Anda di halaman 1dari 20

Gagal Ginjal Akut

B. Definisi
Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah penurunan cepat fungsi ginjal (selama
beberapa jam hinga hari) dengan azotemia dan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit (Lemone.2015:1046).
Gagal Ginjal Akut merupakan gangguan fungsi ginjal yang terjadi secara
mendadak dengan tanda gejala khas berupa oliguira /anuria dengan peningkatan BUN
(Blood Ureum Nitrogen) atau kreatinin serum. Secara pengertian umum Gagal Ginjal
Akut juga disebut sebagai Acute Renal Failure (ARF) atau Acute Kidney Injury
(AKI). Gagal ginjal akut adalah suatu keadaan penurunan fungsi ginjal secara
mendadak akibat kegagalan sirkulasi renal,serta gangguan fungsi tubulus dan
glomerulus dengan manifestasi penurunan produksi urine dan terjadi azotemia
(peningkatan kadar nitrogen darah ,peningkatan kreatinin serum,dan retensi produk
metabolit yang harus dieksresikan oleh ginjal (Prabowo.2014:175).
Gagal ginjal akut adalah kemunduran yang cepat dari kemampuan ginjal
dalam membersihkan darah dari bahan-bahan racun, yang menyebabkan penibunan
limbah metabolik di dalam darah. Gagal ginjal akut bisa merupakan akibat dari
berbagai keadaan seperti berkurangnya aliran darah ke ginjal, penyumbatan aliran
kemih setelah meninggalkan ginjal atau trauma pada ginjal (Nurarif.2015:225).

C. Etiologi
Sekitar 55-70% kasus acute renal failur (ARF) mempunyai etiologi prerenal
yang disebabkan oleh penurunan oleh intravaskular (hipovolemia), kurangnya curah
jantung, atau gagal vaskular akibat vasodilatsi. Sekitar 25-40% kasus ARF
mempunyai etiologi gagal intra renal. Gagal intrarenal desebabkan kerusakan jaringan
ginjal, termasuk nekrosis tubular, nefrotolsisitas, dan perubaha sirkulasi darah ginjal.
Gagal postrenal (sekitar 5%) disebabkan obstruksi urine di antara ginjal dan meatus
uretra. (Lemone.2015:1047).
Penyebab lazim gagal ginjal akut :
1. Azetemia Prarenal (penurunan perfusi ginjal)

Deplesi volume cairan ekstrasel (ECF) absolut

a. Perdarahan :operasi besar,trauma;pascapartum.


b. Diuresis berlebihan
c. Kehilangan cairan dari gastrointestinal yang berat:muntah,diare.
d. Kehilangan cairan dari ruang ketiga:luka bakar,peritonitis,pankreatis.
Penurunan volume sirkulasi arteri yang efektif:
a. Penurunan curah jantung: infak miokardium,disritmia,gagal jantung
kongestif,tamponade jantung,emboli paru.
b. Vasodilatasi perifer : sepsis,anafilaksis,obat anastesi,antihipertensi,nitrat.
c. Hipoalbuminemia:sindrom nefrotik,gagal hati (serosis).
Perubahan hemodinamik ginjal primer:
a. Penghambat sintesis prostaglandin:aspirin dan obat NASID lain.
b. Vasodilatasi arteriol eferen:penghambat enzim pengonversi
angiotensin,misalnya kaptopril.
c. Obat vasokontriktor:obat alfa adrenergik
d. (misal:norepinefrin), angiotensin II
e. Sindrom hepatorenal.
Obstruksi vaskular ginajal bilateral:
2. Azetemia Pascarenal (obstruksi saluran kemih)
a. Obstruksi uretra:katup uretra,struktur uretra.
b. Obstruksi aliran keluar kandung kemih :hipertropi prostat,karsinoma.
c. Obstruksi ureter bilateral (unilateral jika satu ginjal berfungsi)
1. Intraureter :batu,bekuan darah
2. Ekstraureter (kompresi): fibrosis retroperitonial,neoplasma kandung
kemih,prostat,atau serviks,ligasi bedah yang tidak disengaja atau
cedera.
d. Kandung keih neurogenik.
3. Gagal Ginjal Akut Interinsik
a. Nekrosis tebular akut
1. Pascaischemik,syok,sepsis,bedah jantung terbuka,bedah aorta atau
semua yang merupakan penyebab azotemia berat.
2. Nefrotosik
a. Nefrotoksik estrogen
1. Antibiotik :aminoglikosida,amfoterisin B.
2. Media kontras teriodinasi (terutama pada penderita diabetes)
3. Logam berat:sisplatin,biklorida merkuri,arsen
4. Siklosporin,takrolimus
5. Pelarut:karbon tetraklorida,etiline glikol,metanol.
b. Nefrotoksin endogen
1. Pigmen intratubular :hemoglobine,mioglobin.
2. Protein intratubular :mieloma multiple.
3. Krista intratubular:asam urat
b. Penyakit vaskular atau glomerulus ginjal primer
1. Glomerulonefritis progresif cepat atau pascastreptokokus akut.
2. Hipertensi maligna
3. Serangan akut pada gagal ginjal kronis yang terkait pembatasan garam
atau air
c. Nefritis tubulointerstisial akut
1. Alergi:beta-laktam(penicilin,sefalosporin), sulfonamit.
2. Infeksi (misal: pielonefritis akut) (Prabowo.2014:179).

