faktor agen (virus), dan faktor
lingkungan (abiotik dan biotik). 3 faktor terpenting inilah yang akan menentukan
Indonesia, dan negara-negara Asia lainnya. Pada tahun 1970 dilaporkan bahwa
hanya 9 negara yang telah mengalami epidemi dengue shock syndrome, namun
pada tahun 1995 angka tersebut meningkat lebih dari empat kali lipat.
mencapai 100 juta kasus per tahunnya dan lebih dari 500.000 kasus adalah
kasus demam berdarah dan kasus dengan dengue shock syndrome. Dilaporkan
juga bahwa lebih dari 112 negara di dunia khususnya negara-negara di daerah
terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004 dengan jumlah penderita 79.480 orang
dengan kematian sebanyak 800 orang lebih. Pada tahun-tahun berikutnya jumlah
kasus terus naik tapi jumlah kematian turun secara bermakna dibandingkan
tahun 2004. Misalnya jumlah kasus tahun 2008 sebanyak 137469 orang dengan
kematian 1187 orang atau case fatality rate (CFR) 0,86% serta kasus tahun 2009
sebanyak 154855 orang dengan kematian 1384 orang atau CFR 0,89% 5.
Gambar 2.1: negara dan daerah endemis demam dengue berdasarkan data
WHO tahun 2011
Dari data departemen kesehatan Indonesia dalam lima tahun terakhir DKI
Jakarta menempati posisi tertinggi kasus demam berdarah dan dengue shock
syndrome yaitu sebanyak 313 kasus per 100.000 penduduk. Sedangkan Nusa
Tenggara Timur merupakan provinsi dengan angka insiden demam berdarah dan
Gambar 2.2: angka insiden demam berdarah dengan prevalensi high risk,
medium risk, dan low risk di Indonesia
2.3 Etiologi
genetika menunjukkan bahwa 4 serotipe ini berevolusi sekitar 1000 tahun yang
lalu kemudian berkembak dan menular sekitar 500 tahun yang lalu baik di daerah
nyamuk yaitu Aedes aegypti dan faktor manusia merupakan faktor resiko
Infeksi yang disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe dengue
adanya demam ringan, demam berdarah klasik nonspesifik (DF), demam dengan
derajat lebih parah yaitu demam berdarah dengue (DBD) dan dapat diikuti
orang yang terinfeksi dengue. Pada kondisi ini, orang yang terinfeksi tersebut
tidak menunjukkan adanya tanda dan gejala klinis infeksi virus dengue.
demam dengan gejala non spesifik dan bersifat ringan dimana kondisi ini bisa
saja dikarenakan oleh demam akut lainnya. Pada kondisi ini pasien tidak
memenuhi kriteria dengue fever baik secara klinis maupun dengan
pasti perlu dilakukan pemeriksaan secara serologis dan molekuler yang lebih
spesifik untuk demam dengue. Kondisi ini banyak terjadi pada anak dan pada
pasien dewasa yang pertama kali mengalami infeksi oleh dengue atau pada
pasien yang pernah mengalami infeksi virus dengue dan sembuh sepenuhnya
without hemorrhage) biasa terjadi sekitar 2 sampai 7 hari dan diikuti oleh dua
atau lebih gejala-gejala seperi sakit kepala, nyeri pada daerah mata, myalgia,
dan genitourinary), epistaksis, ruam di kulit dan tes tourniquet positif. Pada
Tabel 2.2: derajat dan manifestasi klinik demam berdarah (dengue hemorrhagic
fever)
harus memenuhi syarat adanya demam akut selama 2-7 hari dengan sifat
tanda kebocoran plasma misalnya efusi pleural, asites dan hipoproteinemia 4,9.
Kegagalan dalam sirkulasi meliputi nadi yang cepat dan lemah, perbedaan
tekanan darah yang sempit antara sistole dan diastole yaitu <20 mmHg,
hipotensi < 80mmHg pada anak usia 5 tahun kebawah atau < 90 mmHg pada
usia 5 tahun keatas, dan didapatkan adanya kulit yang lembab dan dingin serta
gelisah 4.
