Anda di halaman 1dari 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan jiwa merrupakan suatu bentuk gangguan dan kekacauan fungsi
mental atau kesehatan mental yg disebabkan oleh kegagalan mereaksinya
mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus ekstern dan
ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur
dari suatu bagian, suatu organ, atau sistem kejiwaan mental (Erlinafsiah, 2010).
Kesehatan menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan
sejahtera baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kecacatan. Secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya tidak adanya
gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik positif yang
menggambarkan keselarasan dan kesinambungan kejiwaan yang mencerminkan
kedewasaan dari kepribadian yang bersangkutan.
WHO (2013) menyatakan lebih dari 450 juta orang dewasa secara global
diperkirakan mengalami gangguan jiwa. Dari jumlah itu hanya kurang dari
separuh yang bias mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan. Menurut data
Kementerian Kesehatan tahun 2013 jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia
lebih dari 28 juta orang dengan kategori gangguan jiwa ringan 14,3% dan 17%
atau 1000 orang menderita gangguan jiwa berat. Di banding rasio dunia yang
hanya satu per mil, masyarakat Indonesia yang telah mengalami gangguan jiwa
ringan sampai berat telah mencapai 18,5% (Depkes RI, 2014). Gangguan jiwa
berat terbanyak di DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa
Tengah. (Kemenkes RI, 2013).
Salah satu jenis gangguan jiwa yang banyak dialami di masyarakat adalah
Halusinasi. Halusinasi adalah penyerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua panca indera dan terjadi disaat
individu sadar penuh (Depkes dalam Dermawan dan Rusdi, 2013). Jenis
halusinasi terdiri dari halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan, halusinasi
pembauan/penghidu, halusinasi pengecapan dan halusinasi perabaan. berdasarkan
data Depkes RI, 2014 halusinasi yang paling banyak dialami adalah Halusinasi
Pendengaran.
Halusinasi pendengaran adalah klien mendengar suara-suara yang tidak
berhubungan dengan stimulasi nyata yang orang lain tidak mendengarnya
(Dermawan dan Rusdi, 2013). Sedangkan menurut Kusumawati (2010) halusinasi
pendengaran adalah klien mendengar suara-suara yang jelas maupun tidak jelas,
dimana suara tersebut bisa mengajak klien berbicara atau melakukan sesuatu.
Menurut Dermawan dan Rusdi (2013) Dalam hal ini peran fungsi dan
tanggung jawab perawat psikiatri membantu pasien gangguan persepsi sensori
halusinasi pendengaran adalah dengan memberikan asuhan keperawatan
gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran. Pemberian asuhan
keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama
antara perawat dengan pasien, keluarga dan atau masyarakat untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal. Dalam meningkatkan derajat kesehatan jiwa,
kaitannya dengan halusinasi dengar adalah dengan cara menghardik halusinasi
sehingga diharapkan mampu untuk menghilangkan halusinasi/mengusir halusinasi
yang dialami klien.
Berdasarkan hasil laporan Puskesmas 3 Denpasar Utara masih banyak pasien
dengan gangguan persepsi sensori Halusinasi di masyarakat wilayah Puskesmas 3
Denpasar Utara. Menyadari pentingnya tindakan keperawatan pada pasien jiwa
dengan klien yang mengalami halusinasi pendengaran, kelompok terdorong untuk
menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan masalah utama
Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi di wilayah Puskesmas 3 Denpasar Utara.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien jiwa dengan masalah utama
Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tinjauan pustaka dari Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi.
b. Menjelaskan gambaran kasus dan asuhan keperawatan jiwa pada klien
dengan masalah utama Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa \
Menambah wawasan di bidang ilmu keperawatan jiwa dalam hal
pemberian pelayanan keperawatan jiwa khususnya dalam pemberian
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan persepsi sensori
Halusinasi.
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber informasi dan pedoman bagi pembuatan makalah atau
penulisan berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai