Ambulans
Ambulans
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009, Pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit (RS) berlangsung sebelum pasien tiba di RS, saat berada di RS dan sampai
pasien pulang dari RS. [1] Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/ III/
ambulans ditujukan agar kebutuhan pasien saat itu dapat terpenuhi dengan baik.
namun karena pelayanan ambulans bukan hanya bagi pasien IGD saja, maka
dibutuhkan suatu panduan pelayanan ambulans yang baik agar pelayanan terhadap
sangat penting bagi prioritas keselamatan pasien menuju rumah sakit atau sarana
yang memadai, maka dari itu dibutuhkan peralatan yang menunjang untuk pasien
serta koordinasi yang terjalin antara perawat dan dokter mengenai situasi medis
pasien.
Pemindahan seorang pasien ke fasilitas atau rumah sakit lain atau ke departemen
lain di rumah sakit yang sama tidak banyak diketahui tetapi topik yang sama
yang tersedia di fasilitas lain terhadap potensi risiko yang terlibat. Kebutuhan untuk
Risiko memindahkan pasien yang sakit kritis berlipat ganda. [2] Berbagai
khusus dan pendanaan perawatan medis. [3,4,5] Setiap transfer pasien dalam atau
antar rumah sakit harus bertujuan menjaga kesehatan optimal pasien yang dilakukan
dengan memindahkan pasien ke fasilitas terdekat yang memberikan perawatan
khusus tertinggi. [6] Baik fasilitas pemindahan dan penerima harus mengarah pada
buruk dan tergesa-gesa dapat secara signifikan berkontribusi terhadap morbiditas dan
mortalitas
Adapun fasilitas yang digunakan dalam transportasi ambulans pada Rumah Sakit
portable serta tenaga medis dan paramedic yang handal yang sudah memiliki
sertifikat seperti (BLS, BTCLS, BCLS, ATCLS). Serta tidak melupakan tenaga
driver yang sudah mengikuti pelatihan BLS serta defensive driving for ambulans.
B. Tujuan
kebutuhannya.
guna mentrasport pasien sakit atau cedera. Pelayanan ambulans merupakan layanan
medis yang ditujukan kepada pasien guna melakukan transportasi pasien baik
Pelayanan darurat medis adalah jenis layanan darurat yang didedikasikan untuk
rumah sakit, untuk pasien dengan penyakit akut dan cedera. Menjemput pasien
medis di luar rumah sakit, untuk dibawa ke rumah sakit dengan menggunakan
perawatan pasien ke rumah sakit lain dengan alasan pasien memerlukan fasilitas
Ambulans dikelompokkan menjadi tiga, yaitu ambulans darat seperti kereta api,
kendaraan roda empat. Ambulans udara seperti helikopter dan ambulance air. [9]
jenazah.
BAB III
dan staf terhadap risiko tambahan dan biaya tambahan untuk kerabat dan rumah
manfaat dan risiko yang terlibat. Persetujuan tertulis dan diinformasikan dari
ini juga mengatur fasilitas yang sesuai di rumah sakit atau fasilitas penerima.
Persiapan dan stabilisasi yang tepat dan teliti dari pasien harus dilakukan
sebelum transfer untuk mencegah efek samping atau penurunan kondisi klinis
harus diperiksa, dan masalah yang dapat dicegah yang terkait harus diperbaiki.
harus diintubasi secara elektif dengan endotrakeal tube (ETT) dengan manset
yang harus diamankan dengan benar setelah memastikan posisi yang benar.
b. Breathing (Pernafasan)
c. Circulation (Sirkulasi)
Pasien harus memiliki setidaknya dua kanula lebar yang bekerja intravena
adekuat, dan setiap syok harus diobati dengan cairan intravena dan / atau
transportasi.
Pasien dengan cedera kepala harus memiliki skala koma Glasgow (GCS)
selama transfer dan sebelum pemberian obat penenang atau agen paralitik.
Terlepas dari daftar periksa pra-transfer di atas, pasien harus dilindungi dari
harus dilakukan pada hari pemindahan untuk mencerminkan kondisi pasien saat
ini.
Tim ambulance :
1. Dokter
Pelayanan ambulance darurat medis akan dipimpin oleh seorang dokter yang
2. Perawat :
Pelayanan ambulance transportasi dan darurat medis didampingi oleh perawat
3. Pengemudi
dikemudikan oleh petugas pengemudi yang memiliki SIM khusus (B1) dan
sertifikat BHD.
pasien di rujuk.