2.5 Penatalaksaan
plasma dapat mengakibatkan syok, anoksia, dan kematian. Deteksi dini terhadap
peralihan dari fase demam (fase febris) ke fase penurunan suhu (fase afebris)
yang biasanya terjadi pada hari ketiga sampai kelima. Oleh karena itu pada
periode kritis tersebut diperlukan peningkatan kewaspadaan. Adanya
klinis dan pemantauan kadar hematokrit dan jumlah trombosit. Pemilihan jenis
obat-obat lain dilakukan atas indikasi yang tepat. Pada dasarnya pengobatan
DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat
dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang perawatan biasa.
Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif. Untuk
dapat merawat pasien DBD dengan baik, diperlukan dokter dan perawat yang
bank darah yang senantiasa siap bila diperlukan. Diagnosis dini danmemberikan
nasehat untuk segera dirawat bila terdapat tanda syok, merupakan hal yang
DBD sulit diramalkan. Pasien yang pada waktu masuk keadaan umumnya
tampak baik, dalam waktu singkat dapat memburuk dantidak tertolong. Kunci
dapat mengatasi masa peralihan dari fase demam ke fase penurunan suhu (fase
hematokrit. Fase kritis pada umumnya mulai terjadi pada hari ketiga sakit.
Penurunan jumlah trombosit sampai <100.000/pl atau kurang dari 1-2 trombosit/
caiaran. Larutan garam isotonik atau ringer laktat sebagai cairan awal pengganti
volume plasma dapat diberikan sesuai dengan berat ringan penyakit. Perhatian
dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak mau
minum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan, maka cairan intravena rumatan
bahwa antipiretik tidak dapat mengurangi lama demam pada DBD. Rasa haus
dan keadaan dehidrasi dapat timbul sebagai akibat demam tinggi, anoreksia
danmuntah. Jenis minuman yang dianjurkan adalah jus buah, air teh manis,
sirup, susu, serta larutan oralit. Pasien perlu diberikan minum 50 ml/kg BB dalam
4-6 jam pertama. Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi anak diberikan cairan
rumatan 80-100 ml/kg BB dalam 24 jam berikutnya. Bayi yang masih minum asi,
tetap harus diberikan disamping larutan oiarit. Bila terjadi kejang demam,
Pasien harus diawasi ketat terhadap kejadian syok yang mungkin terjadi.
Periode kritis adalah waktu transisi, yaitu saat suhu turun pada umumnya hari ke
satu kali sejak hari sakit ketiga sampai suhu normal kembali. Bila sarana
menggunakan Hb.
fase penurunan suhu (fase a-febris, fase krisis, fase syok) maka dasar
Kebutuhan cairan awal dihitung untuk 2-3 jam pertama, sedangkan pada kasus
tanda vital, kadar hematokrit, danjumlah volume urin. Penggantian volume cairan
volume yang dibutuhkan adalah jumlah cairan rumatan ditambah 5-8%. Cairan
intravena diperlukan, apabila terus menerus muntah, tidak mau minum, demam
tinggi sehingga tidak rnungkin diberikan minum per oral, ditakutkan terjadinya
dalam larutan NaCl 0,45%. Bila terdapat asidosis, diberikan natrium bikarbonat
cairan yang diberikan harus sama dengan plasma. Volume dan komposisi cairan
yang diperlukan sesuai cairan untuk dehidrasi pada diare ringan sampai sedang,
plasma tidak konstan (perembesam plasma terjadi lebih cepat pada saat suhu
turun), maka volume cairan pengganti harus disesuaikan dengan kecepatan dan
intravaskuler. Apabila pada saat itu cairan tidak dikurangi, akan menyebabkan
edema paru dandistres pernafasan. Pasien harus dirawat dansegera diobati bila
sianosis, oliguri, dan nadi lemah, tekanan nadi menyempit (20mmHg atau
plasma. Pasien anak akan cepat mengalami syek dansembuh kembali bila
diobati segera dalam 48 jam. Pada penderita SSD dengan tensi tak terukur
BB/jam seiama 30 menit, bila syok teratasi turunkan menjadi 10 ml/kg BB.
analisis gas darah dankadar elektrolit harus selalu diperiksa pada DBD berat.
dengan natrium bikarbonat, maka perdarahan sebagai akibat KID, tidak akan
setiap pasien syok, terutama pada syok yang berkepanjangan (prolonged shock).