D. Manifestasi Klinik

Beberapa tanda dan gejala yang ditunjukan oleh klien gagal ginjal akut:

1. Oliguria/anuria
Kondisi ini dipicu oleh karena hipofiltrasi pada ginjal,sehingga output urine akan
mengalami penurunan bahkan tidak ada sama sekali (anuria). Untuk kejadian anuria
jarang sekali terjadi.
2. Azotemia
Hal ini dikarenakan timbunan kadar ureum kreatinin yang sangat tinggi dalam darah
karena tidak bisa diekskresikan oleh ginjal.
3. Ketidakseimbangan elektrolit
Merupakan dampak yang sering mengikuti gagal ginjal akut.
4. Asidosis metabolik
Merupakan dampak yang sering mengikuti dari gagal ginjal akut.
5. Manifestasi klinis pada GI Track
Bisa terjadi anoreksia,nausea,vomiting,diarea/konstipasi,stomatitis,pendarahan,
hematemesis,mukosa membran yang kering dan bau napas urea.
6. Manifestasi klinis pada sistem saraf pusat
Bisa terjadi pusing,ngantuk,iritabilitas meningkat,peripheral neuropathy,kejang dan
koma.
7. Manifestasi klinis pada integumen
Kulit kering,gatal,pucat,purpura dan bekuan ureum (jarang terjadi).
8. Manifestasi klinis pada kardioveskular
Hipotensi,hipertensi (kronis),aritmia,peningkatan cairan,gagal jantung,adema
sistemik,anemia dan perubahan mekanisme pembekuan darah.
9. Manifestasi klinis pada sistem pernapasan
Edema pulmonal,pernapasan kusmauls.
10. Panas
Jika ditemukan adanya panas,maka kemungkinan diindikasikan adanya infeksi.
(Prabowo.2014:180).

E. Komplikasi

Sebagai organ vital yang menjaga homeostasis tubuh,ginjal akan mengatur


beberapa proses regulasi. Oleh karena itu,gangguan fungsi/kegagalan fungsi fsiologis
pada ginjal akan berdampak pada ketidakseimbangan dalam sirkulasi dan
metabolisme tubuh. Berikut ini adalah beberapa potensial komplikasi yang bisa yang
terjadi pada pasien dengan gagal ginjal akut.

