Anda di halaman 1dari 9

SISTEM PERKEMIHAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Transplantasi organ manusia yang pertama kali berhasil di lakukan adalah transplantasi
ginjal pada tahun 1953. Karena donor darah dan penerima darh adalah kembar identik, tidak
terjadi reaksi penolakan. Sejak itu telah ribuan transplantasi ginjal di lakukan, dan perkembangan
pengobatan imunosupresif telah memungkinkan sebagian besar orang dapt hidup normal dengan
ginjal donor. Walaupun biasanya seseorang memiliki dua ginjal, namun telah terbukti satu ginjal
mampu menjalankan kerja yang kompleks, yang di perlukan untuk mempertahankan cairan
tubuh(Valerie c.scanlon, 2007).
System perkemihan terdiri atas dua ginjal, dua ureter, vesika urinaria dan uretra.
Pembentukan urine merupakan fungsi ginja, sedanhakan bagian lain system perkemihan
berfungsi dalam pembuangan urine, sel-sel tubuh memproduksi zat-zat sisa seperti, urea,
kreatinin, dan ammonia, yang harus di buang dari darah sebelum zat-zat tersebut berakumulasi
dan mencapai kadar toksik. Selain membentuk urine untuk mengekskresi produk sisa tersebut,
ginjal juga mempunyai beberapa fungsi (Tarwoto, 2009) :
1. Pengaturan volume darah melalui pembuangan air
2. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis racun.
3. Mempertahankan susasana keseimbangan cairan.
4. Memepertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.
5. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum, kreatimin, dan
amoniak.
Proses pembentukam urine membantu mempertahankan komposisi, volume, dan
ph darah dan cairan jaringan dengan membuang zat-zat yang dapat mengacaukan
kekonstanan normal dan keseimbangan cairan dan ekstraseluler tersebut.
Sistim perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan melakukan eliminasi
sisa – sisa hasil metabolisme tubuh. Aktivitas sistim perkemihan dilakukan secara hati – hati untuk
menjaga komposisi darah dalam batas yang bisa diterima. Setiap adanya gangguan pada sistim tersebut
akan memberikan dampak yang merugikan. Beberapa jenis gangguan pada saluran kemih yang saling
mempengaruhi dan sering kali terjadi pada klien dengan lama perawatan baik di pelayanan kesehatan
maupun di rumah adalah inkontinensia urin, retensi urin atau pengosongan kandung kemih yang tidak
sempurna dan infeksi saluran kemih. Kondisi ini banyak ditemukan pada unit perawatan jangka panjang
pada pelayanan kesehatan, dan pada beberapa kasus dapat mengancap jiwa. Perawat mungkin tidak
menyadari penyebab mendasar dari disfungsi kandung kemih dan dalam banyak kasus terutama
dipengaruhi oleh faktor degeneratif. (Kelly, CE, 2004).

Di seluruh dunia, masalah pada sistim perkemihan mencapai 45,15/100.000, dimana insiden
tertinggi pada wanita. Walaupun dapat terjadi pada semua usia, gangguan pada sistim perkemihan
umumnya terjadi pada populasi lanjut usia. Mortalitas sebelum usia 30 tahun relatif rendah, setelah
usia 30 tahun meningkat tajam. Rasio kelamin mortalitas adalah 2,59. (Strayer, Darlene A & Tanja
Schub, 2006).
Di Indonesia, masalah penyakit sistem perkemihan yang terbanyak adalah disfungsi kandung
kemih dengan masalah klinis inkontinensia urin (UI), retensi urin (UR) dan ISK yang masuk dalam posisi
40 peringkat utama penyebab kematian, rawat inap dan rawat jalan pada pusat layanan kesehatan
selama tahun 2004. Jumlah klien yang keluar rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan diagnosis
disfungsi kandung kemih pada tahun 2006 sebanyak 22.165 klien, sedangkan kasus baru pada rawat
jalan sebanyak 14.053 kasus. (Ditjen Bina Yanmedik, 2008).

