JABATAN
NO NAMA UNSUR KET
DALAM TIM
2 JUMAHIR GURU
4 WINARTI GURU
10
A. DASAR PEMIKIRAN
Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pendidikan dasar
bertujuan meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Berdasarkan pada tujuan tersebut MI At-Taqwa
NW Aikjaa berupaya membangun landasan kegiatan pendidikan dalam suatu kurikulum yang disebut
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan
kekhasan, kondisi dan potensi satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan
dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Pengembangan Kurikulum MI At-Taqwa NW Aikjaa sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri dari standar isi, proses, kompetensi lulusan,
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari
kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem
Pendidikan Nsional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 (PP
19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan
dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL serta
berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain dari itu,
penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003
dan PP 19/2005. Oleh karena itu, Tim Penyusun Kurikulum MI At-Taqwa NW Aikjaa menyusun Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai kurikulum yang dikembangkan berdasar manajemen berbasis
madrasah dengan melibatkan Komite Madrasah selaras dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk
mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut, pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik serta tuntutan lingkungan.
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan ini sangat diperlukan untuk mengakomodasi
semua potensi yang ada di daerah dan untuk meningkatkan kualitas satuan pendidikan, baik dalam bidang
akademis maupun non-akademis, memelihara budaya daerah, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang dilandasi iman dan taqwa.
B. LANDASAN
Landasan yuridis formal yang digunakan dalam menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan
tersebut antara lain :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Ketentuan dalam UU 20/2003 yang mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat (19); Pasal 18 ayat (1), (2),
(3), (4); Pasal 32 ayat (1), (2), (3); Pasal 35 ayat (2); Pasal 36 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 37 ayat (1), (2),
(3); Pasal 38 ayat (1),(2).
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
Ketentuan di dalam PP 19/2005 yang mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat (5),(13),(14),(15); Pasal
5 ayat (1),(2); Pasal 6 ayat (6); Pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4),(5),(6),(7),(8); Pasal 8 ayat (1),(2),(3); Pasal 10
ayat (1), (2), (3); Pasal 11 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 13 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 14 ayat (1), (2), (3);
Pasal 16 ayat (1), (2), (3), (4)(5); Pasal 17 ayat (1), (2); Pasal 18 ayat (1), (2), (3); Pasal 20.
3. Standar Isi
Standar Isi (SI) mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi
lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Termasuk dalam SI adalah : kerangka dasar dan
struktur kurikulum, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada
setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah. SI ditetapkan dengan
Permendiknas No. 22 Tahun 2006.
4. Standar Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagaimana yang ditetapkan dengan Permendiknas No. 23 Tahun
2006.
5. Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam No. DJ11-1/pp.00/ED/681/2006 tentang pelaksanaan
Standard Isi
6. Rencana Pengembangan MI At-Taqwa NW Aikjaa Tahun 2009
BAB II
PROFIL MADRASAH
Kelas I, Semester 2
1. Memahami huruf-huruf hijaiyah dan tanda 2.2 Membaca huruf-huruf hijaiyah sesuai
bacanya makhrajnya
1. Menulis huruf hijaiyah secara terpisah dan 1.2 Menulis huruf-huruf hijaiyah secara
bersambung bersambung dengan benar
2 Memahami kaidah ilmu tajwid 2.1 Menerapkan tanda baca wakaf dan wasal
1. Memahami hadis tentang hormat kepada kedua 5.1 Menerjemahkan hadis tentang hormat kepada
orang tua orang tua secara sederhana
5.2 Menunjukkan perilaku hormat kepada orang
tua
1. Menghafal surat-surat pendek secara benar dan 1.2 Menghafalkan surat al-Humazah, at-
fasih Takaatsur, dan al-Zalzalah secara benar dan fasih
1. Menghafal surat-surat pendek secara benar dan 4.2 Menghafalkan surat al-Qaari’ah dan surat at-
fasih Tin secara benar dan fasih
4. Memahami arti surat pendek dan hadis 4.4 Menjelaskan isi kandungan hadis tentang niat
tentang niat dan silaturahmi dan silaturahmi secara sederhana
Kelas V, Semester 1
2. Memahami arti hadis tentang menyayangi 2.3 Menjelaskan isi kandungan hadis tentang
anak yatim menyayangi anak yatim secara sedarhana
Kelas V, Semester 2
3. Menghafalkan surat-surat pendek secara 3.2 Menghafal surat al-‘Alaq secara benar
benar dan fasih dan fasih
5. Memahami arti hadis tentang takwa dan ciri- 5.2 Menjelaskan isi kandungan hadis tentang
ciri orang munafik takwa dan ciri-ciri orang munafik secara sederhana
1. Menghafal surat pendek secara benar dan 1.2 Menghafal surat ad-Dhuhaa secara
fasih benar dan fasih
4. Menghafalkan surat pendek secara benar 4.2 Menghafal surat al-Bayyinahdengan baik
dan fasih dan fasih
Kelas I, Semester 2
Kelas V, Semester 1
Kelas V, Semester 2
1. Mengenal tata cara mandi 1.1 Menjelaskan ketentuan mandi wajib setelah
wajib haid
3. Akidah-Akhlak
Kelas I, Semester 1
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
Kelas I, Semester 2
1. Memahami kalimat thayyibah (inna lillaahi wa 1.1 Mengenal Allah melalui kalimat thayyibah (inna
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
innaa ilaihi rajiuun) dan al-asma’ al-husna (al- lillaahi wa innaa ilaihi rajiuun)
Mukmin, al-Azhim, al- Haadii, al-Adlu, dan al- 1.2 Mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah yang
Hakam) terkandung dalam al-asma’ al-husna(al-Mukmin, al-
Azhim, al- Haadii, al-Adlu, dan al-Hakam)
1. Beriman kepada Rasul-Rasul Allah 6.1 Mengenal Rasul dan Nabi Allah
1. Beriman kepada hari akhir (kiamat) 2.1 Mengenal adanya hari akhir (kiamat)
2. Mengenal sejarah kelahiran Nabi Muhammad 2.3 Mengambil ibrah dari kenabian dan kerasulan
SAW Muhammad SAW
1. Mengenal dakwah Nabi Muhammad SAW dan 1.3 Meneladani ketabahan Nabi Muhammad SAW
para sahabatnya dan para sahabatnya dalam berdakwah
3. Memahami hijrah Nabi Muhammad SAW ke 3.3 Meneladani kesabaran Nabi Muhammad
Thaif dan Habsyah SAW dalam peristiwa hijrah ke Thaif dan Habsyah
4. Memahami peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi 4.2 Mengambil hikmah dari peristiwa Isra’-
Muhammad SAW Mi’raj Nabi Muhammad SAW
Kelas V, Semester 1
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
3. Mengenal peristiwa Fathu Makkah 3.3 Mengambil ibrah dari peristiwa Fathu Makkah
5. Mengenal sejarah perjuangan tokoh agama 5.3 Meneladani perjuangan tokoh agama Islam di
Islam di daerah masing-masing. daerah masing-masing
5. Bahasa Arab
KELAS IV, SEMESTER 1
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
dalam bentuk paparan atau dialog tentang Menyampaikan informasi secara lisan dalam
perkenalan, alat-alat madrasah, dan profesi kalimat sederhana tentang
2.2 ، المهنة التعارف،األدوات المدرسية
4. Menulis
Menuliskan kata, ungkapan, dan teks fungsional Menyalin kata, kalimat dan menyusun kata
pendek sederhana tentang perkenalan, alat-alat menjadi kalimat sempurna tentang
madrasah, dan profesi 4.1 ، التعارف المهنة،األدوات المدرسية
8. Menulis
Menuliskan kata, ungkapan, dan teks fungsional Menyalin kata, kalimat dan menyusun kata
pendek sederhana tentang tentang alamat, menjadi kalimat sempurna tentang
keluarga, dan kehidupan keluarga 8.1 ، الحياة العائلية العنوان،األسرة
4. Menulis
Menuliskan kata, ungkapan, dan teks fungsional Menyalin kata, kalimat dan menyusun kata
pendek sederhana tentang lingkungan rumah menjadi kalimat sempurna tentang
dan kebun. 4.1 في الحديقة في، البيت+ األلوان
4. Menulis
Menuliskan kata, ungkapan, dan teks fungsional Menyusun kalimat dan membuat karangan
pendek sederhana tentang tentang kegiatan sederhana tentang
sehari-hari 4.1 الساعة األعمال،اليومية
،المنـزلي الرحلة
ّ الواجب
8. Menulis 8.1
Menuliskan kata, ungkapan, dan teks fungsional Menyusun kalimat dan membuat karangan
pendek sederhana tentang kegiatan yang telah sederhana tentang
dilakukan ،المنـزلي الرحلة
ّ الواجب
Pengorganisasian bahan kajian ke dalam mata pelajaran di madrasah kami memperhatikan dan
mempertimbangkan antara lain hal-hal sebagai berikut:
1. Perkembangan psikologis dan fisik anak
2. Kebermanfaatan atau kegunaan atau pragmatik bagi anak
3. Beban belajar anak
4. Disiplin ilmu.
Pengorganisasian bahan kajian tersebut di atas ke dalam mata pelajaran adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan Agama Islam (Al-Qur’an, Aqidah Akhlaq, Fiqih, Bahasa Arab dan SKI)
2. Pendidikan Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial
3. Bahasa dan Sastra Indonesia
4. Bahasa Inggris
5. Matematika
6. Pengetahuan Alam
7. Kesenian
8. Pendidikan Jasmani
9. Keterampilan/Teknologi Informasi dan Komunikasi
10. Muatan Lokal
Kondisi riil MIN Cinisti dalam pencapaian SKL, terutama SKL-MP serta SK dan KD (standar isi) mata
pelajaran dan implikasinya dapat dipetakan ke dalam tiga kategori, yaitu :
1. Siswa yang kemampuannya dalam mencapai SKL-MP serta SK dan KD masih berada di bawah standar
isi (sebagaimana tertuang dalam Permendiknas nomor 23 dan 22 tahun 2006), sehingga dituntut untuk
memenuhi standar isi agar berada sama/sejajar dengan standar yang ada.