1. keseimbangan elektrolit tubuh.


a. Hiperkalemia
b. Hiponatremia
c. Asidosis metabolik
d. Hipokalesemia
e. Hiperphospatemia
f. Hipermagnesia
2. Fungsi Jantung dan Paru
a. Edema pulmonal
b. Perikarditis
c. Hipertensi
3. Gastrointestinal
a. Nausea
b. Vomiting
c. Anoreksia
d. Perdarahan
4. Hematologi
a. Anemia
b. Disfungsi platelet
5. Neurologis
a. Pusing
b. Obtundation
c. Asterixis
d. Myoclonus
e. Seizures
f. Dialytic
6. Infeksi pada traktus urinarius,paru-paru,luka operasi,dan sepsis
7. Intoksikasi obat (Lemone.2015:1048).

F. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, sekitar 5% dari pasien yang dirawat di rumah sakit
mengalami ARF dan 30% dari pasien yang dirawat di unit perawatan intensif
menderita ARF, 50% mengalami oliguria dan 80% paien ini meninggal. Dari kasus
ARF intrinsik, 90% adalah nekrosis tubular akut.
Di indonesia sendiri kita tidak dapat mengetahui dengan tepat prevalensi
GGA, sebetulnya oleh karena banyak pasien yang tidak bergejala dan dirujuk
(Nurarif.2016:226).
G. Patofisiologi (Narasi dan Skema)
Kondisi gagal ginjal akut disebabkan oleh 3 faktor pemicu yaitu: prerenal,renal dan
post renal.ketiga faktor ini memiliki kaitan yang berbeda-beda. Pre renal berkaitan dengan
kondisi dimana aliran darah (Blood flow) keginjal mengalami penurunan (hipoperfusi).
Kondisi ini dipicu oleh kondisi hipovolemi,hipotensi,vasokonstruksi dan penurunan
cardiac output. Dengan adanya kondisi ini,maka GFR (Glomerular Filtration Rate) akan
mengalami penurunan dan meningkatkan reabsorbsi tubular. Untuk faktor renal berkaitan
dengan adanya kerusakan pada jaringan parenkim ginjal. Kerusakan ini dipicu oleh trauma
maupun penyakit-penyakit pada ginjal itu sendiri. Jaringan yang menjadi tempat utama
fsiologis ginjal,jika rusak akan mempengaruhi berbagai fungsi ginjal. Sedangkan faktor
post renal berkaitan dengan adanya obstruksi pada saluran kemih,sehingga akan timbul
stagnasi bahkan adanya refluks urine flow pada ginjal. Dengan demikian beban
tahanan/resistensi ginjal akan meningkat dan akhirnya mengalami kegagalan
(Buss.2013:250).

H. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan klinis yang dibutuhkan untuk menegakan diagnosa gagal ginjal akut
adalah:

1. Kadar kimia darah


Meliputi natrim,kalium,ureum,kreatinin dan bikarbonat. Biasanya mengalami
penurunan (<20 mmol/1). Sedangkan urea mengalami peningkatan (>8) yang akan
mempengaruhi sistem RAA (Renin Angiotensin Aldosteron).
2. Urinalisis
Pemeriksaan analisa kimia pada urine untuk melihat fungsi ginjal.
3. Ultrasonografi (USG)
Hal ini untuk mendapatkan data pendukung tentang ukuran ginjal,adanya obstruksi
pada track urinary,hidronephrosis dan penyakit pada saluran kemih bagian bawah.
USG juga diperuntukkan adanya komplikasi dari gagal ginjal,misalnya adanya
kardiomegali dan edema pulmonal.
4. Darah lengkap
Adapun hasil yang spesifik dari hasil pemeriksaan darah lengkap pada klien gagal
ginjal akut adalah :
a. Peningkatan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen)
b. Peningkatan kadar serum kreatinin
c. Peningkatan kadar kalium
d. Penurunan PH darah
e. Penurunan kasar bikarbonat
f. Penurunan kadar hematokrit dan kadar hemoglobin
Pada gagal ginjal akut jarang terjadi anememia normokrom.namun,pada gagal
ginjal kronik sering terjadi. Biasanya sering didapatkan trombositopenia.
Fragmentasi sel darah merah dan hemolitik uremic syndrome.