(misalnya dari 50% menjadi 40%) tanpa perbaikan klinis walaupun telah
Plasma segar dan atau suspensi trombosit berguna untuk pasien dengan KID
dan perdarahan masif. KID biasanya terjadi pada syok berat dan menyebabkan
menentukan prognosis.
ruang perawatan DBD. Paramedis dapat dibantu oleh orang tua pasien untuk
mencatat jumlah cairan baik yang diminum maupun yang diberikan secara
asidosis)
4. Hematokrit stabil
5. Jumlah trombosit cenderung naik > 50.000/pl
leptospirosis. Sudah kita ketahui bersama, diagnosis pasti dari demam berdarah
Berikut ini adalah gejala-gejala klinis dari kriteria WHO 1997 yang digunakan
6. Trombositopenia
7. Terdapat tanda2 plasma bocor, hematocrit meningkat lebih dari 20%,
penurunan hematocrit lebih dari 20% setelah terapi cairan, efusi pleura, asites,
hipoproteinemia.
manifestasi nadi cepat lemah, tekanan darah turun kurang dari sama dengan 20
mmHg, hipotensi dibandingkan standar umur, kulit dingin dan lembab, serta
gelisah. DBD memiliki karakter demam akut, antara 2-7 hari. Di antara sekian
penyakit yang memiliki karakter demam akut, seperti tifoid, campak, influenza,
chikungunya, dan leptospirosis, DBD memiliki karakter yang khas yaitu demam
yang bifasik, berupa demam yang naik turun dalam beberapa hari. (1)
Tanda khas lain adalah uji bendung positif, yang dikenal dengan rumple leed
diantara sistolik dan diastolic selama 5 menit. Hasil tes dinyatakan positif jika
DBD adalah kondisi yang berpotensi fatal dari komplikasi infeksi dengue yang
dapat menyebabkan pembesaran liver dan pada beberapa kasus dapat terjadi
4. Mulut kering
Depresi dan kemahan kronik lebih sering terjadi pada wanita tua. Komplikasi
lebih jarang terjadi. Superinfeksi bakteri terjadi lebih sering pada usia lanjut,
kesadaran.(3)
Tingkat mortalitas dapat mencapai 40% jika komplikasi serius ini tidak ditangani
dengan segera dan tepat. Jika komplikasi ini ditangani dengan optimal, maka
2.7 Prognosis
antibodi yang didapat secara pasif atau infeksi sebelumnya. Pada DBD,
kematian telah terjadi pada 40-50% pasien dengan syok, tetapi dengan
intensif. Pada kasus yang jarang, terdapat kerusakan otak yang disebabkan syok
KESIMPULAN
3. Kesimpulan
Virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk betina Aedes aegypti. Manifestasi
klinis dari penyakit ini mulai dari asipmtomatis sampai demam berdarah dengue
yang disertai syok atau yang disebut sebagai dengue shock syndrome (DSS).
Infeksi primer oleh Virus Dengue mungkin memberi gejala demam dengue,
apabila terjadi re-infeksi oleh Virus Dengue dengan serotipe yang berbeda maka
reaksi yang terjadi sangat berbeda. Teori patogenesis demam berdarah dengue
yang banyak dianut saat ini adalah secondary heterologous infection. Menurut
volume plasma. Dengan memahami patogenesis DBD yang baik dan adanya
DBD.
DAFTAR PUSTAKA
4. http://health.utah.gov/epi/diseases/dengue/DengueDzPlan012411.pdf
5. http://epi.publichealth.nc.gov/cd/lhds/manuals/cd/casedefs/dengue_cd.pdf
6. http://nvbdcp.gov.in/doc/clinical%20guidelines.pdf
7. http://whqlibdoc.who.int/hq/2005/WHO_FCH_CAH_05.13_eng.pdf
Penularan Aryu Candra
9. http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/buletin/BULETIN%20DBD.p
df
10. http://emedicine.medscape.com/article/215840-overview#aw2aab6b2b3,
11. http://www.phac-aspc.gc.ca/publicat/ccdr-rmtc/09vol35/acs-dcc-2/,
12. PAPDI
13. www.mdadvice.com.c25.sitepreviewer.com/library/test/medtest117.html,
14. Current medical diagnosis & treatment 2011. Stephen j. McPhee &
Maxine A. Papadakis