2. Siswa yang kemampuannya dalam mencapai SKL-MP serta SK dan KD masih sama atau sejajar dengan
standar isi (sebagaimana tertuang dalam Permendiknas nomor 23 dan 22 tahun 2006) sehingga dituntut
untuk memenuhi dan meningkatkan pencapaian standar isi.
3. Siswa yang kemampuannya dalam mencapai SKL-MP serta SK dan KD sudah berada di atas standar isi
(sebagaimana tertuang dalam Permendiknas nomor 23 dan 22 tahun 2006), sehingga dituntut untuk
meningkatkannya dengan standar yang lebih tinggi.
Adapun madrasah kami dalam mengembangkan SKL-MP serta SK dan KD dengan menggunakan cara
sebagai berikut :
1. Subject Centered Design, yakni dalam pengembangan SKL-MP dan standar isi bertolak dari atau
didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu (batang tubuh keilmuan) masing-masing atau urutan-urutan
pembahasan yang terdapat dalam suatu mata pelajaran.
2. Learner Centered Design, yakni dalam pengembangan SKL-MP dan standar isi bertolak dari atau
didasarkan pada kebutuhan dan minat peserta didik secara individual dan menekankan prosedur
pemecahan masalah.
3. 3. Problem Centerd Design, yakni dalam pengembangan SKL-MP dan standar isi bertolak dari atau
didasarkan pada problem atau isu-isu aktual dalam kehidupan yang perlu dipecahkan oleh para peserta
didik dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat
BAB IV
STRUKTUR KURIKULUM DAN PENGATURAN BEBAN BELAJAR
1. A. Struktur Dan Muatan Kurikulum
Pada struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah berisi sejumlah mata pelajaran yang harus
disampaikan kepada peserta didik. Mengingat perbedaan individu sudah barang tentu keluasan dan
kedalamannya akan berpengaruh terhadap peserta didik pada setiap satuan pendidikan. Program
pendidikan terdiri dari Pendidikan Umum, Pendidikan Kejuruan, dan Pendidikan Khusus. Pendidikan
Umum meliputi tingkat satuan pendidikan sekolah dasar (SD/MI), sekolah menengah pertama (SMP/MTs),
dan sekolah menengah atas (SMA/MA). Pendidikan Kejuruan terdapat pada sekolah menengah kejuruan
(SMK/MAK. Pendidikan khusus meliputi sekolah dasar luar biasa(SDLB), sekolah menengah pertama luar
biasa(SMPLB), dan sekolah menengah atas luar biasa(SMALB) dan terdiri atas delapan jenis kelainan
berdasarkan ketunaan.
Pada program pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Cinisti, jumlah jam mata pelajaran sekurang-
kurangnya 32 jam pelajaran setiap minggu. Setiap jam pelajaran lamanya 35 menit. Jenis program
pendidikannya , terdiri dari program umum meliputi sejumlah mata pelajaran umum dan pelajaran agama
yang wajib diikuti seluruh peserta didik, dan program pilihan meliputi mata pelajaran yang menjadi ciri khas
keunggulan daerah berupa mata pelajaran muatan lokal. Mata pelajaran yang wajib diikuti pada program
umum berjumlah 7, sementara keberadaan mata pelajaran agama adalah berjumlah 5. Muatan Lokal
diberikan di MIN Cinisti adalah Bahasa Sunda dan Bahasa Inggris.
Pengaturan beban belajar menyesuaikan dengan alokasi waktu yang telah ditentukan dalam struktur
kurikulum.. Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam
mencapai kompetensi, di samping memanfaatkan mata pelajaran lain yang dianggap penting namun tidak
terdapat di dalam struktur kurikulum yang tercantum di dalam Standar Isi. Dengan adanya tambahan
waktu, satuan pendidikan diperkenankan mengadakan penyesuaian-penyesuaian. Misalnya mengadakan
program remediasi bagi peserta didik yang belum mencapai standar ketuntasan belajar minimal.
Muatan kurikulum MIN Cinisti meliputi sejumlah mata pelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang
pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I sampai dengan Kelas VI. Materi muatan lokal dan kegiatan
pengembangan diri merupakan bagian dari muatan kurikulum.
1. 1. Mata Pelajaran
Mata pelajaran merupakan materi bahan ajar berdasarkan landasan keilmuan yang akan dibelajarkan
kepada peserta didik sebagai beban belajar melalui metode dan pendekatan tertentu.
Pada bagian ini sekolah/madrasah mencantumkan mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri
beserta alokasi waktunya yang akan diberikan kepada peserta didik.
Untuk kurikulum Madrasah Ibtidaiyah, terdiri dari 12 mata pelajaran, 2 muatan lokal dan 5 pengembangan
diri pengembangan diri yang harus diberikan kepada peserta didik.
Berikut disajikan Struktur Kurikulum MIN Cinisti :
Kelas dan Alokasi Waktu
A. Mata Pelajaran
1. 1. Pendidikan Agama
1. Qur’an Hadist 2
2. Aqidah Akhlak 2
3. Fiqih 2
4. Sejarah Kebudayaan Islam 2
5. Bahasa Arab 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2
3. Bahasa Indonesia 5
4. Matematika 5
B. Muatan Lokal
1. Bahasa Ingris 2
2. Bahasa Sunda 2
C. Pengembangan Diri*
1. Pramuka 1
2. Komputer 1
3. BTQ 1
4. Kesenian 1
5. Paskibra/Aubade 1
Jumlah 32 32 42 43
*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran
Adapun muatan Kurikulum di MIN Negeri Cinisti meliputi mata pelajaran sebagai berikut :
1. a. Pendidikan Agama (Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, SKI) :
Tujuan :
1). Memberi wawasan terhadap keberagaman agama di Indonesia
2). Meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa terhadap Allah SWT sesuai dengan agama yang
dianutnya melalui pemberian, pemupukan dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,
dan pembiasaan.
3). Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berilmu,
rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, berdisiplin, etis, toleran, harmonis secara personal dan sosial,
serta mengembangkan budaya beragama di sekolah.
1. b. Pendidikan Kewarganegaraan :
Tujuan :
1. Meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia
2. Menanamkan wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme, bela negara, penghargaan terhadap hak-hak
azasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup. Kesetaraan gender, demokrasi,
tanggung jawab sosial, ketaatan terhadap hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku
antikorupsi, kolusi, dan nepotisme.
1. c. Bahasa Indonesia :
Tujuan :
Membina ketrampilan berbahasa secara lisan dan tertulis serta dapat menggunakan bahasa sebagai alat
komunikasi dan sarana pemahaman iptek.
1. d. Bahasa Inggris :
Tujuan :
Membina keterampilan berbahasa Inggris dan berkomunikasi secara lisan dan tertulis untuk menghadapi
perkembangan iptek dalam menyongsong era globalisasi.
1. e. Matematika :
Tujuan :
Memberikan pemahaman logika dan kemampuan dasar matematika dalam rangka penguasaan iptek.
1. f. Ilmu Pengetahuan Alam :
Tujuan :
Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa untuk mernguasai dasar sains dalam rangka
penguasaan iptek.
1. g. Ilmu Pengetahuan Sosial :
Tujuan :
Memberikan pengetahuan sosial kultural masyarakat yang majemuk, mengembangkan kesadaran hidup
bermasyarakat, serta melatih ketrampilan hidup secara mandiri.
1. h. Seni Budaya (Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, Seni Teater) :
Tujuan :
Mengembangkan apresiasi seni, daya kreasi, dan kecintaan pada seni budaya nasional.
1. i. Pendidian Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan :
Tujuan :
Menanamkan kebiasaan hidup sehat, meningkatkan kebugaran dan keterampilan dalam bidang olahraga,
menanamkan rasa sportifitas, tanggung jawab, disiplin, dan rasa percaya diri pada siswa.
Madrasah ini menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu untuk beberapa pelajaran sesuai
dengan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi, dan /atau dimanfaatkan untuk mata
pelajaran lain yang dianggap penting dengan mengungkapkan beberapa alasannya. Misalnya Komputer
sebagai bagian dari Pengembangan Diri pada struktur di atas, merupakan penambahan dari mata
pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Selain itu, perlu juga ditegaskan, bahwa:
Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit
Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 per- minggu.
Di sekolah kami, MIN Negeri Cinisti, terdapat program intra kurikuler seperti tabel di atas dan juga ekstra
kurikuler yang dikembangkan dalam program Pengembangan Diri. Waktu belajar di sekolah kami dimulai
dari pukul 07.30 pagi hingga pukul 12.05 selama 6 hari dari hari Senin hingga Sabtu. Khusus hari Senin,
ada tambahan kegiatan upacara hingga jam pelajaran dimulai pukul 08.05 sampai dengan 12.05 ( 6 jam
pelajaran ). Khusus hari Jum’at, bubar kelas pukul 11.20. dilanjutkan sholat jama’ah Jum’at disekitar rumah
siswa masing-masing. Pengembangan diri TIK dilaksanakan tiap hari sesuai jadwal pukul 13.00 – 14.00,
kecuali Seni Bela Diri Pencak Silat dilaksanakan pada hari Senin, Rabu dan Sabtu sore jam 14.00 – 15.00
WIB.
1. 2. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan
ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai menjadi bagian
dari mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri.
Substansi muatan lokal ditentukan oleh sekolah, tidak terbatas pada mata pelajaran seni-budaya dan
keterampilan, tetapi juga mata pelajaran lainnya, seperti Bahasa Sunda. Muatan lokal merupakan mata
pelajaran, sehingga sekolah harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk
setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Sekolah dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran
muatan lokal setiap semester, atau dua mata pelajaran muatan lokal dalam satu tahun.
Muatan lokal yang diterapkan di MIN Negeri Cinisti adalah:
– Bahasa Sunda wajib bagi seluruh siswa dari kelas i sampai VI. Alokasi waktu 2 jam pelajaran.
– Bahasa Inggris 2 jam pelajaran/minggu
Berikut ini tabel alokasi waktu untuk mata pelajaran Muatan Lokal yang diselenggarakan di MIN Negeri
Cinisti.