5. ECG (electrocardiography)
Biasanya menunjukan adanya iskhemia jantung dengan gejala bradikardia dan
pelebaran kompleks QRS (Lemone.2015:1050).

I. Collaborative Management
1. Medikasi (Pengobatan)
Obat-obatan yang dientukan oleh etiologinya dan gejala-gejala yang ada.
Hypovolemia ditandai dengan hypotonic solution seperti 0,4% saline. Apabila
hipovolemia disebabkan pendarahan atau hilangnya banyak plasma, diberikan
packed red cells dan salin isotonik. Furosemid sebanyak 320 mg per hari
diperlukan untuk menghasilkan diuresis yang adekuat.
2. Diet
Jenis diet rendah protein (DRD), diet rendah garam (DRG) prinsip diet :
a. Seseorang yang mengalami gagal ginjal akut yang harus melakukan diet
untuk mencegah tindakan dialisis atau mengurangi frekuensi dialisis.
b. Kebutuhan energi : Asupan energi yang memadai untuk mempertahankan
simpanan protein/menjaga agar protein tidak terpakai sebagai sumber
energi, merupakan faktor yang sangat menentukan.
c. Asupan kalori dianjurkan sebesar 30-40 kcal/kg BB per hari dengan
asupan tambahan jika terdapat demam atau infeksi.
d. Pembatasan protein bisa sampai 0,6-08 g/kg BB per hari. Asupan protein
0,8 g/kg BB per hari diberikan kepada pasien gagal ginjal akut yang masih
berada dalam usia pertumbuhan atau yang menderita penyakit lain dan
memerlukan diet TKTP seperti infeksi kronis, protein dengan nilai biologis
yang tinggi (daging, ikan, susu) harus membentuk 80% asupan protein dan
makanan.
e. Asupan kalium harus dibatasi hingga kurang dari 3 g/hari. Namun, diet
membatasi asupan kalium dari makanan ini harus mengacu kepada hasil
pemeriksaan kalium serum. Jika pasien mendapatkan preparat diuretik,
kadar kalium dalam serumnya dapat tetap normal. Pembatasan kalium
mungkin diperlukan tetapi dengan terapi diuretik yang agresif, kadar
kalium dapat dikendalikan tanpa pembatasan dalam makanan.
f. Asupan garam dapur (NaCl) harus dibatasi hingga 2-3 g per hari.
(Haryono. 2013 : 153)
3. Aktivitas
Pasien dengan ARF merasa cepat lelah sehingga terjadi intoleransi aktivitas.
Anemia yang dialami pasien juga dapat meningkatkan rasa lelah. Pasien yang
sakit akut perlu tirah baring untuk mengurangi kebutuhan metabolik, kegiatan
dapat ditingkatkan perlahan jika fungsi ginjal sudah membaik. Keseimbangan
kegiatan dan istirahat perlu diperhatikan.
Apabila tenaga pasien sudah pulih, pasien dianjurkan jalan-jalan sebagai
latihan aerobik. (Lemone.2015:1051).
4. Healt Education
a. Penyebab kegagalan renal.
b. Obat-obatan yang dipakai : nama obat-obatan, dosis, rasional, efek
samping.
c. Diet therapy
d. Tanda-tanda dan gejala-gejala dari exacerbasi renal failure : output
berkurang tanpa mengurangi intake cairan, retensi, berat badan
bertambah.
e. Cara mencegah infeksi : tanda-tanda infeksi.
f. Follow up care. (Lemone.2015:1053).
BAB III

