Anda di halaman 1dari 21

PRESENTASI KASUS 2018

TINJAUAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. M
Umur : 28 th
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Status pernikahan : Belum menikah
Suku bangsa : Bugis
Tanggal masuk :
Tanggal pemeriksaan :

II. ANAMNESA
Autoanamnesa (Tanggal, pukul 14.00 WIB)

KELUHAN UTAMA : Mencret-mencret

KELUHAN TAMBAHAN : -

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :

Pasien datang ke RSUD I Lagaligo dengan keluhan utama mencret


yang dialami sehari SMRS. BAB encer frekuensi >7 kali sehari. Tidak ada
ampas, tidak ada darah maupun lendir. Mual ada muntah tidak ada. Pasien
juga mengeluh kedua tungkai terasa lemah sejak 1 hari SMRS. Keluhan ini
muncul secara tiba – tiba setelah pasien selesai makan (makan nasi),
January 1, 2018

awalnya kelemahan terjadi pada tungkai kirinya kemudian pasien


beristirahat dengan harapan keluhannya membaik. Setelah istirahat,
keluhan pasien tidak membaik melainkan tungkai kanannya juga menjadi
lemah sehingga pasien tidak mampu bangun dan berdiri. Pasien merasakan
tungkai kanan dan kirinya semakin melemah dan akhirnya pasien dibawa

Departemen Neurologi RSPAD Gatot Soebroto 1


PRESENTASI KASUS 2018

ke RSPAD Gatot Soebroto. Pasien memakan makanan seperti biasanya,


yaitu nasi, lauk, dan sayur. Porsi makannya juga seperti biasa (1 piring).
Pasien menyangkal mengeluhkan rasa baal, kesemutan, sakit kepala, mual,
muntah, bicara cadel, gangguan menelan, wajah mencong ke satu sisi,
riwayat trauma maupun pingsan (penurunan kesadaran), demam, batuk-
pilek, pasien juga menyangkal melakukan aktivitas berat sebelum
keluhannya muncul.

Pasien pernah megalami keluhan yang serupa sebelumya dan


dirawat di RS sebanyak 5 – 6 kali sejak tahun 2008.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :


Hipertensi : disangkal
Diabetes melitus : disangkal
Sakit jantung : disangkal
Trauma kepala : disangkal

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan seperti pasien.

RIWAYAT KELAHIRAN/PERTUMBUHAN/PERKEMBANGAN :
Tidak ada kelainan

III. PEMERIKSAAN (03 Oktober 2011)


STATUS INTERNUS
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Gizi : Baik
January 1, 2018

Tanda vital :
Tekanan darah kanan : 120/80 mmHg
Tekanan darah kiri : 120/80 mmHg
Nadi kanan : 78 x/menit
Nadi kiri : 78 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit

Departemen Neurologi RSPAD Gatot Soebroto 2


PRESENTASI KASUS 2018

Suhu : 36,7 ºC
Limfonodi : Tidak teraba
Jantung : BJ I - II reguler, gallop (-), murmur (-)
Paru : Suara nafas vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki -/-
Hepar : Tidak teraba pembesaran
Lien : Tidak teraba pembesaran
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), CRT < 2”, sianosis (-)

STATUS PSIKIATRI
Tingkah laku : wajar
Perasaan hati : baik
Orientasi : baik
Jalan fikiran : baik
Daya ingat : baik

STATUS NEUROLOGI
Kesadaran : Compos Mentis, GCS : 15 ( E4M6V5 )
Sikap tubuh : Berbaring terlentang
Cara berjalan : Tidak dilakukan
Gerakan abnormal : Tidak ada

Kepala
Bentuk : Normocephal
Simetris : Simetris
Pulsasi a.Temporalis : Teraba
Nyeri tekan : Tidak ada
January 1, 2018

Leher
Sikap : Normal
Gerakan : Bebas tak terbatas
Vertebrae : Dalam batas normal
Nyeri tekan : Tidak ada

Departemen Neurologi RSPAD Gatot Soebroto 3


PRESENTASI KASUS 2018

Pulsasi a. Carotis : Teraba

TANDA RANGSANG MENINGEAL


Kanan Kiri
Kaku kuduk : (-)
Laseque : (-) (-)
Kernig : (-) (-)
Brudzinsky I : (-) (-)
Brudzinsky II : (-) (-)