3. Dokter jaga IGD membuat surat rujukan dan melengkapi dengan hasil
pemeriksaan tersebut.
oleh minimal satu orang perawat dan satu orang dokter, dan pasien dalam
7. Apabila tempat pada rumah sakit rujukan telah tersedia, perawat meminta
d. Membawa ke ambulance.
Untuk menjadi seorang pengemudi ambulance yang aman, maka diperlukan syarat
sebagai berikut :
4. Emosi terkontrol.
8. Bersikap toleran dengan pengemudi lain. Selalu ingat bahwa orang akan
11. Pakai selalu kaca mata atau lensa kontak jika dibutuhkan saat
menyetir.
12. Evaluasi kemampuan diri dalam menyetir berdasarkan respon diri
mengantuk.
kecepatan, parkir, larangan menerobos lampu lalu lintas, dan arah jalan. Namun
pengadilan, atau bahkan ditahan untuk beberapa waktu. Berikut adalah beberapa
tidak dalam respon emergency, maka peraturan yang berlaku bagi setiap
emergensi untuk:
saat lampu merah, lalu melintas dengan hati-hati. Negara lain hanya
tepat.
keselamatan orang lain selama mengemudi? Dan apakah saat itu panggilan benar-
Pengoperasian kendaraan emergensi yang aman dapat dicapai hanya jika alat-
alat peringatan dan sirine emergensi digunakan dengan tepat dan dengan
bahwa supir kendaraan lain bisa saja tidak melihat atau mendengar suara
ambulance hingga berada dalam jarak 50 sampai 100 kaki. Jadi jangan pernah
beranggapan bahwa Anda berada dalam keadaan aman jika sudah menyalakan
Sirine adalah alat peringatan audio yang paling banyak digunakan dalam
pratek ambulance dan juga paling sering disalahgunakan. Saat menyalakan sirine,
pertimbangkan efeknya yang bisa terjadi baik pada pengendara bermotor lainnya,
pasien dalam ambulance, maupun pengemudi ambulance itu sendiri. Di bawah ini
1. Gunakan sirine secara bijak, dan gunakan hanya ketika perlu. Sirine hanya
dinyalakan terus menerus dapat menambah rasa takut dan cemas pasien, dan
keadaan non-emergensi.
Hal ini dapat menyebabkan pengemudi lain menginjak rem mendadak dan
Anda tidak bisa berhenti tepat pada waktunya. Gunakan klakson ketika
membuka jalur lalu lintas secepat sirine. Petunjuk penggunaan sirine diaplikasikan
ataupun malam, lampu depan harus selalu dinyalakan. Hal ini dapat meningkatkan
jarak pandang kendaraan terhadap pengemudi lain. Ketika ambulance berada pada
keadaan emergensi untuk pasien dengan prioritas tinggi, baik dalam perjalanan
emergensi harus digunakan. Kendaraan harus bisa terlihat dari setiap sudut 360
derajat.
tabrakan.
ini, mencakup aturan batas kecepatan, lampu merah dan tanda berhenti, dan
peraturan lain serta sejumalh batasan larangan. Namun jangan lupa untuk
transfers to an academic medical intensive care unit. J Crit Care. [Artikel gratis
PMC] [PubMed]
[PubMed]
5. Aguirre FV, Varghese JJ, Kelley MP, Lam W, Lucore CL, Gill JB, dkk. 2008;
[PubMed]
6. Iwashyna TJ, Courey AJ. 2011. Guided transfer of critically ill patients: Where
patients are transferred can be an informed choice. Curr Opin Crit Care.
[PubMed]
7. http://rescueandambulanceservice.blogspot.com/2014/08/ambulance-gawat-
20.15 WIB)
Pelayanan Medik
10. Duke GJ, Green JV. 2001. Outcome of critically ill patients undergoing
12. Martin TE, editor. 1st ed. London. 2001. Stabilization prior to
13. https://www.academia.edu/23718651/PANDUAN_PELAYANAN_AMBU
14. Peraturan Presiden nomor 12 tahun 2013 Pasal 25 poin b, pasal 33, dan
pasal 40 , Permenkes Nomor 71 tahun 2013 pasal 29 dan Surat Edaran Nomor