Alokasi Waktu (JP)
2 Bahasa Sunda 2 2 2
Sedangkan tujuan diberikan Muatan Lokal tersebut adalah :
1. a. Bahasa sunda :
Tujuan :
Membina keterampilan berbahasa Jawa baik lisan maupun tertulis dalam upaya mempertahankan nilai-nilai
budaya Jawa masyarakat setempat dalam wujud komunikasi dan apresiasi sastra.
b. Bahasa Inggris :
Tujuan :
Membina kemampuan untuk bisa menggunakan bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari.
B. PENGATURAN BEBAN BELAJAR
1. Pengaturan Beban Belajar
1. Ketentuan Beban Belajar
1) Madrasah Ibtidaiyah Negeri Cinisti Kab. Garut menyelenggarakan pendidikan dengan menggunakan
sistem paket.
2) Sistem Paket adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti
seluruh program pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan
struktur kurikulum yang berlaku .
3) Penyelesaian program pendidikan dengan menggunakan sistem paket adalah enam tahun yang
dibagi dalam enam semester.
4) Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan pesera didik untuk mengikuti
program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur.
5) Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik
dengan pendidik.
6) Penugasan Terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran
oleh peserta didik yang dirancang pendidik untuk mencapai standar kompetensi dengan waktu
penyelesaian ditentukan oleh pendidik.
7) Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi
pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang pendidik untuk mencapai standar kompetensi dengan
waktu penyelesaian ditentukan sendiri oleh peserta didik.
Adapun pengaturan beban belajar pada sistem tersebut sebagai berikut.
a. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket dialokasikan sebagaimana tertera
dalam struktur kurikulum. Pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang terdapat pada
semester ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran dapat dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban
belajar yang tetap. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per
minggu secara keseluruhan. Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan
peserta didik dalam mencapai kompetensi, di samping dimanfaatkan untuk mata pelajaran lain yang
dianggap penting dan tidak terdapat di dalam struktur kurikulum yang tercantum di dalam Standar Isi.
b. Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur dalam sistem paket
untuk MIN Negeri Cinisti adalah antara 0% – 50% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang
bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan potensi dan kebutuhan peserta
didik dalam mencapai kompetensi.
1. Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah setara dengan satu jam tatap muka.
Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan satu jam tatap muka. Untuk kegiatan praktik di sekolah
kami, misalnya pada kegiatan praktikum Bahasa Inggris yang berlangsung selama 2 jam pelajaran setara
dengan 1 jam pelajaran tatap muka, sesuai yang tertulis pada Struktur Kurikulum MIN Negeri Cinisti.
1. b. Tabel Beban Belajar SIswa
JUMLAH
SATU JUMLAH JAM
JAM JAM MINGGU PER
PEMBELAJARAN PEMBEL EFEKTIF WAKTU TAHUN
SATUAN TATAP MUKA PER PER TAHUN PEMBELAJARAN (@ 60
PENDIDIKAN KELAS (MENIT) MINGGU PELAJARAN PER TAHUN MENIT)
1.260
IV s/d jam pembelajaran
VI 35 43 36 (45.360 menit) 756
1. Sistem Pembelajaran
1. Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam :
Pembelajaran PAI diarahkan pada aspek penguasaan konsep dan penerapan. Pembelajaran PAI
disajikan degan cara tatap muka, penugasan terstruktur dan penugasan mandiri tidak terstruktur di dalam
maupun di luar kelas. Pedekatan yang digunakan antara lain Tanya jawab, Diskusi, Praktek dan Simulasi.
1. Sistem Pembelajaran PKn :
Sistem Pembelajaran PKn menekankan sikap dan tingkah laku peserta didik supaya tahu akan hak dan
kewajibannya. Meningkatkan kesadaran dan wawasan kebangsaan, jiwa patriotisme, bela negara,
demokrasi, ketaatan hukum, ketaatan membayar pajak, kesetaraan jender dan sikap serta perilaku anti
KKN yang disajikan melalui tatap muka, tugas terstruktur dan tugas mandiri tidak terstruktur. Pendekatan
CTL, Ceramah bervariasi, tanya jawab, inquiry, diskusi,Role playing, Simulasi, PBI, Sosiodrama.
1. Sistem Pembelajaran Bahasa Indonesia :
Sistem Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan pada aspek yaitu mendengar, berbicara, membaca dan
menulis dengan menekankan kemampuan berbahasa lisan dan tulis. Dan penyajian mata pelajaran
Bahasa Indonesia dengan pendekatan CTL, Ceramah bervariasi, tanya jawab, inquiry, diskusi,Role
playing, Simulasi, PBI, Sosiodrama melalui tatap muka, praktik, penugasan terstruktur dan penugasan
mandiri tak terstruktur.
1. Sistem Pembelajaran Matematika :
Sistem Pembelajaran matematika diarahkan pada tiga aspek, yaitu pemahaman konsep, penalaran dan
komunikasi dan pemecahan masalah. Penyajian mata pelajaran matematika dilakukan melalui tatap muka,
tugas mandiri terstruktur dan tugas mandiri tidak terstruktur. Pendekatan yang digunakan antara lain CTL,
diskusi,Tanya jawab, Demonstrasi, PBI.
1. Sistem Pembelajaran IPA :
Pembelajaran IPA diarahkan pada pemahaman dan penerapan konsep serta kinerja yang menekankan
pada cara-cara mengetahui gejala alam secara sistematis dengan mengutamakan pemberian pengalaman
secara langung melalui observasi dan proses penemuan.
Pembelajaran IPA disajikan dengan cara tatap muka, penugasan terstruktur dan penugasan mandiri tak
terstruktur di dalam maupun di luar kelas. Pedekatan yang digunakan antara lain CTL, DI, PBI,
Cooperative Learning, Demonstrasi, Ekspositori, Diskusi, Observasi, Eksperimen, Inkuiri, Studi Pustaka,
Wawancara, Kunjungan Kerja.
1. Sistem Pembelajaran IPS :
Pembelajaran IPS menekankan pada penguasaan konsep, pengamatan, pengkajian, pengidentifikasian,
mendiskusikan dan aplikasi. Penerapan IPS diantaranya melalui tatap muka, pemahaman,
pengamatan,penkajian, pengidentifikasian, pendiskusian dan aplikasi.
Pedekatan yang digunakan antara lain CTL, Cooperative Learning, Demonstrasi, Diskusi, Observasi, Studi
Pustaka.
1. Sistem Pembelajaran Seni Budaya :
Pembelajaran Seni Budaya diarahkan pada aspek apresiai dan kreasi seni budaya lokal dan modern.
Pembelajaran Seni Budaya disajikan melalui tatap muka, penugasan terstruktur dan penugasan mandiri
tidak terstruktur. Pendekatan yang digunakan antara lain CTL, Cooperative Learning, Demonstrasi,
Diskusi, Observasi, Studi Pustaka.
1. Sistem Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan :
Pembelajaran Penjaskes diarahkan pada aspek permainan dan olehraga, aktivitas pengembangan, uji diri
dan senam, aktivitas ritmik, dan pilihan.
Pembelajaran Penjaskes disajikan melalui tatap muka, penugasan terstruktur dan penugasan mandiri tidak
terstruktur.Pendekatan yang digunakan antara lain Pemodelan, CL, Demonstrasi.
1. Sistem Pembelajaran Bahasa Sunda :
Pembelajaran Bahasa Sunda diarahkan pada mendengar, berbicara, membaca, menulis dan apresiasi
sastra.
Penyajian mata pelajaran Bahasa Sunda dilaksanakan melalui tatap muka, penugasan terstruktur dan
penugasan mandiri tidak terstruktur. Pendekatan yang digunakan antara lain CTL, Tanya jawab, Diskusi
dan Demonstrasi.
1. Sistem Pembelajaran Bahasa Inggris :
Sistem Pembelajaran Bahasa Ingris diarahkan pada empat aspek yaitu mendengar, berbicara, membaca
dan menulis dengan menekankan pada kemampuan berbahasa lisan dan tulis. Dan penyajian mata
pelajaran Bahasa Inggris melalui tatap muka dan praktik serta penugasan terstruktur dan penugasan
mandiri tak terstruktur. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Inggris adalah CTL.
BAB V
PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL
1. A. Konsep dan Sifat Muatan Lokal
Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan
ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke
dalam mata pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran muatan lokal ditentukan oleh satuan
pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan.
Muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada Standar Isi di
dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Keberadaan mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di
masing-masing daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang
bersangkutan. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan
kurikulum muatan lokal mendukung dan melengkapi kurikulum nasional.
Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan
pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahawa
dalam satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal
1. B. MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL
1. Proses Pengembangan
Mata Pelajaran Muatan lokal pengembangannya sepenuhnya ditangani oleh sekolah dan komite sekolah
yang membutuhkan penanganan secara profesional dalam merencanakan, mengelola, dan
melaksanakannya. Dengan demikian di samping mendukung pembangunan daerah dan pembangunan
nasional, perencanaan, pengelolaan, maupun pelaksanaan muatan lokal memperhatikan keseimbangan
dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Penanganan secara profesional muatan lokal merupakan
tanggung jawab pemangku kepentingan (stakeholders) yaitu sekolah dan komite sekolah.
Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal oleh sekolah dan komite sekolah dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah
2. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal
3. Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal
4. Menentukan Mata Pelajaran Muatan Lokal
5. Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada
Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP
Lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:
1. a. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah
Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata berbagai keadaan dan kebutuhan daerah yang
bersangkutan. Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait di daerah yang bersangkutan
seperti Pemda/Bappeda, Instansi vertikal terkait, Perguruan Tinggi, dan dunia usaha/industri. Keadaan
daerah seperti telah disebutkan di atas dapat ditinjau dari potensi daerah yang bersangkutan yang meliputi
aspek sosial, ekonomi, budaya, dan kekayaan alam. Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari:
1) Rencana pembangunan daerah bersangkutan termasuk prioritas pembangunan daerah, baik
pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun pembangunan berkelanjutan
(sustainable development);
2) Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis kemampuan-kemampuan dan keterampilan-
keterampilan yang diperlukan;
3) Aspirasi masyarakat mengenai pelestarian alam dan pengembangan daerahnya, serta konservasi
alam dan pemberdayaannya
1. b. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal
Berdasarkan kajian dari beberapa sumber seperti di atas dapat diperoleh berbagai jenis kebutuhan.