NERVI KRANIALIS
Kanan Kiri
N I ( Olfactorius )
Daya penghidu : Normosmia Normosmia

N II ( Optikus )
Kanan Kiri
Ketajaman penglihatan : Baik Baik
Pengenalan warna : Baik Baik
Lapang pandang : Sama dengan pemeriksa
Fundus : Tidak dilakukan

N III ( Occulomotoris )/ N IV ( Trochlearis )/ N VI ( Abducens )


Kanan Kiri
Ptosis :(-) (-)
Strabismus :(-) (-)
January 1, 2018

Nistagmus :(-) (-)


Exopthalmus :(-) (-)
Enopthalmus :(-) (-)
Gerakan bola mata :
Lateral :(+) (+)
Medial :(+) (+)

Departemen Neurologi RSPAD Gatot Soebroto 4


PRESENTASI KASUS 2018

Atas lateral :(+) (+)


Atas medial :(+) (+)
Bawah lateral :(+) (+)
Bawah medial :(+) (+)
Atas :(+) (+)
Bawah :(+) (+)
Gaze :(+) (+)

Pupil :
Ukuran pupil : Ø 3 mm Ø 3 mm
Bentuk pupil : Bulat Bulat
Isokor/anisokor : Isokor
Posisi : ditengah ditengah
Reflek cahaya langsung :(+) (+)
Reflek cahaya tidak langsung : ( + ) (+)
Reflek akomodasi/konvergensi: ( + ) (+)

N V ( Trigeminus )
Kanan Kiri
Menggigit : Baik
Membuka mulut : Simetris
Sensibilitas atas :(+) (+)
Tengah :(+) (+)
Bawah :(+) (+)
Reflek masseter :(+) (+)
Reflek zigomatikus :(+) (+)
Reflek kornea : Tidak dilakukan
January 1, 2018

Reflek bersin : Tidak dilakukan

N VII ( Facialis )
Pasif
Kerutan kulit dahi : Simetris

Departemen Neurologi RSPAD Gatot Soebroto 5


PRESENTASI KASUS 2018

Kedipan mata : Simetris


Lipatan nasolabial : Simetris
Sudut mulut : Simetris
Aktif
Mengerutkan dahi : Simetris
Mengerutkan alis : Simetris
Menutup mata : Simetris
Meringis : Simetris
Mengembungkan pipi : Simetris
Gerakan bersiul : Baik
Daya pengecapan lidah 2/3 depan: Tidak dilakukan
Hiperlakrimasi : Tidak ada
Lidah kering : Tidak ada

N VIII ( Vestibulocochlearis )
Kanan Kiri
Mendengarkan suara gesekan jari tangan :(+) (+)
Mendengar detik jam arloji :(+) (+)
Test rinne : Tidak dilakukan
Test weber : Tidak dilakukan
Test swabach : Tidak dilakukan

N IX ( Glossopharyngeus )
Arcus pharynx : Simetris, tidak hiperemis
Posisi uvula : Di tengah
Daya pengecapan lidah 1/3 belakang : Tidak dilakukan
Reflek muntah : Tidak dilakukan
January 1, 2018

N X ( Vagus )
Denyut nadi : Teraba, Reguler
Arcus pharynx : Simetris
Bersuara : Baik
Menelan : Tidak ada gangguan.

Departemen Neurologi RSPAD Gatot Soebroto 6


PRESENTASI KASUS 2018

N XI ( Accesorius )
Memalingkan kepala : Normal
Sikap bahu : Simetris
Mengangkat bahu : Simetris

N XII ( Hipoglossus )
Menjulurkan lidah : Tidak ada deviasi
Kekuatan lidah : Simetris
Atrofi lidah : Tidak ada
Artikulasi : Baik
Tremor lidah : Tidak ada

MOTORIK
Gerakan : Bebas Bebas
Terbatas Terbatas

Kekuatan : 5555 5555


3333 3333

Tonus : Normotonus Normotonus


Normotonus Normotonus

Bentuk : Eutrofi Eutrofi


Eutrofi Eutrofi
January 1, 2018

REFLEK FISIOLOGI
Reflek tendon Kanan Kiri
Reflek bicep :(+) (+)
Reflek tricep :(+) (+)
Reflek brachioradialis :(+) (+)