NURSING CARE MANAGEMENT

A. Pengkajian

Poa Kesehatan Fungsionl Pertanyaan wawancara dan pernyataan pengarah


Persepsi kesehatan -  Apakah anda pernah menderita penyakit kandung
manajemen kesehatan kemih atau ginjal, cidera atau pembedahan?
 Jika iya, bagaimana masalah tersebut di tangani?
 Uraikan asupan cairan yang bisa anda minum
selama 24 jam, jenis cairan apa yang anda minum?
 Apakah anda pernah merokok? Jika iya, berapa
banyak rokok per hari?
 Uraikan masalah kadung kemih atau ginjal yang
anda alami.
 Apakah anda minum obat untuk mengatasi masalah
kesehatan ini atau masalah kesehatan lainnya? Jika
iya, apa yang anda minum dan berapa sering?
 Untuk wanita : uraikan bagaimana anda
memberskan diri setelah berkemih (misalnya, arah
menelap dengan tissu?)
 Jika anda pernah menjalani pembedahan diversi
urine, uraikan cara anda merawat diri (perawatan
kulit dan perawatan alat seperti apa yang anda
lakukan, berapa kali anda mengosongkan kantung
anda?.
 Apakah anda memakai atau pernah memakai kateter
eksternal, kateter menetap, atau celana
inkontinensia?
 Apakah anda pernah melakukan kateterisasi
mandiri, jika iya mengapa, dan berapa sering?
Nutrisi-Metabolik  Berapa banyak kopi, teh, atau alkohol yang anda
minum selama 24 jam?
 Apakah anda pernah membatasi asupan cairan
anda? Jelaskan
 Apakah anda membasi garam yang anda makan?
Jelaskan
 Apakah pergelangan kaki anda bengkak? Jika ya,
apa yang anda lakukan?
Eliminasi  Berapa kali sehari anda berkemih? Apakah ada
perubahan pada pola berkemih biasa anda?
 Apakah anda merasakan desakan tiba-tiba untuk
berkemih?
 Apakah ada perubahan pada urine anda, misalnya
perubahan jumlah, warna, atau bau? Pernahkah
anda melihat ada darah dalam urine anda atau di
tissu setelah anda menyeka?
 Apakah sulit bagi anda untuk memulai atau
mengakhiri aliran urine anda?
 Akah anda pernah memiliki masalah dalam
mengontrol urine anda saat tertawa, bersin, atau
batuk?
 Apakah ada rabas dari uretra anda? Jelaskan
Aktivitas-latihan  Apakah masalah berkemih anda mengganggu
aktivitas harian anda? Jelaskan
 Uraikan tingkat energi yang bisa anda gunakan.
Apakah ada perubahan? Jelaskan.
 Apakah anda pernah di ajarkan kegel exserciser
untuk membantu menontrol berkemih anda? Jika
ya, seberapa sering anda melatihnya?
Tidur-istirahat  Apakah masalah berkemih mengganggu
kemampuan anda untuk tidur dan istirahat?
Jelaskan
 Apakah ada perubahan dalam berapa kali anda
terjaga pada malam hari untuk berkemih? Jelaskan
Kognitif-persepsi  Apakah anda merasa nyeri atau terbakar saat anda
berkemih?
 Apakah anda mengalami nyeri tekan atau nyeri di
bagian bawah punggung anda atau nyeri berat yang
menyebar di atas abdomen bawah? Jika ya, uraikan
letaknya, intensitas, faktor yang memperburuk, dan
durasi.
Persepsi diri-konsep diri  Bagaimana perasaan anda mengalami kondisi ini?
Peran-hubungan  Bagaimana kondisi ini mempengaruhi hubungan
anda dengan orang lain?
Seksualitas-reproduksi  Bagaimana kondisi ini memengaruhi aktivitas
seksual biasa anda?
Koping-stress-toleransi  Apakah kondisi ini membuat anda stress?
 Apakah anda pernah mengalami berbagai macam
stress yang memperparah kondisi ini? Jelaskan
 Uraikan apa yang anda lakukan bila anda merasa
stress?
Nilai-keyakinan  Uraikan bagaimana hubungan atau aktivitas spesifik
membantu anda mengatasi masalah ini.
 Uraikan keyakinan atau praktik budaya spesifik
yang mempengaruhi cara perawatan dan perasaan
anda mengenai masalah ini.
 Apakah ada yang mengganggu keyakinan spiritual
anda, kebutuhan atau praktik selama sakit anda?
Apa yang dapat saya atau pemberi asuhan lain
untuk membantu kebutuhan spiritual anda?
 Apakah ada terapi spesifik yang tidak ingin anda
gunakan untuk mengobati kondisi ini?
B. Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : Penurunan produksi urine Kelebihan volume
DO : (Azotemia) cairan
- edema pada kedua
mata dan kaki Reteksi cairan intertesial cairan dan
- TD : 170/100 mmHg pH
- Hb : 7 mg/dl
- RR : 26 kali/m Kelebihan volume cairan
DS : Ureum Ketidakseimbangan
DO : nutrisi kurang dari
- Hasil lab Hiperuricemia kebutuhan tubuh.
- Hb : 7 mg/dl
- Ureum : 80 mg/dl Peningkatan metabolik pada GI
- Kreatinin : 3 mg/dl
Peningkatan usus lambung