B. TUJUAN PENULISAN MAKALAH


1. Tujuan Umum
Setelah pertemuan ini mahasiswa mampu memahami tentang sistem perkemihan
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami pengertian sistem perkemihan
b. Mahasiswa mampu memahami tentang ginjal dan fungsinya
c. Mahasiswa mampu memahami organ-organ ginjal
d. Mahasiswa mampu memahami pembuluh darah ginjal
e. Mahasiswa mampu memahami karakteristik dan eliminasi urine
f. Mahasiswa mampu proses pembentukan urine
C. MANFAAT PENULISAN MAKALAH
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang sistem perkemihan.
2. Bagi Institusi pendidikan
Sebagai masukan atau penambahan perpustakaaan yang dapat di jadikan bahan
bacaan untuk semua mahasiswa STIKES HI.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SISTEM PERKEMIHAN


Sistem perkemihan adalah suatu sistem yang didalamnya terjadi penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat yang digunakan oleh tubuh. Zat ini akan larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urine. Zat yang dibutuhkan tubuh akan beredar kembali dalam tubuh melalui
pembuluh darah kapiler ginjal, masuk dalam pembuluh darah dan beredar keseluruh tubuh.
(Syaifuddin, 2011).
Fungsi utama sistem perkemihan adalah untuk keseimbangan cairan dan elektrolit.
Elektrolit terdiri dari ion-ion yang kemudian larut dalam air dan keseimbangan terjadi ketika
elektrolit yang masuk dalam tubuh sama dengan yang dilepaskan. Hidrogen merupakan salah
satu ion yang mempengaruhi konsentrasi larutan dan keseimbangan asam basa atau pH. Fungsi
utama yang lain adalah pengeluaran toksik hasil metabolisme, seperti komponen-komponen
nitrogen khususnya urea dan kreatinin (Tarwoto, 2009). sistem perkemihan merupakan sistem
rangkaian organ yang terdiri atas ginjal, ureter, vesika urinaria dan uretra.

2.2 GINJAL
Kedua ginjal terletak di antara di kavitalis abdominis bagian atas, di kanan dan kiri
kolumna vertebralis di belakang peritoneum (retroperitoneal). Bagian atas ginjal menempal pada
permukaan bawah diafragma dan di lindungi oleh rangka iga. Ginjal tertanam pada jaringan
lemak yang berfungsi sebagai bantalan dan di selimuti oleh membrane jaringan ikat fibrosa yang
di sebut fascia renalis, yang membantu menahan ginjal pada tempatnya (Valerie c. Scanlon,
2007)
Setiap ginjal memilki lekukan yang di sebut hilus di sisi medialnya. Pada hilus, arteri
renalis memasuki ginjal, sedangkan vena renalis dan ureter keluar. Arteri renalis adalah salah
satu cabang aorta abdominalis , vena renalis mengirim darah ke vena kava inferior. Ureter
membawa urine dari ginjal ke vesika urinaria.

2.3 FUNGSI GINJAL


1. Mempertahankan keseimbangan kadar asam atau basah dari cairan tubuh.
2. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis racun.
3. Mempertahankan susasana keseimbangan cairan.
4. Memepertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.
5. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum, kreatimin, dan
amoniak.
6. Sekresi rennin: bila tekanan darah turun, sel-sel jukstaglomerulus di dinding atriol
efferent menyekresi enzim
7. Sekresi eritropoietin: hormone ini di sekresi bila kadar oksigen drah rendah.
8. Aktivasi vitamin D: vitamin D terdapat dalam berbagai bentuk yang nantinya akan di
ubah menjadi kaliseferol oleh ginjal.

2.4 STRUKTUR BAGIAN DALAM GINJAL


Pada korona atau bagian depan ginjal, dapat dibedakan menjadi tiga area daerah terluar di
sebut korteks renalis yang di susun oleh korpuskulum renalis dan tubulus kontortus. Daerah
tengah adalah medulla renalis yang di susun oleh lengkung henle dan tubulus kolektivus (bagian
dari nefron), medulla renalis terdiri atas potongan-potongan berbentuk baji yang di sebut
piramides renalis. Ujung masing-masing pyramid adalah apeks atau papilla. Daerah ketiga
adalah pelvis renalis, daerah ini tidak berbentuk selapis jaringan, tetapi merupakan sebuah
rongga yang di bentuk oleh perluasan ureter dalam ginjal pada hilus. Perluasan pelvis ginjal
berbentuk corong, yang di sebut kaliks, menyelubungi papilla piramides renales. Urine mengalir
dari piramides renales ke dalam kaliks, kemudian ke pelvis renalis dan keluar ke ureter.