Departemen Neurologi RSPAD Gatot Soebroto 7


PRESENTASI KASUS 2018

Reflek patella :(+) (+)


Reflek achilles :(+) (+)
Reflek periosteum : Tidak dilakukan
Reflek permukaan
Dinding perut : Tidak dilakukan
Cremaster : Tidak dilakukan
Spincter ani : Tidak dilakukan

REFLEK PATOLOGIS
Kanan Kiri
Hoffman tromer :(-) (-)
Babinski :(-) (-)
Chaddok :(-) (-)
Oppenheim :(-) (-)
Gordon :(-) (-)
Schafer :(-) (-)
Klonus paha :(-) (-)
Klonus kaki :(-) (-)

SENSIBILITAS
Kanan Kiri
Eksteroseptif
Nyeri :(+) (+)
Suhu : Tidak dilakukan
Taktil :(+) (+)
Propioseptif
Posisi :(+) (+)
January 1, 2018

Vibrasi : Tidak dilakukan


Tekanan dalam : ( + ) (+)

KOORDINASI DAN KESEIMBANGAN


Test romberg : Tidak dilakukan
Test tandem : Tidak dilakukan

Departemen Neurologi RSPAD Gatot Soebroto 8


PRESENTASI KASUS 2018

Test fukuda : Tidak dilakukan


Disdiadokokenesis : Tidak dilakukan
Rebound phenomen : Tidak dilakukan
Dismetri : Tidak dilakukan
Test tunjuk hidung : Tidak dilakukan
Test telunjuk-telunjuk : Tidak dilakukan
Test tumit lutut : Tidak dilakukan

FUNGSI OTONOM
Miksi
Inkontinentia : Tidak ada kelainan
Retensi : Tidak ada kelainan
Anuria : Tidak ada kelainan

Defekasi
Inkontinentia : Tidak ada kelainan
Retensi : Tidak ada kelainan

FUNGSI LUHUR
Fungsi bahasa : Baik
Fungsi orientasi : Baik
Fungsi memori : Baik
Fungsi emosi : Baik
Fungsi kognisi : Baik
January 1, 2018

Departemen Neurologi RSPAD Gatot Soebroto 9


PRESENTASI KASUS 2018

RESUME

ANAMNESA

Pasien datang ke RSPAD dengan keluhan utama kedua tungkai terasa


lemah sejak 1 hari SMRS. Keluhan ini muncul secara tiba – tiba setelah pasien
selesai makan (makan nasi), awalnya kelemahan terjadi pada tungkai kirinya
kemudian pasien beristirahat. Setelah istirahat, keluhan pasien tidak membaik
melainkan tungkai kanannya juga menjadi lemah sehingga pasien tidak mampu
bangun dan berdiri. Pasien merasakan tungkai kanan dan kirinya semakin
melemah dan akhirnya pasien dibawa ke RSPAD Gatot Soebroto. Pasien
memakan makanan seperti biasanya, yaitu nasi, lauk, dan sayur. Porsi makannya
juga seperti biasa (1 piring). Pasien pernah megalami keluhan yang serupa
sebelumya dan dirawat di RS sebanyak 5 – 6 kali sejak tahun 2008.

PEMERIKSAAN

Status Internis :
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Gizi : Baik
Kesadaran : Compos mentis, GCS = 15 ( E4M6V5 )
Tekanan darah kanan : 120/80 mmHg
Tekanan darah kiri : 120/80 mmHg
Nadi kanan : 78x/menit
January 1, 2018

Nadi kiri : 78x/menit


Pernapasan : 18 x/menit
Suhu : 36,7 0 C
Status Psikiatris : Wajar (dalam batas normal)

Departemen Neurologi RSPAD Gatot Soebroto 10


PRESENTASI KASUS 2018

Status Neurologis :
Motorik :
Gerakan : Bebas Bebas
Terbatas Terbatas

Kekuatan : 5555 5555


3333 3333

Tonus : Normotonus Normotonus


Normotonus Normotonus

Bentuk : Eutrofi Eutrofi


Eutrofi Eutrofi

Reflek fisiologis :
Kanan Kiri
Reflek bicep :(+) (+)
Reflek tricep :(+) (+)
Reflek brachioradialis : ( + ) (+)
Reflek patella :(+) (+)
Reflek achilles :(+) (+)