Erosi mukosa lambung

Gastritis

Mual muntal

Ketidakseimbangan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh
DS : Reteksi cairan intertersial cairan Ketidakefektifan
DO : dan pH pola napas
- Klien terlihat
kesulitan dalam Asidosis metabolik
bernafas, RR : 33
kali/menit mekanime kompensasi
hiperventilasi

Ketidakefektifan pola nafas


DS : hiperventilasi Intoleransi aktivitas
DO :
- Pasien terlihat kerja otot meningkat
terengah-engah
setelah berjalan, TTV Ketidakseimbangan energi
meningkat setelah
beraktivitas. Intoleransi aktivitas

C. Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosis Hasil yang Dicapai Intervensi
Keperawatan (NOC) (NIC)
NANDA
Kelebihan volume Menunjukkan haluaran Manajemen hipervolemia:
cairan urine yang tepat disertai Independen
Yang berhungan berat jenis spesifik dan - Catat asupan dan haluaran
dengan: penurunan pemeriksaan (I&0) secara akurat.
mekanisme laboratorium lainnya Mencakup cairan
pengaturan (gagal yang mendekati normal; “tersembunyi”, seperti
ginjal) berat badan dan tanda- tambahan antibiotik intravena
tanda vital stabil dalam (IV), obat berbentuk cair, ice
rentang normal kien; dan chips, dan sesuatu yang beku.
tidak ada edema. Mengukur kehilangan GI dan
memperkirakan kehilangan
yang tidak tampak, seperti
diaforesis.
- Pantau berat jenis spesifik
urine.
- Timbang berat badan setiap
hari pada waktu yang sama,
menggunakan timbangan
yang sama, dengan peralatan
dan pakaian yang sama.
- Kaji kulit, wajah dan area
dependen untuk edema.
Evaluasi tingkat edema (pada
skala +1 hingga +4).
- Pantau denyut jantung, BP,
dan tekanan vena sentral
(CVP), jika ada.
- Lakukan auskultasi suara
paru dan jantung.
- Kaji tingkat kesadaran; cari
tahu perubahan dalam
mentasi dan adanya
kegelisihan.
- Rencanakan penggantian
cairan oral bersama klien,
dengan pembatasan
yangberagam. Diselingi
dengan minuman yang di
inginkan selama 24 jam.
Tawarkan berbagai minuman,
seperti panas, dingin, dan
beku.
Kolaboratif
- Koreksi semua penyebab
gagal ginjal akut yang
bersifat reversibel, seperti
menggantikan kehilangan
darah, memaksimalkan curah
jantung, menghentikan
penggunaan obat nefrotoksik,
dan menghilangkan obstruksi
melalui pembedahan.
- Pasang dan pertahankan
kateter menetap, jik
diindikasikan.
- Pantau pemeriksaan
laboratorium dan diagnostik,
seperti BUN, Cr; natrium
serum;kalium serum; Hb/Ht;
dan pemeriksaan serial sinar
X dada.
- Beri dan batasi cairan, jika
diindikasikan.
- Beri medikasi, jika
diindikasikan, misalnya:
Diuretik, seperti furosemid,
bumetanid, torsemid, dan
manitol.
Vasodilator, seperti
fenolodopam.
Antiihipertensi, seperti
klonidin, metidopa, dan
prazosin.
- Persiapkan untuk terapi sulih
ginjal jika diindikasikan,
seperti hemodialisis (HD),
dialisis peritoneal (PD), atau
terapi sulih ginjal kontinu
(continuous renal
replacement therapy, CRRT).
Ketidakseimbangan Status Nutrisi : Terapi Nutrisi :
nutrisi kurang dari Mempertahankan atau Independen
kebutuhan tubuh memperoleh kembali - Kaji dan dokumentasikan
berhubungan dengan berat badan yang asupan diet.
anoreksia dan diindikasikan oleh situasi - Berikan makanan secara