Berbagai jenis kebutuhan ini dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di daerah, antara lain untuk:
1) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah;
2) Meningkatkan keterampilan di bidang pekerjaan tertentu;
3) Meningkatkan kemampuan berwiraswasta;
4) Meningkatkan penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan sehari-hari;
1. c. Menentukan bahan kajian muatan lokal
Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal yang dapat
diangkat sebagai bahan kajian sesuai dengan dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Penentuan bahan
kajian muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut:
1) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik;
2) Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan;
3) Tersedianya sarana dan prasarana
4) Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa
5) Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan
6) Kelayakan berkaitan dengan pelaksanaan di sekolah;
7) Lain-lain yang dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi dan situasi daerah.
1. d. Menentukan Mata Pelajaran Muatan Lokal
Berdasarkan bahan kajian muatan lokal tersebut dapat ditentukan kegiatan pembelajarannya. Kegiatan
pembelajaran ini pada dasarnya dirancang agar bahan kajian muatan lokal dapat memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang
mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang
berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional.
Kegiatan ini berupa kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri
khas, potensi daerah, dan prospek pengembangan daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya
tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Serangkaian kegiatan pembelajaran yang
sudah ditentukan oleh sekolah dan komite sekolah kemudian ditetapkan oleh sekolah dan komite sekolah
untuk dijadikan nama mata pelajaran muatan lokal.
Substansi muatan lokal di MIN Cinisti terdiri atas :
1. Bahasa Daerah (Sunda)
Sebagai upaya mempertahankan nilai-nilai Budaya ( Sunda ) Masyarakat setempat dalam wujud
Komunikasi dan Apresiasi Sastra.
1. Bahasa Inggris
sebagai uapaya meningkatkan ketrampilan siswa dalam berbicara Bahsa Inggris.
e. Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada
Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP.
1) Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah langkah awal dalam membuat
mata pelajaran muatan lokal agar dapat dilaksanakan di sekolah. Adapun langkah-langkah dalam
mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan Standar Kompetensi
Standar kompetensi adalah menentukan kompetensi yang didasarkan pada materi sebagai basis
pengetahuan.
b) Pengembangan Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa. Penentuan ini dilakukan dengan
melibatkan guru, ahli bidang kajian, ahli dari instansi lain yang sesuai.
2) Pengembangan silabus secara umum mencakup:
a) Mengembangkan indikator
b) Mengidentifikasi materi pembelajaran
c) Mengembangkan kegiatan pembelajaran
d) Pengalokasian waktu
e) Pengembangan penilaian
f) Menentukan Sumber Belajar
Langkah-langkah tersebut dapat mengacu pada penyusunan silabus mata pelajaran.
2. Pihak yang Teribat dalam Pengembangan
Sekolah dan komite sekolah mempunyai wewenang penuh dalam mengembangkan program muatan lokal.
Bila dirasa tidak mempunyai SDM dalam mengembangkan sekolah dan komite sekolah dapat bekerjasama
dengan dengan unsur-unsur Depdiknas seperti Tim Pengembang Kurikulum (TPK) di daerah, Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Perguruan Tinggi dan instansi/lembaga di luar Depdiknas, misalnya
pemerintah Daerah/Bapeda, Dinas Departemen lain terkait, dunia usaha/industri, tokoh masyarakat.
Peran, tugas dan tanggung jawab TPK secara umum adalah sebagai berikut
1. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing;
2. Menentukan komposisi atau susunan jenis muatan lokal;
3. Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-
masing;
4. Menentukan prioritas bahan kajian muatan lokal yang akan dilaksanakan;
5. Mengembangkan silabus muatan lokal dan perangkat kurikulum muatan lokal lainnya, yang dilakukan
bersama sekolah, mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP
Peran Perguruan Tinggi dan LPMP antara lain memberikan bimbingan dan bantuan teknis dalam:
1. Mengidentifikasi dan menjabarkan keadaan, potensi, dan kebutuhan lingkungan ke dalam komposisi jenis
muatan lokal;
2. Menentukan lingkup masing-masing bahan kajian/pelajaran;
3. Menentukan metode pengajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan jenis bahan
kajian/pelajaran
Peran instansi/lembaga di luar Depdiknas secara umum adalah:
1. Memberikan informasi mengenai potensi daerah yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, kekayaan
alam, dan sumber daya manusia yang ada di daerah yang bersangkutan, serta prioritas pembangunan
daerah di berbagai sektor yang dikaitkan dengan sumber daya manusia yang dibutuhkan;
2. Memberikan gambaran mengenai kemampuan-kemampuan dan keterampilan yang diperlukan pada
sektor-sektor tertentu;
3. Memberikan sumbangan pemikiran, pertimbangan, dan tenaga dalam menentukan prioritas muatan lokal
sesuai dengan nilai-nilai dan norma setempat.
3. Rambu-rambu
Berikut ini rambu-rambu untuk diperhatikan dalam pelaksanaan muatan lokal.
a. Sekolah yang mampu mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar beserta
silabusnya dapat melaksanakan mata pelajaran muatan lokal. Apabila sekolah belum mampu
mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar beserta silabusnya sekolah dapat
melaksanakan muatan lokal berdasarkan kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh sekolah, atau dapat
meminta bantuan kepada sekolah yang terdekat yang masih dalam satu daerahnya. Bila beberapa sekolah
dalam satu daerah belum mampu mengembangkan dapat meminta bantuan TPK daerah, atau meminta
bantuan dari LPMP di propinsinya.
b. Bahan kajian hendaknya sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik yang mencakup
perkembangan pengetahuan dan cara berpikir, emosional, dan sosial peserta didik. Pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar diatur sedemikian rupa agar tidak memberatkan peserta didik dan tidak mengganggu
penguasaan pada kurikulum nasional. Oleh karena itu dalam pelaksanaan muatan lokal dihindarkan
adanya pekerjaan rumah (PR).
c. Program pengajaran hendaknya dikembangkan dengan melihat kedekatan dengan peserta didik yang
meliputi dekat secara fisik dan secara psikis. Dekat secara fisik maksudnya terdapat dalam lingkungan
tempat tinggal dan sekolah peserta didik, sedangkan dekat secara psikis maksudnya bahwa bahan kajian
tersebut mudah dipahami oleh kemampuan berpikir dan mencernakan informasi sesuai dengan usianya.
Untuk itu, bahan pengajaran hendaknya disusun berdasarkan prinsip belajar yaitu: (1) bertitik tolak dari hal-
hal konkret ke abstrak; (2) dikembangkan dari yang diketahui ke yang belum diketahui; (3) dari
pengalaman lama ke pengalaman baru; (4) dari yang mudah/sederhana ke yang lebih sukar/rumit. Selain
itu bahan kajian/pelajaran hendaknya bermakna bagi peserta didik yaitu bermanfaat karena dapat
membantu peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
d. Bahan kajian/pelajaran hendaknya memberikan keluwesan bagi guru dalam memilih metode mengajar
dan sumber belajar seperti buku dan nara sumber. Dalam kaitan dengan sumber belajar, guru diharapkan
dapat mengembangkan sumber belajar yang sesuai dengan memanfaatkan potensi di lingkungan sekolah,
misalnya dengan memanfaatkan tanah/kebun sekolah, meminta bantuan dari instansi terkait atau dunia
usaha/industri (lapangan kerja) atau tokoh-tokoh masyarakat. Selain itu guru hendaknya dapat memilih dan
menggunakan strategi yang melibatkan peserta didik aktif dalam proses belajar mengajar, baik secara
mental, fisik, maupun sosial.
e. Bahan kajian muatan lokal yang diajarkan harus bersifat utuh dalam arti mengacu kepada suatu tujuan
pengajaran yang jelas dan memberi makna kepada peserta didik. Bahan kajian muatan lokal juga dapat
disusun dan diajarkan hanya dalam jangka waktu satu semester, dua semester atau satu tahun ajaran.
f. Alokasi waktu untuk bahan kajian/pelajaran muatan lokal perlu memperhatikan jumlah minggu efektif
untuk mata pelajaran muatan lokal pada setiap semester.
BAB VI
KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI
1. A. Konsep dan Sifat Kegiatan Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari
kurikulum sekolah/madrasah.Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan
konseling berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan
pengembangan karir peserta didik, serta kegiatan ekstra kurikuler. Untuk satuan pendidikan kejuruan,
kegiatan pengembangan diri, khususnya pelayanan konseling ditujukan untuk pengembangan kreativitas
dan karir. Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling menekankan peningkatan kecakapan
hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi/dilaksanakan oleh konselor, dan kegiatan ekstra kurikuler dapat
diselenggarakan oleh konselor, guru dan atau tenaga kependidikan lain sesuai dengan kemampuan dan
kewenangannya. Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pelayanan konseling dan
kegiatan ekstra kurikuler dapat megembangkan kompetensi
1. 1. Tujuan Umum
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta
didik dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.
2. Tujuan Khusus
Pengembangan diri bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan:
a. Bakat
b. Minat
c. Kreativitas
d. Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan
e. Kemandirian
f. Kemampuan kehidupan keagamaan
g. Kemampuan sosial
h. Kemampuan belajar
i. Wawasan dan perencanaan karir
j. Kemampuan pemecahan masalah
1. B. Bentuk Dan Sasaran Kegiatan Pengembangan Diri
Bentuk kegiatan pengembangan diri di Min Cinisti adalah sebagai berikut.
1. Terprogram, adalah kegiatan yang dirancang secara khusus dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi
kebutuhan peserta didik secara individual, kelompok, dan klasikal melalui penyelenggaraan layanan dan
kegiatan pendukung konseling, krida, karya ilmiah, latihan/lomba keberbakatan/prestasi, seminar,
workshop, bazar, dan kegiatan lapangan.
2. Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan terjadwal, seperti: upacara bendera, ibadah khusus keagamaan
bersama, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri.
3. Spontan, adalah kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti: pembentukan perilaku memberi
salam, membuang sampah pada tempatnya, antri, mengatasi silang pendapat (pertengkaran).
4. Keteladanan, adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti: berpakaian rapi, berbahasa yang
baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang lain, datang tepat waktu, berjabat
tangan dengan bapak atau ibu guru, karyawan madrasah serta dengan teman-teman.