Reflek patologis :
Kanan Kiri
January 1, 2018

Hoffman tromer :(-) (-)


Babinski :(-) (-)
Chaddok :(-) (-)
Oppenheim :(-) (-)
Gordon :(-) (-)
Schafer :(-) (-)

Departemen Neurologi RSPAD Gatot Soebroto 11


PRESENTASI KASUS 2018

Hasil Pemeriksaan Penunjang :


 Laboratorium
Jenis HASIL
Rujukan
Pemeriksaan 03 Okt 2011 04 Okt 2011
Albumin 4,6 3,5 – 5,0 g/dL
SGOT 67 < 40 u/L
SGPT 29 < 35 u/L
Ureum 20 21 20 – 50 mg/dL
Kreatinin 1,0 1,1 0,5 -1,5 mg/dL
Natrium 145 143 135 – 145 mEq/L
Kalium 2,0 1,8 3,5 – 5,3 mEq/L
Klorida 98 94 97 – 107 mEq/L

Jenis HASIL
Rujukan
Pemeriksaan 05 Okt 2011 06 Okt 2011 07 Okt 2011
Natrium 144 144 147 135 – 145 mEq/L
Kalium 2,3 2,0 2,2 3,5 – 5,3 mEq/L
Klorida 97 92 96 97 – 107 mEq/L

 EKG
January 1, 2018

Interpretasi : sinus rhytm, 69 x/menit, Normo aksis, P wave 0,08, PR interval


0,16, QRS kompleks 0,04, ST Δ (-), T changes (-)

Departemen Neurologi RSPAD Gatot Soebroto 12


PRESENTASI KASUS 2018

Kesan : dalam batas normal

DIAGNOSIS
Diagnosis klinis : Paraparese Inferior tipe LMN
Diagnosis topik : Miogenik
Diagnosis etiologi : Paralisis periodik hipokalemia
Diagnosis interna : Diare Akut + hipokalemia

DIAGNOSA BANDING : Guillian Barre Syndrom


Myastenia Gravis

TERAPI
Non medikamentosa :
 Tirah baring
 Diet tinggi kalium

Medikamentosa :
 IVFD RL 20 tts / menit
 Mecobalamin injeksi 1 ampul/12 jam/intravena
 Ranitidin 1 ampul/12 jam
 Ondansetron 1 ampul/12 jam
 KSR 2x1 tablet
 Cotrimoxazole 2x960 mg
 Loperamid 2-1-1
January 1, 2018

PEMERIKSAAN ANJURAN
 Laboratorium : Darah lengkap : Hb, Ht, leukosit, trombosit
Kimia : Ureum, kreatinin, kolesterol, trigliserida, gula darah

Elektroit : Na, K, Cl

 EKG

Departemen Neurologi RSPAD Gatot Soebroto 13


PRESENTASI KASUS 2018

 Foto rontgen thoraks

PROGNOSA

Ad vitam : Ad bonam
Ad fungsionam : Ad bonam
Ad santionam : Ad bonam
Ad cosmeticum : Ad bonam

FOLLOW UP :
 Tanggal 04 Oktober 2011
S : Lemah kedua tungkai, demam (-), rasa baal (-), BAB dan BAK normal
O : Keadaan Umum = Tampak Sakit Sedang
Kesadaran = CM (GCS = E4M6V5)
TD = 110/70 mmHg RR = 18 x/menit
N = 82 x/menit T = 36,5°C

Status Neurologis :
Tanda perangsangan meningeal : (-)
Tanda peningkatan TIK : (-)
Nervi kranialis : dalam batas normal
Motorik :
Gerakan : Bebas Bebas Tonus: Normotonus Normotonus
Terbatas Terbatas Normotonus Normotonus

Kekuatan : 5555 5555 Bentuk : Eutrofi Eutrofi


3333 3333 Eutrofi Eutrofi
January 1, 2018

Reflek fisiologis :
Kanan Kiri
Reflek bicep :(+) (+)
Reflek tricep :(+) (+)
Reflek brachioradialis : ( + ) (+)

Departemen Neurologi RSPAD Gatot Soebroto 14


PRESENTASI KASUS 2018

Reflek patella :(+) (+)