perubahan individual; tidak sering dan dalam porsi kecil.
metabolisme sekunder mengalami edema. - Berikan daftar makanan dan
dari gagal ginjal. minuman yang boleh
dikonsumsi kepada pasien
dan orang terdekatnya dan
motivasi keterlibatan dalam
memilih menu.
- Tawarkan perawatan mulut
secara sering dan bilas
menggunakan larutan asam
asetat yang dilarutkan
(0,25%); berikan permen
karet, permen, atau
pengharum napas di antara
waktu makan.
- Timbang berat badan setiap
hari, lebih disukai pagi hari
sebelum sarapan.
Ketidakefektifan Menunjukkan jalan napas Airway Management
pola napas yang yang paten ( klien tidak - Posisikan pasien untuk
berhubungan dengan merasa tercekik, irama memaksimalkan ventilasi.
hiperventilasi napas,frekuensi napas - Auskultasi suara nafas, catat
dalam rentang normal, adanya suara tambahan.
tidak ada suara napas - Atur intake untuk cairan
abnormal ). mengoptimalkan
keseimbangan.
- Pertahankan jalan nafas yang
paten.
- Monitur TD, nadi, suhu, dan
RR.
Intoleransi Aktivitas - Berpartisipasi Activity Therapy
Yang berhubungan dalam aktivitas - Bantu klien untuk
dengan : fisik tanpa mengidentifikasi aktivitas
- Kelemahan disertai yang mampu dilakukan
umum peningkatan - Bantu untuk memilih
- Imobilitas tekanan darah, aktivitas konsisten yang
nadi, dan RR sesuai dengan kemampuan
- Mampu fisik, psikologi dan sosial.
melakukan - Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas sehari- aktivitas yang disukai
hri (ADLs) secara - Kolaborasikan dengan tenaga
mandiri rehabilitasi medik dalam
- Tanda-tanda vital merancanakan program terapi
normal yang tepat.
- Ststus respirasi:
pertukaran gas
dan ventilasi
adekuat.
D. Jurnal yang terkait
Kasus seorang wanita usia 29 tahun dengan diagnosis penurunan kesadaran ec
eclampsia antepartum pada G5P4A0H3 gravid preterm 33-34 minggu+HELP sindrom
+ AKI + IUFD.
Secara konseptual Acute kidney injury (AKI) adalah penurunan cepat (dalam
jam hingga minggu) laju filtrasi glomerulus (LFG) yang umumnya berlangsung
revisibel, diikuti kegagalan ginjal untuk mengkreeksesi sisa metabolisme, dengan /
tanpa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Evaluasi dan manajemen awal pasien dengan cidera ginjal akut ( AKI) harus
mencakup :
1. Sebuah assessment penyebab yang berkontribusi dalam cidera ginjal.
2. Penilaian terhadap perjalanan klinis termasuk komorbiditas.
3. Penilaian yang cermat pada status volume.
4. Langkah-langkah terapi yang tepat yang dirancang untuk mengatasi atau
mencegah memburuknya fungsional atau structural abnormal ginjal.
Penilaian awal pasien dengan AKI klasik termasuk perbedaan antara prarenal,
renal, dan penyebab pasca renal. Diagnosis AKI saat ini dibuat atas dasar adanya
kreatinin serum yang meningkat dan blood urea nitrogen (BUN) dan urine output
yang menurun.
Cidera ginjal akut didefinisikan ketika salah satu dari kriteria berikut
terpenuhi:
1. Serum kreatinin naik sebesar ≥ 26µmol/L dalam waktu 48 jam atau
2. Serum kreatinin meningkat ≥ 1,5 kali lipat dari nilai referensi, yang diketahui atau
di anggap telah terjadi dalam waktu 1 minggu atau
3. Output urine <0,5 ml/kg/hr untuk > 6 jam berturut-turut