Adapun bentuk-bentuk kegiatan pengembangan diri terprogram adalah
1. Pramuka
Tujuan dalam pramuka adalah :
Sebagai wahana bagi peserta didik untuk berlatih berorganisasi.
Melatih peserta didik untuk terampil dan mandiri.
Melatih siswa untuk mempertahankan hidup
Memiliki jiwa sosial dan peduli kepada orang lain
Memiliki sikap kerjasama kelompok
Dapat menyelesaikan permasalahan dengan tepat
Sasaran dari kegiatan pramuka ini adalah kelas IV dan kelas VI.
a. Tingkat Penggalang Ramu
SILABUS
1. Makhariful khuruf
2. Sifat Al huruf
3. Ahkan Al huruf
4. Ahkam Almad wal qasor
1. Ahkan Al waqof wal ibtida’
2. Mura’at Al huruf Wal harokat
1. Muro’at Al kalimat Wal ayat
1. Kejernihan / kebeningan
1. Kehalusan
2. Kenyaringan
3. Keutuhan
4. Pengaturan nafas
1. Lagu pertama
1. Tajuid 2. Jumah lagu
1. Fashokah 3. Perhatian, keutuhan, dan tempo lagu
1. Suara 4. Irama dan gaya
1. Lagu dan bacaan 1. Variasi
Pembinaan baca Al-Qur’an
Tujuan :
Meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid
Meningkatkan pemahaman siswa terhadap isi kandungan Al-Qur’an
SILABUS
1 Terprogram
Senin
b. Peringatan HBN dan PHBI IV s/d VI s/d Sabtu Sesuai jadwal
Senin
Rabu
1. Pencak Silat IV s/d VI Sabtu 14.00 – 15.10
2 Tidak Terprogram
A. Rutin
Senin
1. Sholat Dhuhur Berjamaah IV s/d VI s/d Sabtu Sesuai jadwal
Senin
1. Menjaga Kebersihan Kelas dan Lingkungan I s/d VI s/d Sabtu 07.00 – 12.05
Senin
e. Berdo’a bersama setiap awal dan akhir pelajaran I s/d VI s/d Sabtu Sesuai jadwal
Senin
g. Menjaga Kerapian Berpakaian I s/d VI s/d Sabtu 07.00 – 12.05
B. Spontan
Senin
1. Membiasakan membuang sampah pada tempatnya I s/d VI s/d Sabtu Situasional
Senin s/d
1. Membiasakan mengatasi silang pendapat dengan benar I s/d VI Sabtu Situasional
Senin s/d
1. Kunjungan Kepada Teman yang sakit I s/d VI Sabtu Situasional
Senin s/d
1. Mengadakan Ta’ziah I s/d VI Sabtu Situasional
C. Keteladanan
Senin s/d
1. Memberi contoh berpakaian rapi I s/d VI Sabtu Situasional
Senin s/d
1. Memberi contoh datang dan pulang tepat waktu I s/d VI Sabtu Situasional
Senin s/d
1. Memberi contoh hidup sederhana I s/d VI Sabtu Situasional
Senin s/d
1. Memberi contoh memuji hasil karya yang baik I s/d VI Sabtu Situasional
e) Alokasi Waktu
Pengembangan diri untuk kelas IV s/d kelas VI dialokasikan 2 jam pelajaran (ekuivalen 2 X 35 menit) .
Pengembangan diri untuk kelas VI diarahkan pada program pembelajaran intensif dalam rangka persiapan
menghadapi Ujian Nasional.
f) Penilaian
Kegiatan pengembangan diri dinilai dan dilaporkan secara berkala (setiap akhir semester) kepada sekolah
dan orang tua dalam bentuk nilai kualitatif : A, B, C, atau D
BAB VII
PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP ( LIFE SKILL )
1. A. KONSEP DAN SIFAT PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP
1. Kecakapan Hidup (life skill)
Banyak pendapat dan literatur yang mengemukakan bahwa pengertian kecakapan hidup bukan sekedar
keterampilan untuk bekerja (vokasional) tetapi memiliki makna yang lebih luas. WHO (1997)
mendefinisikan bahwa kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi
dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan
tanangan dalam kehidupan secara lebih efektif. Kecakapan disini mencakup lima jenis, yaitu: (1)
kecakapan mengenal diri, (2) kecakapan berpikir, (3) kecakapan sosial, (4) kecakapan akademik, dan (5)
kecakapan kejuruan.
Barrie Hopson dan Scally (1981) mengemukakan bahwa kecakapan hidup merupakan pengembangan diri
untuk bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan
berhubungan baik secara individu, kelompok maupun melalui sistem dalam menghadapi situasi tertentu.
Sementara Brolin (1989) mengartikan lebih sederhana yaitu bahwa kecakapan hidup merupakan interaksi
dari berbagai pengetahuan dan kecakapan sehingga seseorang mampu hidup mandiri. Pengertian
kecapan hidup dalam pandangan ini tidak semata memiliki kemampuan tertentu (vocational job), namun
juga memiliki kemampuan dasar pendukung secara fungsional seperti: membaca, menulis, dan berhitung,
merumuskan dan memecahklan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan
menggunakan teknologi (Dikdasmen, 2002).
Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa pendidikan kecakapan hidup merupakan kecakapan-
kecakapan yang secara praksis dapat membekali peserta didik dalam mengatasi berbagai macam
persoalan hidup dan kehidupan. Kecakapan itu menyangkut aspek pengetahuan, sikap yang didalamnya
termasuk fisik dan mental, serta kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak
peserta didik sehingga mampu menghadapi tuntutan dan tantangan hidup dan kehidupan. Pendidikan
kecakapan hidup dapat dilakukan melalui kegiatan intra/ekstrakurikuler untuk mengembangkan potensi
peserta didik sesuai dengan karakteristik, emosional, dan spiritual dalam prospek pengembangan diri, yang
materinya menyatu pada sejumlah mata pelajaran yang ada. Penentuan isi dan bahan pelajaran
kecakapan hidup dikaitkan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan agar peserta didik mengenal dan
memiliki bekal dalam menjalankan kehidupan dikemudian hari. Isi dan bahan pelajaran tersebut menyatu
dalam mata pelajaran yang terintegrasi sehingga secara struktur tidak berdiri sendiri.
Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (Life skill concep)
Menurut konsepnya, kecakapan hidup dapat dipilah menjadi dua jenis utama, yaitu:
a) Kecakapan hidup generik (generic life skill/GLS), dan
b) Kecakapan hidup spesifik (specific life skill/SLS).
Masing-masing jenis kecakapan itu dapat dipilah menjadi sub kecakapan. Kecakapan hidup generik terdiri
atas kecakapan personal (personal skill), dan kecakapan sosial (social skill). Kecakapan personal
mencakup kecakapan dalam memahami diri (self awareness) dan kecakapan berpikir (thinking skill).
Kecakapan mengenal diri pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa, sebagai anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki sekaligus sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang
bermanfaat bagi lingkungannya. Kecapakan berpikir rasional mencakup antara lain kecakapan mengenali
dan menemukan informasi, mengolah, dan mengambil keputusan, serta kecakapan memecahkan masalah
secara kreatif. Sedangkan dalam kecakapan sosial mencakup kecakapan berkomunikasi (communication
skill) dan kecakapan bekerjasama (collaboration skill).
Kecakapan hidup spesifik adalah kecakapan untuk menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu.
Kecakapan ini terdiri dari kecakapan akademik (academic skill) atau kecakapan intelektual, dan kecakapan
vokasional (vokational skill). Kecakapan akademik terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan
pemikiran atau kerja intelektual. Kecakapan vokasional terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih
memerlukan keterampilan motorik. Kecakapan-kecakapan ini mencakup kecakapan vokasional dasar
(basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus (occupational skill).
Menurut konsep di atas, kecakapan hidup adalah kemampuan dan keberanian untuk menghadapi
problema kehidupan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi untuk
mengatasinya. Konsep kecakapan hidup lebih luas dari keterampilan vokasional atau keterampilan untuk
bekerja. Orang yang tidak bekerja, misalnya ibu rumah tangga atau orang yang sudah pensiun tetap
memerlukan kecakapan hidup. Seperti halnya orang yang bekerja, mereka juga menghadapi berbagai
masalah yang harus dipecahkan, orang yang sedang menempuh pendidikanpun memerlukan kecakapan
hidup, karena mereka tentunya juga memiliki permasalahan kehidupan.
Pendidikan berorientasi kecakapan hidup bagi peserta didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan
memecahkan problema hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat,
maupun sebagai warga negara. Apabila hal ini dapat dicapai, maka faktor ketergantungan terhadap
lapangan pekerjaan yang sudah ada sebagai akibat tingginya pengangguran, dapat diturunkan, yang
berarti produktivitas nasional akan meningkat secara bertahap. (Depdiknas, diolah)
1. B. KOMPONEN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP
Konsep kecakapan-kecakapan tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut:
C. PENGINTERNALISASIAN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DALAM SEMUA MATA
PELAJARAN
Pendidikan kecakapan hidup sudah menjadi suatu kebijakan seiring dengan berlakunya Standar Isi dan
Standar Kompetensi Lulusan. Standar isi dan standar kompetensi ini akan menjadi acuan daerah/sekolah
dalam mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada masing-masing jenjang
pendidikan. Oleh karena itu, pengembangan kecakapan hidup dengan sendirinya harus mengacu kepada
standar-standar yang telah ditetap pemerintah. Standar isi dan standar kompetensi lulusan merupakan
salah satu bagian dari Standar Nasional Pendidikan. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat
kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompertensi tamatan, kompetensi bahan kajian,
kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh satuan pendidikan.
Dokumen standar isi mencakup: (1) kerangka dasar kurikulum, (2) struktur kurikulum, (3) standar
kompetensi dan kompetensi dasar, (4) beban belajar, dan (5) kalender pendidikan.
Muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum adalah: pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan,
bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan
jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan, pembiasaan dan muatan lokal. Masing-masing muatan
memiliki tujuan pendidikan yang berbeda dan peluang untuk memasukkan kecakapan hidup secara
terintegratif. Berikut ini disajikan contoh muatan wajib, tujuan, dan pengembangan kecakapan hidup.