Reflek achilles :(+) (+)
Reflek patologis : (-)

A : Diagnosa klinis : Paraparese Inferior tipe LMN


Diagnosa topis : Miogenik
Diagnosa etiologis : Paralisis periodik hipokalemia
P : - IVFD RL 20 tts / menit
- Koreksi KCL 25 mEq/ kolf. 12 jam
- KSR 3x1 tablet
- Neurobion 2x1 tablet 500
 Tanggal 05 Oktober 2011
S : Lemah kedua tungkai (perbaikan)
O : Keadaan Umum = Tampak Sakit Sedang
Kesadaran = CM (GCS = E4M6V5)
TD = 120/80 mmHg RR = 22 x/menit
N = 80 x/menit T = 36,2°C

Status Neurologis :
Tanda perangsangan meningeal : (-)
Tanda peningkatan TIK : (-)
Nervi kranialis : dalam batas normal
Motorik :
Gerakan : Bebas Bebas Tonus: Normotonus Normotonus
Bebas Bebas Normotonus Normotonus

Kekuatan : 5555 5555 Bentuk : Eutrofi Eutrofi


5555 5555 Eutrofi Eutrofi
January 1, 2018

Reflek fisiologis :
Kanan Kiri
Reflek bicep :(+) (+)
Reflek tricep :(+) (+)
Reflek brachioradialis : ( + ) (+)
Reflek patella :(+) (+)

Departemen Neurologi RSPAD Gatot Soebroto 15


PRESENTASI KASUS 2018

Reflek achilles :(+) (+)


Reflek patologis : (-)

A : Diagnosa klinis : Paraparese Inferior tipe LMN


Diagnosa topis : Miogenik
Diagnosa etiologis : Paralisis periodik hipokalemia

P : - IVFD RL 20 tts / menit


- Koreksi KCL 25 mEq/ kolf. 12 jam
- KSR 3x1 tablet
- Neurobion 2x1 tablet 500

 Tanggal 06 Oktober 2011


S : Lemah kedua tungkai (perbaikan), sakit kepala, linu pada punggung
sampai dengan pinggul
O : Keadaan Umum = Tampak Sakit Sedang
Kesadaran = CM (GCS = E4M6V5)
TD = 110/70 mmHg RR = 18 x/menit
N = 84 x/menit T = 36,7°C

Status Neurologis :
Tanda perangsangan meningeal : (-)
Tanda peningkatan TIK : (-)
Nervi kranialis : dalam batas normal
Motorik :
Gerakan : Bebas Bebas Tonus: Normotonus Normotonus
Bebas Bebas Normotonus Normotonus

Kekuatan : 5555 5555 Bentuk : Eutrofi Eutrofi


January 1, 2018

5555 5555 Eutrofi Eutrofi

Reflek fisiologis :
Kanan Kiri
Reflek bicep :(+) ( ++ )
Reflek tricep :(+) (+)

Departemen Neurologi RSPAD Gatot Soebroto 16


PRESENTASI KASUS 2018

Reflek brachioradialis : ( + ) (+)


Reflek patella :(+) (+)
Reflek achilles :(+) (+)
Reflek patologis : (-)

A : Diagnosa klinis : Paraparese Inferior tipe LMN


Diagnosa topis : Miogenik
Diagnosa etiologis : Paralisis periodik hipokalemia
P : - IVFD RL 20 tts / menit
- Koreksi KCL 25 mEq/ kolf. 12 jam
- KSR 3x1 tablet
- Neurobion 2x1 tablet 500
 Tanggal 07 Oktober 2011
S : Lemah kedua tungkai, demam (-), rasa baal (-), BAB dan BAK normal
O : Keadaan Umum = Tampak Sakit Sedang
Kesadaran = CM (GCS = E4M6V5)
TD = 120/80 mmHg RR = 18 x/menit
N = 80 x/menit T = 36,7°C

Status Neurologis :
Tanda perangsangan meningeal : (-)
Tanda peningkatan TIK : (-)
Nervi kranialis : dalam batas normal
Motorik :
Gerakan : Bebas Bebas Tonus: Normotonus Normotonus
Bebas Bebas Normotonus Normotonus