2.5. NEFRON
Nefron adalah unit structural dan fungsional ginjal. Setiap ginjal terdiri atas kira-kira 1
juta nefron. Di dalam nefron, dengan pembuluh darah yang berkaitan denganya, urine terbentuk.
Setiap nefron terdiri atas 2 bagian besar yaitu :
1. Korpulus Renalis
Sebuah korpulus renalis terdiri atas sebuah glomerulus yang di kelilingi oleh
kapsul bowman. Glomerulus adalah suatu jaringan kapiler yang di bentuk dari
sebuah arteriol aferen dan sebuah arteriol eferen. Diameter arteriola eferen lebih
kecil daripada arteriola aferen, yang membantu mempertahankan tekanan darah yang
tinggi di dalam glomerulus.
Kapsul bowman (kapsula glomerulus) adalah ujung perluasan tubulus renalis
yang menutupi glomerulus. Lapisan dalam kapsul bowman memiliki pori dan sangat
permeable. Celah antara lapisan dalam dan lapisan luar kapsula bowman berisi
filtrasi ginjal, cairan yang berasal dari darah dalam glomerulus, dan kemudian di
ubah menjadi urine.
2. Tubulus Renalis
Tubulus renalis adalah lanjutan kapsula bowman yang terdiri atas bagian-bagian
berikut:tubulus kontortus proksimal(dalam korteks renalis),lengkung Henle (atau
lengkung nefron,dalam medulla renalis),dan tubulus kontortus distal (dalam korteks
renalis).Tubulus kontortus distal dari beberap nefron bergabung menjadi sebuah
tubulus kolektifu. Beberapa tubulus kolektivus kemudian bergabung untuk
membentuk sebuah duktus papilaris,yang akan mengalirkan urine ke dalam kaliks di
pelvis renalis.
Seluruh bagian tubulus renalis dikelilingi oleh kapiler peritubular,yang tersusun
atas arteriola effren.Kapiler pertibuler akan menerima zat-zat yang direabsorpsioleh
tubulus ginjal;hal ini kan dijelaskan pada bagian pembentukan urine.

2.6. PEMBULUH DARAH GINJAL


Aliran darah ke ginjal merupakan bagian yang penting pada proses pembentukan
urine.Darah aorta abdominalis masuk ke arteri renalis,yang kemudian bercabang-cabang menjadi
arteri-arteri yang lebih kecil.Arteri-arteri terkecil akan menjadi arteriol aferen dalam korteks
ginjal.Dari arteriol aferen,darah mengalir masuk ke gromeruli(kapiler-kapilernya),ke arteriola
eferen ke vena-vena dalam ginjal,ke vena renalis,dan akhirna masuk ke vena kava inferior.Dalam
jalur ini terdapat dua susuna kapiler,dan perlu diingat lagi bahwa dalam kapiler-kapilerini
pertukaran antara darah dan jaringan,di sekitarnya terjadi.Oleh karena itu,didalam ginjal terdapat
dua sisi pertukaran.Pertukaran yang terjadi di kapiler ginjal akan membentuk urine dari plasma
darah.