Adanya komplikasi AKI seperti misalnya hypervolemia, edema paru akut atau
keseimbangan cairan besar kumulatif positif, hyperkalemia, asidosis metabolik (pH
kurang dari 7,1) dan gejala uremik (mual dan muntah persisten, pericarditis,
neuropati, atau tidak jelas penyebabnya penurunan status mental) dialisis harus
dipertimbangkan sebagai terapi andalan. Angka kematian pada pasien dengan AKI
tetap lebih besar dari 50% pada pasien sakit berat. Ada kemungkinan bahwa variasi
dalam waktu inisiasi, modelitas, dan /dosis dari RRT dapat mempengaruhi hasil
klinis, khususnya kelangsungan hidup.
Beberapa indikasi utama untuk melakukan terapi pengganti ginjal adalah sebagai
berikut :

1. Fluid overload
2. Metabolic acidosis
3. Oliguria (urine output <200 mL/12 h)
4. Anuria / extreme oliguria (urine output <50 Ml/12 h)
5. hyperkalemia ([K]>6,5 mEq/L)
6. clinically significant organ (especially pulmonary) edema
7. uremic encephalopathy
8. uremic pericarditis
9. uremic neuropathy/myopathy
10. severe dysnatremia ([Na] <115 or >160 mEq/L)
11. Hyperthermia
12. Drug overdose with filterable toxin (lithium, vancomycin, procainamide,etc)
13. Imminent or ongoing massive blood product administration

Penyebab kematian pasien ini adalah kegagalan fungsi organ yang disebabkan
oleh gagal ginjal. Sindrom HELLP sering diikuti oleh gagal ginjal akut (AKI).
Nekrosis kortikal akut (Acute renal cortical necrosis, ARCN) dapat dipertimbangkan
ketika gagal ginjal akut berkembangg dari sindrom HELLP. Kecurigaan meningkat
saat fungsi ginjal gagal pulih dalam 2-3 minggu.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA

Buss, S. J., dan Labus, D. (2013). Buku Saku Patofisiologi Menjadi Sangat Mudah.
Jakarta : EGC

Dosen Keperawatan Medikal-Bedah Indonesia. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan


Medikal-Bedah Diagnosis NANDA-I 2015-2017 Intervensi NIC Hasil NOC.
Jakarta : EGC

Haryono, R. (2013). Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Perkemihan Ed. I.


Yogyakarta : Rapha Publishing

Lemone, P., Borke, K. M., dan Bauldoff, G. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Gangguan Eliminasi. Jakarta : EGC

Muttaqin, A., dan Sari, K. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika

Nurarif, A. H., dan Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jilid 3. Jogjakarta : Penerbit Mediacion
Jogja

Prabowo, E., dan Pranata. A. E. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan. Yogyakarta : Nuhamedika

Suharyanto, T., dan Madjid, A. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : CV. TRANS INFO MEDIA

Triana, E., Syahredi. (2019). Eklampsia Antepartum pada G5P4A0H3 Gravid Preterm
33-34 Minggu + Sindrom HELLP + AKI + IUFD. Retrieved 15 February, 2019
from http://jurnal.fk.unand.ac.id

Anda mungkin juga menyukai