Tabel 1: Muatan Wajib, Tujuan Pendidikan, dan Pengembangan Kecakapan Hidup
Pengembangan Kecakapan Hidup
Kecaka Kecaka
pan Kecakapan pan Kecakapan
No Mata Pelajaran Tujuan Pendidikan Personal Sosial Akademik Vokasional
Mengembangkan pengetahuan,
Ilmu pemahaman, dan kemampuan
Pengetahuan analisis peserta didik terhadap
6 Sosial kondisi sosial masyarakat √ √ √ √
Membentuk pemahaman
terhadap potensi sesuai dengan
ciri khas di daerah tempat
10 Muatan Lokal tinggalnya √ √ √ √
Bekerja sama
Mengendalikan emosi
« Berfikir kritis Interaksi dalam kelompok
« Berfikir logis Mengelola Konflik
« Komitmen µ Menguasai pengetahuan Berpartisipasi
« Mandiri µ Bersikap ilmiah Membudayakan sikap sportif
« Percaya diri µ Berfikir strategis Disiplin
« Tanggung jawab µ Berkomunikasi ilmiah Membudayakan hidup sehat
« Menghargai dan menilai diri µ Merancang penelitian ilmiah Mendengar
« Menggali dan mengolah µ Melaksanakan penelitian Berbicara
informasi µ Menggunakan teknologi Membaca
« Mengambil keputusan µ Bersikap kritis rasional Kecakapan menuliskan
pendapat/gagasan
Bekerja sama dengan teman sekerja
Kecakapan memimpin
1. MI Negeri Cinisti Kab. Garut memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk
mengembangkan kecakapan hidupnya dari satuan pendidikan formal yang lain dan atau nonformal di luar
sekolah.
1. 2. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global
1. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dikembangkan pada semua mata pelajaran dan
muatan lokal yang dilakukan dengan cara mengembangkan pelajaran dengan memperhatikan,
menyesuasikan, dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global lebih difokuskan pada pembelajaran mata
pelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Arab, IPA, Muatan Lokal, Bahasa Sunda, serta pengembangan diri
3. c. Sekolah memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk mengikuti pendidikan
berbasis keunggulan lokal dan global dari satuan pendidikan formal yang lain dan atau nonformal yang
sudah memperoleh akreditasi.
Pada intinya pendidikan kecakapan hidup membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan
belajar, menyadari dan mensyukuri potensi diri untuk dikembangkan dan diamalkan, berani menghadapi
problema kehidupan, serta memecahkannya secara kreatif. Pendidikan kecakapan hidup bukanlah mata
pelajaran, sehingga dalam pelaksanaannya tidak perlu merubah kurikulum dan menciptakan mata
pelajaran baru. Yang diperlukan disini adalah mereorientasi pendidikan dari mata pelajaran ke orientasi
pendidikan kecakapan hidup melalui pengintegrasian kegiatan-kegiatan yang pada prinsipnya membekali
peserta didik terhadap kemampuan-kemampuan tertentu agar dapat diterapkan dalam kehidupan
keseharian peserta didik. Dengan prinsip ini, mata pelajaran dipahami sebagai alat untuk dikembangkan
kecakapan hidup yang nantinya akan digunakan oleh peserta didik dalam menghadapi kehidupan nyata.
Prinsip-prinsip pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup sebagai berikut:
1. Tidak mengubah sistem pendidikan yang berlaku
2. Tidak mengubah kurikulum yang berlaku
3. Pembelajaran menggunakan prinsip empat pilar, yaitu: belajar untuk tahu, belajar menjadi diri sendiri,
belajar untuk melakukan, dan belajar untuk mencapai kehidupan bersama
4. Belajar konstekstual dengan menggunakan potensi lingkungan sekitar sebagai wahana pendidikan
5. Mengaitkan dengan kehidupan nyata
6. Mengarah kepada tercapainya hidup sehat dan berkualitas, memperluas wawasan dan pengetahuan,
memiliki akses untuk memenuhi standar hidup secara layak
BAB VIII
KETUNTASAN BELAJAR, SISTEM PENILAIAN, PINDAH MADRASAH DAN KELULUSAN
A. KETUNTASAN BELAJAR
Ketuntasan belajar didasarkan hasil analisis SKBM/KKM tiap mata pelajaran yang telah dilakukan oleh
guru. Tinjauan analisis didasarkan kompleksitas tiap KD, tingkat kemampuan siswa memahami pelajaran
(intake), serta daya dukung (kemampuan guru, dukungan masyarakat, sarana dan prasarana).
Berdasarkan hasil analisis di atas, MI Negeri Cinisti Kab. Garut menetapkan SKBM/KKM (Ketuntasan
Kompetensi Minimal) sebagaimana dalam tabel berikut.
Penentuan KKM tersebut berdasarkan pada :
1. Kompleksitas KD / Indikator
Kompleksitas artinya kesulitan / kerumitan setiap indikator / KD yang harus dicapai oleh siswa.
INTERVAL ANALISIS
KOMPLEKSITAS Rentang Angka Keterangan
Sedang 65 – 79
Agama 68 68 68
1. Qur’an Hadits 68 68 68
2. Aqidah Akhlaq 68 68 68
3. Fiqih 63 63 63
1 4. Bahasa Arab 68 68 68
No. Mata Pelajaran KKM Kls I – II KKM Kls III-IV KKM Kls IV-VI
5. SKI
2 Pendidikan Kewarganegaraan 68 68 68
3 Bahasa Indonesia 68 68 68
4 Bahasa Inggris 63 63 63
5 Matematika 63 63 63
6 IPA 63 63 63
7 IPS 68 68 68
8 Seni Budaya 68 68 68
9 Pendididkan Jasmani 68 68 68
11 Bahasa sunda 63 63 63
12
CATATAN DAN KETERANGAN :
1. Peserta didik yang belum mencapai SKBM/KKM harus mengikuti program remedi sampai mencapai
SKBM/KKM. Pelaksanaan remedi maksimal dua kali.
2. Peserta didik yang mencapai nilai 80 % – 90 % dapat mengikuti program pengayaan.
3. Peserta didik yang mencapai nilai 91% – 100% dapat mengikuti program percepatan (accelerated)
kelompok.
4. Kegiatan perbaikan dan pengayaan dilaksanakan di luar jam tatap muka (sepulang sekolah) dengan jadwal
sebagaimana yang telah dirancang oleh masing-masing guru Mata Pelajaran / Guru Kelas.
1. B. SISTEM PENILAIAN :
Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang
pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran tertentu.
Untuk itu, diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Keputusan tersebut berhubungan dengan sudah atau belum berhasilnya peserta didik dalam mencapai
suatu kompetensi. Jadi penilaian kelas merupakan salah satu pilar dalam pelaksanaan kurikulum berbasis
kompetensi.
Data yang diperoleh guru selama pembelajaran berlangsung dapat dijaring dan dikumpulkan melalui
prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi atau hasil belajar yang akan dinilai. Oleh
sebab itu, penilaian kelas lebih merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru
untuk memberikan keputusan, dalam hal ini nilai terhadap hasil belajar peserta didik berdasarkan tahapan
belajarnya. Dari proses ini, diperoleh potret/profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tercantum dalam kurikulum.
Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan,
penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian
hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik.
Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai cara, seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian
sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui
kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portfolio), dan penilaian diri.
Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal diadakan dalam suasana yang menyenangkan,
sehingga memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Hasil
belajar seorang peserta didik tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta didik lainnya, tetapi
dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya. Dengan demikian peserta didik tidak merasa
dihakimi oleh guru tetapi dibantu untuk mencapai apa yang diharapkan.
1. Kriteria Penilaian Kelas
a. Validitas
Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk
mengukur kompetensi. Dalam pelajaran bahasa Indonesia misalnya, guru menilai kompetensi berbicara.
Penilaian valid jika menggunakan tes lisan. Jika menggunakan tes tertulis penilaian tidak valid.
b. Reliabilitas
Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian. Penilaian yang reliable (ajeg)
memungkinkan perbandingan yang reliable dan menjamin konsistensi. Misalnya guru menilai dengan
proyek, penilaian akan reliabel jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila proyek itu dilakukan lagi
dengan kondisi yang relatif sama. Untuk menjamin penilaian yang reliabel petunjuk pelaksanaan proyek
dan penskorannya harus jelas.
c. Terfokus pada kompetensi
Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi
(rangkaian kemampuan), bukan hanya pada penguasaan materi (pengetahuan).
d. Keseluruhan/Komprehensif
Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam
kompetensi peserta didik, sehingga tergambar profil kompetensi peserta didik.
e. Objektivitas
Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif. Untuk itu, penilaian harus adil, terencana,
berkesinambungan, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pemberian skor.
f. Mendidik
Penilaian dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran bagi guru dan meningkatkan kualitas belajar
bagi peserta didik.
2. Prinsip Penilaian Kelas
Dalam melaksanakan penilaian, guru sebaiknya:
1. Memandang penilaian dan kegiatan belajar-mengajar secara terpadu.
2. Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian sebagai cermin diri.
3. Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pembelajaran untuk menyediakan berbagai jenis
informasi tentang hasil belajar peserta didik.
4. Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik.
5. Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam pengamatan kegiatan
belajar peserta didik.
6. Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi. Penilaian kelas dapat dilakukan dengan cara
tertulis, lisan, produk portofolio, unjuk kerja, proyek, dan pengamatan tingkah laku.
7. Melakukan Penilaian kelas secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan
hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan
kenaikan kelas. Hal ini berarti suatu aktivitas penilaian dapat dilakukan setelah peserta didik mempelajari
setiap kompetensi. Guru menetapkan tingkat pencapaian kompetensi peserta didik berdasarkan hasil
belajarnya pada kurun waktu tertentu (akhir semester atau akhir tahun).
Agar penilaian objektif, guru harus berupaya secara optimal untuk (1) memanfaatkan berbagai bukti hasil
kerja peserta didik dan tingkah laku dari sejumlah penilaian, (2) membuat keputusan yang adil tentang
penguasaan kompetensi peserta didik dengan mempertimbangkan hasil kerja (karya)
3. Penilaian Hasil Belajar Masing-masing Kelompok Mata Pelajaran
1. a. Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam :
Sistem penilaian menggunakan PBK. Teknik penilaian Pendidikan Agama Islam dilakukan dengan cara tes
dan non tes. Bentuk penilaian berupa tes tertulis, tes lisan dan unjuk kerja.