2.7. PEMBENTUKAN URINE


Pembentukan urine melibatkan tiga proses utama,proses pertama adalah filtrasi glomerulus,yang
berlangsung dikorpuskulum renalis.proses kedua dan ketiga adalah reabsorpsi dan sekresi
tubular,yang berlangsung ditubulus renalis.
1. Filtrasi Glomerulus
Ingat kembali bahwa filtrasi adalah proses tekanan darah mendorong
plasmasehingga zat-zatterlarut keluar dari kapiler.Dalam filtrasi glomerulus tekanan
darah mendorong plasma,zat-zat terlarut serta protein berukuran kecil keluar dari
glomeruli dan masuk kekapsul Bowman.Cairan ini tidak lagi seperti plasma,dan
disebut filtrate ginjal. Tekanan darah didalam glomerulirelatif lebih tinggi
dibandingkan tekanan darah di dalam kapiler lainnya,yaitu sekitar 60mmHg.Tekanan
didalam kapsula Bowman sangat rendah, dan lapisan di dalamnya sangat
permeable,sehimgga kira-kira20% sampai 25% darah yang masuk ke gromeluli
menjadi filtrate ginjal di kapsula Bowman.Sel-sel darah dan protein berukuran besar
terlalu besar untuk dikeluarkan dari glomeruli,sehingga tetap berada didalam
darah.Zat-zat sisa larut dalam plasma darah,sehingga dapat lolos masuk ke filtrat
ginjal.Zat-zat yang berguna,seperti nutrien dan mineral,juga larut dalam plasmadan
juga terdapat dalam filtrat ginjal.Oleh karena itu,filtrat ginjal sangat miripdengan
plasma darah,tetapi filtrat ginjal mempunyai protein yang lebih sedikit,dan tidak ada
sel-sel darah didalalamnya.
Laju Filtrasi Ginjal(Glomerular Filtration Rate,GFR)adalah jumlah filtrat ginjal
yang terbentuk oleh ginjal dalam satu menit;rata-rata 100 sampai 125 ml per menit.
GFR dapat berubah jika laju aliran darah melalui ginjal berubah.Jika aliran darah
meningkat,GFR akan meningkat dan akan lebih banyak filtrat dibentuk.Jika aliran
darah turun(seperti yang terjadi setelah perdarahan hebat),GFR akan turun, sehingga
filtrat yang dibentuk sedikit haluaran urine turun.
2. Reabsorpsi Tubulus
Reabsorpsi tubulus berlangsung dari tubulus renalis ke kapiler pertibuler.Dalam
waktu 24 jam,ginjal membentuk 150 sampai 180 liter filtrate,dan haluaran urine
normal selama waktu itu adalah satu sampai dua liter.Karena itu tampak bahwa
sebagian besar filtrate ginjal tidak menjadi urine.Sekitar 99% filtrat direabsorpsi
kembali ke dalam darah kapiler pertibuler.Hanya sekitar 1% filtarat akan masuk ke
pelvis ginjal sebagai urine. Sebagian besar reabsorpsi dan sekresi (sekitar 65%)
terjadi di tubulus kontortus proksimal,yang sel-selnya mempunyai mikrofil yang
berfungsi memperluas permukaannya. Tubulus kontortus distal dan tubulus
kolektivus juga mempunyai fungsi penting dalam reabsorpsi air.
a. Mekanisme Reabsorpsi
1. Transpor Aktif sel-sel tubulus ginjal menggunakan ATP untuk mentranspor
sebagian besar zat yang beramanfaat dari filtrat ke dalam darah.Zat-zat
tersebut antara lain,glukosa,asam amino,vitamin,dan ion-ion positif.Tubulus
ginjal memiliki nilai ambang reabsorpsi bagi beberapa di antara zat
tersebut.Hal ini berarti bahwa ada batasan tentang seberapa banyak tubulus
ginjal dapat memindahkannya dari filtrat.Sebagai contoh,jika kadar glukosa
dalam filtrat normal (menggambar kadar glukosa darah normal),tubulus akan
mereabsorpsi seleluruh glukosa,sehingga glukosa tidak akan ditemukan dalam
urine.Namun,jika kadar glukosa darah diatas normal ,jumlah glukosa dalam
filtrat juga diatas normal dan akan melewati nilai ambang reabsorpsi.Oleh
karena itu,dalam keadaan ini sejumlah glukosa akan terdapat dalam urine.
2. Transpor Pasif: sejumlah ion negative di kembalikan ke dalam darah di
reabsorpsi, setelah di reabsorpsi ion-ion positif karena terjadi tarik menarik
antara muatan yang berbeda.
3. Osmosis: reabsorpsi air mengikuti reabsorpsi mineral, terutama ion natrium.
4. Pinositosis: protein berukuran kecil terlalu besar untuk di reabsorpsi dengan
transfor aktif.
b. Hormon Yang Mempengaruhi Reabsorpsi Air
1. Hormon antidiuretik (ADH) berfungsi meningkatkan reabsorpsi air dan
filtrate ke dalam darah
2. Hormone paratiroid (PTH) berfungsi meningkatkan reabsorpsi ion ca dari
filtrate ke dalam darah dan ekskresi ion-ion fosfat ke dalam filtrate
3. Aldosteron berfungsi meningkatkan reabsorpsi air na dan filtrate ke dalam
darah dan ekskresi ion k ke dalam filtrate
4. Atrial natiuretik hormone (ANH) berfungsi menurunkan reabsorpsi ion na
yang masih terdapat dalam filtrate, sehingga lebih banyak natrium dan air di
buang ke dalam urine.

3. Sekresi Tubular
Mekanisme ini juga mengubah komposisi urine. Dalam sekresi tubular, zat-zat
secara aktif di sekresikan dari darah di kapiler peritubuluar ke dalam filtrate di
tubulus renalis. Zat-zat sisa, seperti ammonia dan sejumlah kreatinin, serta produk
metabolic obat di sekresikan ke dalam filtrate untuk di keluarkan ke dalam urin. Ion-
ion hydrogen (H) di sekresikan oleh sel-sel tubulus untuk mempertahankan ph darah
agar tetap normal.