Kekuatan : 5555 5555 Bentuk : Eutrofi Eutrofi


5555 5555 Eutrofi Eutrofi
January 1, 2018

Reflek fisiologis :
Kanan Kiri
Reflek bicep :(+) (+)
Reflek tricep :(+) (+)
Reflek brachioradialis : ( + ) (+)

Departemen Neurologi RSPAD Gatot Soebroto 17


PRESENTASI KASUS 2018

Reflek patella :(+) (+)


Reflek achilles :(+) (+)
Reflek patologis : (-)

A : Diagnosa klinis : Paraparese Inferior tipe LMN


Diagnosa topis : Miogenik
Diagnosa etiologis : Paralisis periodik hipokalemia

P : - IVFD RL 20 tts / menit


- Koreksi KCL 25 mEq/ kolf. 12 jam
- KSR 3x1 tablet
- Neurobion 2x1 tablet 500

ANALISA KASUS

Diagnosis pada pasien ini adalah :


Diagnosa Klinis : Paraparese inferior tipe LMN
Diagnosa Topis : Miogenik
Diagnosa Etiologi : Paralisis periodik hipokalemia

Diagnosis tersebut ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik


dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesa :
o Tn. H 30 thn datang ke RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan utama, kedua
tungkai terasa lemah sejak 1 hari SMRS, pertama kali dirasakan pada tungkai
kiri, kemudian tungkai kanan. Pasien tidak mengeluhkan rasa baal, kesemutan,
bicara cadel, wajah mencong ke satu sisi.
Dari keluhan utama pasien menunjukkan adanya kelemahan akut pada
daerah ekstremitas, hal ini dapat merupakan manifestasi klinis dari stroke,
January 1, 2018

tetapi setelah dianamnesa lebih lanjut mengenai keluhan utamanya maka


diagnosis stroke dapat dilemahkan karena pasien tidak mengeluhkan
adanya gangguan sensoris dan gangguan pada saraf kranial, tetapi hal ini
masih memungkinkan terjadi stroke apabila lesi hanya berada di korteks
motorik. Selain itu keluhan pasien yang bersifat motorik dan timbul secara

Departemen Neurologi RSPAD Gatot Soebroto 18


PRESENTASI KASUS 2018

berkala, dapat mengarah kepada kelemahan tipe LMN, adapun penyakit


yang dapat menimbulkan kelemahan tipe LMN adalah paralisis periodik,
gullian barre sindrom, miastenia gravis

o Pasien menyangkal adanya keluhan sakit kepala, mual, muntah, gangguan


menelan, riwayat penurunan kesadaran maupun trauma/terjatuh, demam,
batuk-pilek
Berdasarkan keluhan pasien tersebut menunjukan bahwa tidak adanya
tanda peningkatan intrakranial, dan gangguan fungsi otonom yang semakin
melemahkan diagnosa stroke dan mempertegas bahwa kelemahan yang
dialami pasien bersifat murni motorik. Selain itu melemahkan pula
diagnosa gullian barre sindrom karena pasien tidak memiliki riwayat
demam maupun batuk-pilek dalam 1 bulan terakhir.
Diagnosa miastenia gravis juga dapat dilemahkan karena pada miastenia
gravis, kelemahan terutama terjadi pada otot yang sering digunakan seperti
otot bola mata, otot – otot untuk menelan dan berbicara.

o Pasien mengeluhkan kelemahan ini setelah makan makanan berat (nasi),


Pasien memakan makanan seperti biasanya, yaitu nasi, lauk, dan sayur. Porsi
makanannya juga seperti biasa (1 piring), Keluhan seperti ini sudah beberapa
kali dialami pasien (± 6 kali) dan dirawat di RS.
Berdasarkan keluhan pasien semakin memperkuat diagnosa paralisis
periodik, dimana kelemahan pada paralisis periodik dapat terjadi pada pagi
hari sehabis bangun tidur, setelah aktivitas fisik yang berat maupun setelah
memakan makanan dengan kandungan tinggi karbohidrat. Selain itu pada
paralisis periodik juga tidak disertai dengan keluhan sensorik. Pasien juga
sudah beberapa kali merasakan keluhan yang sama, hal ini menguatkan
diagnosa periodik paralise yaitu serangan sudah terjadi berulang.
January 1, 2018

o Pada pemeriksaan fisik ditemukan kelemahan pada kedua tungkai, hal ini
sesuai dengan kepustakaan dimakan dikatakan bahwa pada periodik paralisis
ini ditandai dengan kelemahan dari otot-otot skeletal episodik tanpa gangguan
dari sensoris ataupun kognitif yang berhubungan dengan kadar kalium yang