1. b. Sistem Penilaian Mata Pelajaran PKn :
Teknik penilaian PKn dilakukan dengan cara tes dan non tes. Bentuk penilaian berupa portofolio, unjuk
kerja, penilaian sikap, penilaan tertulis dan non tertulis.
1. c. Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia :
Sistem penilaian menggunakan PBK. Penilaian ini diarahkan pada mendengarkan, berbicara, membaca,
menulis dan sastra. Penilaian dilaksanakan untuk mengukur kemajuan belajar dan hasil belajar. Teknik
penilaian berupa tes dan non tes.
1. d. Sistem Penilaian Mata Pelajaran Matematika :
Sistem penilaian menggunakan PBK. Teknik penilaian matematika dilakukan dengan cara tes dan non tes.
Bentuk penilaian berupa tes tertulis, tes lisan, unjuk kerja, penugasan dan portofolio.
1. e. Sistem Penilaian Mata Pelajaran IPA :
Sistem penilaian menggunakan PBK. Penilaian ini diarahkan pada pemahaman dan penerapan konsep
serta kinerja ilmiah. Penilaian dilaksanakan untuk mengukur kemajuan belajar dan hasil belajar. Teknik
penilaian IPA dilakukan dengan cara tes dan non tes. Penentuan teknik penilaian disesuaikan dengan
karakteristik kompetensi dasar dan indikator. Bentuk penilaian berupa tes tertulis, tes lisan, tes identifikasi,
unjuk kerja, tugas proyek, penilaian sikap dan portofolio.
1. f. Sistem Penilaian Mata Pelajaran IPS :
Sistem penilaian menggunakan PBK. Penilaian ini diarahkan pada pemahaman dan penerapan konsep.
Penilaian dilaksanakan untuk mengukur kemajuan belajar dan hasil belajar. Teknik penilaian dilakkan
dengan cara tes tulis, tes lisan dan penugasan. Penentuan teknik penilaian disesuaikan dengan
karakteristik kompetensi dasar dan indikator. Bentuk penilaian berupa uraian singkat, pilihan ganda, tugas
rumah, kuis, unjuk kerja, dan portofolio.
1. g. Sistem Penilaian Mata Pelajaran Seni Budaya :
Sistem penilaian menggunakan PBK. Penilaian ini diarahkan pada penguasaan konsep dan praktek.
Penilaian dilaksanakan untuk mengukur kemajuan belajar dan hasil belajar. Teknik penilaian dilakkan
dengan cara tes tulis, tes lisan dan praktek. Penentuan teknik penilaian disesuaikan dengan karakteristik
kompetensi dasar dan indikator. Bentuk penilaian berupa uraian singkat, pilihan ganda, tugas rumah, unjuk
kerja, dan portofolio.
1. h. Sistem Penilaian Mata Pelajaran Penjaskes :
Sistem penilaian menggunakan PBK. Penilaian ini diarahkan pada penguasaan konsep dan praktek.
Penilaian dilaksanakan untuk mengukur kemajuan belajar dan hasil belajar. Teknik penilaian dilakkan
dengan cara tes tulis, tes lisan dan praktek. Bentuk penilaian berupa uraian singkat, pilihan ganda, dan
unjuk kerja.
1. i. Sistem Penilaian Mata Pelajaran TIK :
Sistem penilaian menggunakan PBK. Penilaian ini diarahkan pada pemahaman dan penerapan konsep.
Penilaian dilaksanakan untuk mengukur kemajuan belajar dan hasil belajar. Teknik penilaian dilaksanakan
dengan tes dan non tes. Penentuan teknik penilaian disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dasar
dan indikator. Bentuk penilaian berupa tes tulis (tes identifikasi), unjuk kerja dan penilaian sikap.
1. j. Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Sunda :
Sistem penilaian menggunakan PBK. Teknik penilaian Bahasa Sunda dilakukan dengan cara tes dan non
tes. Bentuk penilaian berupa tes tertulis, tes lisan dan unjuk kerja.
1. k. Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Inggris :
Sistem penilaian menggunakan PBK. Penilaian ini diarahkan pada mendengarkan, berbicara, membaca,
menulis dan sastra. Penilaian dilaksanakan untuk mengukur kemajuan belajar dan hasil belajar. Teknik
penilaian berupa tes dan non tes.
1. C. PINDAH MADRASAH
1. MI Negeri Cinisti Kab. Garut memfasilitasi siswa yang pindah Madrasah / Sekolah :
– Antar Madrasah / Sekolah pelaksana KTSP
– Antar Madrasah / Sekolah pelaksana KTSP dengan Madrasah / Sekolah yang belum
melaksanakan KTSP.
1. Untuk Pelaksanaan Pindah Madrasah / Sekolah lintas Propinsi / Kabupaten / Kota, dikoordinasikan dengan
Kandepag Kanwil Propinsi dan Mapenda Kab / Kota, serta Dinas Pendidikan Setempat.
2. Madrasah dapat menentukan persyaratan pindah/mutasi siswa sesuai dengan prinsip managemen
berbasis Madrasah, antara lain mencangkup hal-hal sebagai berikut :
Menyesuaikan bentuk Laporan Hasil Belajar ( LHBS ) dari Sekolah / Madrasah Asal sesuai dengan bentuk
Raport yang digunakan oleh Madrasah tujuan.
Melakukan Test Masuk pengendali Mutu ( UPM ) daerah atau Madrasah tertentu bagi siswa Pindahan.
1. KRITERIA KENAIKAN KELAS, KELULUSAN UJIAN MADRASAH DAN UJIAN NASIONAL
Kenaikan Kelas :
– Dilaksanakan pada setiap akhir tahun pelajaran
– Siswa dinyatakan tidak naik ke kelas II dan seterusnya, apabila yang bersangkutan tidak mencapai
ketuntasan belajar minimal, lebih dari 3 mata pelajaran
– Siswa dinyatakan tidak naik ke kelas VI, apabila yang bersangkutan tidak mencapai ketuntasan
belajar minimal, lebih dari 3 mata pelajaran
– Siswa yang tidak naik kelas, diwajibkan mengulang, yaitu mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran
pada tingkat kelas yang sama pada tahun pelajaran berikutnya.
– Madrasah melaporkan hasil penilaian kepada peserta didik, orang tua, dan pihak-pihak yang
berkepentingan.
– Laporan memuat deskripsi kemajuan dan hasil belajar secara utuh dan menyeluruh.
– Hasil penilaian dapat digunakan untuk mendiagnosis dan memberikan umpan balik untuk perbaikan
pembelajaran dan program pendidikan berikutnya.
Kriteria Kenaikan Kelas
Berdasarkan hasil rapat Dewan Guru MI Negeri Cinisti Kab. Garut hari Senin 30 Juni 2009 bahwa peserta
didik dinyatakan naik kelas apabila memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada dua semester di kelas yang diikuti.
2. Tidak terdapat nilai di bawah KKM maksimal 3 mata pelajaran pada semester yang diikuti.
3. Memiliki nilai minimal Baik untuk aspek kepribadian, kelakuan dan kerajinan pada semester yang diikuti.
4. Ketidakhadiran tanpa izin (alpa) maksimal 10% dari jumlah hari efektif.
– Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk semua pelajaran didasarkan pada KKM yang berlaku di MI
Negeri Cinisti Kab. Garut yaitu : KKM untuk Matematika, IPA, Bhs. Inggris, Bhs. Arab, dan Bhs. Sunda = 63
, sedangkan selain pelajaran tersebut KKMnya = 68.
– Mulai Tahun Pelajaran 2009/2010 kenaikan kelas diperketat terutama kenaikan kelas dari kelas V ke
kelas VI dengan tujuan untuk memotivasi siswa agar :
1. belajar dengan sungguh-sungguh
2. berperilaku dan berkepribadian yang baik
3. aktif masuk sekolah
1. Kriteria Kelulusan
1. Berdasarkan PP 19/2005 pasal 27 ayat 1, peserta didik dinyatakan lulus jika memenuhi syarat sebagai
berikut.
1. menyelesaikan seluruh program pembelajaran
2. memperoleh nilai minimal 65 (enam puluh lima pada penilaian akhir untuk seluruh kelompok mata
pelajaran:
1. agama dan akhlak mulia
2. kewarganegaraan dan kepribadian
3. estetika
4. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan
5. Lulus Ujian Sekolah untuk mata pelajaran Non Ujian Nasional
6. Lulus Ujian Nasional ( Sesuai dengan Peraturan Pemerintah atau Permendiknas )
1. Persyaratan Kelulusan lainya didasarkan atas 2 Aspek sebagai berikut :
1) Aspek Akademik, meliputi :
1. Memiliki nilai Raport yang lengkap untuk Kelas I s/d VI
2. Telah memiliki nilai Ujian untuk seluruh Mata Pelajaran yang diujikan
3. Tidak terdapat nilai Kurang dari/sama dengan 5,50 baik untuk ujian tulis maupun praktik seluruh Mata
Pelajaran yang diujikan dengan nilai rata-rata Ujian Nasional Maupun Ujian Madrasah tidak boleh kurang
dari/sama dengan 5,51
4. Aspek Non Akademik, meliputi :
1) Nilai rata-rata kepribadian ( Kelakuan, kerajinan, dan Kerapian ) pada Kelas VI Semester II minimal
Baik
2) Kehadiran di Madrasah pada Semester I dan II kelas VI minimal 90 % dari jumlah hari efektif
Seorang Siswa dinyatakan TIDAK LULUS apabila tidak memenuhi Aspek Akademik dan Non Akademik
seperti tersebut diatas.
BAB IX
REVISI DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Untuk menjaga reliabilitas dan Validitas Kurikulum yang dipakai perlu adanya aturan tentang revisi dan
atau perubahan, serta pengembangan kurikulum secara terarah. Dengan prinsip/ aturan sebagaimana
berikut :
1. A. TINJAUAN KURIKULUM
Tinjauan kurikulum merupakan kegiatan mengevaluasi kurikulum dengan membandingkan antara
kompetensi dasar atau standar kompetensi mata pelajaran yang dipersyaratkan secara nasional dengan
kondisi nyata di madrasah seperti manajemen pendidikan di madrasah, somber daya yang tersedia dan
pencapaian ketuntasan belajar siswa.