2.8. ELIMINASI URINE


Eliminasi urine terbagi menjadi tiga yaitu ureter, vesika urnaria dan uretra yang tidak
mengubah komposisi maupun jumlah urine, tetapi bertanggung jawab terhadap pembuangan
urine secara periodic.
1. Ureter
Ureter merupakan saluran yang berbentuk tabung dari ginjal ke bladder,
pajangnya 25-30 cm dengan diameter 6 mm. Berjalan mulai dari pelvis renal setinggi
lumbal ke-2. Posisi ureter miring dan menyempit di 3 titik yaitu, di titik asal ureter
pada pelpis ginjal, titik saat melewati pinggiran pelpis dan titik pertemuan dengan
kandung kemih. Ada 3 lapisan jaringan pada ureter yaitu epitelmukosa, bagian tengah
lapisan otot polos dan bagian luarnya lapisan fibrosa.
a. Lokasi ureter
1. Pars abdominalis ureter : dalam kavum abdomen ureter terletak
dibelakang peritoneum sebelah media anterior muskulos psoas mayor dan
ditutupi oleh fasia subserosa.
2. Pars pelvis ureter : pars pelvis ureter berjalan pada bagian dinding lateral dari
kavum pelvis sepanjang tepi anterior dari insisura iskiadika mayor dan
tertutup oleh peritoneum.
3. Ureter pada pria : uretra pada pria terdapat dalam fisura seminalis, bagian
atasnya disilang oleh duktus deferens dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis.
selanjutnya ureter berjalan obligue sepanjang 2 cm didalam dinding kandung
kemih pada sudut lateradari trigonum vesika.
4. Ureter pada wanita : uretra pada wanita terdapat dibelkang fosa ovarika
berjalan ke bagian medial dan kedepan bagian lateralis serviks uterus, bagian
atas vagina untukmencapai fundus vesika urinaria.
5. Pembuluh darah ureter
1. Arteri renalis
2. Arteri spermatika interna
3. Arteri hipogastrika
4. Arteri vesikalis inferior
6. Persarafan ureter : merupakan cabang dari pleksus menstrikus inferior, pleksus
pelvis. Sepertiga bawah dari ureter terisi oleh sel-sel saraf yang bersatu dengan rantai
eferens dan nervous fagus. Rantai eferens dan nervous torakalis XI dan XII, nervous
lumbalis I dan nervous fagus mempunyai trantai eferens untuk uretra.
2. Vesika Urinaria (kandung kemih)
Kandung kemih merupakan organ berongga dan berotot yang berfungsi
menampung. Urin sebelum dikeluarkan melalui uretra. Terletak pada rongga pelvis,
pada laki-laki kandung kemih berada dibelakang simfisis pubis dan didepan rektum.
Pada wanita kandung kemih berada dibawah uterus dan didepan vagina. Dinding
kandung kemih memiliki 4 lapisan jaringan yaitu : lapisan paling dalam disebut
mukosa yang menhasilkan mucus, lapisan submukosa, lapisan otot polos yang satu
sama lain membentuk sudut atau disebut otot detrusor dan lapisan paling luar disebut
serosa (Tarwoto, 2009).
3. Uretra
Uretra merupakan alur sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan urine ke luar. Adanya spinter uretra interna yang dikontrol
secara involunter memungkinkan urine dapat keluar serta spinter uretra eksterna
memungkinkan pengeluaran urine dapat dikontrol ( Syaifuddin, 2011).
a. Uretra pria
Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah
prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis
kebagian penis panjangnya kurang lebih 20cm. Uretra laki-laki terdiri dari:
1. Uretra prostatia
2. Uretra nembranosa
3. Uretra kevernosa
Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam)
dan lapisan submukosa. Uretra pria mulai dari orifisium uretra interna didalam
vesika urinaria sampai orifisium uretra eksterna. Pada penis panjangnya 17,5-
20cm.
b. Uretra wanita
Pada wanita, terletak dibelakang simfisis pubis bejalan miring sedikit
kearah atas, panjangnya kurang lebih 3-4 cm. Mulai dari orifisium uretra internal
sampai orifisium uretra eksterna. Pada dinding anterior vagina menjurus obligue
kebawah dan menghadap kedepan. Apabila tidak berdilatasi diameternya 6 cm.
Uretra ini menembus vasia diafragma urogenitalis dan orifisium eksternal
langsung didepan permukasan vagina. Jaraknya kurang lebih 2,5 cm dibelakang
gland klitoris, glandula uretra bermuara ke uretra yang terbesar diantaranya
adalah glandula parauretralis (skene) yang bermuara kedalam orifisium uretra
yang hanya berfungsi sebagai saluran ekskresi.