Departemen Neurologi RSPAD Gatot Soebroto 19


PRESENTASI KASUS 2018

rendah di dalam darah. Pada refleks fisiologis tidak didapatkan peningkatan


refleks, hal ini menyingkirkan semua diagnose banding dari lesi UMN.

o Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hipokalemia, hal ini menunjukkan


kelemahan otot pada pasien terjadi karena hipokalemia, menurut kepustakaan
periodik paralise adalah kelainan yang ditandai dengan hilangnya kekuatan
otot, umumnya terkait dengan abnormalitas K+ dan abnormalnya respon akibat
perubahan K+ dalam serum. Periodik paralise dapat dikelompokkan menjadi
(1) Periodik paralise hipokalemia yang dapat disebabkan oleh : genetik,
hipertiroid, hiperaldosteronism, gagal ginjal kronik dan idiopatik, (2) Periodik
paralise hiperkalemia. (3). Periodik paralise normokalemia

o Pada pemeriksaan EKG tidak ditemukan adanya kelainan. Pada pasien


paralisis periodik hipokalemia perlu dilakukan pemeriksaan EKG, karena
keadaan hipokalemia dapat mengganggu kerja dari organ lain, terutama sekali
jantung yang banyak sekali mengandung otot dan berpengaruh terhadap
perubahan kadar kalium serum. Perubahan kerja jantung ini dapat dideteksi
dari pemeriksaan elektrokardiogram (EKG). Perubahan pada EKG ini dapat
mulai terjadi pada kadar kalium serum dibawah 3,5 dan 3,0 mEq/L. Kelainan
yang terjadi berupa inversi gelombang T, timbulnya gelombang U dan ST
depresi, pemanjangan dari PR, QRS, dan QT interval.

o Penatalaksaan pada pasien ini dilakukan berdasarkan :


Pada pasien ini diberikan IVFD RL 20 tetes per menit untuk memelihara
keseimbangan cairan dan elektrolit, serta untuk memasukkan obat melalui
vena.
Penatalaksanan priodik paralise hipokalemi harus didasari dengan prinsip
terapi untuk keadaan hipokalemia, yaitu mengembalikan jumlah kalium
January 1, 2018

dalam tubuh kembali ke nilai normal. Pemberian rutin kalium chlorida


(KCL) 5 hingga 10 g per hari secara oral dapat mencegah timbulnya
serangan pada kebanyakan pasien. Pada suatu serangan yang akut atau
berat, KCL dapat diberikan melalui intravena dengan dosis inisial 0,05
hingga 0,1 mEq/KgBB dalam bolus pelan, diikuti dengan pemberian KCL

Departemen Neurologi RSPAD Gatot Soebroto 20


PRESENTASI KASUS 2018

dalam 5 % manitol dengan dosis 20 hingga 40 mEq. Kepustakaan lain


KCL dapat diberikan dengan dosis 50 mEq/L dalam 250 cc larutan 5 %
manitol. Monitoring kadar kalium tiap 2-4 jam perlu dilakukan untuk
menghindari hiperkalemia terutama pada pemberian secara intravena.

o Prognosis pada pasien in ad bonam, karena dengan pengobatan konservatif


sebagian besar pasien akan pulih dan kembali menjalankan aktivitasnya
dengan normal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mesiano taufik. Periodik paralisis. Available from


http://images.omynenny.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SGZO5woKCrs
AAHuaWtE1/Periodik%20Paralisis.doc?nmid=92636614

2. Anonim. Periodic paralisys. Available from


http://www.scribd.com/doc/36553519/PERIODIK-PARALISIS

3. Anonim. Hipokalemic periodic paralisys. Available from


http://emedicine.medscape.com/article/1171678-overview

4. Price S A, Wilson L M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi


VI. Jilid II Penerbit Buku Kedokteran Jakarta; EGC, 2004

5. Sudoyo A. W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata K. M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam. Jilid I, Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI, 2006
January 1, 2018

Departemen Neurologi RSPAD Gatot Soebroto 21

Anda mungkin juga menyukai