Tinjauan kurikulum dilaksanakan selambat-lambatnya satu tahun sekali dengan melibatkan para guru mata
pelajaran, waka kurikulum, waka kesiswaan, waka sarana dan prasarana.
Tinjauan kurikulum dimuat dalarn berita acara sebagaimana form berita acara tinjauan kurikulum (F-BATK)
dan disahkan oleh Kepala Madrasah.
1. B. REVISI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
Revisi atau perubahan kurikulum adalah upaya untuk selalu mengembangkan dan meningkatkan
pelayanan kualitas pendidikan yang ada di madrasah. Adapun proses perubahannya adalah sebagai
berikut :
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini bisa direvisi dan diubah apabila ada. perubahan kebijakan
pemerintah dalam kurikulum pendidikan dasar.
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini bisa direvisi dan diubah demi mempertimbangkan point a,
pada rapat kerja madrasah.
3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini bisa direvisi dan diubah dengam mempertimbangkan
masukan dari tim penyusun KTSP yang dibentuk madrasah dengan melibatkan semua elemen yang
dibutuhkan.
4. Selain pada point c, maka Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini bisa direvisi dan diubah apabila
pelaku pendidikan yang ada dalam madrasah ingin mengubah visi, misi dan tujuan pendidikan madrasah.
5. Perubahan pada point d hanya bisa dilakukan dengan rapat kerja madrasah.
6. Apabila tidak ada perubahan kurikulum pendidikan dasar secara, nasional oleh pemerintah, maka
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini setidak-tidaknya direvisi dan diubah serta dikaji pada setiap awal
tahun pelajaran baru.
1. C. PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN
MI Negeri Cinisti Kab. Garut melakukan Pengembangan Kurikulum secara parsial terhadap Kompetensi,
materi, metode dan evaluasi untuk lebih mengarah kepada tercapainya Visi Madrasah, sebagaimana
berikut :
1. Pengembangan kurikulum dilakukan untuk menjaga agar kurikulum yang digunakan oleh madrasah selalu
mengarah kepada tercapainya visi madrasah, sesuai dengan perkembangan IPTEK dan harapan
stakeholder
1. Pengembangan kurikulum dilaksanakan melalui proses tinjauan kurikulum yang dilakukan oleh manajemen
madrasah/sekolah, guru-guru dan stakeholders
2. Pengembangan kurikulum dilakukan baik secara menyeluruh maupun secara parsial.
3. Pengembangan kurikulum secara menyeluruh dilakukan jika kompetensi lulusan sudah tercapai atau ada
kebijakan baru dari pemerintah yang berkaitan dengan kurikulum madrasah/ sekolah
4. Pengembangan kurikulum secara parsial dilakukan terhadap kompetensi, materi, metode dan evaluasi
5. Pengembangan terhadap kompetensi dilakukan terhadap kompetensi mata pelajaran, standar kompetensi,
maupun kompetensi dasar.
6. Pengembangan terhadap kompetensi dilakukan dengan memperhatikan perubahan beban belajar,
pencapaian ketuntasan belajar mata pelajaran, perkembangan IPTEK, dan perkembangan sumber daya
baru di madrasah/ sekolah.
7. Pengembangan terhadap materi dilakukan dengan memperhatikan pengembangan kompetensi.
Pengembangan materi dimuat dalam silabus
8. Pengembangan terhadap metode dilakukan dengan memperhatikan pengembangan materi dan sumber
belajar baru yang tersedia. Pengembangan metode dimuat dalam silabus
9. Pengembangan terhadap evaluasi dilakukan dengan memperhatikan jenis kompetensi, alat ukur yang
tersedia dan sumberdaya yang tersedia. Pengembangan evaluasi dimuat dalam silabus
BAB X
KALENDER PENDIDIKAN
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu
tahun ajaran. Kalender pendidikan mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu
pembelajaran efektif dan hari libur.
Setiap permulaan tahun pelajaran, tim penyusun program di madrasah kami menyusun kalender
pendidikan untuk mengatur waktu kegiatan pembelajaran selama satu tahun ajaran yang mencakup
permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur. Pengaturan
waktu belajar di madrasah kami mengacu kepada Standar Isi dan disesuaikan dengan kebutuhan daerah,
karakteristik madrasah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, serta ketentuan dari
pemerintah/pemerintah daerah.
Beberapa aspek penting yang menjadi pertimbangan dalam menyusun kalender pendidikan sebagai
berikut:
– permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun
pelajaran pada setiap satuan pendidikan. Permulaan tahun pelajaran telah ditetapkan oleh Pemerintah
yaitu bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.
– minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun pelajaran.
Sekolah/madrasah dapat mengalokasikan lamanya minggu efektif belajar sesuai dengan keadaan dan
kebutuhannya.
– waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu, meliputi jumlah jam
pembelajaran untuk seluruh matapelajaran termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan
pengembangan diri.
– waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal.
Hari libur madrasah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional, dan/atau Menteri
Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya keagamaan, Kepala Daerah tingkat Kabupaten/Kota,
dan/atau organisasi penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.
– waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran,
hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.
– libur jeda tengah semester, jeda antarsemester, libur akhir tahun pelajaran digunakan untuk
penyiapan kegiatan dan administrasi akhir dan awal tahun.
– madrasahmemerlukan libur keagamaan lebih panjang dapat mengatur hari libur keagamaan tanpa
mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif.
– madrasah memerlukan kegiatan khusus dapat mengalokasikan waktu secara khusus tanpa
mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif.
– Hari libur umum/nasional atau penetapan hari serentak untuk setiap jenjang dan jenis pendidikan
disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten.
Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur dan kegiatan lainnya pada MI Negeri Cinisti Kab. Garut
berdasarkan Kalender Pendidikan MI Negeri Cinisti Kab. Garut Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah sebagai
berikut :
ALOKASI
NO KEGIATAN WAKTU KETERANGAN
1 Juli 2009 2 15 2 1 3
2 Agustus 2009 4 26 5 5
3 September 2009 4 – 4 4 6 4 30
4 Oktober 2009 20 12 4 2 7 13
5 November 2009 4 20 5 1 5
6 Desember 2009 4 24 4 3 7
7 Januari 2009 3 14 4 2 6 12
JML 21 124 18 28 8 6 6 11 75
SEMESTER II
NO BULAN JME HES HEF KTS LU LHB LS LPP LHR JML
1 Januari 2010 5 0
2 Februari 2010 4 23 4 1 5
3 Maret 2010 4 21 5 4 9
4 April 2010 4 25 4 1 5
5 Mei 2010 4 24 5 2 7
6 Juni 2010 4 24 5 1 6
7 Juli 2010 2 9 12 14
JML 20 122 25 19 12 46
Keterangan :
JME : Jumlah Minggu Efektif LU : Libur Umum
JPE : Jumlah Minggu Efektif LHB : Libur Hari Besar
HES : Hari Efektif Sekolah LS : Libur Semester
HEF : Hari Efektif Fakultatif LPP : Libur Permulaan Puasa
KTS : Kegiatan Tengah Semester LHR : Libur Hari Raya
PENGATURAN WAKTU KBM :
PERMULAAN TAHUN PELAJARAN
Permulaan Tahun Pembelajaran dimulai pada hari Senin minggu ketiga bulan Juli, atau apa bila hari
tersebut merupakan hari libur, maka permulaan tahun pelajaran dimulai pada hari berikutnya yang bukan
hari libur.
Hari-hari pertama masuk sekolah berlangsung selama 3 (tiga) hari dengan pengaturan sebagai berikut:
– Kelas I melaksanakan Masa Orientasi Siswa
– Kelas II – VI melaksanakan Tes Awal
WAKTU BELAJAR
Waktu belajar menggunakan sistem semester yang membagi 1 tahun pelajaran menjadi semester 1 (satu)
dan semester 2 (dua).
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan selama 6 (lima) hari, yaitu:
HARI WAKTU BELAJAR
07.30 –
08.05
Upacara 07.30 – 08.05 07.30 – 08.05 07.30 – 08.05 07.30 – 08.05 07.30 – 08.05
08.05 –
08.40 08.05 – 08.40 08.05 – 08.40 08.05 – 08.40 08.05 – 08.40 08.05 – 08.40
08.40 –
09.15 08.40 – 09.15 08.40 – 09.15 08.40 – 09.15 08.40 – 09.15 08.40 – 09.15
09.15 –
09.55 09.15 – 09.55 09.15 – 09.55 09.15 – 09.55 09.15 – 09.55 09.15 – 09.55
09.55 –
10.20 09.55 – 10.20 09.55 – 10.20 09.55 – 10.20 09.55 – 10.20 09.55 – 10.20
Istitahat Istitahat Istitahat Istitahat Istitahat Istitahat
BAB X
PENUTUP
Kurikulum yang disusun ini disesuaikan dengan potensi sumber daya dan kemampuan nyata yang ada di
madrasah dengan tetap mengakomodasi budaya setempat yakni budaya Jawa dengan dialek bahasa
Jawa yang khas. Implementasi kurikulum ini melibatkan seluruh komponen yang ada di sekolah, baik
kepala sekolah, komite, siswa, konselor, dan guru mata pelajaran maupun stakeholder untuk mencapai
tujuan sekolah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Walaupun Kurikulum ini telah disusun dengan seksama dan melibatkan tim yang diwakili oleh segenap
unsur yang ada di sekolah, namun masih ada kekurangannya, maka saran dan kritik dari semua pihak
yang bersifat membangun tetap kami harapkan agar kurikulum ini menjadi lebih sempurna.
Kurikulum ini dilengkapi Silabus dan RPP sebagaimana terlampir, untuk memudahkan guru
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan
Kurikulum ini setiap tahun terus dievaluasi oleh semua warga sekolah, karena itu setiap tahun diadakan
perbaikan perbaikan demi menuju kebaikan dan kesempurnaan yang menjadi harapan kita bersama.
Akhirnya kami bergharap agar kurikulum ini dapat menjadi pedoman operasional dalam melaksanakan
kegiatan Pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Cinisti Kabupaten Garut tahun pelajaran 2009/2010
dan tahun berikutnya.