Diafragma urogenetalis dan orifisium eksternal berada di permukaan


vagina dan 2,5 cm dibelakang gland klitoris. Uretra wanita jauh lebih pendek pada
uretra pria dan terdiri atas lapisan otot polos yang diperkuat oleh sfingter otot
rangka. Pada muaranya ditandai dengan banyak sinus venosus mirip jaringan
kavernosa. Lapisan uretra wanita terdiri atas:
1. Tunika muskularis
2. Lapisan spongeosa berjalan pleksus dari vena-vena
3. Lapisan mukosa sebelah dalam.

2.9 KARAKTERISTIK URINE


Karakteristik urine baik fisik maupun kimia sering di evaluasi sebagai bahan urinalisis.
Beberapa di antaranya di jelaskan sbb:
a. Jumlah urine
Urine yang keluar secara normal selama 24 jam sekitar 1-2 liter. Ada banyak
faktor yang dapat merubah jumlah haluaran urine secara signifikan, keringat
berlebihan atau kehilangan cairan secara berlebihan saat diare dapat menurunkan
haluaran urine guna menghemat cairan tubuh.
b. Warna
Warna kuning khas urine sering di samakan dengan warna jerami atau gading.
Urine yang pekat berwarna lebih kuning tua di banding urine yang encer.
c. Berat jenis
Berat jenis urine sekitar 1,010-1,025, berat jenis di jadikan ukuran sebagai jumlah
zat yang terlarut dalam urine.
d. Ph
Ph urine berkisar antara 4,6-8,0 dengan nilai rata-rata 6,0. Diet mempunyai pengaruh
terbesar terhadap urine, karena diet dapat menyebabkan urine basa.
e. Unsure
Urine terdiri 95% air, yang melarutkan zat-zat sisa garam. Garam tidak termasuk
sebagai zat sisa sebenarnya, sebab garam masih bisa di gunakan saat di butuhkan
tetapi bila berlebuhan garam akan di sekresikan ke dalam urine.
f. Limbah nitrogen (urea, kreatinin dan asam urat).

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Sistem perkemihan adalah suatu sistem yang didalamnya terjadi penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat yang digunakan oleh tubuh. Fungsi utama sistem
perkemihan adalah untuk keseimbangan cairan dan elektrolit. Elektrolit terdiri dari
ion-ion yang kemudian larut dalam air dan keseimbangan terjadi ketika elektrolit
yang masuk dalam tubuh sama dengan yang dilepaskan. Fungsi utama yang lain
adalah pengeluaran toksik hasil metabolisme, seperti komponen-komponen nitrogen
khususnya urea dan kreatinin.
2. Kedua ginjal terletak di antara di kavitalis abdominis bagian atas, di kanan dan kiri
kolumna vertebralis di belakang peritoneum (retroperitoneal). Bagian atas ginjal
menempal pada permukaan bawah diafragma dan di lindungi oleh rangka iga.
3. Fungsi ginjal Mempertahankan keseimbangan kadar asam atau basah dari cairan
tubuh,Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis
racun, Mempertahankan susasana keseimbangan cairan, Memepertahankan
keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh danMengeluarkan sisa-sisa
metabolisme hasil akhir dari protein ureum, kreatimin, dan amoniak.
4. Pembentukan urine melalui proses filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus dan sekresi
tubular
5. Eliminasi urine meliputi ureter, vesika urinaria dan uretra
6. Karakteristik urine terdiri dari : jumlah, ph, warna, berat jenis unsure dan limbah
nitrogen.

B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Setelah mempelajari secara lebih dalam tentang sistem perkemihan diharapkan
mahasiswa mampu memahami dan mengetahui apa yang telah dipelajari dan diperoleh
nya, serta memberikan manfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Semoga dapat menambah bahan bacaan perpustakaan dan dapat memberikan
masukan bagi mahasiswa tentang sistem perkemihan.

DAFTAR PUSTAKA
Pearce, C. Evelyn (2010). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama
Syaifuddin (2011). Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Syaifuddin (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC
Tarwoto, dkk (2009) Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Trans Info
Media
Scanlon c. Valerie (2007). Anatomi Dan Fisiologi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai